• Tidak ada hasil yang ditemukan

kebebasa dalam prespektif gender buddhisme

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "kebebasa dalam prespektif gender buddhisme"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN ILMIAH

Konsep Kebebasan Dalam Prespektif Buddhisme

Oleh :

Nama : Galuh Nur Fattah

NIM : 13/347705/FI/03782

FAKULTAS FILSAFAT

(2)

Pendahuluan

Kebebasan adalah aspek yang selalu menjadi objek dan sekaligus menjadi masalah yang sangat krusial untuk didiskusikan karena di mana ada kebebasan di situ selalu ada hak-hak orang lain yang tidak bisa untuk disentuh oleh kebebasn yang kita miliki, dan tidak jarang pada akhirnya menimbulkan suatu gejolak yang terkadang berakhir menjadi suatu masalah yang mempengaruhi berbagai aspek sehingga hidup tidak seimbang. Pada makalah ini saya ingin sedikit mengurai masalah ” kebebasan dalam prespektif Buddhisme”. Namun pada pembahasan didalamnya yang menjadi sandaran atau sudut pandangannya adalah agama sebagai sebagai bagian dari kebudayaan dan melihat fenomena yang dibahas didalamnyapun menjadi pembahasan dalam lingkup filsafat namun tidak meninggalkan maksud dan makna dari kebebasan yang hendak di bahas di dalamnya sebagai sebuah sistem filsafat pada umumnya. Karena pada prinsipnya Budhhisme memandang bahwa kebebasan manusia merupakan bagian yang memang merupakan bagian paling sentral dalam objek kajiannya karena dalam kebebasan di sini dibahas mengenai kesengsaraan, penderitaan, dan rasa sakit yang kemudian menghalangi kebebasan yang hakiki yang memang harus dimiliki manusia, namun pada awalnya fenomena tersebut datang dari sebuah tatanan atau kehidupan masyarakat tertentu .

Rumusan Masalah

1. Apa kebebasan itu menurut Buddhisme dan bagaimana kaitannya dengan kebudayaan ?

2. Apa relasi antar kebebasan dan eksistensi manusia dalam prespektif Buddhisme ?

(3)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengtahui bagaimana prespektif Buddhisme mengenai konsep kebebasan karena ini menjadi sangat menarik untuk dibahasa karena kita tahu bahwa konsep mengenai kebebasan yang berkembang di barat dan konsep kebebasan yang berkembang di timur memiliki banyak perbedaan terutama jika di lihat dari 2 paham yang cukup mempengaruhi di dunia ini yaitu komunisme yang memandang bahwa kebebasan di nilai adalah sebuah hal yang bisa dicapai secara hakiki jika semua untuk kepentingan bersama dan didalamnya tidak terdapat hak-hak atau kepemilikan secara pribadi dan yang ada didalamnya hanyalah hak-hak atau kepemilikan bersama sedangkan satu paham yang lain yaitu liberlisme yang menilai bahwa kebebasan yang hakiki adalah kebebasan yang datang dari dari diri pribadi dan eksklusifitas pribadi adalah segala-galanya. Namun tentu akan terasa berbeda jika kebebasan disni dilihat dari kacamata buddhisme dan memamandanya sebagai produk dari sebuah bagian dari hasil kebudayaan,dalam filsafat kebudayaan dikatakan bahwa dalam sebuah agama terdapat simbol-simbol yang di dalamnya ada unsur-unsur yang merupakan bagian dari kreasi dan hasil ekspresi manusia yang di purifikasikan, dalam artian di purifikasikan dalam segi hal yang bersifat dogmatis namun jika di lihat dari segi hal yang berkaitan dengan kebudayaan bisa di katakan memeliki sisi dimana ada beberapa hal yang di modifikasi dan sifatnya sendiri manjadi dinamis dan tidak stagnan, tentunya akan terasa berbeda dan akan menarik untuk di kaji secara mendalam dan kaitkan sebagai bagian dari sebuah hasil kebudayaan.

Kerangka Teoritik

Pendahuluan

(4)

Kebebasan adalah suatu kondisi dimana kehendak atau keinginan manusia tidak berada dalam kondisi atau kehendak yang lain yang bukan berasal dari kehendaknya sendiri, sehingga seseorang di mungkinkan untuk melakukan segala sesuatu dengan bebas. Namun terkadang konsepk kebebasn ini sering sekali menyimpang dari etika dan moral sehingga pada akhirnya terjebak dalam suatu keadaan dimana seseorang dengan mengatasnamakan kebebasnnya untuk merenggut kebebasan orang lain sehingga bukannya kebebasan yang bertanggung jawab yang di dapatkannya melain sebuah kebebasan yang kebablasan yang pada akhirnya malah merugikan orang lain dan bukannya kebahagiaan yang di dapatkan melain suatu penderitaan atau kesamsaraan dimana dalam kajian Buddhisme sendiri suatu kesamsaraan itu membuktikan bahwa seseorang belum terbebas dari derita dan tentunya kebebasan yang hakiki belum didapat secara menyeluruh.

Dalam Buddhisme ada sebuah konsep yang di sebut sebagai empat kebenaran luhur yang isinya sebgai berikut :

1. Hidup adalah menderita (dukkha)

2. Penderitaan atau sengsara itu ada sebabnya (samudaya)

3. Sengsara bisa diatasi dengan melenyapkan keinginan (nirodha)

4. Jalan mengatasi sebab-sebab derita itu terdiri dari 8 jalan (marga)

Dari empat kebenran luhur di atas yang menjadi pusat objeknya adalah segala hal yang berkaitan dengan asal muasal dari penderitaan, cara mengatasinya, langkah apa yang harus di ambil untuk mengatasi hal tersebut. Dapat di ambil suatu tesis bahwa penderitaan di atas adalah pokok yang menghalangi seseorang untuk menuju suatu kebebasan yang bersifat hakiki dan kemudian terlepas dari segala yang membelugunya.

(5)

1. Menyangkut kenyataaan adanya derita yang meliputi 7 sengsara yang dialami setiap orang. Namun tidak perlu semuanya sebagai definisi sengsara, hanya sebagai contoh-contoh derita yang akrab dengan manusia yang hidup di dunia. Dalam hal ini harus diingat bahwa nikmat yang dialami seseorang sering kali merupakan malapetaka bagi yang lain. Dan malapetaka sesama mengganggu kedamaian seseorang. Jadi, orang kaya yang memiliki banyak harta yang semestinya bahagia, ternyata tidak bahagia. Sebab, manusia yang sungguh-sungguh peka akan menangkap kepekaan sesamanya yang menderita dan mengusik rasa puas dan senang atas harta miliknya

2. Sengsara bersumberdari keinginan manusia. Di satu sisi, sengsara di sebabkan oleh keinginan mengenai apa yang tak bisa dimiliki seseorang. Disisi lain, sengsara juga di sebabkan oleh keinginan untuk menolak apa yang di tak di dapat ditolak. Jadi, misalnya keinginan orang miskin untuk mempunyai uang membuatnya sengsara. Atau keinginan orang yang sakit untuk mendapatkan kesehatan, ini yang membuatnya menderita. Juga, keinginan akan kekekalan dalam berhadapan dengan kematian yang selalu tidak dapa di tolak membuatnya manusia menjadi menderita dan seterusnya.

3. Penderitaan dapat di hentikan dengan menganalisis sebab-sebab penderitaan. Bila kerinduaan akan “aku” merupakan penyebab sengsara, maka penghentian penderitaan terletak pada pemasifan keinginan tersebut. Inilah yang di ajarkan Buddha

4. Jalan ini merupakan jalan menuju kelepasan dari sengsara. Jalan tengah ini, pemadatan filsafat hidup yang merupakan ciri khas Buddhisme sebagai filsafat praktis, dibangun di atas 8 prinsip pokok yang memberi isi kebenaran luhur ke-4. Delapan prinsip pokok atau pedoman (8 jalan luhur untuk mencapai kelepasan itu ) :

(6)

2) Memecahkan (masalah ) dengan benar (samma sankappa)

3) Berbicara dengan benar (samma vaca)

4) Bertindak dengan benar (samma kammanta)

5) Hidup dengan benar (samma ajiva)

6) Berikhitiar dengan benar (samma vayama)

7) Berpikir/bernalar dengan benar (samma sati)

8) Berkonsentrasi/bermeditasi dengan benar (samma samadhi)

Dari uraian mengenai benih kesengsaraan dan cara menanggulanginya dapat di analisis bahwa dengan mengurai sumber tersebut dan kaitannya dengan eksistensi manusia, maka akan di temukan bagaimana caranya untuk mencapai untuk mencapi hakikat kebebasan manusia secara kodratnya. Namun jika di lihat kembali bahwa sebenarnya dalam Buddhisme sendiri terdapat ekspresi yang mencerminkan ekspresi manusia yang kita tahu bahwa ekspresi sendiri adalah bagian atau hasil dari subjek yaitu manusia itu sendiri dan tidak dapat di pungkiri bahwa itu menjadi suatu bagian dari sebuah kebudayaan jika kita melihatnya dari definisi kebudayaan adalah segala sesuatu yang di hasilkan oleh manusia baik melalui akal budi, intuisi, dan juga emosi manusia. Di dalam 8 prinsip pokok budhisme di atas terdapat beberapa unsur yang di katakan harus di jalani dan harus di lakukan oleh seseorang dalam perjalananya untuk menuju ke arah kehidupan yang lebih baik dan tertata serta juga pada akhirnya dapat melangkah pada suatu kebebasan yang dari awal hendak di capai. Namun menurut ke-8 perintah tersebut nantinya akan menjadi sebuah kebiasan yang di biasakan untuk di laksanakan dan di sadari atau tidak pada akhirnya itu menjadi bagian dari kebudayaan karena terus di lakukan secara terus menerus.

Metode Penelitian

(7)

- Anilisis kritis

- Deskriptis

- Sistematis dan reflektif

Tenik pengabilan data

Dari studi pusataka dan sumber internet yang bertanggung jawab

Jalan penelitian

Penilitan akan berjalan dengan aktivitas membaca serta menganalisis konsep dan aliran-alirandalam buddhisme kemudian di korelasikan dengan konsep kebebasan dalam prespektif Buddhisme serta di tambah dengan penjelasan kebebsan secara universal

Sistematika penulisan

Bab 1 (bersisi penjelsan kebebasan secara umun dan kaitannya dengan konsep Buddhisme sebagai bagian dari suatu Kebudayaan)

Bab 2 (penjelsan tentang hubungan antar kebebsan dalam prespektif Buddhisme dan kaitannya dengan eksistensi manusia sebagai subjek dari suatu kebudayaan )

Bab 3 (kesimpulan dan penutup )

Pembahasan

Bab 1:

(8)

Kebebasan adalah suatu kondisi dimana kehendak atau keinginan manusia tidak berada dalam kondisi atau kehendak yang lain yang bukan berasal dari kehendaknya sendiri, sehingga seseorang di mungkinkan untuk melakukan segala sesuatu dengan bebas. Namun terkadang konsepk kebebasn ini sering sekali menyimpang dari etika dan moral sehingga pada akhirnya terjebak dalam suatu keadaan dimana seseorang dengan mengatasnamakan kebebasnnya untuk merenggut kebebasan orang lain sehingga bukannya kebebasan yang bertanggung jawab yang di dapatkannya melain sebuah kebebasan yang kebablasan yang pada akhirnya malah merugikan orang lain dan bukannya kebahagiaan yang di dapatkan melain suatu penderitaan atau kesamsaraan dimana dalam kajian Buddhisme sendiri, suatu kesamsaraan itu membuktikan bahwa seseorang belum terbebas dari derita dan tentunya kebebasan yang hakiki belum didapat secara menyeluruh.

Dalam Buddhisme ada sebuah konsep yang di sebut sebagai empat kebenaran luhur yang isinya sebgai berikut :

1. Hidup adalah menderita (dukkha)

2. Penderitaan atau sengsara itu ada sebabnya (samudaya)

3. Sengsara bisa diatasi dengan melenyapkan keinginan (nirodha)

4. Jalan mengatasi sebab-sebab derita itu terdiri dari 8 jalan (marga)

Dari empat kebenran luhur di atas yang menjadi pusat objeknya adalah segala hal yang berkaitan dengan asal muasal dari penderitaan, cara mengatasinya, langkah apa yang harus di ambil untuk mengatasi hal tersebut. Dapat di ambil suatu tesis bahwa penderitaan di atas adalah pokok yang menghalangi seseorang untuk menuju suatu kebebasan yang bersifat hakiki dan kemudian terlepas dari segala yang membelugunya.

(9)

dapat di analisis bahwa awal dari buddhisme sendiri adalah sebuah sebuah kekecewaan dan disini dapat di hubungkas dengan kondisi emosional manusia yang kemungkinan di relisasikan melalui sebuah upaya manusia untuk menaggulangi setiap masalah berkaitan dengan emosional itu sendiri dalam hal ini yang menjadi topik dari hal tersebut adalah kesamsaraan atau kesengsaraan yang dan kemudian di wujudkan menjadi sebuah ajaran yang kemudian jika di hubungkan dengan definisi di atas tadi tentunya bisa di katakan bahwa ekspresikan yang demikian adalah merupakan bagian dari suatu unsur kebudayaan. Yang kemudian di dalam ajaran tadi terdapat suatu ke khsan , dimana Immanuel Kant mengatakan bahwa “kebudayaan adalah bagian dari ke khasan manusia “ dengan kata lain ke khasan ini merupakan ke khasan yang yang hanya di miliki manusia, karena posisi manusia sebagai subjek dari kebudayaan.

Dalam Buddhisme juga di tekankan bahwa untuk menghilangkan kesemsaraan perluadanya upaya untuk menghilangkan akar dari sebab atau benih dari kesemsaraan diantaranya:

1. Menyangkut kenyataaan adanya derita yang meliputi 7 sengsara yang dialami setiap orang. Namun tidak perlu semuanya sebagai definisi sengsara, hanya sebagai contoh-contoh derita yang akrab dengan manusia yang hidup di dunia. Dalam hal ini harus diingat bahwa nikmat yang dialami seseorang sering kali merupakan malapetaka bagi yang lain. Dan malapetaka sesama mengganggu kedamaian seseorang. Jadi, orang kaya yang memiliki banyak harta yang semestinya bahagia, ternyata tidak bahagia. Sebab, manusia yang sungguh-sungguh peka akan menangkap kepekaan sesamanya yang menderita dan mengusik rasa puas dan senang atas harta miliknya.

(10)

mempunyai uang membuatnya sengsara. Atau keinginan orang yang sakit untuk mendapatkan kesehatan, ini yang membuatnya menderita. Juga, keinginan akan kekekalan dalam berhadapan dengan kematian yang selalu tidak dapat di tolak membuatnya manusia menjadi menderita dan seterusnya.

3. Penderitaan dapat di hentikan dengan menganalisis sebab-sebab penderitaan. Bila kerinduaan akan “aku” merupakan penyebab sengsara, maka penghentian penderitaan terletak pada pemasihan keinginan tersebut. Inilah yang di ajarkan Buddha

4. Jalan ini merupakan jalan menuju kelepasan dari sengsara. Jalan tengah ini, pemadatan filsafat hidup yang merupakan ciri khas Buddhisme sebagai filsafat praktis, dibangun di atas 8 prinsip pokok yang memberi isi kebenaran luhur ke-4. Delapan prinsip pokok atau pedoman (8 jalan luhur untuk mencapai kelepasan itu ) :

1) Memandang dengan benar (samma ditthi )

2) Memecahkan (masalah ) dengan benar (samma sankappa)

3) Berbicara dengan benar (samma vaca)

4) Bertindak dengan benar (samma kammanta)

5) Hidup dengan benar (samma ajiva)

6) Berikhitiar dengan benar (samma vayama)

7) Berpikir/bernalar dengan benar (samma sati)

8) Berkonsentrasi/bermeditasi dengan benar (samma samadhi)

(11)

konsep tentang tingkat perkembangan alam pemikiran manusia menurut filsafat kebudayaan yang di sampaikan oleh Van Peursen, konsep pemikiran dari Buddhisme sendiri masuk kedalam konsep yang masuk dalam kajian alam pemikiran ontologis mengapa demikian? karena menurut saya pemaknaan tentang terlepasnya atau bebasnya seseorang dari belenggu penderitaan, merupakan suatu upaya mengukuhkan eksistensi manusia itu sendiri dalam suatu keadaan yang terlepas dari kesengsaraan seperti yang telah di bahas sebelumnya. Selain itu layaknya agama yang menginduk pada suatus istem filsafat tertentu sperti agama hindu dan agama- agama yang lain agama Buddha juga memiliki suatu sistem keagamaan tertentu yang di dalamnya membahas membahas konsep mengenai apa yang di maksud dengan konsep atau ajaran yang di sebut dengan paticca samphada yaitu suatu ajaran yang menjelaskan tentang suatu kejadin yang berputar secara tertur di dalmnya terdapat penjelsan mengenai yang secararealitas menerangkan perputaran layaknya seprti sebuah roda, atau sering di sebut juga dengan lingkaran kehidupan dan juga di dalamnya ada konsep dimana seseorang akan terlahir kembali sebagai manusia ke dunia jika seseorang tersebut belum mencapi tingkatan untuk mencapai nirwana layaknya sang Buddha, proses tersebut di mulai dari kelahiran, menjadi, memahami, keinginan, persepsi,indera (kesan-kesan), indera, tubuh meliputi akal dan budi, keadaran, dorongan untuk bertindak, ketidaktahuan, umur menjadi tua, kematian dan kemudian kelahiran kembali dan kejadian ini terjadi terus menerus sebelum seseorang mencapai kesempurnaan sebagai manusia sepertilayaknya buddha gautama, namun dalam inti dari putaran roda tersebut sesuatu yang perlu untuk di hilanhkan yaitu kebodohan, napsu, dan kebencian karena kesemuanya menimbulkan kesengsaraan yang mengakibatkan seseorang sulit untuk terbebas dari belenggu kesengsaraan.

(12)

mengapa demikian ? karena dalam bentuk roda tersebut memiliki suatu bentuk tertentu yang memiliki suatu makna dan mencerminkan suatu corak atau identitas dari suatu agama tertentu dalam konteks agama sebagai produk kebudayaan. Karena simbol tidak hanya tersampaikan dari suatu yang yang tersurat dan konkret melainkan dari sesuatu yang tersirat dan abstrak oleh karena makna pembebasan dalam hal di sini di tekankan pada aspek di mana kebebasan yang hakiki menurut budhisme yaitu terbebas dari semua kesengsaraan dan kita tahu bahwa kesengsaraan adalah sesuatu yang abstrak dan tidak bisa di wujudkan oleh karena itu saya menganggapnya sebagai bagi yang masuk dalam simbol dalam kebudayaan.

Bab 2 :

PENJELSAN TENTANG HUBUNGAN ANTAR KEBEBSAN DALAM

PRESPEKTIF BUDDHISME DAN KAITANNYA DENGAN

EKSISTENSI MANUSIA SEBAGAI SUBJEK DARI SUATU

KEBUDAYAAN

(13)

pembagiannya di kaitkan dengan pemikiran Van peursen mengenai alam pemikiran ontologis karena berhubngan dengan penggambaran dan eksistensi diri dan dalam agama buddha sendiri konsep tersebut di kenal dengan nama Abhidhamma. Intidari abhidhamma sendiri menjelaskan terdapat sebuah arus yang terus mengalirkan unsur – unsur sensasi (inderawi), kesadaran, perasaan, dorongan – dorongan bertindak serta proses – proses kerja badani. Unsur – unsur yang selalu bergerak ini memberi kegairahan penampilan maupun menjaga tetap berlangsungnya “diri”. Tetapi yang kelihatan seharusnya tidak diperhatikan, sedang di balik unsur-unsur yang sementara dan terbatas ini harus di perhatikan unsur –unsur yang sejati yaitu unsur nirvana, yaitu unsuryang tidak sementara dan tidak terkondisikan. Nirvana pada umumnya dipandang mengatasi deskripsi dan definisi. Namun ketika para filsuf didesak untuk menjelaskannya kemudian mereka menjelaskannya atau menyebutkannya sebagai esensi tak termusnahkan dari berbagai unsur –unsur yang sementara dan terbatas , dalam kondisi tenangnya, nirvana atau keselamatan di pahami sebagai kedaan pendudukannya, penenangan dari unsur-unsur yang ada, terbatas dan semantara.

Ada banyak daftar mengenai unsur-unsur dasar realitas. Tetapi umumnya daftar-daftar itu menyebutkan bahwa unsur-unsur dasar atau dhamma merupakan hakikat dari kekuatan-kekuatan elemental daripada substansi-substansi elemental. Dhamma sama dengan energi unsur yang dhamma dari telinga, mata, hidung, lidah, kulit serta dhamma-dhamma pelengkap dari warna, suara, bau, rasa dan daya tahan.

(14)

4. Proses pembentuk naluri sadar dan tak sadar untuk bertindak (sankhara), terbagi dalam:

1) Unsur –unsur penyusun aktivitas batin dalamkesadaran: perasaan, persepsi, kehendak, sensasi, langsung, keinginan, pengertian, kecenderungan, dan konsentrasi

2) Unsur –unsuryang menyusun keutamaan: iman, keberanian, kesopanan, rasa muak akan hal – hal yang tidak baik, tidak loba, tidak benci, sabar, nalar.

3) Pembentuk cacat kelemahan: keras kepala, .keraguan , kecerobohan,ketidaksopanan, kemarahan, kemunafikan, iri hati, cemburu, pembohong, menipu, benci, dan sombong

5. Kumpulan kegiatan –kegiaan kesadaran dibagi dalam unsur-unsur atau dhamma yang bertanggung jawab atas tiga kategori kesadaran : kesadaran murni, tidak murni, dan tidak jelas murni atau tidak. Semua tiga kategori kesadaran ini meliputi 89 unsur –unsur atau dhamma. Yangbila dikaitkan dengan macan-macam kumpulan proses pembentukan sankhara.

Diri Sebagai Apa Adanya

Kekurangpuasan mengenaui jati diri yang dijelaskan sebagai pribadi oleh sekolah personalis itu mendorong para filsuf mahayanauntuk menjawab persoalan siapakah “diri” atau jati diri itu ? salah seorang filsuf mahayana, bernama Ashvaghosa, mengganti istilah pribadi (pudgala) atau jati diri dengan kata kunci tathata atau seperti adanya.

(15)

antara diri fana (yang karena ketidaktahuan) dengan diri yang telah menjangkau nirvana dengan menerima Buddhi . jadi disatu pihak , ada diri fana, yang sementara akan dicapai bahagia,yang terlepas dari yang fana itu. Keduannya masih menyatu dan ada dalam satu diri individual orang tersebut. Karena diri yang sudah diterangi itulah yang menjadi sasaran pendalaman aliran ini : siapakah jati diri buddha (yang sudah mendapat penerangan) itu ?

Kemustahilan keinginan mengenal jati diri Buddha (yang kekal) terletak pada fakta bahwa yang mau mengenali itu tetaplah “diri” yang tidak tahu (yang sementara , yang masih terus didukung oleh dukha , yang terbatas). Apakah mungkin”diri” yang terbatas mau mengenal tak terbatas ?

Karenaitu sebenarnya bisa di mengerti bila kelompok personalis menyimpulkan bahwa “sang pribadi” itu tak mampu terumuskan dan tak terumuskan.

Pemahaman di atas pada akhirnya menjelaskan bahwa eksistensi manusia yang memiliki arus yang terdiri dari unsur-unsur sensasi inderawi yang kemudian yang pada inti dari pendapat tersebut merupakan salah satu dari kajian yang pernah di katakan dalam pemikiran Van peursen dalam salah satu tingkat alam pemikiran yang ada di salah satu teorinya yaitu berada tingkat alam pemikiran ontologis atau di mana pada dasarnya eksistensi yang di jelaskan di dalanya menjelaskan mengenai penggabaran diri yang ideal berkaitan dengan kebebasan yang hakiki tanpa ada pengalang yang berapa penderitaan yang di jelaskan dalam beberapa inti ajaran Buddha di dalamnya.

Bab 3:

(16)

Demikianlah hasil dari penelitian ini pada intinya bahwa Buddhisme sebagai agama dalam kaitannya juga sebagai bagian dariproduk kebudayaan memeiliki banyak sekali konsep yang bisa di ambil di dalamnya konsep tersebut bisa dikitakan sangat universal karena semua bagian dari apa yang di bahas dalam agama tersebut pastinya juga dapat di bahas dan di kaitkan dengan topik kebudayaan, karena kaitannya tadi bahwa agama adalah salah satu bagian dari kebudayaan namun disini yang menjadi perhatian dan sekaligus pengetahuan baru adalah suatu pembahasan khas dari Budhisme yaitu konsep mengenai kesengsaraan dan cara untuk membebaskan dirinya dan padaakhirnya dapat mendapatkan kebebasan yang hakiki. dan disini dapat di simpulkan bahwa pada dasrnya agama buddha adalah agama yang datang dan berawal dari ekspresi dan emosional manusia dalam memaknai kesengsaraan dalam hidup. Dan itulah mengapa kebebasan itu sendiri sangat erat kaitannya dengan filsafat kebudayaan.

Daftar Pustaka

Sutrisno, FX. Mudji. 1993. Buddhisme Pengaruhnya Dalam Abad Modern. Yogyakarta: Kanisius

Venerable S. Dhammika ,Tjahyadi. 1990. “Dasar Pandangan Agama Buddha”. Surabaya: Yayasan Dhammadipa Arma

(17)

Kalupahana, David J. Causality .1975. The Central Philosophy of Buddhism. Honolulu: University of Hawaii press

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini yaitu 1 Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran akidah akhlak di SMK Ma‟arif NU Mantup 2 Membuktikan ada tidaknya pengaruh pembelajaran

Pada praktek pembuatan atau pengolahan kulit singkong menjadi makaran ringan yang sehat, peserta yang hadir bersama dengan tim pengabdi dan mahasiswa melakukan pengolahan limbah

Dan ini tidak menjadi masalah karena anda akan lebih mudah utuk belajar dengan dua atau lebih  gaya belajar (banyak media yang bisa

Metode penelitian yang dilakukan untuk memproduksi asam organik ini adalah melalui fermentasi anaerobik stillage etanol yang diawali oleh proses aklimatisasi kultur campuran

cycloo4ygenase atau cyclic nucleotide phosphodiesterase akan mengurangi edema paru sekunder akibat peningkatan permeabilitas alveolar-kapiler= pada manusia masih memerlukan

rahmat serta karunia-Nya dapat terselesaikan skripsi yang berujudul “ Analisis Likuiditas, Profitabilitas, dan Leverage untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress

Kegiatan mendisplay (penataan produk) merupakan kegiatan dari suatu perusahaan untuk memajangkan barang dagangan baik dalam ruangan maupun diluar ruangan untuk dapat