• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE Koleksi Sampel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAHAN DAN METODE Koleksi Sampel"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

# Ko r e sp o n d e nsi: Balai Pe n elit ian d an Pe n ge m b an g an Bu d id aya Air Payau . Jl. Makmu r Dg . Sit akka No . 1 2 9 , Mar o s 9 0 51 2 , Su lawesi Se lat an , In d o n e sia. Te l. + (0 4 1 1 ) 3 7 1 5 4 4 E-m ail: andi _ par enr engi @ hot mai l .com

Tersedia online di: ht t p://ej ournal-balit bang.kkp.go.id/index.php/j ra

SELEKSI RUM PUT LAUT Kappaphycus striatum DALAM UPAYA PENINGKATAN LAJU PERTUM BUHAN BIBIT UNTUK BUDIDAYA

Andi Parenrengi#, M at Fahrur, M akmur, dan Sri Redjeki Hest i M ulyaningrum

Balai Penelitian dan Pen gemb angan Bud idaya Air Payau

ABSTRAK

Budidaya rumput laut di Indonesia semakin berkembang seiring dengan peningkatan permintaan bahan baku industri untuk pasar domestik dan eksport. Rumput laut Kappaphycus st riat um, salah satu spesies rumput laut komersil, telah intensif dibudidayakan di perairan pantai. Saat ini, masalah utama yang dihadapi pembudidaya adalah rendahnya kualitas bibit yang berasal dari hasil budidaya. Seleksi varietas merupakan salah satu m etode yang dih arapkan dapat m eningkat kan laju pertu mbuhan rumput laut. Pe nelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh seleksi varietas terhadap pertumbuhan rumput laut se hingga d ap at dilakukan pro duksi bibit u nggul un tu k kepe rluan b udidaya. Bu did aya rum put laut K.

st riat um telah dilakukan di Teluk Laikang Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan dengan menggunakan

metode long line. Seleksi varietas dilakukan berdasarkan parameter laju pertumb uhan harian (LPH) dan metode seleksi mengacu pada protokol seleksi yang telah dikembangkan pada rumput laut K. alvarezii. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LPH bibit hasil seleksi lebih tinggi (P< 0,05) dibandingkan dengan ko ntro l, di mana LPH se leksi m encapai 3,47%/hari, sed angkan LPH kon tro l 1,81%/hari. Dari tiga siklus produksi bibit, rata-rata LPH hasil seleksi adalah 2,92%/hari dan kontrol 1,58%/hari, atau dapat diasumsikan terjadi peningkatan sebesar 84,25%. Kandungan karaginan dan kekuatan gel hasil seleksi relatif lebih tinggi dibandingkan kontrol, di mana LPH memiliki korelasi yang erat dengan kandungan karaginan (r= 0,6604) tetapi relatif lebih rendah dengan kekuatan gel (r= 0,1048). Kualitas air (salinitas, nitrat, fosfat, dan pH) selama penelitian berlangsung masih berada pada kisaran yang sesuai untuk pertumbuhan rumput laut.

KATA KUNCI: seleksi varietas; pertumbuhan; bibit; rumput laut Kapppaphycus striatum

ABSTRACT: Seaweed selection to enhance the growth rate of Kappaphycus st riat um as seed for cultivation aquaculture development. By: Andi Parenrengi, M at Fahrur, M akmur, and Sri Redjeki Hesti M ulyaningrum

Seaweed cult ivat ion in Indonesia has rapidly expanded following demands of seaweed as indust rial raw mat erials for both domest ic and export market s. Kappaphycus striatum, one of t he commercial eucheumatoid seaweed species, has been int ensively cult ivat ed in t he coast al wat ers. To dat e, one of t he problems faced by seaweed farmers is low seed qualit y from cult ivat ed seaweed. M ass select ion of seaweed is hoped t o be useful way in order t o enhance t he growt h rat e of seaweed t o produce t he high qualit y of seed for cult ivat ion purpose. Seaweed K. striatum was cult ivat ed at Laikang Bay, Takalar Regency Sout h Sulawesi Province using long line met hod. Seaweed select ion was carried out based on growt h rat e paramet er and select ion prot ocol was conduct ed based on t rial st udies developed to K. alvarezii. The result of st udy showed t hat daily growt h rat e (DGR) of select ed seaweed was significant ly higher t han cont rol (P< 0.05), in which DGR of seed from select ed seaweed reached t o 3.47%/day while DGR of seed from cont rol was 1.81%/day. Among t hree cycles, t he average of DGR from select ion was 2.92%/day, and cont rol was 1.58%/day, t hat it assumed t hat t he DGR increased approximat ely 84.25%. Carrageenan cont ent and gel st rengt h of select ion was slight ly higher t han cont rol, and DGR had a st rong correlat ion wit h carrageenan cont ent (r= 0.6604) and a low correlat ion wit h gel st rengt h (r= 0.1048). Wat er qualit ies such salinit y, nit rat e, phosphat e, and pH were suit able for growth of seaweed.

(2)

PENDAHULUAN

Rumput laut sudah dikenal sebagai bahan dasar dalam indust ri makanan, ko smet ik, farmasi, maupun sebagai bahan pendukung dalam indust ri lain, sepert i indust ri: kert as, t ekst il, fo t o grafi, semir sepat u, past a gigi, pengalengan ikan/daging, dan pupuk. Manfaat t ersebut menjadikan budidaya rumput laut mengalami perkembangan yang signifikan dengan ekspansi lahan di wilayah Indo nesia akibat permint aaan bahan baku o leh pasar baik lo kal maupun int ernasio nal.

Se ja k t a h u n 2 0 1 1 , In d o n e s ia t e la h m e n ja d i pro dusen t erbesar rumput laut penghasil karaginan d un ia, di m ana pro du ksi m e ncapai 3 .91 5.0 00 t o n dibandingkan dengan Filipina sebesar 1.1801.00 t o n d a n Ko re a s e b e s a r 9 0 2 . 0 0 0 t o n (FAO, 2 0 1 2 ). Pe n in g ka t an p r o d u k s i ru m p u t lau t d i In d o n e sia semakin meningkat dan bahkan pro duksi pada t ahun 2 0 1 3 su d ah m e n cap ai 9 .2 9 8 .4 7 4 t o n , se d an gkan Filipin a, Ko rea, dan Malaysia m asin g-masing han ya 1.558.378 t o n, 1.131.305 t o n, dan 269.431 t o n (FAO, 2015). Ekspor rumput laut Indonesia pada t ahun 2012 ju ga m e n u n ju k kan n ilai ya n g cu ku p b e sar yak n i lainnya sepert i E. dent iculatum dan K. st riatum. Rumput laut K. st riat um meru pakan ru mput lau t yang lebih dikenal dengan nama “sakul” dengan bentuk mo rfolo gi ya n g m e m b u lat se p e rt i b o la d e n gan warn a ya n g cenderung hijau gelap at au t erang (Gambar 1). Ciri morfo lo gi t ersebut yang membedakan dengan spesies rumput laut penghasil karaginan lainnya.

Pro duksi rumput laut yang cendeung meningkat d ari t ah u n ke t ah u n d ise b abkan kare n a b u d id aya rumput laut dapat dilakukan dengan menggunakan t ekno lo gi yang relat if sederhana, t enaga kerja yang dapat dilakukan dari berbagai kalangan, dan perio de pro duksi yang singkat , yait u hanya 45 hari. Selain it u, pro ses p emanenan yang m udah dengan biaya yang murah, sert a pro duksi bahan baku dap at d isim pan dalam wakt u yang lama.

Berdasarkan berbagai pert imbangan, sejak t ahun 2 0 1 0 In d o n e s ia t e la h m e n ca n an gkan 2 ,6 ju t a h a 2006; Parenrengi et al., 2007; Sulaeman et al., 2007), p ro d u ksi b e n ih baik ko nve nsio nal m au pu n ku lt u r jaringan (Amini & Parenrengi, 1995; Suryat i et al., 2008; Mu lya n in g r u m et al., 2 0 1 3 ), m e t o d e b u d id a ya Parenrengi et al., 2014) sedangkan seleksi rumput laut K. st riat um belum pernah dilakukan.

Budidaya rumput laut t elah meluas secara pesat , meskipun demikian dalam pengembangannya masih d id ap at kan b e rb agai m asalah yan g d ih ad ap i o le h pembudidaya t erkait dengan kualit as benih. Saat ini, b e n ih ya n g d ih a s ilk a n d a r i h a s il b u d id a ya m e m p e rlih at kan ku alit as yan g s e m akin m e n u ru n dengan indikasi pert umbuhan yang relat if lambat at au kerdil, di samping juga masalah penyakit khususnya pe nyakit ice-ice. Ket erb at asan be nih d ari alam dan penggunaan benih hasil budidaya yang berulang diduga merupakan salah sat u penyebab penurunan kualit as benih sehingga rentan terhadap mut u lingkungan jelek dan penyakit (Gunawan, 1987). Jika masalah t ersebut t id ak sege ra d ip e cah kan m aka d ip e rkirakan akan b e r d a m p a k p a d a p r o d u k s i r u m p u t la u t d i m as a m en dat an g. Pe n in gkat an p o t en si ge n et ik dan laju pert umbuhan merupakan alternatif meto de yang dapat dilakukan un t uk men dapat kan benih unggul u nt uk k e p e r lu a n b u d id a ya . Un t u k m e n g a t a s i m a s a la h t ersebut , seleksi st rain/variet as perlu dilakukan unt uk m e n g h a s ilk a n b ib it r u m p u t la u t ya n g m e m ilik i pert umbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan bibit yang dihasilkan dari budidaya. Oleh karena it u, penelit ian seleksi rumput laut K. st riat um dilakukan dengan t ujuan unt uk menghasilkan bibit rumput laut yang memiliki keunggulan laju pert umbuhan yang lebih cepat .

BAHAN DAN M ETODE

Koleksi Sam pel

(3)

mengikuti pro sedur st andar transportasi benih rumput laut . Rumput laut selanjut nya diaklimat isasi dengan cara melakukan pemeliharaan rumput laut di lo kasi penelit ian selama 30 hari unt uk menghasilkan st o k indukan (Gambar 1) yang akan digunakan sebagai bahan seleksi varie t as.

Budidaya dan Prosedur Seleksi

Kegiat an penelit ian dilaksanakan di perairan Pesisir Te luk Laikang Kabup at e n Takalar, Sulawe si Se lat an (Gambar 2) dan di Labo rat o rium Balai Penelit ian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) di Maro s, Su la w e s i Se la t a n . In d u k a n b ib it r u m p u t la u t K. st riat um yang berasal dari beberapa daerah sent ra

budidaya rumput laut dengan bo bo t awal 50 g diikat dengan jarak 15 cm ant ar simpul pada t ali bent angan. Rumput laut tersebut dipelihara pada lokasi yang sesuai dan dap at d ilakukan sepanjan g t ahun. Pen guku ran pertumbuhan bo bo t set iap ikat an dilakukan pada awal dan akhir pemeliharaan, yait u pada awal pemeliharaan dan set elah umur 30 hari. Pada akhir pemeliharaan dilakukan seleksi unt uk memilih bibit yang memiliki p e rfo rm an si p e rt um b u h an t e rbaik u n t u k dit an am ke mbali pada siklu s bu didaya b erikut nya. Sebelum dilakukan budidaya, beberapa t ahapan dilakukan, yaitu antara lain: penyiapan konstruksi budidaya, penyediaan sto k induk, pengikatan bibit , perawatan/pemeliharaan, dan t eknis seleksi bibit .

Gambar 1. St o k indukan rumput laut dari spesies Kappaphycus st riat um yang diko leksi dari hasil budidaya di perairan Takalar

Figure 1. Parent st ock of seaweed of Kappaphycus striatum collect ed from a farm at Takalar wat ers

Gambar 2. Lo kasi p en elit ian se le ksi rum pu t lau t Kappaphycus st riat um di Teluk Laikang Kabupat en Takalar, Sulawesi Selat an

Figure 2. St udy sit e for st r ain select ion of seaw ed Kappaphycus striatum

(4)

Persiapan Konst ruksi Budidaya

Se t e la h p e n e n t u a n lo k a s i, m a k a d ila k u k a n persiapan ko nst ruksi pada lahan budidaya berukuran luas 50 m x 40 m. Panjang t ali bent angan 40 m dengan jarak ant ar t ali bent angan 1 m, sehingga dipero leh 50 t ali bent angan dalam sat u unit ko nst ruksi budidaya. Pada set iap t ali bent angan dibuat jarak 15 cm unt uk m e n g ik a t k a n t a li r u m p u n , s e h in g g a s e t ia p t a li bent angan memuat 250 t it ik rumpun bibit. Jarak ant ar t ali r u m p u n d ib u at sa m a s e h in gg a r u an g u n t u k dan ujung-ujung thallus agak runcing, (b) thallus rumput lau t secara m o rfo lo gi ke lih at an be rsih, se gar, dan ber warna cerah, (c) umur indukan 30 hari, (d) t hallus t idak berlendir, rusak, pat ah, berbau busuk pada saat akan dilakukan penanaman, dan (e) t hallus bebas dari pe nyakit (b ercak-bercak pu t ih dan t erkelu pas) d an biofouling.

Pengikat an Bibit

Pengikat an bibit dilakukan di t empat yang t eduh d i p in gg ir p a n t a i, s e h in gg a m e m u d a h k an u n t u k menyiram/membasahi bibit selama pro ses pengikat an. Ca ra p e n g ik at an b ib it , se b a ga i b e r ik u t : (a) b ib it d it im b an g d e n g an b o b o t awa l 5 0 g p e r r u m p u n menggunakan t imbangan dengan skala ket elit ian 0,1 g dengan bo bo t awal yang sama ant ar rumpun, (b) s e t ia p r u m p u n b ib it d iik a t d e n g a n b a ik p a d a percabangan t hallus sehingga t idak mudah lepas saat dipelihara, (c) melakukan pencat at an bo bo t , ko ndisi, dan urut an no mo r set iap rumpun bibit dalam set iap bent angan sebagai dat a awal, (d) set elah pengikat an bibit pada set iap bent angan, maka segera ditanam agar bibit t idak mengalami kekeringan, layu, dan st res.

Perawat an/Pemeliharaan

Me t o d e p eme lih araan bibit d ise suaikan d engan ko ndisi lingkungan perairan dan metode budidaya yang digunakan yaitu met ode apung sistem tali panjang (long line). Penanaman bibit dilakukan pada kedalaman rat aan 30 cm dari permukaan perairan agar t idak t erekspo s langsung o leh sinar mat ahari. Perawat an bibit rumput la u t p a d a sa at ar u s air le m ah d ila ku k an d e n g an menggo yang bent angan bibit sehingga part ikel/lumpur yang menempel dapat lepas dari t hallus. Perawat an juga dilakukan t erhadap t ali bent angan yang saling melilit akibat pengaruh ombak. Dilakukan pengamat an

t erhadap hewan pemangsa supaya t idak mengganggu d an me makan ru m pu n yan g se dan g d alam pro se s seleksi. Pemant auan biofouling juga dilakukan unt uk mencegah hama dan bio t a penganggu bibit .

Teknis Seleksi Bibit

Rumput laut yang t elah dipelihara selama 30 hari dijadikan sebagai po pulasi st o k indukan b aru (G-0) yang digunakan sebagai bahan unt uk seleksi rumput laut . Pro sedur seleksi yang digunakan mengacu pada pro t o ko l yang t elah dikembangkan o leh Po ngmasak et al. (2011) dengan menggunakan indikat o r seleksi berupa laju pertumbuhan harian (LPH), di mana seleksi dilakukan pada 10% LPH t ert inggi pada set iap siklus pemeliharaan dan afkir at au sisanya (cut off) dijadikan sebagai bibit unt uk digunakan sebagai ko nt ro l int er-nal dalam penelit ian ini. Semua rumpun dalam set iap ik a t a n d it im b a n g b o b o t n ya s e c a r a b e r u r u t a n , ke m u d ian d ih it u n g LPH b e rd asark an ru m u s yan g dikembangkan o leh Raikar et al. (2001). Set elah semua rumpun rumput laut dalam satu bent angan dit imbang, maka seleksi dilakukan kepada 10% LPH t ert inggi yang selanjut nya dijadikan sebagai bahan bibit awal unt uk siklus selanjut nya (G-1). Demikian juga rumpun sisa h asil se le ks i (cut off) t e t ap d ijad ik an b ib it u n t u k dipelihara pada siklus berikut nya sebagai ko nt ro l in-ternal. Bibit hasil seleksi dan kont ro l int ernal dipelihara p a d a lo k a s i ya n g s a m a d e n g a n m e n g g u n a k a n pen gko d ean yang jelas pada set iap b ant an gan dan s e t ia p r u m p u n . Pe m e lih a r a a n s ik lu s b e r ik u t n ya dilakukan selama 3 0 hari unt u k men dapat kan G-2. Seleksi dilakukan u nt uk mendapat kan variet as dari G-1 sampai G-n, dan seleksi dilakukan dengan pro ses yang sama dengan siklus sebelumnya unt uk tiga siklus sampai LPH t elah memperlihat kan nilai yang st abil. Pada umumnya, semakin lama seleksi dilakukan maka jum lah ru mpun yang diafkir sem akin sedikit t et api se balikn ya jum lah ru mp un yang d iseleksi sem akin besar at au semakin st abil, yang diilust rasikan dengan t a n d a p a n a h p a d a Gam b ar 3 . Pa d a s e t ia p siklu s d ilaku kan p e n gam at an kan d u n gan karagin an d an kekuat an gel.

Pengamatan Kandungan Karaginan, Kekuat an Gel, dan Kualitas Air

(5)

d e n g a n s u h u 1 2 0 °C s e la m a 1 5 m e n it d e n g a n menggunakan air sebagai pelarut dengan rasio rumput laut (g) dengan air (mL). Pemasakan sampel yang kedua dilakukan pada suhu 100°C selama 30 menit sampai r u m p u t la u t t e r s e b u t lu n a k s e m p u r n a . Sa m p e l kemudian diblender dan diekst raksi menggunakan air panas dengan rasio 1:30 dan kemudian sampel disaring. Sampel dikentalkan dengan pro pano l pada rasio 1:2,5

u n t u k m e n jad ikan laru t a n m e n jad i ge l. Ge l yan g t erbent uk selanjutnya dikeringkan pada suhu ruangan ya n g s e la ju t n ya d ila k u k a n p e n im b a n g a n u n t u k me nge t ahu i b o bo t ge l yang dihasilkan. Sedangkan ke kuat an gel se cara ko mp o sit juga diu kur d engan m e n g g u n a k a n a la t t ext u r e a n a l yz er ap p a r at u s b e rd a sarkan re fe re n si d ari M ar i ne Coll oid (1 9 7 7 ). Pengamat an kualit as air sepert i salinit as, nit rit , fosfat , Gambar 3. Prosedur seleksi rumput laut berdasarkan paramet er laju pertumbuhan harian (adopsi

illust rasi dari Po ngmasak et al., 2011)

Figure 3. The procedure of seaweed select ion prot ocol based on t he growt h rat e paramet er (adapt ed illust rat ion from Pongmasak et al., 2011)

Afkir (int ernal kontrol) Cut -off (int ernal cont rol)

Afkir (int ernal kontrol) Cut -off (int ernal cont rol)

Afkir (int ernal kont rol) Cut -off (int ernal cont rol)

Afkir (int ernal kont rol) Cut -off (int ernal cont rol)

LPH st abil St able DGR

Populasi bibit awal Init ial seed populat ion

G-0 @ 50 g (G-0 @ 50 g)

LPHt-10% (10% DGRmax)

Se leksi G-0 (Select ion of G-0)

G-1 @ 50 g (G-1 @ 50 g)

LPHt-10% (10% DGRmax)

Se leksi G-1 (Select ion of G-1)

G-2 @ 50 g (G-2 @ 50 g)

G-3 @ 50 g (G-3 @ 50 g)

LPHt-10% (10% DGRmax)

Se leksi G-3 (Select ion of G-3)

G-4 @ 50 g (G-4 @ 50 g)

G-n varie tas unggul tumbuh cepat G-n superior variet y of

fast growing LPHt-10% (10% DGRmax)

Se leksi G-2 (Select ion of G-2) 30 hari pemeliharaan

30 days cult ivat ion

30 hari pemeliharaan 30 days cult ivat ion

30 hari pemeliharaan 30 days cult ivat ion

30 hari pemeliharaan 30 days cult ivat ion

(6)

dan pH dilakukan set iap 30 hari. Pengamat an salinit as dan pH dilakukan langsung di lapangan secara in-sit u, sedangkan pengamat an nit rat dan fo sfat dilakukan di labo rat o rium akredit asi BPPBAP, Maro s.

Analisis Dat a

Ha s il p e r h it u n g a n LPH d ia n a lis is d e n g a n m e n g g u n a k a n p r o g r a m t -st u d en t d e n g a n membandingkan antara LPH rumput laut yang diseleksi dengan rumput laut yang t idak diseleksi at au ko nt ro l int ernal. Hasil pengamat an kandungan karaginan dan kekuatan gel antara rumput laut seleksi dengan ko ntrol d ib ahas se cara de skript if sed angkan hasil an alisis kualit as air disajikan secara deskript if dalam bent uk t abel. Unt uk menget ahui pengaruh perlakuan maka K. st riat um mengalami peningkat an pada perlakuan seleksi dibandingkan dengan bibit yang t idak diseleksi (ko nt ro l) pada semua siklus budidaya yang dilakukan. Kecende rungan penin gkat an LPH t erjadi dari siklus pert ama sampai dengan siklus ket iga. LPH rumput laut K. st riat um meningkat dari 2,26%/hari menjadi 3,03%/ hari dan kem udian 3 ,47 %/h ari masing-masing pada siklus pert ama, kedua, dan ket iga (Gambar 4). Dari t iga siklus pro duksi bibit , rat a-rat a LPH hasil seleksi ad ala h 2 ,9 2 %/h ari d an ko n t ro l 1 ,5 8 %/h ari; t e r jad i

peningkat an sebesar 84,25%. Po la peningkat an LPH yang sama juga terjadi pada K. striatum ko nt ro l di mana siklus pert ama, kedua, dan ket iga dengan nilai 1,13%; 1,82%; dan 1,81% pe r hari, yang secara umum nilai tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan hasil seleksi. Analisis t -st udent menunjukkan bahwa rumput lau t h asil se le ksi m e m iliki LPH yan g le b ih t in ggi (P< 0,05) dibandingkan dengan LPH ko nt ro l.

Hasil penelit ian ini menunjukkan bahwa aplikasi seleksi variet as dalam mempro duksi bibit rumput laut K. st riat um dapat meningkat kan pert umbuhan unt uk siklus berikut nya. Hal yang sama telah dibuktikan pada sp e sie s d an st r ain ru m p u t lau t la in n ya, m is aln ya spesies K. alvarezii st rain Go ro nt alo (dikenal dengan st rain kulit buaya) dan Takalar, sert a spesies Eucheuma denticulatum yang indukannya berasal dari alam perairan Nusa Tenggara Timur (Parenrengi et al., 2014). Hasil penelit ian t ersebut menunjukkan bahwa rumput laut K. a l va r ezi i s t r a in Ta ka la r m e m p e r lih a t k a n pertumbuhan yang lebih t inggi pada bibit hasil seleksi yakni 6,49%-6,83%/hari dibandingkan dengan ko nt ro l se b e s ar 4 ,8 7 -4 ,9 3 %/h a ri; se r t a st r ain ku lit b u a ya masin g-m asing adalah 2,95 5 ,07 %/h ari dan 0 ,85 %-2,71%/hari. Kecenderungan demikian juga didapat kan pada implement asi seleksi st rain pada E. dent iculat um pada bibit yang st o k indukannya berasal dari alam, di mana hasil seleksi memperlihat kan pert umbuhan yang lebih t inggi (1,77%-2,74%/hari) dibandingkan dengan ko nt ro l (1,15%-1,25%/hari). Po ngmasak et al. (2 014) melapo rkan bahwa penerapan pro t o ko l seleksi pada rumput laut K. alvarezii pada t ahun 2010 dan 2012 dapat meningkat kan pert umbuhan sebesar 15%-42%.

(7)

Tingginya pert umbuhan rumput laut seleksi diduga juga akibat dist ribusi ho rmo n pert umbuhan t anaman b erbe d a ant ara ru mp un at au cab an g rum p ut laut . Fad illa h (2 0 1 4 ) m e lap o r ka n b a h wa r u m p u t lau t K. alvarezii hasil seleksi, selain memiliki pert umbuhan yang lebih t inggi, juga memiliki ko nsent rasi ho rmo n pert umbuhan t anaman khususnya kinet in lebih besar 1 5,52 % diband in gkan de ngan rum p ut lau t ko nt ro l int ernal. Po ngmasak et al. (2014) melapo rkan bahwa d e n g a n s e le k s i ve r ie t a s K. a l va r ezi i d a p a t m e n in g k a t k a n p e r t u m b u h a n s e b e s a r 3 2 %-4 0 %. Selanjut n ya penerapan seleksi variet as ru mput laut K. alvarezii dengan met o de seleksi 10% LPH t ert inggi dap at me nghasilkan bib it u nggul dengan indikat o r pe ningkat an LPH seb esar 22 ,3% (Po ngm asak et al., 2015b).

Berb e da haln ya d en gan sele ksi pad a ikan at au u d an g, d i man a pad a u m u m nya se le ksi d ilakukan melalui pro ses perkawianan induk untuk mendapatkan ge n e rasi se lan ju t n ya. Pad a se le k si varie t as/st rain rumput laut, pro duksi bibit pada set iap generasi hanya dilakukan melalui pro ses perbanyakan vegetat if untuk mendapatkan generasi selanjut nya atau dikenal dengan siklus pro duksi bibit (Po ngmasak et al., 2011). Oleh k a re n a it u , p e n e n t u a n h e r it a b ilit as t id a k d ap a t dilakukan, sehingga diferensial seleksi hanya dihit ung dari selisih rerat a LPH yang terseleksi dengan po pulasi ko n t ro l p ad a siklu s t e rse b ut . Se d angkan re sp o n s

s e le k s i h a n ya d a p a t d ie s t im a s i b e r d a s a r k a n peningkat an LPH seleksi dibandingkan de ngan LPH ko nt ro l int ernal. Diferensial seleksi yang didapat kan pada penelit ian ini adalah 1,44%-2,27%/hari (47,52%-75,17%), sedangkan est imasi respo ns seleksi berkisar ant ara 1,13%-1,66%/hari (66,48%-100%) (Tabel 1). Nilai diferensial seleksi yang didapat kan pada penelit ian ini lebih rendah dibandingkan dengan diferensial seleksi pada ikan lele (Clarias gariepinus) t umbuh cepat hasil s e le k s i in d ivid u (1 3 0 ,5 7 %-1 8 0 , 4 0 %) u n t u k t ig a generasi, t et api respo ns seleksinya lebih kecil yakni 1 1,8%-2 0,59 % (Im ro n et al., 20 14 ). Ro hm an a et al. (2 0 1 4 ) m e lap o rk an b a h w a r e s p o n s se le k si yan g didapat kan pada se leksi pert u mbuhan udang galah (M acrobrachium rosenbergii) d ari ge ne rasi F-1 — F-3 secara kumulat if adalah 33,68% dengan kisaran set iap generasi 7,78%-10,44%.

Penelitian ini menunjukkan bahwa LPH rumput laut K. st riat um lebih rendah dibandingkan dengan spesies rumput laut lainnya. Selama t iga siklus pemeliharaan, LPH yang didapatkan berkisar ant ara 2,26%-3,47%/hari; d ib an d in gkan de ngan LPH p ad a E. cot t onii at au K. alvarezii sebesar 4,0%-11,0%/hari (Ohno et al., 1996); 4 ,5 %-10 ,7%/h ari (Paula et al., 20 0 2); 1 ,6 %-4 ,6 %/h ari (Hu n g et al., 20 0 9 ); 2 ,3 %-6,1 %/h ari (Thiru m aran & Anantharaman, 2009); and 1,6%-8,6%/hari (Orbita, 2013). Nilai LPH yang ku ran g leb ih sam a dilap o rkan o leh Adn an & Po rse (1 98 7) seb esar 2 ,5 %-3 ,5 %/hari; dan

Cat atan (Not es):

* Se telah siklus-3 , seleksi tid ak d ilakukan lagi unt uk siklus berikut nya, t etap i h anya d ilan jutkan d e ngan p e rbanyakan bib it (Aft er cycle-3 , t he select i on w as not per for med for next cycle, but it w as pr oceeded t o t he seed propagat ion)

** Estimasi resp o ns se leksi d ihitun g hanya be rd asarkan LPH seleksi d an ko nt ro l int ern al kare na p ro ses p ro d uksi tid ak m elalui p erkawinan (Est imat ion of response t o sel ect i on based on DGR of select i on and int ernal cont rol , due t o w it hout t he sexual mat ing pr ocess)

Tabel 1. Dife ren sial seleksi dan resp o n s sele ksi rum put laut Kappaphycus st riat um b erdasarkan laju pert umbuhan harian (LPH) set iap siklus pemeliharaan

Table 1. Select ion different ial and select ion response of seaweed Kappaphycus st riat um based on t he daily growt h rat e (DGR) for each cult ivat ion cycle

%/hari (%/day) % %/hari (%/day) %

Sto k in d ukan

Parent st ock 3 .0 2 3 .0 2 2 .2 7 7 5 .1 7 -

-Siklus-1

Cycle-1 1 .1 3 2 .2 6 1 .5 2 6 7 .2 6 1 .1 3 1 0 0

Siklus-2

Cycle-2 1 .8 2 3 .0 3 1 .4 4 4 7 .5 2 1 .2 1 6 6.4 8

Siklus-3

Cycle-3 1 .8 1 3 .4 7 - - 1 .6 6 9 1.7 1

Param et er Par am eter s

Rerat a LPH popul asi kont rol (%/hari) Aver age of DGR

population contr ol (%/day)

Rerat a LPH popul asi sel eksi (%/hari) Aver age of DGR

population selection (%/day)

Diferensi al seleksi * Selection differential*

(8)

Hurt ado et al. (2001) sebesar 0,2%-4,2%/hari. Muslimin et al. (2014) melapo rkan bahwa bahwa LPH rumput laut K. alvarezii adalah 0,9%-1,7%/hari yang dipelihara d i p e r a ir a n Pa r ig i Mo u t o n g , Su la w e s i Te n g a h . Pe n e lit ia n t e r b a r u o le h Sa r i et a l. (2 0 1 5 ) memperlihatkan bahwa LPH K. st riat um adalah berkisar ant ara 1,01%-2,82%/hari yang dipelihara dengan sistem IMTA (int egr at ed mult i t ropic acuacult ure) d i Te lu k To mini, Go ro nt alo . LPH rumput laut K. st riat um yang didapat kan dari penelit ian ini dan beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan nilai yang masih lebih kecil dari LPH yang disarankan o leh Anggadiredja et al. (2011) yakni t idak kurang dari 3%/hari. Meskipun demikian, LPH rumput laut K. alvarezii dapat mencapai 6,9%-8,8%/ hari dilapo rkan o leh Po ngmasak et al. (2015a) dengan penerapan t eknik seleksi yang dilakukan di perairan Nusa Tenggara Barat .

Pert umbuhan rumput laut sangat dipengaruhi oleh ko ndisi lingkungan perairan t empat pembudidayaan dilakukan. Parenrengi et al. (2008) dan Po ngmasak et al. (20 09) me reko me ndasikan bahwa se t iap sent ra b ud id aya ru m pu t lau t seb aikya me m iliki kale n de r musim yang dapat dijadikan acuan dalam menent ukan kapan mulai penanaman dan spesies mana yang sesuai unt uk dibudidayakan. Budidaya rumput laut K. alvarezii di Filipina juga memperlihat kan pert umbuhan yang d ip e n garu h i o le h m u sim d an ko n d isi lin gku n gan b u d id a ya . O r b it a (2 0 1 3 ) m e la p o r k a n b a h w a pert umbuhan rumput laut t ertinggi terjadi pada musim “habagat” yang dit andai dengan gelo mbang yang relat if besar, suhu yang rendah, dan salinit as rendah dengan disert ai hujan. Tet api hasil penelit ian yang berbeda dilapo rkan o leh Hurt ado et al. (2001) dan Hung et al. (2 0 0 9 ) b ah w a p a d a m u s im t e rs e b u t d id ap a t ka n pert umbuhan rumput laut yang rendah. Penelitian yang dilakukan o leh Po ngmasak (2008) menunjukkan bahwa p e r t u m b u h a n r u m p u t la u t K. a l va r ezi i d a n E. dent iculat um berko relasi po sit if dengan lingkungan budidaya khususnya kandungan nit rat dan fo sfat .

Kandungan Karaginan dan Kekuatan Gel

Kand un gan karaginan rum pu t laut hasil seleksi relat if lebih tinggi dibandingkan dengan ko nt rol untuk se mua siklus pe meliharaan. Pe me lih araan siklu s-1, siklus-2, dan siklus-3, kandungan karaginan pada rumput lau t hasil sele ksi masing-m asin g me ncap ai 2 3,90 %; 32,04%; dan 30,36% at au rat a-rat a 28,77%; sedangkan kandungan karaginan rumput laut perlakuan ko nt ro l adalah masing-masing 21,60%; 30,25%; dan 28,90% at au r a t a -r a t a 2 6 ,9 5 % (Ta b e l 2 ). Ha l t e r s e b u t d a p a t diasumsikan bahwa dengan penerapan seleksi maka peningkat an kandungan karaginan rumput laut K. stria-t um d a p a t m e n ca p a i 5 , 1 %-1 0 ,6 %. Pe n in g k a t a n kan d u n gan kara gin an ju g a t e lah d ilap o rkan o le h Parenrengi et al. (2014) pada spesies rumput laut E. dent iculat um se b esar 6 ,5 8 % d an K. alvar ezii st rain Takalar adalah 7,15%.

Hasil penelit ian ini memberikan suat u gambaran bahwa ada kecenderungan pert umbuhan berko relasi p o sit if de ngan kan du ngan karagin an ru mp ut laut . Pert umbuhan K. st riat um hasil seleksi yang lebih t inggi daripada ko nt ro l juga didapat kan hal yang sama pada kandungan karaginan. Kandungan karaginan rumput laut hasil seleksi yang didapat kan pada penelit ian ini berkisar ant ara 23,0%-32,04%. Kandungan karaginan r u m p u t la u t K. st r i a t u m r e la t if le b ih r e n d a h diban dingkan dengan rumput laut K. alvarezii yang b e rkisar 3 1 ,2 1 %-4 2 ,9 8 % t e t ap i m asih le b ih t in ggi dibandingkan dengan E. dent iculat um yakni rat a-rat a 18,74% (Parenrengi et al., 2014). Kandungan karaginan K. alvarezii yang relat if sama dengan K. st riat um pada penelit ian ini, t elah dilapo rkan o leh Muslimin et al. (2015) dengan kandungan karaginan sebesar 33,10%-35,89% pada rumput laut yang dipelihara di perairan Teluk To mini, Go ro nt alo . Kandungan karaginan pada r u m p u t la u t s a n g a t d ip e n g a r u h i o le h u m u r pemeliharaan. Parenrengi (2013b) melapo rkan bahwa semakin t ua umur panen rumput laut semakin t inggi kandungan karaginannya sehingga disarankan umur

Tabel 2. Kandungan karaginan dan kekuat an gel pada Kappaphycus st riat um hasil seleksi dan ko nt ro l selama t iga siklus pemeliharaan

(9)

panen minimal 45 hari pemeliharaan. Pada penelit ian ini, pengukuran kandungan karaginan dan kekuat an gel dilakukan pada umur 30 hari pemeliharaan pada saat bersamaan dengan sampling pro pagasi bibit hasil seleksi, sehingga kandungan karaginan rumput laut K. st r i at um d ap at le b ih t in ggi jik a p e m e lih a ra an dilakukan sampai dengan 45 hari.

Sepert i halnya dengan pert umbuhan rumput laut yang dipengaruhi o leh lingkungan, beberapa lapo ran m e n u n ju k ka n b a h w a k an d u n ga n k ar a gin a n ju g a d ipe n garu h i o le h fakt o r lin gku ngan se p e rt i suh u , int ensit as cahaya, dan nut rien at au kualit as perairan. Orbit a (2013) melapo rkan bahwa hasil penelit ian yang dilku kan di Baran gay Do ñ a Co nsuelo , Ozamiz Cit y kecenderungan lebih t inggi pada perlakuan bibit hasil se le ks i d ib an d in g kan d e n gan k o n t ro l. Pe r b e d aan keku at an ge l t erse but t erlihat p ada siklus pert ama yakni hasil seleksi sebesar 636,42 g/cm2; sedangkan

ko nt ro l hanya 423,43 g/cm2; dan pada siklus kedua

dan ket iga perbedaan ant ara seleksi dengan ko nt ro l re lat if se dikit (Tabe l 2). Jika p ad a siklu s pe rt am a, peningkat an kekuatan gel rumput laut dapat mencapai 50,3% sedangkan pada siklus kedua dan ket iga masing-masing adalah 6,2% dan 1,5%. Parenrengi et al. (2014) m e la p o r k a n b a h w a k e k u a t a n g e l r u m p u t la u t

K. alvar ezii hasil se le ksi leb ih t in ggi d ib an dingkan dengan kont ro l, yakni 472,15 g/cm2 dan 376,48 g/cm2;

t et api hal yang berbeda didapat kan pada rumput laut spesies E. dent iculat um di mana t idak ada perbedaan kekuat an gel ant ara seleksi (164,52 g/cm2) dengan

ko relasi yang lebih erat dibandingkan dengan kekuat an gel (R2= 0,0110 at au r= 0,1048). Hubungan kedua

paramet er t ersebut disajikan pada Gambar 5. Tidak ada ko relasi yang nyata antara kandungan agar dengan kekuat an gel rumput laut K. st riatum (R2

= 0,0011 at au r= 0,0332). Hal yang berbeda didapatkan pada rumput laut K. alvarezii di mana semakin t inggi kandungan yang nyat a ant ar ket iga siklus pemeliharaan rumput laut K. striatum. Sepert i halnya dengan pH dan salinit as, maka n it rat dan fo sfat ju ga t id ak me mp erlihat kan p e r b e d a a n ya n g t in g g i a n t a r k e t ig a s ik lu s pemeliharaan. Meskipun demikian, nit rat , dan fo sfat relat if lebih t inggi didapat kan pada siklus kedua dan

Gambar 5. Ko relasi ant ara laju pert umbuhan harian dengan kandungan karaginan (A) dan kekuat an gel rumput laut Kappahycus st riat um

Figure 5. Correlat ion bet ween carrageenan cont ent (A) and gel st rengt h (B) of seaweed Kappaphycus striatum

(10)

ket iga. Hal t ersebut diduga kuat berpengaruh pada pert umbuhan rumput laut K. st riat um lebih t inggi pada siklus kedua dan ket iga dibandingkan dengan siklus pert ama.

Pada beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa rumput laut E. isiforme telah ditemukan tumbuh o pt imal dengan respo ns fo t o sint esis yang t inggi pada s a lin it a s 3 0 -4 0 p p t s e m e n t a r a r u m p u t la u t E. uncinat um dan E. dent iculat um pada salinit as 30 ppt (Ask & Azanza, 2002). Dilapo rkan juga bahwa kult ur rumput laut K. st riat um di labo rat o rium t idak mampu bert ahan hidup pada salinit as di bawah 24 ppt at au di at as 45 ppt . Pirzan & Po ngmasak (2007) melapo rkan bahwa kualit as air pada pemeliharaan rumput laut di Pulau Sugi, Pangkep, Sulawesi Selat an, sepert i: pH, nit rat , amo niak, fo sfat adalah masing-masing 8,4-8,5; 0,00 13-0,02 01 mg/L, 0 ,01 33 -0 ,16 90 mg/L; 0,0 00 1-0,0119 mg/L. Penerapan seleksi variet as rumput laut K. alvarezii yang dilakukan di Boalemo, Go ront alo pada salinit as 25,37-31,89 ppt , t et api Po ngmasak & Prio no (2015) menyat akan bahwa dengan salinit as t ersebut m asih m am p u m e n d u ku n g p ro d u ksi b ib it u n ggu l sampai dengan generasi-3 (G-3). Afriant o & Liviawat i (1 9 9 3 ) m e n yat akan b ah wa p e rt u m b u h an o p t im al rumput laut pada salinit as ant ara 30-35 ppt . Orbit a (20 13 ) ju ga m elap o rkan b ah wa suh u dan salinit as m e r u p a k a n fa k t o r lin g k u n g a n u t a m a ya n g memengaruhi pert umbuhan K. alvarezii di Filipina di mana pert umbuhan maksimal didapat kan pada bulan Jun i-Se pt em be r de ngan suh u 27 ,6 7°C-30 ,7 2°C dan salinit as 23,60–29,80 ppt .

Nit rat dan fo sfat memainkan peran pent ing dalam pert umbuhan alga t ermasuk rumput laut sedangkan nit ro gen adalah fakt o r pembatas ut ama nutrien unt uk pert umbuhan alga pada eko sist em laut . Keberhasilan bu didaya rum pu t lau t me mb ut uhkan p en ge t ahu an t ent ang kebut uhan nit ro gen unt uk alga. Mart ins et al. (2011) melapo rkan bahwa kekurangan nut rien pada b e b e r a p a s p e s ie s a lg a d a p a t b e r d a m p a k p a d a penurunan pert umbuhan akibat perubahan formasi dan

pe nu ru nan kand ungan p ro t e in d an phycobilipr ot ein t erlarut . Pada penelt ian ini, ko nsent rasi nit rat selama p e m e lih ara an b e r lan gsu n g ad alah 0 ,1 4 5 5 -1 ,8 8 2 2 mg/L; masih cukup layak unt uk pert umbuhan rumput laut , walaupun ada kecenderungan masih relatif rendah. Berdasarkan opt imal ko nsentrasi yang disarankan o leh At madja et al. (1996) bahwa kisaran nit rat yang dapat mendukung pert umbuhan rumput laut adalah 0,9-3,5 mg/L. Hal ini berart i bahwa ko nsent rasi nit rat selama p e me lih araan d id ap at kan ko n se n t rasi yan g re lat if rendah khususnya pada siklus-1. Kandungan nitrat yang t e ru k u r d i d a e r ah p e m e lih a r a an r u m p u t la u t d i Bo alemo , Go ro nt alo 0,03-0,90 mg/L t elah dilapo rkan o leh Po ngmasak & Prio no (2015).

Ko n se n t rasi fo sfat d alam p en e lit ian in i adalah b e r k is a r 0 ,0 6 6 6 -0 , 4 0 7 2 m g /L s e la m a p e r io d e p e m e lih araan . Effe n d i (2 0 0 0 ) m e n ya t akan b ah wa ko n se n t r asi o p t im al fo sfat d alam p e rair an u n t u k rumput laut adalah 0,1-3,5 mg/L; sehingga ko nsent rasi yang didapat kan relat if sesuai dengan kisaran t ersebut dengan nilai rat a-rat a yang 0,1734 mg/L. Fo sfat adalah salah sat u nut rien pent ing karena dapat berpart isipasi dalam fo rmasi bio mo lekul sepert i asam amino , pro -t ein, dan fo sfo lipi-t . Meskipun demikian, peran yang paling pent ing adalah t ransfer energi yang dimediasi o leh ATP dan ko mpo nen energi t inggi lainnya yang diperuntukkan unt uk proses fot osintesis dan respirasi. Ko nsent rasi fo sfat yan g t in ggi d apat men st imu lasi pertumbuhan dan laju pertumbuhan alga dan juga dapat m e nin gkat kan p ro d uksi karaginan (Mart ins et al., 2011).

Po n g m a s a k (2 0 0 8 ) m e la p o r k a n b a h w a la ju p e r t u m b u h a n r u m p u t la u t K. a l va r ezi i d a n E. dent iculat um dipengaruhi o leh ko nse nt rasi nit rat dan fosfat . Paramet er kualit as air t ersebut berkorelasi po sit if dengan laju pe rt um buhan rump ut laut . Ada kecenderungan semakin t inggi kandungan nit rat dan fo sfat maka semakin besar kandungan karaginan yang d ih a silk a n . Hu b u n g a n ya n g e r a t (r > 0 ,5 ) an t a r a ka n d u n ga n n it r at d an fo s fa t d e n g an k an d u n g an Tabel 3. Paramet er kualit as air yang diamat i selama penelit ian budidaya rumput

laut

Table 3. Wat er qualit y paramet ers obser ved during t he st udy of seaweed cult ivat ion

Param et er Par ameter s

Maksi m al M aximum

Mi nim al M inim um

Rat a-rat a Aver age

Salinitas (Salinit y) (p p t) 3 4 .6 0 3 4 .4 3 34 .4 8

Nitr at (Nit rate)(m g/L) 1 .8 8 22 0 .14 5 5 0 .6 5 9 4

Fo sfat (Phosphate) (mg /L) 0 .4 0 72 0 .06 6 6 0 .1 7 3 4

(11)

karaginan juga dilapo rkan oleh Po ngmasak & Tjaro nge

Seleksi variet as rumput laut dapat meningkat kan laju p e r t u m b u h an ru m p u t lau t K. st r i at um. La ju pert umbuhan harian, kandungan agar, dan kekuat an g e l r u m p u t la u t d a ri b ib it h a sil s e le k s i va r ie t a s memperlihat kan nilai yang lebih t inggi dibandingkan d e n gan b ib it yan g t id ak d ise le ksi (ko n t ro l). Laju pert umbuhan rumput laut memiliki ko relasi yang erat d e n gan kan d u n gan karaginan , t e t ap i re lat if le b ih re nd ah d en gan kekuat an gel. Ku alit as air pe rairan t empat pemeliharaan rumput laut masih dalam bat as kesesuaian dalam mendukung pert umbuhan. Met o de se leksi variet as men unjukkan po t en si besar dalam penyediaan bibit unggul unt uk pengembangan usaha budidaya.

UCAPAN TERIM A KASIH

Pe n e lit ian in i d ib ia yai d ar i ke rja sam a lit b an g BPPBAP, Maro s dan ACIAR, Aust ralia dengan no mo r kesepahaman SMAR 2008 025: Improved seaweed cul-t ure and poscul-t harvescul-t wascul-t e ucul-t ilisacul-t ion in Soucul-t h Eascul-t Asia. kepada peneliti dan teknisi BPPBAP yang t erlibat dalam penelit ian ini.

DAFTAR ACUAN

Adnan, H., & Po rse, H. (1987). Cult ure o f Eucheuma cot t oni i a n d Eucheuma spinosum in In d o n e sia. Hydrobiologia, 151-152, 355-358.

Afriant o , E., & Liviawat i, E. (1993). Budidaya laut dan cara pengo lahannya. Bharat a. Jakart a, 64 hlm. Amini, S., & Parenrengi, A. (1995). Pengaruh variasi

ko mpo sisi pupuk t erhadap pert umbuhan rumput lau t Eucheum a cot t onii p a d a ku lt u r in vi t r o. J. Penelit ian Perikanan Indonesia, 1(3), 47-54. Anggadiredja, J.T., Zat nika, A., Pur wo t o , H., & Ist ini,

S. (2011). Rumput laut . Penebar Swadaya. Jakart a, hlm. 14-19.

Ask, E.A., & Azanza, R.V. (2002). Advances in cult iva-t io n iva-techno lo gy o f co mmercial eucheumaiva-t o id specie s: a re vie w wit h su gge st io n s fo r fu t u re re -search. Aquacult ure, 206, 257-277.

At madja, W.S., Kadi, A., Sulist idjo , & Safari, R. (1996). Pengenalan jenis-jenis rumput laut di Indo nesia. Puslit bang Oseano grafi LIPI. Jakart a.

Effendi, H. (2000). Telaah kualit as air bagi pengelolaan su m b e rd aya d an lin gku n gan pe rairan . Ju ru san Ma n a je m e n Su m b e r d a ya Pe r a ir a n , Fa k u lt a s Perikanan dan Ilmu Kelaut an, IPB Bo go r, 258 hlm. Fadillah, S. (2014). Gro wt h, mo rpho lo gy and gro wt h-relat e d ho rmo ne le ve l in Kappaphycus alvar ezii pro duced by mass select io n in Go ro nt alo Wat ers, Indo nesia. HAYATI Journal of Biosciences, 1022, 1-12.

FAO. (2012). The st at e o f wo rld fisheries and aquacul-t ure 2012. Ro me, 230 pp.

FAO. (2015). Glo bal aquacult ure pro duct io n st at ist ics dat abase updat ed t o 2013. Summar y info rmat io n o f Fisheries and Aquacult ure Depart ment . Ro me, 4 pp.

Gu n a w a n , L. W. (1 9 8 7 ). Te k n ik k u lt u r ja r in g a n . Labo rat orium Kult ur Jaringan Tanaman, Pusat Ant ar Universit as (PAU), Bio t ekno lo gi IPB, Bo go r. Ha d ie , L. E. , & Ha d ie , W. (2 0 1 2 ). Eva lu a s i

p e r k e m b a n ga n b u d id a ya r u m p u t la u t d a la m m e n d u k u n g in d u s t r ia lis a s i p e r ik a n a n . I n Taufiq urro hman, M., Prayo gi, U., & Winarno , A. (Ed s.). Prosiding Seminar Nasional Kelaut an VIII. Universit as Hang Tuah. Surabaya, hlm. 32-38. Hung, L., Ho ri, K., Nang, H., Kha, T., & Ho a, L.T. (2009).

Seasonal changes in growth rat e, carrageenan yield an d le ct in co n t ent in t he red alga Kappaphycus alvarezii cult ivat e d in Camranh Bay, Viet n am. J. Appl. Phycol., 21, 265-272.

Hu rt a d o , A., Ag b ayan i, R., San are s , R., & Ca st ro -Mallare, M. (2001). The seaso nalit y and eco no mic feasibilit y o f cult ivat ing Kappaphycus alvarezii in Pan aga t an Cays, Calu ya, An t iq u e , Ph ilip p in e s. Aquacult ure, 199, 295-310.

Im r o n , Is w a n t o , B., Ma r n is , H., Su p r a p t o , R. , Su wargo no , P., Ridzwan , N.S., Pange st ika, M.F., Ilmalizanri, Didi, Sur yana, A., So fyan Suri, A.S., & Tarmo . (2014). Naskah akademik ikan lele t umbuh ce p a t h a sil s e le k si in d ivid u . Ba lai Pe n e lit ia n Pemuliaan Ikan (BPPI). Sukamandi, 166 hlm. Marine Co llo id (197 7). Carrage enan marine co llo id

(12)

Ma’ruf, W.F. (2013). Inst it ut io n suppo rt t o t he Indo -nesian seaweed indust ries. Paper present ed at In-donesia-FAO Regional Workshop on Seaweed Cult ure, Handling, and Pr ocessing. Jakart a, Oct o be r 3-6 , 2013.

Mulyaningrum, S.R.H., Po ngmasak, P.R., & Sur yat i, E. (2009). Kandungan karagenan enam st rain rumput Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakart a, hlm. 766-771.

Mu lyaningrum , S.R.H., Paren ren gi, A., Risjani, Y., & Nursyam, H. (2013). Fo rmulasi auksin (indo le ace-t ic acid ) d an siace-t o kin in Ikin e ace-t in , ze aace-t in ) u n ace-t u k m o r fo g e n e s is s e r t a p e n g a r u h n ya t e r h a d a p pert umbuhan, sint asan, dan laju regenerasi kalus r u m p u t la u t, Ka p pa p h ycu s a l var ez i i. J. Ri s. Akuakultur, 8(1):31-41.

Muslimin, Po ngmasak, P.R., & Adhiyudart o , B. (2014). Pe n g a m a t a n p e r t u m b u h a n r u m p u t la u t Kappaphycus alvarezii dengan met o de long line di perairan Parigi Mo ut o ng Provinsi Sulawesi Tengah. Dalam Sugama, K., Kusnendar, E., Rachmansyah, Giri, N.A., Yu h an a, M., Krist an t o , A.H., Im ro n , karaginan rumput laut Kappaphycus alvarezii yang dibudidayakan pada lo kasi yang berbeda di perairan Te lu k To m in i, Go ro n t a lo . Dal am Su g am a, K., and carrageenan yield and qualit y o f Kappaphycus alvarezii in t he wat ers o f Viet nam. J. Appl. Phycol., 8, 431-437.

Orbit a, M.L.S. (2013). Gro wt h rat e and carrageenan yie ld o f Kappap hycus al va r ezi i (Rh o d o p h yt a , Gigart inales) cult ivat ed in Ko lambugan, Lanao del No rt e, Min danao , Philippines. AAB Bioflux, 5(3 ), 128-139.

Paena, M., Hasnawi, & Must afa, A.A. (2010). Analisis d at a d ukun g st rat e gi pe n ge mb angan bu d id aya rumput laut di perairan pesisir Kabupat en Mamuju,

Pro vin si Su la we si Barat . Dal am Su d ra d ja t , A., Sulawesi Selat an. J. Ris. Akuakult ur, 1(1), 01-11. Parenrengi, A., Sulaeman, Sur yat i, E., & Tenriulo , A.

(2007). Karakt erist ik genet ik rumput laut Gracilaria verrucosa dari beberapa sumber. Jurnal Aquacult ura Riset Perikanan Budidaya. Jakart a, hlm. 25-38. Parenrengi, A. (2013a). Seaweed cult ure in Indo

ne-sia. Paper present ed at Indonesia-FAO Regional Work-shop on Seaweed Cult ure, Handling, and Processing. Jakart a, Oct o ber 3-6, 2013.

Parenrengi, A. (2013b). Budidaya rumput laut ko t o ni Kap p a ph ycu s al var ez i i: p r o s p e k d a n p e r m a s alah an n ya . M akalah di sampaikan pada “ Pelat ihan Budidaya Rumput Laut ” pada t anggal 22-23 Desember 2013 di Nunukan, Kalimant an Utara, 16 hlm. rat e o f t he carrageeno phyt e Kappaphycus alvarezii (Rho do phyt a, Gigart inales) intro duced in subtro pi-cal wat ers o f São Paulo St at e, Brazil. Phycologipi-cal Research, 50(1), 1–9.

Pirzan, A.M., & Po ngmasak, P.R. (2007). St udi budidaya rumput laut di Pulau Saugi, Kabupat en Pangkep, Su la we si Se lat an . Dal am Tau fiq u rro h m a n , M., Prayo gi, U., Giman, & Winanro , A. (Eds.). Prosiding Seminar Saional Kelaut am III. Universit as Hang Tuah. Surabaya, hlm. 4348.

(13)

A.N., Thaib, E.A., Puwant o , & San o fa, V. (Ed s.).

(2009). Musim tanam rumput laut di perairan Tonra, Kabupat en Bo ne, pant ai Timur Sulawesi Selat an. Dalam Su d rad jat , A., Su p riyad i, H., Han afi, A., Krist ant o , A.H., Chumaidi, Must afa, A., Imro n, & In san, I. (Ed s.). Prosidng Forum Inovasi Teknologi Akuakult ur 2009. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakart a, hlm. 413-421.

Po ngmasak, P.R. (2010). Pencegahan hama dan penyakit r u m p u t la u t Ka pp a p hycu s a l var ez i i . D a l a m Syamsuddin, S., Sipahut ar, Y.H., Safurridjal, Basit h, A., Nurbani, S.Z., Suhart o , Siregar, A.N., Rahardjo , S., Sur ya, R., & Sano fa, V. (Eds.). Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia 2010, Jakart a, hlm. 447-454.

Po ngmasak, P.R., & Tjaro nge, M. (2010). Perfo rmansi pert umbuhan dan kandungan karaginan rumput la u t , Ka pp ap hycu s a l var ez i i d e n g a n a p lik a s i Po ngmasak, P.R., Asaad, A.I.J., Hasnawi, Pirzan, A.M.,

& Lanu ru, M. (20 10). An alisis kesesuaian lah an un t u k p en ge mbangan bu didaya rum pu t lau t di Gusu ng Bat ua, Pu lau Badi, Kabupat e n Pangkep, Sulawesi Selat an. J. Ris. Akuakult ur, 5(2), 299-316. Po n gm a sak, P.R., Pare n re n gi, A., Rach m an s yah , & Sur yat i, E. (2011). Pro t o ko l seleksi variet as bibit unggul rumput laut . Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau , Pusat Pene lit ian dan Pen gem bangan Pe r ik a n a n Bu d id a ya , Ba d a n Pe n e lit ia n d a n Pengembangan Kelaut an dan Perikanan. Jakart a, 27 hlm.

Po ngmasak, P.R., Sahrijannah, A., & Sept iningsih, E. (2013). Penent uan “cut o ff ” seleksi variet as unt uk pro duksi unggul rumput laut Gracilaria verrucosa ce p a t t u m b u h . Dal am In s n a n s e t yo , A. (Ed .). Prosiding Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelit ian Kelaut an dan Perikanan. Universit as Gajah Mada. Jo gjakart a, hlm. 1-9.

Po n g m a s a k , P.R. , Kr is t a n t o , A.H. , Ku s d ia r t i, & Kusnendar, E. (2014). Peningkat an p ro dukt ivit as dan keunt ungan budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii menggunakan bibit unggul hasil seleksi va r ie t a s . Da l a m Su g a m a , K. , Ku s n e n d a r, E.,

Kusnendar, E. (2015). Penerapan seleksi variet as u n t u k p r o d u k s i b ib it u n g g u l p a d a k a w a s a n budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii di Teluk Se re we , Lo m b o k Tim u r, Nu sa Te n ggara Barat .

Po ngmasak, P.R., & Prio no , B. (2015). Pengembangan bibit rumput laut , Kappaphycus alvarezii den gan Kabupat en Brebes, Jawa Tengah. Dalam Har yant i, Ra c h m a n s ya h , Su g a m a , K. , Pa r e n r e n g i, A. , Sudradjat , A., Imro n, Sunart o , A., Sumiarsa, G.S., Azwar, Z.I., & Krist an t o , A.H. (Ed s .). Prosidi ng Indoaqua-Forum Inovasi Teknologi Akuakult ur 2012. Pu sat Pe n e lit ian d an Pe n ge m b a n an Pe rikan an Budidaya. Jakart a, hlm. 1406-1412.

Ra d iart a, I N., Sap u t ra, A., & Alb as ri, H. (2 0 1 2 ). Pemet aan kelayakan lahan budidaya rumput laut (Kappaphycus al var ezi i) d i Ka b u p a t e n Bin t a n Provinsi Kepulauan Riau dengan pendekatan sist em info rmasi geo grafis dan penginderaan jauh. J. Ris. Akuakult ur, 7(1), 145-157.

Raikar, S.V., Lim a, M., & Fujit a, Y. (20 01 ). Effect o f t emperat ure, salinit y, and light int e nsit y o n t he g r o w t h o f Gr aci l a r i a s p p . (Gr a c ila r id a e , Rho do phyt a) fro m Japan, Malaysia, and India. In-dian Jo urnal o f Marine Sciences, 30(2), 98-104. Ro hmana, D., Sut o mo , H., Ro sellia, S., Tisnawibo wo ,

(14)

individu pada karakt er pert umbuhan. Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar. Sukabumi, 55 hlm. Sari, W.K.P., Mu slimin , & Sim at u pan g, N.F. (20 1 5). Pert umbuhan rumput laut Kappaphycus alvarezii, Eucheuma dent iculat um, dan Eucheuma st riat um pada budidaya laut berbasis Int egrat ed Mult i Tro phic Aquacult ure (IMTA) di Teluk To mini, Go ro n t alo . Dalam Sugama, K., Krist ant o , A.H., Radiart a, I N., Lu siast u t i, A.M., Kusdiart i, Prio no , B., In san , I., De wi, R.R.S.P.S., & Gard enia, L. (Eds.). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakult ur 2015. Pu sat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. Jakart a, hlm. 839-846.

Suhaimi, R.A., Makmur, & Must afa, A.S. (2012). Evaluasi ke se su aian lah an u nt u k bu d idaya ru m pu t lau t (Ka p p ap h ycu s al va r ez i i ) d i k a w a s a n p e s is ir Kabupat en Po huwat o Pro vinsi Go ro nt alo . Dalam Har yant i, Rachmansyah, Sugama, K., Parenrengi, A., Su drad jat , A., Imro n , Su nart o , A., Sum iarsa,

G.S., Azwar, Z.I., & Krist ant o , A.H. (Eds.). Prosiding Indoaqua-Forum Inovasi Teknologi Akuakult ur 2012. Pusat Pe ne lit ian dan Pen ge mb angan Pe rikanan Budidaya. Jakart a, hlm. 828-840.

Sulaeman, Parenrengi, A., Sur yat i, E., & Tenriulo , A. (2 007 ). Ge net ic, co lo rat io n an d gro wt h pe rfo r-mance o f t wo different variet ies o f Kappaphycus alvarezii. Indonesian Aquacult ure Journal, 2(1), 23-26.

Su r yat i, E., Mu lyan in gru m, S.R.H., Te n riu lo , A., & Rosmiat i. (2008). Iso lasi dan fusi pro t oplas rumput laut Kappaphycus alvarezii. Tekno lo gi Pe rikanan Budidaya. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakart a, hlm. 269-274.

Gambar

Gambar 2.Lokasi penelitian seleksi rumput laut Kappaphycus striatum
Gambar 3.Prosedur seleksi rumput laut berdasarkan parameter laju pertumbuhan harian (adopsiillustrasi dari Pongmasak et al., 2011)Figure 3.The procedure of seaweed selection protocol based on the growth rate parameter (adaptedillustration from Pongmasak et al., 2011)
Gambar 4.Laju pertumbuhan harian rumput laut Kappaphycus striatum pada bibit hasilseleksi dan kontrolFigure 4.Daily growth rate of seaweed Kappaphycus striatum from selected seed andcontrol
Table 1.Selection differential and selection response of seaweed Kappaphycus striatum based on the daily growth
+4

Referensi

Dokumen terkait

Apabila tidak hadir atau tidak juga dikuasakan untuk menghadiri pembuktian kualifikasi dan/atau tidak dapat membuktikan keabsahan data kualifikasi perusahaan

3.1 Hasil Simulasi untuk Proses Isotermal dengan u inlet = 0,165 m/s (Kondisi 1) Sebelum menjalankan model, perlu dilakukan perhitungan bilangan Reynolds (Re) untuk

Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan.. Terhambat ( poorly drained ), tanah mempunyai

Pengusaan Konsep Fisika Mahasiswa Pendidikan Fisika pada Semester Awal, Pertengahan dan Akhir di FKIP Universitas Jember.. Laporan Field Study, Pengembangan Program Pendidikan

dipimpin oleh Hotraned F'arahr Aided- Fasr-rkarr yang ber-a.da di. bawah pimpinan l,lotramed Farah Aided Lelah teror.ganisasi

Dalam penelitian ini penulis menggunakan software Adobe Flash CS5.5 Tujuan dari pembuatan media pembelajaran ini adalah menghasilkan dan menguji perangkat lunak

-Pengadaan Alat Tulis Kantor -Pengadaan Spanduk -Pengadaan Cetak Sertifikat -Pengadaan Foto copy -Pengadaan Dokumentasi

Berdasarkan pengamatan di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi tampak bahwa dalam pelaksanaan kegiat- an sehari-hari, pegawai masih memerlu- kan adanya