16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Lokasi Budidaya
Lokasi budidaya kentang (Solanum tuberosum L.) varietas granola yang dijadikan sebagai tempat pengerjaan tugas akhir ini adalah di Dusun Kragon, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, JawaTengah. Lokasi tersebut berada di ketinggian 1378 m dpl. Lahan yang digunakan adalah jenis tanah andosol cokelat yang memiliki struktur tanah yang gembur. Lokasi tersebut memiliki suhu udara pada waktu siang berkisar 24 – 30 °C dan pada waktu malam berkisar 16 - 22 °C. Tingkat kelembapan udara di lokasi tersebut cukup tinggi yaitu mencapai 85% dengan intensitas curah hujan mencapai 2589 mm/th.
Jenis tanah di tempat lokasi budidaya kentang varietas granola adalah tanah andosol. Menurut Rukmana (1995), karakteristik tanah andosol adalah tanah yang memiliki ketebalan solum tanah yaitu 100-225 cm. Tanah andosol memiliki warna cokelat tua hingga berwarna hitam gelap. Tekstur yang dimiliki tanah andosol mulai dari berdebu, lempung berdebu sampai lempung.
Lahan yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah lahan yang seluas 500 m2. Lahan 500 m2 tersebut memiliki gambaran sebagai berikut:
10 meter
50 meter
Gambar 1. Kondisi umum lahan
Keterangan:
: Lahan Budidaya Kentang Granola (500 m2)
: Jalan pada Lahan (40 cm)
: Bedengan (9,6 meter × 1 meter)
B. Budidaya Kentang Varietas Granola
Budidaya kentang (Solanum tuberosum L.) varietas granola adalah sebagai berikut :
1. Pengadaan Benih Kentang
Benih kentang yang digunakan dalam budidaya ini adalah benih kentang granola yang dibeli pada petani kentang sekitar yaitu daerah Ngablak, Magelang. Benih tersebut merupakan benih kentang varietas granola G-1 dengan harga benih per kilogram adalah Rp 2.500,00. Benih kentang granola G-1 yang digunakan pada lahan 500 m2 sebanyak 1056 buah atau sekitar 250 kg. Benih kentang yang dipilih adalah benih kentang yang sehat, tidak berpenyakit, tidak berjamur dan memiliki tubuh yang tidak berongga serta memiliki 4 tunas atau lebih yang memungkinkan berkembang baik saat nanti dibudidayakan.
Gambar 2. Benih kentang varietas granola 2. Pengolahan Lahan
Kegiatan pengolahan lahan merupakan kegiatan mempersiapkan lahan yang akan digunakan budidaya agar sesuai dengan kebutuhan tanaman. Kegiatan pengolahan lahan yang dilakukan meliputi:
a. Penggemburan Tanah
mesin traktor serta pengisian bahan bakar bensin. Selanjutnya dilakukan pengamatan lahan guna menentukan pola pembajakan. Pola pembajakan yang digunakan adalah pola tengah. Pembajakan pola tengah dilakukan dengan membajak lahan dari bagian tengah lahan dan selanjutnya memutar membentuk lingkaran. Pembajakan lahan dengan pola tengah merupakan salah satu yang dipilih guna mengefisienkan waktu, tenaga dan bahan bakar yang digunakan.
Gambar 3. Pengolahan tanah dengan traktor
Penggemburan tanah dengan menggunakan traktor dipilih karena lebih efisien baik secara waktu dan biaya dibandingkan dengan penggemburan tanah dengan manual yaitu dengan mencangkul. Penggemburan tanah dengan traktor lebih efisien waktu karena hanya memerlukan waktu 2 jam, berbeda dengan penggemburan tanah dengan mencangkul manual dapat memakan waktu 1-2 hari, disamping itu penggunaan traktor lebih efisien biaya karena tenaga kerja yang digunakan sedikit, sehingga biaya upah yang dikeluarkan juga sedikit.
Traktor yang digunakan merupakan traktor yang disewa dari petani sekitar dengan harga sewa Rp 350.000,00. Harga tersebut sudah termasuk dengan operator traktor serta perlengkapan penunjang lainnya untuk menggunakan traktor. Tenaga kerja lainnya yang digunakan adalah 2 tenaga kerja pria yang bertugas untuk meratakan tanah yang telah digemburkan dengan traktor.
b. Pembuatan Bedengan
Bedengan yang dibuat memiliki ukuran panjang 9,6 meter, lebar 1 meter dan tinggi bedengan 30 cm. Pembuatan bedengan dilakukan dengan bantuan tali rafia agar bedengan yang dihasilkan menjadi rapi dan lurus. Jarak antara bedengan satu dengan yang lainnya yaitu 50 cm. Jarak antar bedengan yang terlampau dekat akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang, disamping itu jarak antar bedengan yang lebih luas berguna untuk membantu jalannya tenaga kerja dalam melakukan pemeliharaan tanaman kentang.
Gambar 4. Pembuatan bedengan c. Pemupukan Dasar
Gambar 5. Penaburan pupuk kotoran ayam
Gambar 6. Penaburan pupuk phonska
Gambar 7. Pupuk kotoran ayam
Pupuk phonska merupakan pupuk yang memiliki kandungan Nitrogen 15%, P2O5 16% dan K2O 15%. Menurut Hikmawati (2015),
setiap unsur hara yang terkandung dalam pupuk phonska memiliki fungsi yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah tertentu. Nitrogen (N) yang berfungsi untuk membuat tanaman lebih hijau segar, mempercepat dan meningatkan pertumbuhan tanaman (tinggitanaman, jumlah cabang, dan jumlah anakan) dan meningkatkan kandungan protein hasil panen. Fosfat (P2O5) yang berfungsi untuk memacu
pertumbuhan akar dan pembentukan perakaran yang baik, mempercepat pembetukan bunga serta masaknya buah dan biji, serta meningkatkan mutu benih dan bibit. Kalium (K2O) yang berfungsi
untuk membantu tanaman lebih tegak dan kokoh, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama atau penyakit dan meningkatkan pembentukan gula dan pati. Dosis terbaik dalam
pengaplikasian pupuk phonska menurut Amin (2014) adalah 1128 kg/ton. Penggunaan pupuk phonska pada proses budidaya
Gambar 8. Pupuk phonska d. Pemasangan Mulsa
Gambar 9. Sujen Gambar 10. Pengikatan mulsa pada pojok mulsa
Gambar 11. Pengikatan mulsa bagian samping e. Pembuatan Lubang Mulsa
Pembuatan lubang mulsa dilakukan setelah bedengan didiamkan selama 5 hari. Pembuatan lubang mulsa dilakukan dengan menggunakan alat pelubang mulsa yang terbuat dari baja. Pembuatan lubang mulsa diawali dengan pengukuran jarak lubang mulsa. Lubang mulsa yang dibuat yaitu pada satu bedengan terdapat satu lubang mulsa yang berada di bagian tengah bedengan. Jarak antara lubang mulsa satu dengan yang lain adalah 30 cm. Pembuatan lubang mulsa dilakukan oleh 1 tenaga kerja wanita.
Gambar 12. Alat pelubang mulsa
Gambar 14. mulsa yang telah dilubangi 3. Penanaman
Kegiatan penanaman dilakukan pada pagi hari setelah seluruh lubang tanam dibuat. Kegiatan penanaman dilakukan oleh 2 tenaga kerja pria dan 1 tenaga kerja wanita. Kegiatan penanaman diawali dengan pemilihan benih kentang yang baik yaitu benih yang sehat, tidak terdapat bagian yang cacat atau berlubang, tidak berjamur serta memiliki 4 tunas atau lebih. Pemilihan benih kentang dengan 4 tunas atau lebih sangat berpengaruh pada banyaknya umbi kentang yang dihasilkan nantinya. Benih kentang yang baik selanjutnya siap untuk dilakukan penanaman, sedangkan benih kentang yang kurang baik disendirikan di suatu wadah yang terpisah.
Gambar 15. Penyiapan benih kentang
Gambar 16. Benih kentang baik
Proses selanjutnya adalah penanaman benih kentang varietas granola dengan cara memasukkan benih kentang dalam lubang tanam yang telah disediakan. Benih kentang dimasukkan dengan posisi bagian yang telah bertunas diletakkan di bagian atas, agar tanaman kentang dapat lebih cepat tumbuh. Kemudian dilakukan penutupan lubang tanam tersebut hingga benih kentang tidak terlihat. Penutupan tersebut menjadi sangat penting karena benih kentang tidak tahan apabila terkena sinar matahari langsung.
Gambar 18. Lubang tanam Gambar 19. Benih kentang granola siap tanam
Gambar 20. Penutupan lubang tanam 4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiangan Gulma dan Pemangkasan Bunga Kentang
Penyiangan merupakan salah satu kegiatan dalam mencegah datangnya hama dan penyakit yang mana gulma menjadi sarang dan tempat berkembangnya hama dan penyakit. Penyiangan merupakan membersihkan gulma yang tumbuh liar di sekeliling tanaman, agar unsur hara dapat diserap oleh tanaman budidaya secara optimal. Penyiangan gulma yang berada disekitar tanaman kentang seperti rumput teki, bandotan dan alang-alang dilakukan dengan cara manual yaitu mencabutnya langsung dengan tangan. Gulma-gulma tersebut selanjutnya dikumpulkan pada satu titik untuk selanjutnya dibuang di tempat yang jauh dari lahan budidaya. Penyiangan gulma pada budidaya kentang varietas granola ini dilakukan mulai tanaman kentang berumur 22 HST dan dilakukan secara kondisional yang artinya penyiangan gulma dapat dilakukan kapanpun apabila ada gulma yang mulai tumbuh. Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan proses pemeliharaan lainnya seperti pembumbunan dan penyemprotan untuk pengendalian hama dan penyakit
Gambar 21. Penyiangan
umbi tidak terganggu. Pemangkasan bunga juga bertujuan agar bunga satu dengan yang lain tidak melakukan persilangan. Pemangkasan dilakukan secara setiap saat apabila ada bunga kentang yang mulai tumbuh. Pemangkasan bunga kentang ini dilakukan bersamaan dengan proses pemeliharaan lainnya seperti penyiangan gulma, pembumbunan dan penyemprotan untuk pengendalian hama dan penyakit.
Gambar 22. Pemangkasan bunga kentang b. Pembumbunan
Gambar 23. Pembumbunan c. Pengajiran
Pengajiran merupakan kegiatan memberikan bilah bambu yang biasa disebut dengan ajir di dekat tanaman dengan maksud agar dapat membantu tanaman tumbuh tegak. Pengajiran dilakukan saat tanaman berumur 30 HST. Pemilihan waktu pengajiran tersebut karena tanaman kentang sudah mulai tumbuh tinggi yaitu sekitar 20-30 cm namun masih mudah dilakukan pengajiran. Pengajiran dilakukan dengan memasang bilah bambu atau ajir di bagian tengah bedengan. Ajir dipasang dengan cara dibenamkan ke dalam tanah dengan jarak ajir satu dengan lainnya yaitu 4 tanaman. Ajir yang telah terpasang selanjutnya dipasang tali rafia yang kemudian diikatkan pada masing-masing ajir dari satu bagian bedengan ke bagian lainnya. Pengikatan rafia dilakukan pada bagian ujung atas ajir dan bagian tengah ajir. Fungsi pemberian tali rafia ini adalah untuk membantu setiap tanaman kentang tumbuh tegak. Pemberian tali rafia yang dipilih juga mampu menghemat kebutuhan ajir. Ajir yang digunakan pada lahan kentang granola seluas 500m2 ini sebanyak 264 buah. Pengajiran dilakukan oleh 2 tenaga kerja laki-laki dan 1 tenaga kerja perempuan.
d. Penyemprotan Zat Pembesar Umbi
Umbi tersebut menjadi bagian yang paling diperhatikan karena semakin berat umbi yang dihasilkan, maka akan menghasilkan keuntungan yang semakin besar pula. Zat pembesar umbi sangat diperlukan agar kentang yang dihasilkan memiliki umbi yang besar. Pemberian zat pembesar umbi ini dilakukan 2 kali dalam satu musim tanam yaitu pada umur 55 HST dan 77 HST. Jenis zat pembesar buah yang digunakan adalah Higroot. Pengaplikasian zat pembesar umbi Higroot dengan cara melarutkan 10 gram Higroot dalam 20 liter air
yang selanjutnya dicampur merata dalam tangki penyemprotan atau sprayer. Dosis yang digunakan sesuai dengan yang tertera dalam kemasan yaitu 0,5 gram Higroot dilarutkan dalam 1 liter air.
Gambar 26. Higroot zat pembesar buah
Gambar 27. Penyemprotan zat pembesar buah e. Pengendalian Hama dan Penyakit
1) Kutu Daun Persik ( Myzus persicae)
penyakit virus. Menurut Rukmana (2002), hama kutu daun persik berperan sebagai vektor penyakit virus yaitu Potato Leaf Roll Virus (PLRV) dan Potato Virus Y (PVY). Kedua penyakit tersebut merupakan penyakit yang berbahaya untuk tanaman kentang.
Pengendalian hama kutu daun persik dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif Imidakloprid yaitu Confidor 200 SL yang merupakan jenis insektisida sistemik yang bekerja secara racun kontak dan lambung, berbentuk pekatan cokelat jernih yang dapat larut dalam air. Pengaplikasian Confidor 200 SL adalah dengan melarutkan 20 ml Confidor 200 SL dalam 20 liter air yang selanjutnya dicampur merata dalam tangki penyemprotan atau sprayer. Dosis yang digunakan sesuai dengan aturan yang tertera dalam kemasan Confidor 200 SL yaitu setiap 1 ml Confidor 200 SL dilarutkan dalam 1 liter air. Penyemprotan dilakukan selama 7 kali bersamaan dengan penyemprotan untuk membasmi Thrips palmi mulai tanaman kentang berumur 25 HST sampai dengan 83 HST yaitu pada saat tanaman berumur 25, 37, 47, 57, 65, 73 dan 83 HST. Penyemprotan yang dilakukan ini terbukti mampu mematikan hama kutu daun persik yang mengganggu tanaman kentang granola.
Gambar 30. Penyemprotan Confidor 200 SL 2) Thrips palmi
Hama Thrips palmi merupakan hama yang memiliki tubuh menyerupai anai-anai berwarna cokelat sampai hitam yang mampu bergerak secara lincah. Hama Thrips palmi tumbuh dan berkembang di bawah daun kentang. Hama ini merupakan hama penghisap daun. Gejala kerusakan akibat serangannya adalah adanya goresan-goresan putih atau kecokelatan pada daun bekas hisapan serangga tersebut. Daun yang telah dihisap aka berubah menjadi keriput dan memiliki bercak-bercak pucat seperti mosaik. Serangan Thrips palmi yang cukup berat akan berakibat bagian bawah daun berwarna merah tembaga mengkilat dengan pucuk tanaman kentang mengering.
mulai tanaman kentang berumur 25 HST sampai dengan 83 HST yaitu pada saat tanaman berumur 25, 37, 47, 57, 65, 73 dan 83 HST. Pengendalian yang dilakukan ini terbukti mampu mematikan hama Thrips palmi yang masih dalam fase telur dan nimfa, sehingga hama tersebut tidak meluas dan tidak mengganggu tanaman kentang granola yang dibudidayakan.
Gambar 31. Thrips palmi Gambar 32. Confidor 200 SL
Gambar 33. Penyemprotan Confidor 200 SL 3) Penyakit Busuk Daun Fitofora
Pengendalian penyakit busuk daun fitofora dilakukan dengan penyemprotan fungisida. Pengaplikasian penyemprotan fungsida dilakukan secara bergantian yaitu antara fungisida kontak dan sistemik. Penyemprotan dilakukan sangat intensif yaitu saat tanaman berumur 22 HST sampai 43 HST dengan jenjang waktu 3 hari sekali, dan selanjutnya saat tanaman berumur 44 HST sampai 87 HST dilakukan penyemprotan lebih intensif yaitu 2 hari sekali. Penyemprotan yang dilakukan sangat intensif karena kondisi lingkungan yang sangat lembab sehingga sangat menguntungkan untuk cendawan Phytophthora infentans tumbuh dan berkembang. Fungisida yang digunakan dalam membasmi penyakit busuk daun fitofora dalam budidaya kentang granola ini adalah Daconil 75 WP (fungisida kontak), Bion M 1/48 WP (fungisida kontak) dan Siodan 20 WP (fungisida sistemik).
Pengaplikasian fungisida ini dilakukan dengan cara penyemprotan menggunakan sprayer dan dilakukan bergiliran yaitu antara penyemprotan insektisida Confidor 200 SL (pengendalian hama kutu daun persik dan Thrips palmi), fungisida sistemik dan fungisida kontak. Pengaplikasian Daconil 75 WP yaitu pada saat tanaman berumur 22, 34, 45, 53, 63, 71, dan 81 HST. Pengaplikasian Bion M 1/48 WP yaitu pada saat tanaman berumur 28, 40, 49, 59, 75, dan 85 HST. Pengaplikasian Siodan 20 WP yaitu pada saat tanaman berumur 31, 43, 51, 61, 69, 79 dan 87 HST.
Pengaplikasian Bion M 1/48 WP adalah dengan melarutkan 40 gr Bion M 1/48 WP dalam 20 liter air yang selanjutnya dicampur merata dalam tangki penyemprotan atau sprayer. Dosis yang digunakan sesuai dengan aturan yang tertera dalam kemasan Bion M 1/48 WP yaitu setiap 2 gr Bion M 1/48 WP dilarutkan dalam 1 liter air.
Pengaplikasian Siodan 20 WP adalah dengan melarutkan 50 gr Siodan 20 WP dalam 20 liter air yang selanjutnya dicampur merata dalam tangki penyemprotan atau sprayer. Dosis yang digunakan sesuai dengan aturan yang tertera dalam kemasan Siodan 20 WP yaitu setiap 2,5 gr Siodan 20 WP dilarutkan dalam 1 liter air.
Gambar 34. Busuk daun fitofora Gambar 35. Daconil 75 WP
Gambar 36. Siodan 20 WP Gambar 37. Bion M 1/48 WP
5. Panen
Panen kentang varietas granola dilakukan setelah tanaman kentang berumur 90 HST. Tanaman kentang yang sudah siap panen memiliki ciri-ciri yaitu bagian daun yang mulai layu. Pemanenan dilakukan pada pagi hari agar umbi kentang tidak mengalami penguapan yang berlebih. Pemanenan juga dilakukan saat cuaca cerah dan tidak hujan agar kondisi umbi kentang yang dipanen tetap dalam kondisi kering sehingga tidak mudah ditumbuhi oleh jamur.
Pemanenan dilakukan dengan melakukan pemangkasan tanaman kentang yang tumbuh di atas permukaan tanah dengan menggunakan pisau. Lahan yang telah bersih selanjutnya dapat dilakukan pemanenan umbi kentang dengan cara menggali bedengan tempat umbi tersebut hidup. Umbi kentang yang telah didapat selanjutnya ditempatkan pada keranjang-keranjang yang telah disediakan. Kegiatan selanjutnya adalah mengangkut hasil panen kentang tersebut dan selanjutnya ditempatkan di gudang penyimpanan. Sebelum dilakukan penyimpanan dilakukan penimbangan seluruh hasil kentang dengan timbangan. Hasil yang didapatkan pada panen kentang granola pada lahan seluas 500 m2 ini adalah 1,5 ton. Proses pemanenan dilakukan oleh tenaga kerja borongan yang dibayar sesuai dengan hasil panennya. Upah tenaga kerja borongan yaitu sebesar Rp 200.000,00 per 1 ton hasil panen kentang, sehingga total biaya upah tenaga kerja yang dikeluarkan untuk panen kentang dalam lahan 500 m2 ini adalah Rp 300.000,00.
Gambar 41. Penempatan kentang Gambar 42. Pengangkutan hasil panen
6. Pemasaran
Pemasaran hasil panen kentang varietas granola melalui tengkulak kentang yang datang langsung pada petani. Pemasaran dilakukan pada satu hari setelah panen dilakukan. Tengkulak yang datang melakukan penimbangan dan dilakukannya tawar menawar harga. Hasil panen kentang granola tersebut dibeli tengkulak dengan harga Rp 10.500,00 per kilogramnya, sehingga hasil yang didapatkan untuk 1,5 ton kentang granola adalah Rp 15.750.000,00.
Gambar 43. Alur pemasaran Petani Kentang
Tengkulak
Pedagang Eceran
Pedagang Pengepul maupun Pedagang Besar
C.Analisis Usahatani Kentang Varietas Granola
Analisa usahatani yang digunakan untuk budidaya kentang varietas granola dengan perhitungan setiap 500 m2 dalam 1 musim tanam adalah sebagai berikut:
1. Biaya Tetap
Biaya penyusutan peralatan dalam budidaya kentang varietas granola pada lahan 500 m2 dalam 1 musim tanam adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Biaya Penyusutan Peralatan dalam 1 Musim Tanam
Peralatan Jumlah Harga Satuan
Total Biaya Penyusutan 71.991
Sumber: Data Primer
Biaya tetap dalam budidaya kentang varietas granola pada lahan 500 m2 dalam 1 musim tanam adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Biaya Tetap Budidaya Kentang Granola per 500 m2 dalam 1 Musim Tanam
No Keterangan Biaya
1 Biaya Sewa Lahan 750.000
2 Biaya Penyusutan 71.991
3 Biaya Sewa Traktor 350.000
4 Biaya Sewa Gudang 25.000
Total Biaya Tetap 1.196.991
2. Biaya Variabel
Biaya variabel dalam budidaya kentang varietas granola pada lahan 500 m2 dalam 1 musim tanam adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Biaya Variabel Budidaya Kentang Granola per 500 m2 dalam 1 Musim Tanam
No Keterangan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) 9 Biaya Akomodasi 150.000 10 Tenaga Kerja
Total Biaya Variabel 4.671.733
Sumber : Data Primer Keterangan : P = Pria
W= Wanita
3. Total Biaya Produksi
Total Biaya yang dikeluarkan untuk budidaya kentang varietas granola pada lahan 500 m2 dalam 1 musim tanam adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Total Biaya Budidaya Kentang Granola per 500 m2 dalam 1 Musim Tanam
No Keterangan Jumlah (Rp)
1 Total Biaya Tetap 1.196.991
2 Total Biaya Variabel 4.671.733
Total Biaya Produksi 5.868.724
Sumber: Data Primer 5. Penerimaan
Penerimaan yang didapatkan dari hasil budidaya kentang varietas granola pada lahan 500 m2 dalam 1 musim tanam adalah sebagai berikut: Tabel 5. Penerimaan Budidaya Kentang Granola per 500 m2 dalam 1 Musim
Tanam
No Keterangan Hasil Panen
(Kg) R/C Rasio > 1, artinya bahwa usahatani tersebut layak untuk diusahakan
karena memberikan keuntungan. Hasil R/C rasio yang didapatkan yaitu 2,68 yang berarti usaha tersebut layak diusahakan lebih lanjut karena
R/C rasio > 1. Hasil tersebut membuktikan bahwa usahatani kentang granola masih mendapatkan keuntungan yang besar karena hasil R/C rasio > 1 yang berarti hasil pendapatan yang didapat melebihi dari titik impas.
b. BEP Produksi =
=
= 558,93 kg
Artinya pengusaha kentang granola akan mengalami Break Event Point atau mencapai titik impas apabila jumlah produksi kentang granola
adalah 558,93 kg. Berdasarkan perhitungan tersebut, jumlah produksi minimal kentang granola adalah 558,93 kg karena pada jumlah produksi tersebut pengusaha mencapai titik dimana tidak mengalami untung maupun rugi. Budidaya kentang varietas granola ini memberikan keuntungan yang besar karena hasil yang diproduksi melebihi dari BEP produksi yaitu sebanyak 1500 kg.
c. BEP Harga =
=
= Rp 3.913,00
Artinya pengusaha kentang granola akan mengalami Break Event Point atau mencapai titik impas apabila harga penjualan kentang granola
setiap kilogramnya adalah Rp 3.913,00. Berdasarkan perhitungan tersebut, harga minimal kentang granola adalah Rp 3.913,00 karena pada harga tersebut pengusaha mencapai titik dimana tidak mengalami untung maupun rugi. Penjualan kentang varietas granola hasil budidaya ini memberikan keuntungan yang besar karena kentang varietas granola ini
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil tugas akhir, Analisis Usahatani Kentang (Solanum tuberosum L) Varietas Granola di Kabupaten Magelang yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan antara lain sebagai berikut:
1. Budidaya kentang varietas granola yang dilakukan di Dusun Kragon, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang diawali dari proses pengadaan benih kentang, pengolahan lahan (penggemburan tanah, pembuatan bedengan, pemupukan dasar dan pemasangan mulsa), penanaman, pemeliharaan tanaman (penyiangan gulma, pemangkasan bunga kentang, pembumbunan, pengajiran,penyemprotan zat pembesar umbi dan pengendalian hama penyakit), panen dan pemasaran.
2. Pemasaran kentang varietas granola dilakukan secara langsung melalui tengkulak dengan harga Rp 10.500,00 per kilogramnya.
3. Total biaya yang dikeluarkan untuk budidaya kentang varietas granola pada lahan 500 m2 dalam 1 musim tanam sebesar Rp 5.868.724,00, penerimaan yang didapatkan sebesar Rp 15.750.000,00 sehingga total pendapatan sebesar Rp 9.881.276,00.
4. Usahatani kentang varietas granola ini layak untuk diusahakan karena R/C rasio yang didapat yaitu 2,68 (R/C rasio > 1 = layak untuk diusahakan) serta hasil kentang yang diproduksi (1500 kg) melebihi BEP produksi sebanyak 558,93 kg dan harga jual kentang (Rp 10.500,00) melebihi BEP harga sebesar Rp 3.913,00.
B. Saran
Berdasarkan kegiatan Tugas Akhir tentang Analisis Usahatani Kentang (Solanum tuberosum L) Varietas Granola di Kabupaten Magelang, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Takaran dalam penyemprotan perlu diperhatikan dengan cermat agar tepat dosis sesuai yang dianjurkan serta tidak mengalami boros biaya penyemprotan.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M N. 2014. Sukses bertani buncis. Jakarta: Garudhawaca
Blocher, E C. 2000. Manajemen Biaya 1 (edisi 3). Jakarta: Salemba Empat
Canon, J P, William D P dan Jerome M. 2008. Pemasaran dasar. Jakarta: Salemba Empat
Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, Sayuran, Tanaman Hias dan Aneka Tanaman. 2003. Budidaya kentang. Jakarta: Departemen Republik Indonesia
Hadisapoetro. 1973. Biaya dan pendapatan dalam usahatani. Yogyakarta: Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada
Hikmawati, M. 2015. Pengaruh dosis pupuk dan penyiangan terhadap produksi kedelai (Glycine max L. Merill). Jurnal Media Soerjo Vol 16 (1): 176-198
Kusuma, N P, Edison dan Ernawati. 2015. Analisis pendapatan usahatani kentang di kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin. Jurnal Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18 (1): 93-99
Maulia, S. 2012. Analisi pendapatan usahatani dan factor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kentang di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut. Skripsi. Program studi agribisnis. Institut Pertanian Bogor.
Rukmana, R. 1995. Budidaya bawang putih. Jakarta: Penebar Swadaya _________ 2002. Usahatani kentang system mulsa plastik. Jakarta: Kanisius _________ 2003. Aneka olahan kentang. Jakarta: Kanisius
Samadi, B. 2007. Kentang dan analisis usahatani. Yogyakarta: Kanisius
Setiadi dan S F Nurulhuda. 1998. Kentang varietas dan pembudidayaan. Jakarta: Penebar Swadaya
Setiadi. 2009. Budidaya kentang. Jakarta: Penebar Swadaya. Soekartawi. 1995. Analisis usahatani. Jakarta: UI Press.
Sunarjono H. 2016. Bertanam 36 jenis sayur. Jakarta: Penebar Swadaya. Suratiyah, K. 2006. Ilmu usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya
Tjakrawiralaksana, A. 1983. Usahatani. Bogor: Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian IPB
Tufail, M, Dewi Darma Laksana dan Syamsu Alam. 2014. Aplikasi kotoran ayam untuk meningkatkan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L) di tanah masam. Jurnal Agroteknologi Vol 4 (2): 119-126
Lampiran 1. Jurnal Kegiatan Praktek Tugas Akhir
Tanggal Kegiatan Praktek Tugas Akhir
6 Januari 2017 Pengolahan Lahan (Penggemburan tanah dan pembuatan bedengan)
7 Januari 2017 Pengolahan Lahan (Pemupukan dasar dan pemasangan mulsa) 8-12 Januari 2017 Mendiamkan Lahan
13 Januari 2017 Pelubangan Mulsa dan Penanaman
4 Februari 2017 Penyemprotan Daconil 75 WP, pembumbunan 7 Februari 2017 Penyemprotan Confidor 200 SL
10 Februari 2017 Penyemprotan Bion M 1/48 WP, penyiangan gulma, pembumbunan
12 Februari 2017 Pengajiran, penyiangan gulma 13 Februari 2017 Penyemprotan Siodan 20 WP 16 Februari 2017 Penyemprotan Daconil 75 WP
19 Februari 2017 Penyemprotan Confidor 200 SL, Penyiangan gulma, pembumbunan
22 Februari 2017 Penyemprotan Bion M 1/48 WP 25 Februari 2017 Penyemprotan Siodan 20 WP
27 Februari 2017 Penyemprotan Daconil 75 WP, Penyiangan gulma, pembumbunan
1 Maret 2017 Penyemprotan Confidor 200 SL 3 Maret 2017 Penyemprotan Bion M 1/48 WP
5 Maret 2017 Penyemprotan Siodan 20 WP, pemangkasan bunga kentang, Penyiangan gulma
7 Maret 2017 Penyemprotan Daconil 75 WP, pembumbunan 9 Maret 2017 Penyemprotan Zat Pembesar Umbi (Higroot)
11 Maret 2017 Penyemprotan Confidor 200 SL, pemangkasan bunga kentang, Penyiangan gulma, pembumbunan
13 Maret 2017 Penyemprotan Bion M 1/48 WP 15 Maret 2017 Penyemprotan Siodan 20 WP
17 Maret 2017 Penyemprotan Daconil 75 WP, pemangkasan bunga kentang, Penyiangan gulma, pembumbunan
19 Maret 2017 Penyemprotan Confidor 200 SL
21 Maret 2017 Penyemprotan Bion M 1/48 WP, pembumbunan
23 Maret 2017 Penyemprotan Siodan 20 WP, pemangkasan bunga kentang, Penyiangan gulma
25 Maret 2017 Penyemprotan Daconil 75 WP, pembumbunan 27 Maret 2017 Penyemprotan Confidor 200 SL
29 Maret 2017 Penyemprotan Bion M 1/48 WP, pemangkasan bunga kentang, Penyiangan gulma, pembumbunan
31 Maret 2017 Penyemprotan Zat Pembesar Umbi (Higroot) 2 April 2017 Penyemprotan Siodan 20 WP, pembumbunan
6 April 2017 Penyemprotan Confidor 200 SL, pembumbunan 8 April 2017 Penyemprotan Bion M 1/48 WP
10 April 2017 Penyemprotan Siodan 20 WP, pemangkasan bunga kentang, Penyiangan gulma, pembumbunan
Lampiran 2. Penghitungan Biaya Penyusutan Peralatan
Biaya Penyusutan =
1. Cangkul =
= 1.333 (1 bulan)
2. Pisau =
= 1.333 (1 bulan)
3. Ember =
= 666 (1 bulan)
4. Keranjang =
=3.733 (1 bulan)
5. Pelubang mulsa =
= 266 (1 bulan)
6. Sprayer =
= 10.000 (1 bulan)
7. Timbangan =