• Tidak ada hasil yang ditemukan

9.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 2da0161e9e BAB IXBAB IX tugas ela edit final

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "9.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 2da0161e9e BAB IXBAB IX tugas ela edit final"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IX - ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN BANGKA TENGAH

Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPI2-JM Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

9.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan kabupaten/kota.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa atau seragam.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.

(2)

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masingmasing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

Gambar 9.1 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.

(3)

5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah. Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan e-government;

5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan system manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

(4)

Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada gambar 10.2 berikut ini.

Gambar 9.2 Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010 – 2014 Cipta Karya

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

(5)

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum

Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM. Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hokum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya, sebagai seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

9.2. Kondisi Kelembagaan Saat Ini

(6)

9.2.1. Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah struktur, tugas, dan fungsi pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya. Dinas Pekerjaan Umum melalui Bidang Cipta Karya dibentuk untuk melaksanakan tugas pembangunan prasarana dan sarana fisik di wilayaha kewenangannnya. Bidang Cipta Karya melaksanakan urusan wajib pemerintahan pada pemenuhan kabutuhan dasar air bersih, sanitasi, permukiman yang layak huni serta perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang dan pembinaan serta pengawasan pelaksanaan jasa konstruksi.

9.2.2. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

Secara internal, Cipta Karya keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang Cipta Karya. Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.

Tabel 9.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

No Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang CK Unit/Bagian yang menanganani Pembangunan Bidang CK

(1) (2) (3) (4)

Bappeda 1. Perencanaan pembangunan ke Cipta Karyaan

2. Pengoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan ke Cipta Karyaan

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah

1. Bidang Sarana dan Prasarana

Dinas PU 1. Perencanaan Teknis pembangunan ke Cipta Karyaan 1. Bidang Cipta Karya

1. Penyusunan Kebijakan Peraturan Daerah pada bidang cipta karya 2. Pelaksana pembangunan kecipta karyaan

(7)

Tabel 9.2 Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya

No Nama SOP Instansi yang terlibat Tugas dan fungsi Instansi dalam SOP

(1) (2) (3) (4)

Bangkim - BAPPEDA - Menyusun program tahunan

- KPTSP - Penerbitan perizinan Bangunan permukiman

- DPU - Pelaksana pemberian rekomendasi teknis perizinan

PBL - BAPPEDA - Menyusun program tahunan

- DPU - Pelaksana Program Penataan Bangunan Lingkungan

PLP - BAPPEDA - Menyusun program tahunan

- DPU - Pelaksana Program Penyehatan Lingkungan Permukiman

- BLH 1. Membantu Bupati melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang lingkungan hidup 2. Perumusan kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup

3. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum dibidang lingkungan hidup 4. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang lingkungan hidup

AM - BAPPEDA - Perencanaan, penyusunan program tahunan dan Kebijakan Daerah Pelayanan Air Minum - DPU - Pelaksana Teknis Daerah Pelayanan Air Minum

- DINKES - Pelaksana tes laboratorium Uji Kelayakan Air Bersih - Pendataan Penggunaan Sumber Air Bersih Masyarakat - DPPKAD - Monitoring Penerimaan Pendapatan UPTD Air Minum

9.2.3. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan system manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel berikut mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya.

Tabel 9.3 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya

Unit Kerja Golongan Jenis Kelamin Latar Belakang Pendidikan Jabatan Fungsional

(8)

9.3. Analisis Kelembagaan

Kelembagaan merupakan unit kerja yang sangat menentukan dalam keberhasilan pengelolaan prasarana dan sarana kabupaten. Komponen kelembagaan ini terdiri dari instansi/badan, person/tenaga kerja dan kelengkapan kerja. Instansi/badan tersusun dalam struktur organisasi dimana tiap bagian dalam susunan tersebut diberikan fungsi untuk melaksanakan programnya. Person/tenaga kerja dinyatakan dalam bentuk jumlah pegawai, profesi, pendidikan dan ketrampilan dari tenaga kerja yang bersangkutan. Sedangkan kelengkapan kerja adalah berupa sarana dan fasilitas yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan investasi infrastruktur program pembangunan prasarana dan sarana wilayah.

Dalam rangka mewujudkan terlaksananya kegiatan investasi infratsruktur program pembangunan jangka menengah di Kabupaten Bangka Tengah dalam bidang kecipta-karyaan, maka diperlukan kesamaan dan keseragaman koordinasi, integrasi, kesamaan visi dalam pembangunan dan keterpaduan dalam pelaksanaan program-program di masing-masing instansi yang terkait. Dengan demikian akan tercapai hasil sesuai dengan target yang diharapkan

Kelembagaan yang terkait dalam pengelolaan sektor-sektor prasarana dan sarana dasar di bidang air bersih, persampahan, drainase, air limbah, tata bangunan dan lingkungan serta pengembangan permukiman antara lain:

A. Bappeda Kabupaten Bangka Tengah

B. Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya Kabupaten Bangka Tengah

C. Bagian Kepegawaian Setda Kabupaten Bangka Tengah

D. Bagian Hukum Setda Kabupaten Bangka Tengah

E. Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten Bangka Tengah

F. Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Tengah

G. PDAM Kabupaten Bangka Tengah

Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.

9.3.1. Analisis Keorganisasian dan Tata Laksana Bidang Cipta Karya

(9)

Kelembagaan kondisi saat ini pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka Tengah dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsi bidang kecipta karyaan memiliki sub bidang/seksi yaitu seksi bangunan, permukiman dan perumahan, seksi air minum dan penyehatan lingkungan permukiman dan seksi penataan ruang dan jasa konstruksi. Ketiga seksi tersebut memiliki permasalahan yang berbeda diantaranya sebagai berikut :

1. Seksi Bangunan, Permukiman dan Perumahan

a. Belum tersosialisasikan peraturan yang berkaitan dengan perizinan bangunan, permukiman dan perumahan. b. Kemampuan dan keahlian sumber daya manusia bidang kecipta karyaan yang masih belum optimal.

c. Perlengkapan prasarana dalam menjalankan tugas pada seksi bangunan, permukiman dan perumahan yang belum optimal. d. Jumlah sumber daya manusia yang terbatas dalam menjalankan tugas pada seksi bangunan, permukiman dan perumahan. 2. Seksi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman

a. Belum ada Peraturan Daerah (Perda) air limbah, persampahan, dan drainase b. Belum ada ijin pembuangan air limbah

c. Kemampuan dan keahlian sumber daya manusia tentang teknik pengelolaan dan operasional air minum sesuai standar yang belum optimal. d. Perlengkapan sarana dan prasarana yang belum memadai dalam pelaksanaan tugas air minum dan penyehatan lingkungan dan permukiman. e. Terbatasnya sumber daya manusia dalam menjalankan tugas pada seksi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman.

3. Seksi Penataan Ruang dan Jasa Konstruksi

a. Belum ada perda tentang Ijin Usaha Jasa Konstruksi.

b. Masih rendahnya koordinasi dan kerjasama antar instansi untuk mewujudkan pelaksanaan pembangunan berdasar pada rencana tata ruang sehingga tugas dan fungsi penataan ruang belum optimal.

c. Sumber daya manusia yang terbatas dalam menjalankan tugas.

d. Kemampuan dan keahlian sumber daya manusia dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pelaksanaan perencanaan dan pengendalian tata ruang masih rendah. e. Sarana dan prasarana kelengkapan pelaksanaan tugas dan fungsi penataan ruang dan perijinan jasa konstruksi masih belum optimal.

Faktor yang mempengaruhi hal tersebut terdiri dari faktor internal pada lingkungan organisasi bidang cipta karya dan eksternal bidang cipta karya. Faktor – faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi diantaranya:

1. Kondisi demografi sosial budaya masyarakat yang masih rendah sehingga mendapat hambatan pelaksanaan pembangunan bidang cipta karya 2. Penerapan teknologi bidang cipta karya yang berbasisInformasi Teknologi (IT)membutuhkan sumber daya manusia yang handal.

3. Belum tersusunnya peraturan daerah untuk dapat dipergunakan dalam pelaksanaan perencanaan dan pembangunan kecipta karyaan.

(10)

Lembaga atau organisasi dalam mewujudkan tujuan bersama akan menghadapi permasalahan. Permasalahan yang ditemui dalam organisasi perangkat kerja daerah dalam bidang cipta karya diantaranya yaitu ;

1. Belum fokusnya sasaran masing-masing tugas, pokok dan fungsi bidang cipta karya dalam pembangunan cipta karya.

2. Belum sinergisnya program pembangunan cipta karya

3. Belum efektifnya sistem penganggaran pembangunan bidang cipta karya

9.3.2. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Sumber daya manusia yang terdapat pada Bidang Cipta Karya yaitu 9 (sembilan) orang dimana 7 (tujuh) orang merupakan sarjana teknik, 1 (satu) orang D3 dan 1 (satu) orang STM. Jumlah personil tersebut jika dibandingkan dengan tugas dan fungsi kecipta karyaan masih belum ideal ditambah dengan wilayah pelayanan 6 (enam) kecamatan.

Permasalahan yang dihadapi dalam manajemen SDM perangkat daerah yang terkait dengan bidang cipta karya:

1. Belum terbentuknya visi dan misi yang sama dalam pembangunan kecipta karyaan

2. Jumlah sumber daya manusia yang terbatas sehingga tidak fokus dan kemampuan dalam menyelesaikan tugas mengalami hambatan

Faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM yang terkait dengan bidang Cipta Karya diantaranya;

A. Faktor Internal

1. Performance dari SDM untuk meningkatkan kemampuan kompetensi di bidang kecipta karyaan

2. Terbatasnya anggaran untuk penambahan jumlah personil pada bidang cipta karya

3. Belum adanya pembagian tugas yang terstruktur sehingga beban kerja pada bidang cipta karya tidak terukur

B. Faktor Eksternal

1. Rendahnya budaya untuk bekerja dengan target dan kualitas pekerjaan yang sesuai standar.

(11)

Tabel 9.4 Matriks Kebutuhan Sumber Daya Manusia

No Instansi Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai yang Ada Jumlah Pegawai yang Diperlukan

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Bappeda SMA/Sederajat 0 orang 2 orang

Diploma

Dinas PU SMA/Sederajat 1 orang 5 orang

Diploma

(12)

Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T).

Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis tentang keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT Kelembagaan. Perumusan strategi bidang kelembagaan berdasarkan Analisis SWOT diharapkan dapat menjadi acuan dalam rencana pengembangan kelembagaan.

b. Tersedianya Anggaran Pemerintah Pusat dan Dana Bantuan Asing untuk kecipta karyaan

c. Penerapan teknologi kecipta karyaan yang berbasis informasi teknologi (IT)

ANCAMAN (T)

a. Kondisi demografi sosial masyarakat masih rendah b. Partisipasi lembaga masyarakat masih rendah

c. Belum sinergisnya program pembangunan kecipta karyaan

KEKUATAN (S)

a. Terdapat 9 orang personil bidang Cipta Karya.

b. Koordinasi dan kerjasama antar personil pada bidang Cipta Karya

c. Terbentuknya 3 seksi pada bidang Cipta Karya

Strategi SO (Kuadran 1)

a.Penyusunan Peraturan Daerah untuk pemanfaatn kebijakan global dan nasional

b.Penyusunan program dan kegiatan kecipta karyaan yang optimal c.Pelaksanaan bimbingan teknis dan pelatihan pada 3 seksi bidang

cipta karya

Strategi ST (Kuadran 2)

a.Sosialisasi dan melibatkan masyarakat dalam kegiatan kecipta karyaan b.Penyusunan pelaksanaan kegiatan swakelola dan pelatihan juga bimbingan

teknis kecipta karyaan

c.Koordinasi, komunikasi dan pelaksanaan FGD dalam perencanaan kecipta karyaan

KELEMAHAN (W)

a. Kemampuan dan keahlian sumber daya manusia bidang Cipta Karya belum optimal

b. Belum tersusunnya Perda yang berkaitan dengan kecipta karyaan

c. Sarana dan prasarana untuk mendukung kecipta karyaan belum optimal

Strategi WO (Kuadran 3)

a.Peningkatan profesionalisme personil bidang cipta karya

b.Percepatan penyusunan Perda untuk mendukung peningkatan anggaran kecipta karyaan

c.Pengadaan kelengkapan sarana dan prasarana berbasis informasi teknologi (IT)

Strategi WT (Kuadran 4)

a.Pelaksanaan workshop dan pelatihan kecipta karyaan

b.Pemberian penghargaan untuk masyarakat dengan menyusun peraturan daerah yang mengatur tentang partisipasi masyarakat

c.Peningkatan dan pemanfaatn sarana dan prasarana untuk mendukung program pembangunan kecipta karyaan.

9.4. Rencana Pengembangan Kelembagaan

(13)

9.4.1. Rencana Pengembangan Keorganisasian

Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu pada analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan struktur organisasi dan tupoksinya.

Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda, serta menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta Karya.

9.4.2. Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan

Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya.

9.4.3. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

(14)

Tabel 9.5 Pelatihan Bidang Cipta Karya

No Instansi

1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara

3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III

4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan

5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan

6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL

7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan

9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan

10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Cipta Karya

11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana

12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara

13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN

14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai

15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai

16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

Gambar

Gambar 9.1 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota
Gambar 9.2 Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010 – 2014 Cipta Karya
Tabel 9.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya
Tabel 9.3 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari latar belakang dan pemaparan tersebutlah kenapa penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Kepemilikan surat berharga yang ditatausahakan oleh Sub-Registry dapat dibedakan menjadi Nasabah Residen (Client Resident) dan Nasabah Non Residen (Client

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dibutuhkan suatu sistem yang terintegrasi dimana sistem-sistem ini dapat melakukan pendeteksian suhu ruangan, pendeteksian asap,

Gambar 12 Time series ketinggian tropopause dengan insolasi orbital Radiasi matahari di kawasan tropis akan mencapai maksimum dua kali dalam setahun yang dikenal dengan

[r]

Ada perbedaan yang sangat signifikan intensitas penggunaan SMS untuk berbincang-bincang (p = 0.000) dan perbedaan yang signifikan intensitas penggunaan SMS untuk

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kemampuan komunikasi matematis antara peserta didik yang memperoleh model pembelajaran Process

Islam, iman dan ihsan sebagai metode pendekatan diri terhadap tuhan. Prinsip ini akan memberikan dua implikasi. pertama, memperkokoh kesadaran batin manusia,