OTONOMI DAERAH DAN PENCIPTAAN IKLIM
INVESTASI DI DAERAH
DISUSUN OLEH :
RIMA NURHAYATI ( 201310050311090 )
SILVIA HANDAYANI ( 201310050311064 )
DWI ANITA SARI ( 201310050311123 )
META RIZKI PUTRI ( 201310050311098 )
DAREVA R. ( 201310050311171 )
M. RIZKY ARISTA ( 201310050311077 )
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, kemungkinan akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan perekonomian di era golabalisi ini dan perdangan bebas
(ekonomi global) ini. Untuk dapat ikut dalam ekonomi global ini pemerintah perlu mencari peluang dan mengatur strategi dalam pembangunan wilayah yang diharapkan mampu memerikan pemerataan. pembangunan yang dilakukan harus lebih diorientasikan pada pembangunan spasial pada tingkat wilayah dan lokal dengan lebih mengutamakan kapasitas ekonomi lokal . Untuk itu pemerintah pusat memberikan kewenangan dan pengalihan kekuasaan kepada pemrintah daerah untuk menagatasi masalah yang ada di daerahnya sendiri dan kemandirian daerah yang disebut dengan desentralisasi.
Salah satu tujuan penerapan sistem desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan pembangunan di segala bidang khususnya bidang ekonomi. Kebijakan Pemerintah Daerah di bidang ekonomi hendaknya diarahkan pada upaya peningkatan kapasitas masyarakat melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pemberdayaan ekonomi masyarakat akan terwujud jika pembangunan ekonomi diarahkan pada pengembangan potensi riel dari masyarakat setempat. Hal ini sejalan dengan amanat TAP MPR RI No. XVI Tahun 1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi, yang menyatakan adanya keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan.
Adanya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah membuka peluang pemerintah daerah untuk mengatur dan melakukan intervensi langsung dalam pengembangan ekonomi daerahnya. Selain itu, pemerintah daerah mempunyai wewenang dalam membuat kebijakan pengembangan ekonomi daerah yang didasarkan pada pengembangan sektor-sektor unggulan yang memiliki nilai kompetitif dan berorientasi global di masing-masing wilayahnya. Hal ini bertujuan mencegah terjadinya perbedaan yang mencolok antara wilayah maju dan wilayah yang kurang berkembang.
mampu menjadi wadah bagi pertumbuhan dan perkembangan investasi dan industri industri luar negeri yang tidak lagi dihalang-halangi oleh batas-batas negara. Untuk itu dibuthkan pemahaman mengenai hakikat pembangunan ekonomi daerah, perubahan paradigma dalam era otonomi daerah, pentingnya kebutuhan informasi, dan stategi menarik investasi. Orang dan industri ke daerah. Seperti yang telah dikatan tadi bahwa salah satu upaya peningkatan kapasitas ekonomi kerakyatan atau ekonomi lokal adalah dengan membuka kesempatan seluas-luasnya bagi masuknya penanam modal (investor), baik dari luar negeri, dalam negeri, maupun investor lokal. Adalah menjadi tugas Pemerintah daerah untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi masuknya investor. Sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 32 Tahun 2004 pasal 176, bahwa: “Pemerintah Daerah dalam meningkatkan perekonomian Daerah dapat memberikan insentif dan/atau kemudahan kepada masyarakat dan/atau investor yang diatur dalam Peraturan Daerah dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.”
Adanya otonomi daerah ternyata tidak selalu bisa menjadi solusi , namun juga menimbulkan rekasi. Otonomi daerah ternyata menimbulkan perubahan iklim usaha, hal yang ini diantaranya perizinan dan birokrasi, sumbungan dan pungutan (baik formal dan informal) isu tenaga kerja dan perburuhan, serta arah dan orientasi kebijakan ekonomi dareah. Banyak pengusaha enggan untuk memanamkan modal di daerah ada kebijakan-kebijakan yang memberatkan para pengusaha. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa investasi yang dilakukan di Indonesia belum sebaik dinegara lainnya, sehingga menyulitkan menarik investor untuk masuk ke Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang masalah yang dibuat, maka dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain :
1. Bagaimana ide-ide dasar desentralisasi dan otonomi daerah? 2. Bagaimana peningkatan iklim investasi dalam otonomi daerah? C. TUJUAN MAKALAH
Dari rumusan masalah yang ada, tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain : 1. Untuk mengetahui ide-ide dasar desentralisasi dan otonomi daerah.
2. Untuk mengetahui peningkatan iklim investasi yang baik di dalam otonomi daerah.
D. MANFAAT MAKALAH
Adapun manfaat yang kita peroleh dalam pembuatan makalah ini antara lain :
1. Dari segi teoritis manfaat dan kegunaan penelitian ini untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya tentang Otonomi Daerah dan Penciptaan Iklim Investasi di Daerah.
2. Sedangkan manfaat dari segi praktis adalah diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang praktik investasi dalam otonomi daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah perekonomian mencatat desentralisasi telah muncul ke permukaan sebagai paradigma baru dalam kebijakan dan administrasi pembangunan sejak dasawarsa 1970-an . Tumbuhnya perhatian terhadap deentralisasi tidak hanya dikaitkan dengan gagalnya perencanaan terppusat dan populernya strategi pertumbuhan dengan pemerataan ( grow with equality ) ,tetapi juga adanya kessadaran bahwa pembangunan adalah suatu proses yang kompleks dan penuh ketidakpastian yang tidak mudah dokendalikan dan direncanakan dari pusat.
Implementasi desentalisasi akan melahirkan daerah yang efektif dan efisien. Dengan desentralisasi dan otonomi,pemerintah dearah akan lebih jelas mengetahui kebutuhan masyarakat lokal. Pemerintah daerah merupakan daerah yang paling dekat denan rakyat. Secara tidak langsung pemerintah daerah berwibawa untuk bertindak sebagai penghubung anatara pemerintah pusat dengan rakyat dengan implementasi desentralisasi.
Implementasi kebijakan desetralisasi juga dapat memeperbaiki pereencanaan dan pengurusan di dalam borokrasi pusat dalam rangka menyelesaikan masalah ekonomi ,sosial dan politik negara, implementasi desentralisasi juga dapatmengurangi beban tugas yang trepaksa di tanggung oleh pemerintah pusat melalui penyerahan kekuasaan dan tanggung jawab unit pengelola pemerintah daerah.
terlaksana, yang mengindikasikan kemungkinan gagalnya otonomi daerah.
otonomi daerah tidak dapat dipisahkan dari isu desentralisasi karena pemberian otonomi kepada daerah bersumber dari kebijakan desentralisasi.
2.2 OTONOMI DAERAH DAN INVESTASI
Hambatan Investasi dalam Otonomi Daerah
1. Otonomi dalam praktiknya banyak menimbulkan masalah terutama terkait dengan iklim investasi di daerah
2. Hambatan investasi di daerah justru datangnya dari pusat bukan dari daerah
3. Dunia usaha khawatir untuk investasi karena tidak ada kepastian hukum, begitu banyak penyimpangan sehingga sebagian besar pengusaha tidak berani berinvestasi terutama di bidang Sumber Daya Alam yang ada di daerah
Contoh : sengketa tanah antara pemilik modal dengan penduduk sekitar.
4. Lemahnya penegakkan hukum secara nasional dan rendahnya jaminan perlindungan investasi, padahal kepastian hukum sebagai faktor penunjang utama investasi.
Meskipun undang-undang penanaman modal telah mengatur jaminan dan perlindungan terhadap kegiatan investasi dan pemerintah secara aktif menyepakati berbagai perjanjian bilateral mengenai promosi dan perlindungan investasi, namun dalam prakteknya kurang terlihat komitmen yang sungguh-sungguh dalam perlindungan investasi.
5. Masalah pajak dan retribusi daerah mengakibatkan kegiatan investasi menjadi unprecditable, jika masalah ini terus berlanjut maka daya saing investasi akan selalu menurun karena rendahnya minat investor untuk berinvestasi di daerah.