• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II - DOCRPIJM 6b5bcb16f2 BAB IIBAB 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II - DOCRPIJM 6b5bcb16f2 BAB IIBAB 2"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

1 |B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

BAB II

PROFIL KABUPATEN/KOTA

2.1

Wilayah Administrasi

2.1.1 Gambaran Administrasi Wilayah Kota Kotamobagu

Kota Kotamobagu merupakan salah satu wilayah yang terletak di Provinsi Sulawesi Utara, terletak antara 00 41' 16,29'' ‐ 00 46' 14,8''Lintang Utara dan 1240 15' 9,56'' ‐ 1240 21'1,93'' Bujur Timur. Batas-batasnya meliputi :

- Sebelah Utara : Kecamatan Passi Timur & Passi Barat - Sebelah Timur : Kecamatan Modayag

- Sebelah Selatan : Kecamatan Lolayan - Sebelah Barat : Kecamatan Passi Barat

Kota Kotamobagu sebelumnya mempunyai batas wilayah yang berbeda dalam peta lampiran UU Nomor 4 Tahun 2007, sehingga di lapangan sangat mempengaruhi luasan Kota Kotamobagu. Kota Kotamobagu Luas keseluruhannya mencapai 134,4 km², meliputi:

a. Kecamatan Kotamobagu Utara terdiri atas 8 (delapan) kelurahan meliputi:

1) Kelurahan Upai;

2) Kelurahan Genggulang; 3) Kelurahan Biga;

4) Kelurahan Sia;

5) Kelurahan Pontodon; 6) Kelurahan Bilalang II; dan 7) Kelurahan Bilalang I.

8) Kelurahan Pontodon Timur

b. Kecamatan Kotamobagu Timur terdiri atas 10 (sepuluh) kelurahan meliputi: 1) Kelurahan Matali;

2) Kelurahan Motoboi Besar 3) Kelurahan Kobo Kecil; 4) Kelurahan Moyag; 5) Kelurahan Kobo Besar; 6) Kelurahan Tumubui; 7) Kelurahan Sinindian; 8) Kelurahan Kotobangon;

(2)

RPIJM Kotamobagu

2015-2019

2 |B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

10)Kelurahan Moyag Tudulan

c. Kecamatan Kotamobagu Selatan terdiri atas 9 (sembilan) kelurahan meliputi: 1) Kelurahan Kopandakan;

2) Kelurahan Bungko; 3) Kelurahan Tabang;

4) Kelurahan Poyowa Besar I; 5) Kelurahan Poyowa Besar II; 6) Kelurahan Pobundayan; 7) Kelurahan Motoboi Kecil; 8) Kelurahan Mongondow ; dan 9) Kelurahan Poyowa Kecil.

d. Kecamatan Kotamobagu Barat terdiri atas 6 (enam) kelurahan meliputi: 1) Kelurahan Mongkonai;

2) Kelurahan Molinow; 3) Kelurahan Mogolaing; 4) Kelurahan Gogagoman; 5) Kelurahan Kotamobagu; dan 6) Kelurahan Mongkonani Barat

(3)

3 |B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

(4)

RPIJM Kotamobagu

2015-2019

4 |B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

(5)

5 |B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

(6)

RPIJM Kotamobagu

2015-2019

Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha

(1)

Lapangan Usaha

di Kota Kotamobagu 2010-2014

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

2.2 Potensi Wilayah Kota Kotamobagu

Potensi wilayah yang berkontribusi adalah dari sektor jasa, Konstribusi kedua, ketiga, keempat dan kelima berturut-turut diberikan oleh sektor bangunan keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pertanian, perikanan dan peternakan. Sektor industri berada pada posisi keenam diikuti sektor transportasi dan komunikasi, pertambangan dan galian dan sektor listrik, gas dan air bersih. Struktur ekonomi Kota Kotamobagu didominasi oleh sektor tersier (jasa) dan diikuti sektor sekunder (industri).

Tabel 2.1 Indeks produk domestik menurut lapangan

(7)

7 |B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

No. Kelapa Cengkeh Pala Kopi Kakao Panili Jambu Mete Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman

di Kota Kotamobagu

Sumber: BPS Kota Kotamobagu

Sumber: BPS Kota Kotamobagu

(8)

RPIJM Kotamobagu

2015-2019

8 |B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

No. Batu Kali Batu Pecah Kerikil Sirtu Pasir Besi Pasir Pasang Pasir Urug Tanah Urug Tanah Liat

(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1 Kotamobagu Timur 344.10 89.34 - 185.06 - 95.98 8.39 267.59

-2 Kotamobagu Selatan 2 830,00 - 26.00 701.00 - 639.00 - 14.00

-3 Kotamobagu Barat 54.22 6.05 - - - 17.20 10.28 52.80

-4 Kotamobagu Utara 71.91 - - - - - 1.28 -

3 300,23 95.39 26.00 886.06 - 752.18 19.95 334.39

-(2)

Banyaknya Produksi Bahan Tambang Menurut Kecamatan dan Jenis Tambang di Kota Kotamobagu

2008

Kota Kotamobagu Kecamatan

C. Pertambangan

Tabel 2.4

D. Peternakan

Tabel 2.5

Banyaknya Usaha Peternakan Rakyat di Kota Kotamobagu

2008-2014

No Jenis Ternak 2008 2009 2010 2011 2012 2013* 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Ayam Pedaging 25 1 30 30 32 67 41 2 Ayam Petelur 26 3 35 35 33 27 28

3 Itik 11

8 1 5 15 1 136 1

4 Sapi 22

7 80 80 n.a 3 484 2 5 Kambing 10

3 28 28 28 2 48 3

6 Babi 10

3

13 0

12

5 18 10 142 10

Sumber: BPS Kota Kotamobagu

(9)

9 |B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

Tabel 2.6

Produksi dan Konsumsi Daging dan Telur di Kota Kotamobagu

(10)

RPIJM Kotamobagu

2015-2019

10 |B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

Tabel 2.8

Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah menurut Kecamatan

1. Bidang Pertanian Tanaman Pangan, Holtikultura dan Aneka Tanaman meliputi kegiatan :

a. Pra Identifikasi potensi infrastruktur pertanian/pedesaan untuk melihat keberadaan Jalan Usaha Tani (JUT), Jalan Produksi dan jaringan Irigasi Desa (JIDES) sebagai bahan pengajuan Proposal ke Tingkat Pusat.

b. Penyebaran Bantuan Langsung Benih Unggul kepada Kelompok Tani sebagai sasaran, yang meliputi :

1. Benih Padi Hibrida : 3.000 Kg dengan areal tanam seluas 200 Ha.

2. Benih Padi Non Hibrida : 12.500 Kg dengan areal tanam seluas 500 Ha.

3. Benih Jagung Hibrida : 7.500 Kg dengan areal tanam seluas 500 Ha.

Capaian produksi pada posisi bulan Desember tahun 2012 sebesar 52,222.96 ton untuk sawah dan 3,696.34 ton untuk komoditi jagung. Untuk secara keseluruhan capaian

2. Bidang Kehutanan dan Perkebunan

(11)

11 |B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

Pembinaan dan Pengendalian bahan baku industri Hasil Hutan.

b. Kegiatan Pencanangan Hari Menanam Indonesia dan Bulan Menanam Nasional secara serentak dilaksanakan di Kota Kotamobagu pada tanggal 28 Nopember 2008 oleh Walikota Kotamobagu. Penyebaran bibit pohon Nantu dan Mahoni sebanyak 50.000 bibit pohon di 4 Kecamatan dilakukan penanaman pada bulan Desember.

3. Bidang Penyuluhan dan Ketahanan Pangan

a. Tujuan Pembangunan Ketahanan Pangan adalah menjamin ketersediaan dan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi seimbang mulai dari tingkat Daerah sampai dengan tingkat rumah tangga.

b. Fokus perhatian dalam Pembangunan Ketahanan Pangan adalah: 1. Keragaman sumber daya pangan, kelembagaan dan budidaya lokal. 2. Peningkatan pendapatan masyarakat petani dan peningkatan

produksi.

Ketahanan Pangan disamping sebagai prasyarat untuk memenuhi hak asasi pangan masyarakt, juga merupakan pilar bagi eksistensinya suatu Daerah. Pembangunan Ketahanan Pangan adalah tugas bersama antara Pemerintah dan Masyarakat, sehingga Pemerintah dan Masyarakat harus sepakat untuk bersama-sama membangun Ketahanan Pangan Daerah. Dalam sistem Pemerintahan yang demokratis dan desentralisasi, pelaku utama pembangunan pangan mulai dari produksi, penyediaan, distribusi dan konsumsi adalah masyarakat, sedangkan Pemerintah lebih berperan sebagai inisiator, fasilitator, serta regulator agar kegiatan masyarakat yang memanfaatkan suber daya Daerah dapat berjalan lancar, efisien, berkeadilan dan bertanggung jawab.

Pembangunan Ketahanan Pangan Daerah lebih dititik beratkan pada pengembangan Ketahanan Pangan Rumah Tangga yang memiliki perspektif pembangunan yang sangat mendasar, yaitu:

1. Akses pangan dan gizi seimbang bagi seluruh rakyat sebagai pemenuhan kebutuhan dasar yang merupakan hak paling asasi bagi manusia.

2. Basis pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh keberhasilan dalam memenuhi kecukupan pangan dan gizi.

(12)

12 | B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

2.3 Demografi dan Urbanisasi

2.3.1 Jumlah Penduduk Keseluruhan

Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan. Pembangunan yang dilaksanakan adalah dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya dari seluruh masyarakat Indonesia. Untuk itu pemerintah telah melaksanakan berbagai upaya dalam rangka memecahkan masalah kependudukan. Usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk telah dilakukan pemerintah melalui Program Keluarga Berencana yang dimulai awal tahun 1970-an. Berdasarkan struktur penduduk dilihat dari jenis kelamin dan struktur umur serta agama maka dapat di lihat pada table dibawah ini.

Tabel 2.9

Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Kotamobagu

2014

Kelompok Umur

Penduduk (Jiwa)

Laki-laki Perempuan Laki-laki+ Perempuan

(1) (2) (3) (4)

0 - 4 5 359 5 170 10 529

5 - 9 5 198 5 103 10 301

10 - 14 5 219 4 926 10 145

15 - 19 5 511 5 737 11 248

20 - 24 4 933 4 696 9 629

25 - 29 5 504 4 949 10 453

30 - 34 4 793 4 591 9 384

35 - 39 4 539 4 448 8 987

40 - 44 4 404 4 361 8 765

45 - 49 4 108 3 898 8 006

50 - 54 3 213 2 982 6 195

55 - 59 2 503 2 270 4 773

60 - 64 1 833 1 793 3 626

65 - 69 1 094 1 113 2 207

70 - 74 591 656 1 247

75 + 670 854 1 524

Kota

Kotamobagu 59 472 57 547 117 019

Sumber : BPS Kota Kotamobagu Cat. Berdasarkan Proyeksi Penduduk Pertengahan Tahun

Tabel 2.10

(13)

13 | B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

No. Islam Protestan Katolik Hindu Budha Khong hucu Lainnya Jumlah

(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1. Kotamobagu Timur 21 414 4 482 329 122 6 2 - 26 355

(2)

Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Agama yang Dianut di Kota Kotamobagu

(Hasil Sensus Penduduk 2010)

Kecamatan

Kecamatan

Jenis Kelamin

Rasio Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Kotamobagu

Selatan 15 845 15 031 30 876 105,42 2 Kotamobagu

Timur 14 876 14 141 29 017 105,20 3 Kotamobagu

Barat 21 542 20 921 42 463 102,97 4 Kotamobagu

Utara 8 529 8 542 17 071 99,85

Kota Kotamobagu 60 792 58 635 119 427 103,68

Sumber : BPS Kota Kotamobagu, Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035

Tabel 2.11

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota Kotamobagu

2014

No. Kecamatan

Penduduk (Jiwa)

Rasio Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Laki-laki+

Perempuan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Kotamobagu Timur 14 660 14 098 28 758 103.99

2 Kotamobagu

Selatan 15 625 14 814 30 439 105.47 3 Kotamobagu Barat 20 767 20 297 41 064 102.32

4 Kotamobagu Utara 8 420 8 338 16 758 100.98

Kota Kotamobagu 59 472 57 547 117 019 103.35

Tabel 2.12

(14)

14 | B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

Tabel 2.13

Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga di Kota Kotamobagu

2014

No. Kecamatan Penduduk

(Jiwa)

Rumah Tangga

Rata-rata Anggota Rumah Tangga

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Kotamobagu Timur 28,758 7,263 3.96

2 Kotamobagu Selatan 30,439 7,075 4,30

3 Kotamobagu Barat 41,064 10,884 3.77

4 Kotamobagu Utara 16,758 3,956 4.24

Kota Kotamobagu 117,019 29,178 4.01

Sumber : BPS

2.3.2 Jumlah Penduduk Miskin dan Persebaran Penduduk

Tabel 2.14

Jumlah Penduduk Miskin dan Pesebaran Penduduk Kota Kotamobagu

(15)

15 | B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

Sumber : BPS Kota Kotamobagu

Catatan : - * Angka Sangat Sementara

- Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) (Poverty Gap Index-P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap Garis Kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks maka semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari GK.

- Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2) merupakan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.

2.3.3 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Lima Tahun ke Depan

Laju Pertumbuhan Penduduk

Data kependudukan yang diuraikan disini diambil dari Buku Kota Kotamobagu Dalam Angka Tahun 2015. Jumlah penduduk Kota Kotamobagu di Tahun 2010 hanya 107.459 jiwa. Angka ini merupakan angka hasil Sensus Penduduk 2010. Dari jumlah tersebut sebagian besar penduduk masih masuk ke dalam kategori usia muda (< 35 tahun).

Jumlah penduduk tahun 2015 adalah sebesar 119.427 jiwa. Angka ini merupakan data penduduk Kotamobagu dalam Angka dari BPS Pr ovinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Laju dilihat pada pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 2,13 % per tahun selama periode 2010-2015.

(16)

16 | B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

Timur dengan ratio 1.94 dari tahun 2010 – 2015. Penyebaran tersebut bisa dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.15

Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Kotamobagu, 2010, 2014, dan 2015

Kecamatan

Jumlah Penduduk

Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun

(%)

2010 2014 2015 2010-2015 2014-2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Kotamobagu

Selatan 26 355 28 758 30 876 1.95 1.44 2 Kotamobagu

Timur 28 030 30 439 29 017 1.94 0.9 3 Kotamobagu

Barat 37 678 41 064 42 463 2.42 3.41 4 Kotamobagu

Utara 15 396 16 758 17 071 2.09 1.87

Kota Kotamobagu 107 459 117 019 119 427 2.13 2.06

Sumber : BPS Kota Kotamobagu

Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035

2.3.4 Jumlah Penduduk Perkotaan dan Proyeksi Urbanisasi

Grafik 2.1

(17)

17 | B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

Sumber : Bappenas 2014

2.4

Isu Strategis Sosial Ekonomi dan Lingkungan Berdasarkan

RPJMD dan RTRW Kota Kotamobagu

2.4.1 Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Nilai tambah adalah nilai yang ditambahkan dari kombinasi faktor produksi dan bahan baku dalam proses produksi. Penghitungan nilai tambah adalah nilai produksi (output) dikurangi biaya antara. Nilai tambah bruto di sini mencakup komponen-komponen pendapatan faktor (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jadi dengan menjumlahkan nlai tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkan nilai tambah bruto dari seluruh sektor tadi, akan diperoleh Produk Domestik Regiona l Bruto atas dasar harga pasar

Perkembangan PDRB Kota Kotamobagu secara sektoral memberikan informasi yang lebih dalam serta lebih luas untuk mengamati dan menganalisis secara sektor ekonomi. Tabel 2.17 memberikan informasi mengenai perkembangan nilai nominal PDRB secara sektor ekonomi dan proporsinya (share) dari masing-masing dari secara keseluruhan selang 2007-2011.

Tabel 2.16

Perkembangan PDRB Kota Kotamobagu dan Proporsinya Masing-Masing Sektor Menurut Harga Berlaku 2007- 2011(dalam jutaan Rupiah /%)

Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

1.Pertanian 56.512.32 67.557.45 75.917.47 84.168.70 92.954.71

8.85 9.12 8.84 8.47 8.26

2.Pertambangan & 19.749.64 21.207.91 23.631.63 27.182.95 28.400.41

17.2

1970 1980 1990 2000 2010 2015 2020 2025 2030 2035

Ju

(18)

18 | B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

Penggalian 3.09 2.86 2.75 2.74 2.53

3.Industri Pengolahan 13.276.68 13.887.88 15.271.78 16.513.02 17.613.31

1.79 1.88 1.78 1.66 1.57

4.Listrik, Gas, dan Air Bersih

2.761.51 2.865.98 3.002.40 3.172.41 3.417.68

0.43 0.39 0.35 0.32 0.30

5.Konstruksi dan Bangunan 94.048.14 109.796.60 126.772.88 149.074.74 175.865.89 14.72 14.83 14.76 15.00 15.64 6.Perdagangan, Hotel dan

Restoran 9.Jasa Jasa 241.885.21 287.692.61 345.605.71 404.500.74 457.275.87 37.86 38.86 40.23 40.70 40.66 PDRB Kota Kotamobagu

(Total) 638.825.32 740.368.22 859.069.13 993.809.40 1.124.717.22

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara 2013 (Diolah)

Tampak pada Tabel bahwa bahwa sektor jasa-jasa masih mendominasi PDRB Kota Kotamobagu yakni pada kisaran 40,66 % pada 2011, di mana tahun-tahun sebelumnya memperlihatkan angka yang relative sama. Dari PDRB nominal Kota Kotamobagu yang sebesar 1,12 triliun Rupiah, sektor jasa-jasa besarnya sekitar 457,28 milyar Rupiah. Sektor kedua yang memegang peranan penting adalah sektor konstruksi dan bangunan yang memiliki share sebesar 15,64 % pada 2011 yang hampir seiring dengan sektor perdagangan/hotel/restoran yang sebesar 14,46 %. Sektor keuangan dan jasa perusahaan juga yang memiliki share diatas 10 %, yakni tepatnya 12,53 %. Sektor lainnya dapat dikemukakan yakni: pertanian pada kisaran 8,26 %, sektor transportasi dan komunikasi pada kisaran 4,06 %, sektor pertambangan dan penggalian pada kisaran 2,53 %, dan sektor industry (pengolahan) pada kisaran hanya 1,57 %.

Jika diamati perkembangan proporsinya dapat dikemukakan sebagai berikut: sektor yang memiliki kecenderungan meningkat adalah perdagangan/hotel/restoran dari 13,31 % pada 2007 terus konsisten meningkat menjadi 14,46 % p ada 2011. Sektor konstruksi dan bangunan, kecuali 2007 ke 2008, jika dilihat dari 2007 yang sebesar 14,72% memiliki kecenderungan meningkat menjadi 15,64 % pada 2011. Sektor jasa -jasa kecuali 2010 ke 2011, maka dari 2007 yang sebesar 37,86 % menjadi 40,66 % pada 2011. Sektor lainnya walaupun fluktuatif namun memiliki kecenderungan menurun yakni: sektor pertanian dari 8,85 % pada 2007 menjadi 8,26 % pada 2011; sektor pertambangan dan penggalian dari 3,09 % pada 2007 menjadi 2,53 % pada 2011; sektor industry pengolahan dari 1,79 % pada 2007 menjadi 1,57 % pada 2011; sektor listrik/gas/air bersih dari 0,43 % pada 2007 menjadi 0,30 % pada 2011; sekto r transportasi dan komunikasi dari 5,31 % pada 2007 menjadi 4,06 % pada 2011; dan sektor keuangan dan jasa perusahaan dari 14,35 % pada 2007 menjadi 12,53 % pada 2011.

(19)

19 | B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

berikut: Sektor yang tumbuh lebih tinggi diatas PDRB total adalah

perdagangan/hotel/restoran dengan rata-rata sekitar 2,92 %/tahun selang 2007 sampai dengan 2011, berikut sektor konstruksi dan bangunan dengan rata -rata 10,81 %/tahun, kemudian sektor jasa-jasa yang tumbuh sekitar 9,42 %/tahun. Hanya ketiga sektor tersebut yang tumbuh diatas pertumbuhan PDRB total. Sektor lainnya yang tumbuh dibawah pertumbuhan PDRB total meliputi: pertanian sekitar 1,88 %/tahun; pertambangan dan penggalian 1,87 %/tahun, industry pengolahan 3,21 %/tahun; listrik, gas dan air bersih 2,88 %/tahun; transportasi dan komunikasi 4,37 %/tahun; dan keuangan/jasa perusahaan 9,42 %/tahun.

Tabel 2.17

Perkembangan PDRB Kota Kotamobagu dan Pertumbuhannya

Selang Tahun 2007-2011 Menurut Harga Konstan (dalam jutaan Rupiah/%)

Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

2007-2011

1.Pertanian 36.439.63 37.924.76 37.783.27 38.558.61 39.262.41 1.88 4.08 -0.37 2.05 1.83

2.Pertambangan dan Penggalian

14.670.66 14.418.32 14.810.50 15.285.92 15.804.59 1.87 -1.72 2.72 3.21 3.39

3.Industri Pengolahan 8.408.10 8.681.36 8.876.69 9.092.39 9.540.81 3.21

3.25 2.25 2.43 4.93

4.Listrik, Gas dan Air Bersih

2.035.99 2.069.60 2.124.47 2.190.20 2.285.11 2.88

1.65 2.65 3.09 4.33

5.Konstruksi dan bangunan

60.718.31 67.682.70 74.769.07 82.717.03 91.532.33 10.81 11.47 10.47 10.63 10.66

6.Perdagangan, Hotel dan Restoran

54.340.94 60.402.67 67.191.34 73.724.64 82.243.77 10.92 11.15 11.24 9.72 11.56

7. Transportasi dan Komunikasi

31.501.12 32.759.96 33.970.33 35.263.03 37.383.51 4.37

4.00 3.69 3.81 6.01

8. Keuangan dan Jasa Perusahaan

62.670.17 64.009.05 66.338.39 69.047.86 72.703.16 3.78

2.14 3.64 4.08 5.29

9.Jasa-Jasa 108.577.69 120.268.08 134.510.17 147.181.15 155.632.87 9.42 10.77 11.84 9.42 5.74

PDRB Kota Kotamobagu (Total )

379.362.60 408.216.49 440.374.24 473.060.83 506.388.57 7.49

7.61 7.88 7.42 7.05

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara 2013 (Diolah)

Pengamatan berdasarkan sektor secara tahunan selang 2008 -2011 dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang fluktuatif dan memiliki kecenderungan yang menurun yakni pada 2008 sekitar 4,08 % kemudian hanya sekitar 1,83 % pada 2011. Kedua, sektor pertambangan dan penggalian memiliki kecenderungan yang meningkat pada 2008 minus (-) 1,72 %, kemudian 2009 menjadi positif sampai 2011 yakni 3,39 %. Ketiga, sektor industry pengolahan mengalami fluktuasi namun cenderung meningkat, yakni 2008 sebesar 3,25 % dan sempat turun pada 2009, naik pada 2010 dan 2011 sebesar 4,93 %. Keempat, sektor listrik/gas/air bersih cenderung meningkat konsisten yakni 2008 sebesar 1,65 % dan 2011 sebesar 4,33 %. Kelima, sektor konstruksi dan bangunan bertumbuh fluktuatif pada 2008

sebesar 11,47 % kemudian 2011 10,66 %. Keenam, sektor

(20)

20 | B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

dibanding 2009, namun 2011 lebih besar dibandingkan 2008 yakni 11,56 % dibanding 11,15 %. Ketujuh, sektor transportasi dan komunikasi mengalami perkembangan fluktuatif, namun jika dibandingkan 2011 dan 2008, maka kecenderungannya meningkat dari 4,00 % menjadi 6,01 %. Kedelapan, sektor keuangan dan jasa perusahaan mengalami kecenderungan yang konsisten meningkat, yakni sebesar 2,14 % pada 2008 dan 5,29 % pada 2011. Kesembilan, sektor jasa-jasa mengalami tingkat pertumbuhan yang fluktuatif yakni 2009 lebih besar dibanding 2008; di mana secara umum kecenderungannya menurun, jika pada 2008 meningkat sebesar 10,77 %% dan 2011 hanya 5,74 %.

Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas tenaga kerja sektoral dapat diperoleh jika diketahui jumlah tenaga kerja per sektor dan PDRB per sektor. Perkembangan jumlah tenaga kerja per sektor dapat dilihat pada Tabel 2.19

Tabel 2.18

Perkembangan Jumlah dan Prosentase Tenaga Kerja yang Bekerja di Kota Kotamobagu Menurut Sektor Ekonomi Selang 2008-2012

Sektor Ekonomi 2012 2011 2010 2009 2008

Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) 1. Pertanian 8.309 17.05 7.951 17.05 14.773 33.45 17.392 35.06 20.207 41.02 2. Pertambangan

dan Penggalian 1.380 2.83 1.321 2.83 2.341 5.30 2.210 4.46 1.020 2.07 3.Industri

Pengolahan 2.783 5.71 2.663 5.71 1.394 3.16 2.242 4.52 1.034 2.10 4.Listrik, Gas dan

Air Bersih 79 0.16 76 0.16 124 0.28 116 0.23 54 0.11 5. Konstruksi 2.` 640 5.42 2.526 5.42 2.926 6.63 3.145 6.34 3.209 6.51 6. Perdagangan,

Hotel, dan

Restoran 14.457 29.67 13.834 29.67 7.080 16.03 5.933 11.96 8.478 17.21 7. Tranportasi,

Pegudangan, dan

Komunikasi 5.070 10.41 4.852 10.41 3.265 7.39 5.754 11.60 5.142 10.44 8. Keuangan

dan Jasa

Perusahaan 1.459 2.99 1.396 2.99 518 1.17 534 1.08 737 1.50 9. Jasa Jasa 12.543 25.75 12.003 25.75 11.745 26.59 12276 24.75 9384 19.05 Total 48.720 100.00 46.622 100.00 44.166 100.00 49.602 100.00 49.265 100.00

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara 2013 (Diolah)

Tabel 2.19

Perkembangan Produktivitas Nominal Tenaga Kerja

Kota Kotamobagu 2008-2012 (Tahunan dan Harian, Ribuan Rupiah

Sektor Ekonomi 2008 2009 2010 2011 2012

1.Pertanian 3.343.27 4.365.08 5.697.47 11.690.95 12.660.90 13.37 17.46 22.79 46.76 50.64 2.Pertambangan &

Penggalian

(21)

21 | B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara 2013 (Diolah).

Tabel memperlihatkan perkembangan jumlah dan prosentase tenaga kerja secara sektor ekonomi selang 2008 sampai dengan 2012. Dari perkembangan lima tahunan tersebut data yang dapat menjadi rujukan untuk dibahas lebih lanjut adalah selang 2010 sampai dengan 2012. Hal ini dikarenakan memiliki perkembangan yang lebih logis. Secara total jumlah tenaga kerja 2010 sebanyak 44.166 orang dan terus meningkat menjadi 48.720 orang pada 2012. Pada 2010 proporsi terbesar tenaga kerja adalah di sektor pertanian, namun sejak 2011 telah bergeser ke sektor perdagangan/hotel/ restoran. Sektor jasa-jasa adalah memiliki jumlah tenaga kerja yang juga menonjol bahkan meningkat dengan perkembangan yang konsisten positif. Sesudah sektor jasa-jasa maka sektor transportasi dan komunikasi memiliki jumlah terbesar berikutnya, diikuti sektor konstruksi. Adapun sektor terkecil adalah listrik/gas/air bersih.

Berdasarkan Tabel 2.20 dapat diamati perkembangan produktivitas nominal tenaga kerja Kota Kotamobagu. Secara total dapat dikemukakan bahwa produktivitas tenaga kerja mengalami kecenderungan meningkat konsisten. Pada 2008 masih sebesar 15.03 juta Rupiah (60,11 ribu Rupiah/hari) menjadi 17.32 juta Rupiah (69,28 ribu Rupiah/hari) di tahun 2009, seterusnya 22.50 juta Rupiah(90,01ribu Rupiah/ hari) di tahun 2010, berikutnya 24.12 juta Rupiah (96,50 ribu Rupiah/hari) d i tahun 2011, dan sebesar 26.13 juta Rupiah/tahun (104,50 ribu Rupiah/hari) di tahun 2012.

Secara sektoral dapat dikemukakan sebagai berikut: pertama, sektor pertanian terjadi peningkatan yang berarti dan cenderung meningkat konsisten sejak 2008. Pada 2008 masih sekitar 3,34 juta Rupiah (13,37 ribu Rupiah/hari) dan terus bertambah menjadi sekitar 12,66 juta Rupiah (50,64 ribu Rupiah/hari). Kedua, Sektor pertambangan dan penggalian sempat mencapai 20,79 juta Rupiah (83,17 ribu/hari) kemudian turun pada tahun selanjutnya dan seterusnya meningkat sampai pada 2012 menjadi sebesar 23,28 juta Rupiah (93,13 ribu Rupiah/hari). Ketiga, sektor industry pengolahan tampaknya menurun terus sepanjang lima tahun tersebut; pada 2008 masih sekitar 13,43 juta Rupiah (53,72 ribu Rupiah/hari) dan menjadi hanya sekitar 7.16 juta Rupiah (28,65 ribu Rupiah/hari) di tahun 2012. Keempat, sektor listrik/gas/air bersih pada 2008 sempat mencapai 53,07 juta Rupiah (53,72 ribu Rupiah/hari) kemudian menurun tajam di tahun 2009 dan terus menurun di tahun 2010, setelah itu meningkat lagi di 2011 dan 2012; di mana posisi akhir 48,70 juta Rupiah (194,80 ribu Rupiah/hari). Kelima, sektor konstruksi tampaknya memiliki kecenderungan meningkat konsisten mulai dari sekitar 34,22 juta Rupiah (136 ribu Rupiah/hari) di tahun 2008 dan mencapai 75,40 juta Rupiah (301,59 ribu Rupiah/hari) di tahun 2012.

5.Konstruksi

136.86 161.24 203.79 278.49 301.59 6.Perdagangan, Hotel, dan

(22)

22 | B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

Keenam, sektor perdagangan/hotel/restoran terjadi perkembangan fluktatif; tahun 2008 sekitar 11,92 juta Rupiah (47,67 ribu Rupiah/hari) dan meningkat taja m di tahun 2009 menjadi 20,19 juta Rupiah (80,76 ribu Rupiah/hari); di mana pada 2010 relatif sama dengan 2009, seterusnya menurun kembali di 2011 menjadi hanya sekitar 11.65 juta Rupiah (47,02 ribu Rupiah/hari), selanjutnya di 2012 mencapai 12,73 juta Rup iah (50,92 ribu Rupiah). Ketujuh, sektor transportasi dan komunikasi mengalami perkembangan yang fluktuatif; berawal dari 2008 sebesar 6,97 juta Rupiah (27,88 ribu Rupiah/hari) kemudian turun sedikit di 2009 dan naik drastic di 2010 menjadi 12,54 juta Rupiah (50,17 ribu Rupiah/ hari) berikutnya turun lagi pada 2011 menjadi sebesar 9,42 juta Rupiah (37,66 ribu Rupiah/hari); di mana posisi akhir 2012 adalah 10,20 juta Rupiah (40,79 ribu Rupiah/ hari). Kedelapan, sektor keuangan dan jasa perusahaan memberikan kinerja dengan produktivitas yang sangat tinggi; perkembangan selang 2008 sampai 2012 tampaknya fluktuatif, yakni dari 136,35 juta Rupiah (545,40 ribu Rupiah/hari) pada 2008 terus meningkat sampai 2010 yakni mencapai 244,43 juta Rupiah (977,74 ribu Rupiah/hari); pada 2011 menurun dastis menjadi hanya 100,92 juta Rupiah (403,69 ribu Rupiah/ hari) dan naik sedikit menjadi 109,30 juta Rupiah (437,19 ribu Rupiah) di tahun 2012. Kesembilan, sektor jasa -jasa terlihat fluktuatif namun cenderung meningkat, hanya di tahun 2009 terjadi penurunan kecil kemudian meningkat terus sampai 2012; pada 2008 memiliki produktivitas sebesar 30,66 juta Rupiah (122,63 ribu Rupiah/hari) menjadi 41,26 juta Rupiah (165,03 ribu Rupiah/hari) pada 2012.

Tiga sektor yang memiliki produktivitas tenaga kerja tertinggi adalah keuangan dan jasa perusahaan, jasa-jasa dan konstruksi, dan jasa-jasa. Adapun tiga sektor yang memiliki produktivitas terrendah adalah industry pengolahan, transportasi dan komunikasi, dan pertanian.

Apabila memperhatikan perkembangan produktivitas riil tenaga kerja selang 2008-2012, maka dapat dikemukakan bahwa beberapa sektor mengalami pertumbuhan rata-rata tahunan yang negative yakni: pertambangan dan penggalian sebesar ( -)3,51 %; industry pengolahan sebesar (-) 18,69 %; listrik/gas/air bersih (-)5,32 %; perdagangan/hotel/restoran ()3,85 %; dan sektor keuangan/jasa perusahaan yakni ( -) 11,47 %.

Secara total pertumbuhan produktivitas tenaga kerja memiliki perkembangan yang berfluktuasi yakni berawal dari 7,14 % pada 2009, kemudian meningkat signifikan sebesar 20,64 % pada 2010, berikutnya menurun negative pada 2011 (-)5,27 %, serta naik lagi di 2012 sebesar 9,65 %. Adapun pertumbuhan rata-rata tahunan selang 2009-2012 adalah sebesar 7,65 %; sehingga dengan mudah dapat diamati bahwa tahun 2010 dan 2012 mengalami pertumbuhan tahunan yang melebihi tingkat pertumbuhan rata -rata.

Prediksi Pendapatan Regional dan Perkembangan Kebutuhan Investasi

Prediksi pendapatan regional, melalui indicator PDRB dapat dijelaskan dengan menggunakan asumsi asumsi. Asumsi utama yang perlu diletakkan adalah perkembangan ekonomi makro daerah Sulawesi Utara, Nasional, dan Global berjalan normal. Realita sepanjang hampir sewindu ini perekonomian daerah Sulawesi Utara berkembang dengan tingkat pertumbuhan rata-rata lebih tinggi dari nasional.

(23)

23 | B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

1,41 triliun Rupiah, moderat sebesar 1,40 triliun Rupiah, dan pesimis adalah 1,39 triliun Rupiah. Pada 2017 dapat dikemukakan sebagai berikut: optimis 2 sebesar 2,32 triliun Rupiah, optimis 1 sebesar 2,30 triliun Rupiah, moderat sebesar 2,28 triliun Rupiah, dan pesimis sebesar 2,26 triliun Rupiah.

Melalui pengembangan asumsi ICOR sebagaimana normalnya daerah perkotaan yang bertumbuh, maka diperoleh kebutuhan investasi dalam rangka mencapai target pertumbuhan sebagaimana scenario yang dikembangkan. Total investasi yang dibutuhkan pada 2013 untuk masing-masing scenario sebagai berikut: optimis 2 sebesar 641,14 milyar Rupiah; optimis 1 sebesar 593,20 milyar Rupiah; moderat sebesar 545,99 milyar Rupiah; dan pesimis sebesar 499,54 milyar Rupiah. Pada tahun 2017 sesuai prediksi PDRB, maka total investasi yang dibutuhkan dalam masing-masing scenario sebagai berikut: optimis 2 sebesar 925,11 milyar Rupiah, optimis 1 sebesar 855,92 milyar Rupiah, moderat sebesar 787,81 milyar Rupiah, dan pesimis sebesar 720,78 milyar Rupiah.

2.4.2 Data Pendatapan Per Kapita dan Proporsi Penduduk Miskin

(24)

24 | B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

2010 8.1 7.57 0.91 0.32 221,882 Sumber : BPS

Catatan : - * Angka Sangat Sementara

- Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) (Poverty Gap Index-P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap Garis Kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks maka semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari GK.

2.4.3 Kondisi Lingkungan Strategis

A.

Gambaran Topografi

Secara Topografi Kota Kotamobagu memiliki ketinggian yang bervariasi dan terdiri dari daratan dan pegunungan dengan ketinggian yang bervariasi, dimana Kecamatan yang tertinggi adalah kecamatan Kotamobagu Utara dengan ketinggian 450 meter diatas permukaan laut (dpl) dan Kecamatan Kotamobagu Selatan menjadi daerah yang terendah dengan ketinggian 257 meter dpl. Desa yang tertinggi adalah Desa Moyag Todulan dengan ketinggian 650 m dari permukaan laut, selanjutnya Desa Moyag Tampoan dengan ketinggian 635 m. Kondisi topografi secara rinci wilayah kecamatan menurut ketinggian terlihat pada Tabel 2.21.

Tabel 2.21

Ketinggian Wilayah Berdasarkan Kecamatan

Hal ini disebabkan oleh tekstur alam Kota Kotamobagu yang bergunung -gunung dan berbukit-bukit. Sebagian besar wilayah digunakan untuk kegiatan pertanian, diikuti pemukiman, perkantoran dan perdagangan.

B.

Gambaran Geologi

No Wilayah Kecamatan Ketinggian dpl

(M)

1 Kotamobagu Selatan 257

2 Kotamobagu Timur 337

4 Kotamobagu Barat 368

(25)

25 | B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

Geologi batuan penyusun wilayah Kota Kotamobagu sangat variasi dan dikelompokkan menjadi beberapa formasi. Batuan tertua adalah batuan gunung api yang termasuk dalam formasi Tinombo yang berumur Eosen. Batuan ini terdiri dari lava yang bersusun basalt dan andesit dengan selingan batu pasir, batu lanau, batu gamping merah dan kelabu, serta sedikit konglomerat.

C.

Gambaran Klimatologi

Daerah Kota Kotamobagu beriklim tropis yang relatif dan curah hujan tinggi yang mencapai 2000 – 3000 mm pada setiap tahunnya. . Curah hujan tertinggi terjadi pada DesemberJanuari yang mencapai 165,0 mm, dan terendah pada bulan Agustus -September. Suhu udara berada di kisaran 18° C – 28°C. Keadaan iklim di wilayah Kota Kotamobagu termasuk Iklim Tipe A pada daerah dataran tinggi, sedangkan pada daerah dataran rendah termasuk pada daerah-daerah beriklim B.

Sebagai daerah yang terletak di garis katulistiwa, maka Kota Kotamobagu hanya mengenal dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan tertinggi di wilayah ini terjadi pada bulan Januari dan curah hujan terendah pada bulan Agustus. Hujan yang turun sepanjang tahun berdampak positif pada sektor pertanian.

2.4.4 Resiko Bencana Alam di Kota Kotamobagu

Banjir, Gempabumi, Kebakaran Permukiman, Kekeringan, Cuaca Ekstrem, Longsor, Gunungapi, Abrasi, Kebakaran Hutan dan Lahan, Konflik Sosial.

Dari data BNPB indeks data bencana Indonesia, Kota Kotamobagu termasuk dalam kelas rawan SEDANG dan masuk rangking 465 Nasional (BNPB Indeks Data Bencana Indonesia, 2014 465 Nasional (BNPB Indeks Data Bencana Indonesia, 2011)

Grafik 2.2

(26)

26 | B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

Sumber : BNPB Provinsi Sulawesi Utara

2.4.5 Isu-isu Strategis Terkait Pembangunan

Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Isu strategis adalah permasalahan utama yang disepakati untuk dijadikan prioritas penanganan selama kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang. Isu strategis diidentifikasi dari berbagai sumber, diantaranya adalah:

1. Isu strategis dari dinamika internasional, nasional dan regional yang mempengaruhi Kota Kotamobagu.

2. Isu strategis dari Kebijakan Pembangunan Daerah Lainnya yang mempengaruhi Kota Kotamobagu

3. Isu strategis dari kebijakan pembangunan daerah yang terdiri dari :

1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Kotamobagu 2008-2025.

2) Isu strategis yang diangkat dari analisis situasi dan kondisi

kependudukan, ekonomi, sosial budaya, sarana prasarana dan pemerintahan umum saat ini, serta kemungkinan kondisinya di masa datang.

3) Sasaran-sasaran pembangunan yang belum dapat dipenuhi pada masa RPJMD sebelumnya.

Analisisa Swot

Analisa SWOT merupakan instrument yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis beberapa faktor secara sistematis untuk merumuskan isu -isu strategis didalam mengelola penyelenggaraan pembangunan Kota Kotamobagu. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Berikut ini adalah hasil identifikasi SWOT.

Kekuatan(Strength)

1. Geoposisi strategis Kota Kotamobagu di wilayah Bolaang Mongondow Raya sebagai simpul distribusi jasa perdagangan, pendidikan dan kesehatan.

2. Kota kotamobagu sebagai calon ibu kota Provinsi Bolaang Mongondow Raya(BMR)

3. Memiliki fasilitas umum lebih lengkap dibandingkan daerah tetangga; 4. Potensi penduduk produktif dan terdidik

5. Dominasi penduduk usia produktif;

6. Nilai budaya dan sejarah kota kotamobagu .

7. Tersedianya kelengkapan jenjang pendidikan hingga Perguruan Tinggi dibandingkan daerah di wilayah Bolaang Mongondow Raya.

(27)

27 | B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

11. Aksesibilitas jalan yang cukup baik menghubungkan dengan wilayah eksternal 12. Suasana politik yang damai dan kedewasaan demokrasi masyarakat

13. Kerjasama yang baik antara eksekutif dan legislatif.

14. Kebijakan-kebijakan yang mengakomodir kepentingan masyarakat banyak 15. Kota Kotamobagu sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Bolaang

Mongondow Raya dalam struktur tata ruang Nasional dan Provinsi Sulawesi Utara.

Kelemahan(Weakness)

1. Rendahnya iklim usaha dan investasi

2. Masih rendahnya pengelolaan potensi ekonomi daerah

3. Belum terpenuhinya SPM dan sarana dan prasarana daerah yang belummemenuhi kriteria PKW;

4. Masih terdapatnya pengangguran

5. Terbatasnya sarana dan prasarana dasar

6. Belum optimalnya pemanfaatan teknologi informasi dalam dunia usaha; 7. Masih rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM);

8. Belum tersedianya sarana/modal transportasi yang memadai 9. Kondisi kemantapan jalan yang belum optimal

10. Kurangnya kesadaran dan partispasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Peluang(Opportunity)

1. Daerah yang menjadi salah satu tujuan investasi

2. Tujuan wisata belanja dan kuliner serta tempat persinggahan/tujuan bagi wilayah Bolaang Mongondow Raya.

3. Pendanaan pusat melalui Program-program yang selaras dengan program Kota Kotamobagu

4. Sister City dan Kerjasama antar daerah

5. Penetapan Kota Kotamobagu dalam RTRWNasional dan RTRW Provinsi Sulut sebagai Pusat KegiatanWilayah (PKW) untuk wilayah Bolaang Mongondow Raya.

6. Tersedianya lembaga dan aparatur yang dapat menjagakeberlangsungan stabilitas keamanan.

Ancaman(Threath)

1. Ledakan penduduk yang tidak terkendali baik dikarenakan faktor alamiah maupun migrasi

2. Bencana alam dan degradasi lingkungan 3. Tingginyatingkatinflasi

4. Kurangnya minat investor untuk berkiprah dalam pembangunan ekonomi; 5. Kompetensi lulusan pendidikan tidak memenuhi kebutuhan tuntutan dunia

kerja;

6. Perubahan Iklim dan Pemanasan Global 7. Bertambahnya jumlah kendaraan bermotor.

(28)

28 | B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

1. Pendidikan; 2. Kesehatan ; 3. Infrastruktur;

4. Penanggulangan Kemiskinan; 5. Ketahanan pangan;

6. Lingkungan Hidup;

7. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola 8. Keadilan dan kesetaraan gender ; 9. Investasi.

Berbagai isu strategis dimaksud merupakan tantangan yang perlu diantisipasi juga potensi sumberdaya yang perlu dikembangkan untuk keberhasilan pencapaiancita -cita pembangunan.

Infrastruktur

Infrastruktur fisik merupakan komponen dasar perekonomian dan merupakan aspek utama di dalam pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat infrastruktur juga merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi sehingga penyediaan infrastruktur yang memadai menjadi kebutuhan yang harus disediakan oleh pemerintah.Termasuk dalam penyediaan infrastruktur adalah jalan, jembatan, drainase, penyediaan air bersih, pengelolaan limbah dan lain-lain.

Jalan Secara Keseluruhan ( Nasional, Provinsi, dan Kota) di Kota Kotamobagu pada tahun 2013, yaitu 284,34 kilometer, dimana kondisi infrastruktur jalan raya di Kota Kotamobagu dalam keadaan rusak 132,11 kilometer atau 46,46% yang terdiri dari 23,13% dalam kondisi rusak ringan, 18,96% dalam kondisi rusak sedang dan Kondisi rusak berat 12,43%. Akan tetapi, dari panjang jalan rusak tersebut baru bisa diperbaiki 152,23 kilometer atau sekitar 53,54%.

Secara umum, permasalahan kerusakan jalan disebabkan dua hal, pertama repetisi atau pengulangan beban, kedua karena adanya air yang menggenangi permukaan jalan, yang mengakibatkan longgarnya ikatan aspal dengan bahan lain. Tipikal kerusakan karena pengaruh air adalah lubang jalan. Sekali lubang terbentuk, maka air akan tertampung di dalamnya sehingga dalam hitungan minggu lubang yang semua kecil dapat membesar dengan cepat. Itulah sebabnya kerusakan jalan sering dikatakan bersifat eksponensial, atau dapat dikatakan bahwa memperbaiki jalan harus dilaksanakan secara simultan dengan perbaikan drainase.

(29)

29 | B a b I I – K o t a K o t a m o b a g u

utama sekaligus pedestrianisasi. Kondisi trotoar Kota Kotamobagu masih menunjukan kondisi kurang kenyamanan dan keamanannya, terutama pemakaian yang menyimpang dari fungsi sesungguhnya, pembangunan dan perawatannya yang asal-asalan, gangguan karena masalah bongkar-pasang listrik, dan telepon.

Kondisi seperti ini apabila tidak dilakukan penanganan yang tepat akan mengganggu kelancaran aktivitas warga kota yang pada gilirannnya dapat menjadi masalah ekonomi maupun social yang meluas.

Penyediaan Infrastruktur yang berkualitas dapat dilakukan melalui beberapa strategi kebijakan diantaranya: pembangunan jalan dan jembatan yang berkualitas dan umur pakai panjang, pembersihan trotoar dari PKL, perkerasan jalan dengan teknologi resapan, Perbaikan saluran gorong-gorong secara komprehensif untuk jaringan kabel, drainase dan lain-lain.

Topografi Kota Kotamobagu, serta perkembangannya secara horizontal dan vertikal membutuhkan perencanaan dan penerapan teknologi drainase yang baik, merevitalisasi drainase kota akan banyak implikasi kebaikan. Secara umum sistem drainase di Kota Kotamobagu terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu drainase makro dan drainase mikro. Saluran pembuangan makro adalah saluran pembuangan yang secara alami sudah ada di Kota Kotamobagu, yang terdiri dari 9 sungai sepanjang 121,05 km.

Gambar

Gambar 2.1 Peta Kerja Penegasan Batas Kota Kotamobagu
Gambar 2.2  Peta Administrasi Kota Kotamobagu
Gambar 2.3  Peta Administrasi Kelurahan di Kota Kotamobagu
Tabel 2.1 Indeks produk domestik menurut lapangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur pelaporan Multi-channel and Public Participation (MPP)-Based Population Administration System merupakan usulan prosedur otorisasi yang mendukung implementasi

Meskipun banyak sekali manfaat yang bisa dirasakan dengan adanya komputer namun terdapat penolakan yang mungkin disebabkan oleh ketidaktahuan tentang komputer yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra merek, harga dan gaya hidup konsumen memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian suatu produk dan sebaiknya disertai

Oleh karena itu, pada penelitian ini menggunakan metode Regresi Logistik Biner dan Classification Tree untuk meng- klasifikasikan data nasabah pemohon kredit sebagai

Bermani Ulu Raya, Perda No.5/2005 Bangun Jaya Menjadi wil.. Bermani Ulu Raya, Perda No.5/2005 Babakan Baru

Kekuatan maksimal otot terjadi pada saat usia antara 20 - 29 tahun, dan pada usia mencapai 60 tahun rata-rata kekuatan otot akan menurun sampai 20% dari faktor lain karena

mengacu pada rata-rata 3 (tiga) Harga Patokan Batubara terakhir pada bulan dimana dilakukan kesepakatan harga batubara, dengan fakor pengali 50% untuk Harga Patokan