• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELEPASAN HAK ATAS TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL TRANS SUMATERA DI KECAMATAN TEGINENENG KABUPATEN PESAWARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PELEPASAN HAK ATAS TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL TRANS SUMATERA DI KECAMATAN TEGINENENG KABUPATEN PESAWARAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PELEPASAN HAK ATAS TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL TRANS SUMATERA DI KECAMATAN TEGINENENG

KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

Anggun Tri Mulyani

1212011040

JURNAL ILMIAH

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)
(3)

PELEPASAN HAK ATAS TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL TRANS SUMATERA DI KECAMATAN TEGINENENG

KABUPATEN PESAWARAN

Anggun Tri Mulyani, Dr. Fx, Sumarja, S.H, M.Hum., Upik Hamidah, S.H, M.H. Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum, Universitas Lampung

Jalan Turi Raya Gg Tapis Batang Wangi, Bandar Lampung e-mail: Trimulyanianggun@yahoo.com

Abstrak: Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 menyatakan bahwa jalan tol merupakan salah satu objek pelepasan hak untuk kepentingan pembangunan. Proses pelepasan hak berdasarkan undang-undang ini dapat dilaksanakan melalui tahapan perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan penyerahan hasil. Di Kecamatan Tegineneng sendiri terkena perluasan sepanjang 5.600 Km dengan luas 1.956.800 M2. Dalam pelaksanaan kegiatan pelepasan hak di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran ini masih kurang efisien terutama dalam hal penilaian ganti kerugian dikarenakan harga yang di tetapkan dianggap tidak sesuai dengan harga pasaran.. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimanakah pelepasan hak atas tanah untuk kepentingan umum Jalan Tol Trans Sumatera di Kecamatan Tegineneng? Serta b. Bagaimanakah dampak hukum dari perubahan data fisik dalam hal pelepasan hak untuk kepentingan umum? Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan secara normatif dan empiris dan data yang digunakan adalah data primer, data sekunder, dan data tersier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan jalan tol trans sumatera Kecamatan Tegineneng ini melewati 6 desa dengan luas 1.956.800 m2 dan panjang 5.600 km. Mekanisme pelepasan hak atas tanah ini didahului dengan Persetujuan Penetapan Lokasi Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera Ruas Tegineneng oleh Gubernur melalui Surat Keputusan No G/214/III.09/HK/2015, kemudian keluar Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan No 68/Kep-18.300/V/2015 prihal penugasan Kepala Kantor Pertanahan Kabupten Pesawaran Sebagai Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah. Tahap- tahap proses pelepasan hak ini melalui 8 tahapan yaitu: sosialisasi, pematokan, pengukuran, pengumuman hasil ukur, musyawarah harga, pembayaran ganti kerugian, pelepasan hak, dan sertifikasi. Mengenai pemberian ganti kerugian ini dasarkan pada nilai jual tertinggi pasar dengan harga tanah 400 rb per meter, dan bangunan 1 juta per meter, usaha diberi ganti kerugian 125 juta dan biaya pindah 7 juta rupiah. Terhadap dampak hukum di Kecamatan Tegineneng ini hanya terjadi perubahan data yuridis dimana status hak menjadi milik Negara, pengurusan perubahan data yuridis ini dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Pesawaran, dan mengenai sisa bidang tanah dari 6 desa yang terkena perluasan untuk pembangunan jalan tol ini tidak terdapat sisa bidang tanah, semua diberi ganti kerugian oleh Negara.

(4)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanah dalam kehidupan manusia mempunyai arti yang sangat penting karena sebagian besar dari kehidupannya bergantung pada tanah, dalam suasana pembangunan sekarang ini kebutuhan akan tanah semakin meningkat. Tanah pada dasarnya memiliki 2 arti yang sangat penting dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai social aset dan capital aset. Tanah sebagai social aset adalah sebagai sarana pengikat kesatuan di kalangan lingukan sosial untuk kehidupan dan hidup, sedangan capital aset adalah sebagai modal dalam pembangunan dan telah tumbuh sebagai benda ekonomi yang sangat penting sekaligus sebagai bahan perniagaan dan objek spekulasi.1 Kegiatan pembangunan terutama pembangunan di bidang materiil baik di kota maupun di desa banyak sekali memerlukan tanah sebagai tempat penampungan kegiatan pembangunan. Antara lain: pembangunan jalan, waduk, rumah sakit, pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta api, tempat peribadatan, pendidikan atau sekolah dan lain sebagainya. Secara formal, kewenangan pemerintah untuk mengatur bidang pertanahan tumbuh dan berakar dari Pasal 33 ayat (3)

UUD 1945 yang berbunyi bahwa: “bumi, air dan

kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara untuk pergunakan bagi sebesar-besar

kemakmuran rakyat”. Kemudian dituntaskan secara kokoh didalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA).2

Berdasarkan Pasal 2 UUPA dan penjelasannya tersebut, menurut konsep UUPA, pengertian

“dikuasai” oleh Negara bukan berarti “dimiliki”,

melainkan hak yang memberi wewenang kepada Negara untuk menguasai hal-hal yang dimaksud dalam pasal tersebut.3 Konsep hak menguasai Negara di dalam pertimbangan hukum putusan Mahkamah Konstitusi perkara Undang Migas, Undang-Undang Ketenagalistrikan, dan Undang-Undang

Sumber Daya Alam dinyatakan bahwa “Hak

menguasai negara/HMN” bukan dalam makna Negara

memiliki, tetapi dalam pengertian bahwa Negara berhak merumuskan kebijakan (bleid), melakukan pengaturan (bestuurdaad), melakukan pengelolaan

(beheerdaad), dan melakukan pengawasan

1

Achmad Rubaie , Hukum Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, Bayumedia, Malang, 2007, hlm 1 2

Muhammad Yamin, Abdul Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, Mandar Maju, Cetakan I, 2008, hlm 19 3

Budi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta: Djambatan, hlm. 234

(toezichtthoundendaad).4 Melalui hak menguasai dari negara inilah maka negara selaku badan penguasa akan dapat senantiasa mengendalikan atau mengarahkan pengelolaan fungsi bumi, air dan ruang akasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang ada, yaitu dalam lingkup penguasaan secara yuridis yang beraspek publik.5

Ruang lingkup agraria, tanah merupakan bagian dari bumi, yang disebut permukaan bumi. Tanah yang dimaksud disini bukan mengatur tanah dalam segala aspeknya, melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah dalam pengertian yuridis yang disebut hak. Hak dasar dari setiap orang adalah kepemilikan atas tanah. Jaminan mengenai tanah ini dipertegas dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005, tentang Pengesahan International Convenant on Economic, Social and Cultural Rights (Konvonen Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya).6 Hierarki hak-hak penguasaan atas tanah dalam Hukum Tanah Nasional, adalah:

a. Hak bangsa Indonesia atas tanah; b. Hak menguasai dari negara atas tanah; c. Hak ulayat masyarakat hukum adat; dan d. Hak perseorangan atau tanah, meliputi:

a) Hak-hak atas tanah b) Wakaf tanah hak milik

c) Hak jaminan atas tanah (hak tanggungan).7

UUPA meletakkan dasar atau asas dalam ketentuan

Pasal 6 yang menyatakan bahwa: “semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”. Artinya, semua hak

atas tanah apapun pada seseorang tidak boleh semata-mata digunakan untuk kepentingan pribadinya, tetapi penggunaannya harus juga memberikan manfaat bagi kepentingan dirinya, masyarakat dan negara, namun hal ini tidak berarti bahwa kepentingan perseorangan akan terdesak oleh kepentingan umum (masyarakat). Kepentingan masyarakat dan kepentingan perseorangan harus saling mengimbangi, hingga dapat tercapai ketertiban dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dijelaskan pula pada Pasal 18 yang menyatakan bahwa

“untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan

bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dicabut dengan memberi

4

Fx Sumarja , Politik Hukum Larangan Kepemilikan Tanah Hak Milik Oleh Orang Asing Untuk mel Melindungi Hak-Hak Atas Tanah Warga Negara Indonesia, Disertasi, s2015, hlm. 202

5

(5)

ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan Undang-undang”.8

Tanah merupakan salah satu sarana yang amat penting untuk melaksanakan proyek-proyek pembangunan, dan masalah pengadaan tanah untuk kebutuhan tersebut tidaklah mudah untuk dipecahkan karena dengan semakin meningkatnya pembangunan, kebutuhan akan tanah semakin meningkat pula sedangkan persediaan tanah sangat terbatas, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengadaan tanah untuk kebutuhan proyek-proyek pembangunan, adalah:

a. Pengadaan tanah untuk proyek-proyek pembangunan harus memenuhi syarat tata ruang dan tata guna tanah

b. Pembangunan tanah tidak boleh mengakibatkan kerusakan atau pencemaran terhadap kelestarian alam dan lingkungan. c. Penggunaan tanah tidak boleh

mengakibatkan kerugian masyarakat dan kepentingan pembangunan .9

Proses Pengadaan tanah untuk kepentingan umum berdasarkan UU Nomor. 2 Tahun 2012 Pasal 13 diselenggarakan melalui tahapan: Perencanaan, Persiapan, Pelaksanaan, dan Penyerahan hasil dan dibantu oleh panitia pengadaan tanah. Di kecamatan Tegineneng sendiri dikenakan perluasan untuk pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera ini seluas 30 km sampai dengan Bandar Jaya. Pelaksanaan jalan tol trans sumatera ini dibagi dalam 8 tahapan yaitu, sosialisasi pembangunan untuk kepentingan umum, pengukuran, pematokan, pengumuman hasil ukur, musyawarah ganti kerugian, pembayaran ganti kerugian, pelepasan hak, dan sertifikasi. Namum, dalam pelaksanaannya banyak menimbulkan konflik dan hambatan di berbagai bidang, salah satunya adalah masalah mengenai biaya ganti kerugian. Masalah ganti kerugian sangat penting dan sensitif karena didalamnya terdapat dua kepentingan yaitu kepentingan pemerintah dan kepentingan masyarakat sehingga diperlukan suatu pendekatan yang dapat dimengerti dan diterima oleh kedua belah pihak.

Pemberian ganti kerugian di Kecamatan Tegineneng ini melakukan 2 kali musyawarah, yang dilakukan oleh masyarakat setempat dengan Panitia Pelepasan Hak Atas Tanah untuk kepentingan umum yaitu tim apprasial, musyawarah ganti kerugian ini dilaksanakan di balai Kecamatan Tegineneng kelurahan Bumi Agung Masgar. Musyawarah penetapan ganti kerugian yang pertama ini tidak memiliki titik terang karena warga masih banyak yang tidak sepakat dengan harga yang diberikan oleh panitia penilai, ketidaksepakatan ini dipicu karena warga memprotes besaran ganti kerugian yang tidak sesuai dengan harga pasaran

8

Sudargo Gautama, Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung : Alumni, 1984, hlm. 11

9

I Wayan Suandra, Hukum Pertanahan Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta, hlm. 11

maupun NJOP, warga juga masih kurang memahami mengenai proses ganti kerugian, karena hal-hal ini lah para warga sepakat bersama kepala desa untuk bermusyawarah kembali dengan tim penilai mengenai besaran ganti kerugian yang layak bagi para warga yang terkena pembebasan lahan untuk kepentingan umum ini beserta hal-hal lain seperti penjelasan yang lebih akurat mengenai penilaian ganti kerugian.

Selanjutnya, pada Tanggal 11 November 2015 diadakan musyawarah kembali atas permintaan masyarakat antara masyarakat kepala desa dan tim penila, dalam musyawarah ini tim penilai berdiskusi mengenai hal-hal yang tidak diketahui oleh masyarakat dan akhirnya mencapai kata sepakat dengan besaran ganti kerugian berdasarkan nilai jual pasar tertinggi di Kecamatan Tegineneng dan bentuk ganti kerugiannya yaitu berupa uang tunai, pencairan dana ganti kerugian ini diberikaan pada Tanggal 22 Desember 2015 untuk Desa Bumi Agung dengan harga untuk tanah sendiri dihargai sebesar 400 ribu per meter, bagi masyarakat yang memliki bangunan diatas tanah yang terkena pelepasan untuk jalan tol bangunannya dihargai sebesar 1 juta per meter, untuk masyarakat yang memliki usaha sebelumnya diberi penggantian usaha tersebut sebesar 125 juta, sedangkan biaya pindah bagi masyarakat yang terkena perluasan jalan tol ini di beri uang pindah sebesar 7 juta rupiah.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai Pelepasan Hak Atas Tanah Dalam Pembangunan Untuk Kepentingan Umum tersebut, dalam bentuk analisis yang peneliti tuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul: Pelepasan Hak Atas Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera Di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas dalam latar belakang, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimanakah pelepasan hak atas tanah untuk kepentingan umum Jalan Tol Trans Sumatera di Kecamatan Tegineneng ?

b. Bagaimanakah dampak hukum dari perubahan data fisik dalam hal pelepasan hak untuk kepentingan umum ?

METODE PENELITIAN

1.1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini akan dilakukan secara normatif dan empiris.

2.1.1. Pendekatan secara Normatif

(6)

sekunder. Pendekatan normatif dimaksudkan untuk mempelajari peraturan perundang-undangan yang berlaku, asas-asas hukum, teori-teori hukum, dan kaidah hukum lainnya yang berhubungan dengan skripsi ini.

2.1.2. Pendekatan secara Empiris

Pendekatan secara empiris merupakan suatu pendekatan yang dilakukan di lapangan dengan mengumpulkan informasi-informasi dengan cara observasi atau wawancara dengan informan dan responden yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.

2.2. Sumber Data

Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua jenis sumber data yaitu:

2.2.1. Data primer

Data primer adalah data yang relevan dengan pemecahan masalah atau pembahasan yang didapat dari sumber utama yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan dikumpulkan langsung dari obyek penelitian.

Teknik pengumpulan data primer yang digunakan adalah yang diperoleh langsung dari sumber pertama, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan secara langsung pada objek penelitian yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara yang dilakukan di Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Pesawaran, Kepala camat Kecamatan Tegineneng, serta masyarakat yang terlibat langsung dalam penguasaan tanah.

2.2.2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui kepustakaan dengan menelaah buku-buku literature, undang-undang, brosur atau tulisan yang ada kaitannya dengan masalah yang akan diteliti. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengadakan studi kepustakaan. Studi kepustakaan dengan maksud untuk memperoleh arah pemikiran dan tujuan penelitian yang dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, mengutip, dan menelaah litelatur-litelatur yang menunjang peraturan perundang-undangan serta bahan-bahan bacaan lainnya yang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang akan dibahas. Sumber dari data primer dan sekunder adalah:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan yang bersumber dari Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang telah dirubah beberapakali menjadi Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2015 Tentang Perubahan Ketiga Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2014 Tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol Di Sumatera.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang bersumber dari literatur –literatur dalam hukum agraria atau hukum pertanahan.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang bersumber dari kamus hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Majalah, Surat Kabar, dan Jurnal Penelitian Hukum serta bagan lainnya yang bersumber dari internet.

2.3. Pengumpulan dan Pengolahan Data

2.3.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Studi lapangan

Dilakukan untuk memperoleh data primer dengan menggunakan metode wawancara secara langsung terhadap responden yang telah ditentukan dengan mengajukan pertanyaan beberapa pertanyaan, wawancara tersebut dilalkukan dengan Kepala Badan Pertanahan Kabupaten Pesawaran, Tim Penilai pengadaan tanah Kabupaten Pesawaran, Kepala Camat Kecamatan Tegineneng, dan warga yang terlibat dalam penguasaan tanah.

b. Studi kepustakaan

Dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan membaca, mencatat, mengutip, dan menelaah sumber-sumber seperti undang-undang yang relevan dengan masalah penelitian ini, buku literatur terkait skripsi, serta tulisan lainnya yang masih relevan terhadap penelitian ini.

2.3.2. Pengolahan Data

Pengolahan data yang diperoleh digunakan untuk menganilisis permasalahan yang diteliti. Pengolahan data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara :

(7)

yang diperoleh sudah lengkap, sudah cukup benar dan sesuai dengan permasalahan.

b. Klasifikasi data, yaitu dilakukan dengan cara mengelompokkan data sesuai dengan bidang pokok bahasan agar memudahkan dalam menganalisis.

c. Penyusunan data, yaitu dilakukan dengan cara menyusun dan menempatkan data pada tiap-tiap pokok bahasan dengan susunan yang sistematis sehingga memudahkan dalam pembahasannya.

2.4. Analisis Data

Proses analisis data adalah usaha untuk menjawab atas pertanyaan prihal rumusan dan hal-hal yang diperoleh dari suatu penelitian pendahuluan. Dalam proses analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif yakni rangkaian data yang telah disusun secara sistematik menurut klasifikasinya dengan memberi arti terhadap data tersebut menurut kenyataan yang diperoleh dilapangan dan disusun dalam uraian kalimat-kalimat sehingga menjadi benar-benar merupakan jawaban dari permasalahan yang ada. Kemudian disusun suatu kesimpulan atas dasar jawaban tersebut dan selanjutnya disusun saran-saran untuk perbaikan atas permasalahan yang dihadapi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1.Gambaran Umum Tempat Penelitian

3.1.1. Sejarah dan Keadaan Geografis Kabupaten Pesawaran

Kabupaten Pesawaran adalah salah satu kabupaten di Provinsi Lampung, Indonesia. Kabupaten ini diresmikan pada tanggal 2 November 2007 berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Pesawaran, semula kabupaten ini merupakan bagian dari Kabupaten Lampung Selatan, daerah ini kaya akan sumberdaya alam pertanian, perkebunan dan kehutanan secara umum memiliki iklim hujan tropis sebagaimana iklim Provinsi Lampung pada umumnya, curah hujan per tahun berkisar antara 2.264 mm sampai dengan 2.868 mm dan hari hujan antara 90 sampai dengan 176 hari/tahun. Arus angin di Kabupaten Pesawaran bertiup dari Samudra Indonesia dengan kecepatan rata-rata 70 km/hari atau 5,83 km/jam, sedangkan temperatur udara berkisar antara 26 °C sampai dengan 29 °C dan suhu rata-ratanya adalah 28 °C.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 33 tahun 2007 tentang pembentukan Kabupaten Pesawaran di Provinsi Lampung, maka wilayah administrasi Kabupaten Pesawaran mempunyai batas-batas sebagai berikut:

a. Utara : berbatasan dengan Kecamatan Kalirejo, Kecamatan Bangunrejo, Kecamatan Bumi Ratu Nuban, Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah;

b. Selatan : berbatasan dengan Teluk Lampung Kecamatan Kelumbayan dan Kecamatan Cukuh Balak Kabupaten Tanggamus;

c. Timur : berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, Kecamatan Kemiling dan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung;

d. Barat : berbatasan dengan Kecamatan Adiluwih, Sukoharjo, Gadingrejo, dan Pardasuka, Kabupaten Pringsewu.

Kabupaten Pesawaran telah mengalami perubahan akibat adanya pemekaran dengan ketambahan 4 kecamatan sehingga total menjadi 11 kecamatan yaitu:

a. Gedong Tataan

Tegineneng adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pesawaran, Lampung, Indonesia. Kecamatan ini tadinya merupakan kecamatan dari Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan ini juga dilalui oleh Jalan Raya Lintas Sumatera.11 Desa yang terkena perluasan Jalan Tol Trans Sumatera ini ada 6 yaitu :

a. Desa Batanghari Ogan b. Desa Gunung Sugih Baru c. Desa Bumi Agung d. Desa Kota Agung e. Desa Negara Ratu Wates f. Desa Rejo Agung

6 Desa tersebut yang terkena perluasan Jalan Tol Trans Sumatera ini memeiliki panjang yaitu 5,600 Km dan Luas 1.956.800 m2, dengan jumlah keluarga (KK) yang terkena pelepasan hak untuk Desa Gunung Sugih Baru sekitar 30 KK, Desa Bumi agung 17 KK, Desa Sekolah Menengah Kejuruan dan 1 Sekolah Dasar, dan Desa Gunung Sugih Baru terdapat 1 tanah pemakaman. Untuk status tanah secara keseuruhan dari

10

Wikipedia Kabupaten Pesawaran 11

(8)

6 desa tersebut mayoritas hak milik dengan alat bukti diantaranya ada yang bersertifikat, ada yang berdasarkan surat hibah, dan yang paling banyak merupakan akta jual beli.12

3.1.3. Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (Bakauheni – Terbanggi Besar) Ruas Tegineneng

Jalan Tol Trans Sumatera adalah sebuah jalan tol sepanjang 2.818 km menghubungkan Lampung dengan Aceh di Pulau Sumatera. Jalan Tol ini di mulai pada tahun 2012 yang diperkirakan akan menelan dana sebesar Rp. 150 Triliun, pada 20 Februari 2012 Menteri Badan Usaha Milik Negara mengadakan pertemuan dengan para Gubernur di Griya Agung, Palembang Sumatera Selatan. Dalam pertemuan tersebut membahas mengenai percepatan pembangunan jalan tol di Sumatera, pertemuan ini juga dihadiri oleh Deputi Kementrian BUMN bidang Infrastruktur, Direktur Utama PT Jasa Marga, dan Direktur Pengembangan Usaha Jasa Marga.

Jalan Tol Bakauheni – Terbanggi Besar sepanjang 140,41 km yang sedang dalam tahap pembangunan dan rutenya dimulai dari Pelabuhan Bakauheni (Lampung Selatan) hingga Terbanggi Besar (Lampung Tengah). Peresmian pembangunan Jalan Tol ini dilakukan pada tanggal 30 April 2015 oleh Presiden Jokowi. Pembanguan jalan tol ini dilakukan oleh konsorsium BUMN, yakni PT Hutama Karya (Persero) sebagai Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) dan pimpinan proyek, kemudian PT Pembangunan Perumahan (PP), PT Waskita Karya, PT Wijaya Karya, serta PT Adhi Karya melalui skema penugasan, pembangunan jalan tol ini direncanakan akan selesai sebelum Asian Games 2018. Pembangunan jalan tol sepanjang 140 km dengan luas 120 m akan membebaskan lahan warga seluas 2.100 ha, pembangunan jalan tol ini melintasi 3 Kabupaten, 18 Kecamatan, serta 70 Desa, yakni Kabupaten Lampung Selatan 13 Kecamatan dan 30 Desa, Kabupaten Pesawaran 1 Kecamatan dan 6 Desa, Kabupaten Lampung Tengah 4 Kecamatan dan 14 Desa.13 Untuk Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran sendiri akan membebaskan lahan dengan panjang 5.600 km dan luas sebesar 1.956.800 m2 yang melintasi 6 desa dari 16 desa yang terdapat di Kecamatan Tegineneng, yaitu Desa Batanghari Ogan, Desa Kota Agung, Desa Bumi Agung, Desa Negara Ratu Wates, Desa Gunung Sugih Baru, dan Desa Rejo Agung.

12

wawancara sekretariat Kepala Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Pesawaran selaku Panitia Pengadaan Tanah Jalan Tol Bakauheni – Terbanggi Besar II Ruas Tegineneng. 13

Wikipedia Jalan Tol Bakauheni-Bandar Lampung-Tebanggi Besar

3.2. Pelepasan Hak Untuk Kepentingan Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera Bakauheni – Terbanggi Besar

3.2.1. Pembentukan Panitia Pelepasan Hak Atas Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tol Bakauheni – Terbanggi Besar

Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera dimulai sejak tanggal 21 April 2015, yaitu sejak disetujuinya penetapan lokasi berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Lampung Nomor G/214/III.09/HK/2015 tentang Penetapan Lokasi Pembangunan Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar II (Ruas Tegineneng STA 104 + 700 Sampai Dengan 110 + 300 km) tertanggal 21 April 2015. Dilanjutkan dengan penunjukkan penugasan kepada Kepala Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Pesawaran sebagai ketua pelaksana Pengadaan Tanah Pada Tanggal 21 Mei 2015 dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung Nomor 68/Kep-18.300/V/2015 tentang Penugasan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Pesawaran Sebagai Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Pesawaran sebagai ketua pelaksana pengadaan tanah bertugas melaksanakan tahapan pengadaan tanah dan memebentuk Tim Satuan Tugas A dan Tim Satuan Tugas B.

(9)

pengadaan tanah berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Pesawaran Nomor 005/Kep-3/VII/2015:

Tabel 1

Susunan Keanggotaan Pelaksana Pengadaan Tanah Jalan Tol Bakauheni – Terbanggi Besar II

No Kedudukan Dalam

7. Camat Tegineneng Anggota

8. Kapolsek Tegineneng

Anggota

9. Danramil Natar Anggota

10. Kepala Seksi Hak Sumber : Data Primer, tahun 2015 diolah.

Selain susunan keanggotaan dalam tabel 1 tersebut dalam Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Pesawaran Nomor 005/Kep-300/VII/2015, tertanggal 25 Juli 2015 diatur pula mengenai sekretariat pengadaan tanah serta kewenangan masing-masing anggota. Sekretariat sendiri terdiri dari:

a. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Pertanahan Kabupaten Pesawaran

b. Kepala Urusan Tata Usaha Satuan Kerja Inventarisasi dan Pengadaan Lahan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

c. Staf Kantor Pertanahan Kabupaten Pesawaran d. Staf Sub Bagian Pertanahan Setdakab

Pesawaran.

Sebagaimana yang tertuang dalam Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan tersebut tugas pelaksana pengadaan tanah adalah:

a. Penyiapan pelaksanaan b. Inventarisasi dan identifikasi c. Penetapan penilai

d. Musyawarah penetapan bentuk ganti kerugian e. Pemberian ganti kerugian

f. Pemberian ganti kerugian dalam keadaan khusus

g. Penitipan ganti kerugian

h. Pelepasan objek pengadaan tanah

i. Pemutusan hubungan hukum antara pihak yang berhak dengan objek pengadaan

j. Pendokumentasian peta bidang, daftar nominatif dan data administrasi pengadaan tanah

k. Penyerahan hasil pengadaan tanah.

Sekretariat pengadaan tanah berugas mendukung pelaksanaan pengadaan tanah dan menyiapkan administrasi pelaksanaan pengadaan tanah yang meliputi:

a. Keuangan

b. Pendokumentasian c. Surat menyurat d. Pelaporan.

Ketua pelaksana pengadaan tanah melaporkan pelaksanaan pengadaan tanah kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia melalui Kepala Kantor Badan Pertanahan Provinsi Lampung.14 Untuk melengkapi

14

(10)

dan mendukung kinerja Tim Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Pesawaran ini membentuk Satuan Tugas A dan Satuan Tugas B yang dibentuk dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Pesawaran Nomor 002/Kep-300/V/2015 tentang Satuan Tugas Pelaksana Pengdaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar II (Ruas Tegineneng STA 104 + 700 Sampai Dengan 110 + 300 km). Bedasarkan surat keputusan tersebut menyatakan bahwa tugas dari Satuan Tugas A adalah:

a. Menyusun rencana jadwal kegiatan b. Menyiapkan bahan

c. Menyiapkan peralatan teknis

d. Melaksanakan koordinasi dengan perangkat Kecamatan dan Kepala Desa

e. Melaksanakan pengukuran dan pemetaan bidang per bidang tanah lokasi pengadaan tanah yang meliputi:

a) Pengukuran batas keliling lokasi pengadaan tanah

b) Pengukuran bidang per bidang lokasi pengadaan tanah

c) Menghitung dan menggambar bidang perbidang dan batas keliling lokasi pengadaan tanah

d) Pemetaan bidang per bidang dan batas keliling bidang tanag lokasi pengadaan tanah

f. Pemberitahuan kepada pihak yang berhak melalui Kepala Desa

Sedangkan Satuan Tugas B bertugas: a. Menyususn rencana jadwal kegiatan b. Menyiapkan bahan

c. Menyiapkan peralatan teknis

d. Melaksanakan koordinasi dengan perangkat Kecamatan dan Kepala Desa

e. Melaksanakan pengumpulan data bidang perbidang lokasi pengadaan tanah yang meliputi:

a) Nama, pekerjaan, alamat pihak yang berhak

b) Nomor induk kependudukan atau identitas diri lainnya pihak yang berhak c) Bukti penguasaan dan/atau pemilikan

tanah, bangunan, tanaman, dan/atau benda yang berkaitan dengan tanah d) Letak tanah, luas tanah, dan nomor

identifikasi bidang

e) Status tanah dan dokumennya

f) Jenis penggunaan dan pemanfaatan tanah g) Penguasaan dan/atau pemilikan tanah, bangunan, dan/atau benda yang berkaitan dengan tanah

h) Pembebanan hak atas tanah i) Ruang atas dan ruang bawah tanah

Selanjutnya Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Pesawaran ini membentuk Tim kembali yang berkedudukan sebagai Tenaga Pendukung berdasarkan

Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Pesawaran Nomor 004/Kep-300/VII/2015 tentang Perubahan Tenaga Pendukung Pengdaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar II (Ruas Tegineneng STA 104 + 700 Sampai Dengan 110 + 300 km). Tugas dari tenaga pendukung ini adalah membantu pengamanan dan kelancaran pelaksanaan pekerjaan Satuan Tugas A dan Satuan Tugas B serta Pelaksanaan Pengadaan Tanah. Pembentukan panitia pengadaan tanah ini telah sesuai dengan Peraturan Kepala BPN Nomor 5 Tahun 2014 Pasal 3 tentang Petunjuk Teknis Pelaksana Pengadaan Tanah. Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas Panitia Pengadaan Tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum Kecamatan Tegineneng ini, ketua pelaksana telah membentuk Satuan Tugas A dan Satuan Tugas B dengan Surat Keputusan Nomor 002/KEP-300/V/2015 pengeluaran surat keputuan ini telah sesuai dengan Peraturan Kepala BPN nomor 5 Tahun 2014 Pasal 6 ayat (5) yang menyatakan bahwa Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah membentuk Satuan Tugas Pelaksana Pengadaan Tanah dan dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal 7 mengenai tugas dari Satuan Tugas dan Pasal 8 yang berisi tentang keanggotaan dari Satuan Tugas ini. Dalam menjalankan tugasnya, Satuan Tugas ini bertanggung jawab dan melaporkan hasil pekerjaannya kepada Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran.15

3.2.2. Pelaksanaan Pelepasan Hak Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar II (Ruas Tegineneng STA 104 + 700 Sampai Dengan 110 + 300 Km)

Jalan tol Bakauheni – Terbanggi Besar II Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran ini melewati 6 Desa, yaitu : f. Desa Batanghari Ogan

Pengadaan tanah dilakukan dengan pendekatan di masing-masing seksi, yang di mulai dengan tahapan-tahapan pelaksanaan pengadaan tanah sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Kantor pertanahan Kabupaten Pesawaran Nomor 68/Kep-18.300/V/2015 yang di keluarkan pada tanggal 21 Mei 2015 dalam diktum ketiga meliputi:

a. Penyiapan pelaksanaan

15

(11)

b. Inventarisasi dan identifikasi c. Penetapan penilai

d. Musyawarah penetapan bentuk ganti kerugian e. Pemberian ganti kerugian

f. Pemberian ganti kerugian dalam keadaan khusus

g. Penitipan ganti kerugian

h. Pelepasan obyek pengadaan tanah

i. Pemutusan hubungan hukum antara pihak yang berhak dengan obyek pengadaan tanah j. Pendokumentasian peta bidang, daftar

nominatif dan data administrasi pengadaan tanah, dan

k. Penyerahan hasil pengadaan tanah.

3.2.2.1.Penyiapan Pelaksanaan

Pada tahap penyiapan pelaksanaan ini Gubernur melaksanakan tahapan kegiatan persiapan pengadaan tanah dan membentuk tim persiapan yang beranggotakan Bupati/Walikota, satuan kerja daerah provinsi terkait, instansi yang memerlukan tanah, dan instansi terkait lainnya. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas tim persiapan, Gubernur membentuk sekretariat persiapan pengadaan tanah yang berkedudukan di sekretariat daerah provinsi. Adapun tugas tim persiapan sebagaimana diatur dalam Pasal 10 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan pemberitahuan rencana pembangunan Sesuai ketentuan Pasal 11 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012, pemberitahuan rencana pembangunan ditandatangani ketua tim persiapan dan diberitahukan kepada masyarakat pada lokasi rancana pembangunan, paling lama 20 hari kerja setelah dokumen perencanaan pengadaan tanah diterima resmi oleh Gubernur. Pemberitahuan ini dapat dilakukan secara langsung baik melalui sosialisasi, tatap muka dan/atau surat pemberitahuan, atau melalui pemberitahuan secara tidak langsung melalui media cetak maupun media elektronik.

b. Melakukan pendataan awal lokasi rencana pelepasan hak. Pendataan awal lokasi rencana pengadaan meliputi kegiatan pengumpulan data awal pihak yang berhak dan objek pengadaan tanah bersama aparat kelurahan/desa, hasil pendataan ini dituangkan dalam bentuk daftar sementara lokasi rencana pembangunan yang ditandatangani ketua tim persiapan sebagai bahan untuk pelaksanaan konsultasi publik rencana pembangunan.

c. Melaksanakan konsultasi publik rencana pembangunan. Konsultasi publik rencana pembangunan dilakukan untuk mendapatkan kesepakatan lokasi rencana pembangunan dari pihak yang berhak dan masyarakat yang

terkena dampak pelepasan hak, apabila dalam konsultasi publik tersebut tidak mencapai kata sepakat, maka akan dilaksanakan konsultasi publik kembali. Jika dalam konsultasi publik ulang masih terdapat pihak yang keberatan atas rencana lokasi pembangunan, instansi yang memerluka tanah melaporkan keberatan kepada Gubernur melalui tim persiapan. d. Menyiapkan penetapan lokasi pembangunan.

Penetapan lokasi pembangunan dibuat berdasarkan kesepakatan yang telah dilakukan tim persiapan dengan pihak yang berhak atau berdasarkan karena ditolaknya kebertan dari pihak yang keberatan. Peetapan lokasi pembangunan dilampiri peta lokasi pembangunan yang disiapkan oleh instansi yang memerlukan tanah.

e. Mengumumkan penetapan lokasi pembangunan

Pengumuman atas penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum dilaksanakan paling lambat 3 hari sejak dikeluarkan penetapan lokasi pembangunan yang dilaksanakan dengan cara ditempelkan di kantor Kelurahan/Desa , dan/atau Kantor Kabupaten/Kota dan di lokasi pembangunan, dan di umumkan melalui media cetak dan/atau media elekronik.

f. Melaksanakan tugas lain yang terkait persiapan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yang ditugaskan oleh Gubernur.

3.2.2.2.Inventarisasi Dan Identifikasi

Inventarisasi dan identifikasi dilakukan paling lama 30 hari. Adapun kegiatannya meliputi:

a. Pengukuran dan pemetaan bidang per bidang tanah, dan

b. Pengumpulan data pihak yang berhak dan objek pengadaan tanah

Hasil inventarisasi dan identifikasi ini diumumkan di kantor desa/kelurahan, kantor kecamatan dan tempat pengadaan tanah, dalam hal tidak menerima hasil identifikasi dan inventarisasi pihak yang berhak dapat mengajukan keberatan kepada ketua pelaksana pengadaan tanah dalam waktu 14 hari kerja terhitung sejak diumumkan hasil inventarisasi, untuk kemudian dilakukan verifikasi dan perbaikan dalam waktu paling lama 14 hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan keberatan atas hasil inventarisasi.

(12)

Penilai bertugas melakukan penilaian besarnya ganti kerugian bidang perbidang tanah meliputi tanah, ruang atas dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, dan/atau kerugian lain yang dapat dinilai. Dalam hal terdapat sisa dari bidang tanah tertentu yang terkena pelepasan hak terdapat sisa yang tidak lagi dapat difungsikan sesuai dengan peruntukan dan penggunaanya, pihak yang berhak dapat meminta penggantian secara utuh atas bidang tanahnya. Bedasarkan Laporan Progres Pengadaan Tanah Jalan Tol Bakauheni – Terbanggi Besar I hasil inventarisasi dan identifikasi Kabupaten Pesawaran, panjang 5.600 Km (394 bidang) dengan luas 1.956.800 M2 telah selesai pembayaran ganti kerugian telah di umumkan 100% dan telah selesai pembayaran ganti kerugian 100%.

3.2.2.3.Penetapan Penilai

Penetapan penilai di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran ini diawali dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Noor 005/KEP-300/VII/2015 tentang Perubahan Susunan Keanggotaan Pelaksana Dan Sekretariat Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tol Bakauheni – Terbanggi Besar II Ruas Tegineneng. Penilai ini bertugas untuk melakukan penilaian terhadap bidang tanah, ruang atas dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah dan atau kerugian lainnya, yang kemudian hasil dari penilaian tersebut akan dijadikan dasar musyawarah untuk menetapkan bentuk dan besaran ganti kerugian di 6 Desa Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran ini.

3.2.2.4.Musywarah Penetapan Bentuk Ganti Kerugian

Musyawarah penetapan ganti kerugian dilaksanakan oleh panitia pelepasan hak dengan pihak yang berhak untuk menetapkan bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian berdasarkan hasil penilaian ganti kerugian. Hasil kesepakatan dalam musyawarah tersebut menjadi dasar pemberian ganti kerugian kepada pihak yang berhak, dalam hal tidak terjadi kesepakatan mengenai bentuk dan.atau besarnya ganti kerugian pihak yang berhak dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri setempat. Setelah pemberian ganti kerugian telah terlaksana maka ketua pelepasan hak membuat dokumentasi peta bidang daftar nominatif dan data administrasi pengadaan tanah, dan kemudian dilanjutkan dengan Penyerahan hasil pengadaan tanah.

Ketua pelaksana pengadaan tanah bertanggung jawab dan melaporkan pelaksanaan pengadaan tanah kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional melalui Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional. Berdasarkan data terakhir yang diperoleh penulis di lapangan, luas kebutuhan lahan yang di perlukan dalam pembangunan jalan tol

Bakauheni - Terbanggi Besar Kecamatan Tegineneng ini sepanjang kurang lebih 5,600 km (394 bidang) dengan luas 1.956.800 m2 dari 6 desa yang terkena perluasan jalan tol ini. Berikut secara rinci dapat dilihat pada tabel 2 mengenai luas dan jumlah bidang yang terkena dampak perluasan untuk pembangunan Jala Tol Trans Sumatera di Kecamatan Tegineneng.

Tabel 2

Luas Tanah Yang Terkena Pembangunan Jalan Tol Bakauheni – Terbanggi Besar Kecamatan Tegineneng

Kabupaten Pesawaran

Sumber: Data Primer, wawancara sekretariat Kepala Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Pesawaran selaku Panitia Pengadaan Tanah Jalan Tol Bakauheni – Terbanggi Besar II Ruas Tegineneng.

Dari 6 desa tersebut diantaranya ada beberapa bidang tanah instansi pemerintah tepatnya di Desa Gunung Sugih Baru terdapat 1 bidang tanah pemakaman dan di Desa Batanghari Ogan terdapat 3 Bidang yaitu 2 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan 1 Sekolah Dasar (SD). Dimana dari 3 bidang tanah instansi pemerintah itu masih dalam proses pembangunan kembali, terkhusus untuk Sekolah Menengah Kejuruan yang masih aktif digunakan oleh masyarakat sedangkan untuk 1 Sekolah Dasar menurut Kepala Camat Tegineneng belum dibuat kembali atau dibangun kembali sekolahnnya dikarenakan merupakan sekolah yang lama tidak beroperasi. Dalam pelaksanaan pelepasan hak untuk pembangunan jalan tol ini tidak banyak mengalami kendala yang cukup berarti karena masyarakat mampu menerima dan menyambut dengan baik program pemerintah ini.16

3.2.2.5.Pemberian Ganti Kerugian

Mekanisme hingga tercapainya pembayaran ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk pembangunagn jalan tol Bakauheni – Terbanggi Besar ini dibagi dalam 8 tahapan, yaitu:

a. Sosialisasi

16

(13)

b. Pematokan c. Pengukuran

d. Pengumuman hasil ukur e. Musyawarah harga

f. Pembayaran ganti kerugian g. Pelepasan hak

h. Sertifikasi

Sampai saat ini proses ganti kerugian di Kecamatan Tegineneng telah dilaksanakan sampai tahap pelepasan hak, dalam proses sosialisasi atau penyuluhan Tim atau Panitia Pengadaan Tanah beserta instansi pemerintah yang memerlukan tanah melakukan sosialisasi untuk menjelaskan manfaat, maksud dan tujuan pembangunan kepada masyarakat serta dalam rangka memperoleh kesediaan dari para pemegang hak. Sosialisasi ini dilaksanakan di tempat yang telah ditentukan oleh Panitia Pengadaan Tanah yang bekerjasama dengan Kepala Desa dari masing-masing desa di Kecamatan Tegineneng ini.

Di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran ini sosialisasi pematokan hingga pembayaran ganti kerugian pengadaan Jalan Tol dalam pelaksanaannya mendapatkan respon positif dari masyarakat, sehingga tidak terlalu menghambat pelaksanaan pengadaan jalan tol ini. Musyawarah harga dan pemberian ganti kerugian ini berhasil dilaksanakan di 6 Desa tersebut. Pelaksanaan musyawarah ini adalah untuk menetapkan besarnya ganti kerugian yang akan diberikan Tim Penilai Pengadaan Tanah kepada para pemegang hak atas tanah yang terkena perluasan jalan tol Bakauheni

– Terbanggi Besar.

Musyawarah yang dilaksanakan dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 68 sampai dengan Pasal 73 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Musyawarah ini dilakukan secara langsung untuk menetapkan bentuk ganti kerugian berdasarkan hasil penilian ganti kerugian yang dilakukan oleh Tim Penilai.

Musyawarah pemberian ganti kerugian pembangunan jalan tol Bakauheni – Terbanggi Besar Ruas Tegineneng ini berjalan sesuai dengan harapan dari Panitia Penilai Pengadaan Tanah dan juga para pemegang hak atas tanah. Dalam musyawarah tersebut membahas hal-hal yang meliputi rencana pembangunan untuk kepentingan umum di lokasi tersebut dan bentuk beserta besarnya ganti kerugian yang akan diterima oleh para pemegang hak, musyawarah ganti kerugian ini berpedoman pada kesepakatan para pihak, hasil penilaian dan tenggat waktu penyelesaian proyek pembangunan.17

17

wawancara sekretariat Kepala Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Pesawaran selaku Panitia Pengadaan Tanah Jalan Tol Bakauheni – Terbanggi Besar II Ruas Tegineneng.

Musyawarah dilaksanakan secara langsung dan bersama-sama antara instansi pemerintah yang memerlukan tanah dengan para pemegang hak atas tanah yang sudah terdaftar dalam peta dan daftar yang telah di sahkan. Musyawarah tersebut dipimpin oleh Ketua Panitia Pengadaan Tanah Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran. Dalam musyawarah tersebut diakhiri dengan kesimpulan bahwa penetapan besaran ganti kerugian yang dilakukan oleh Tim Penilai Pengadaan Tanah yaitu berdasarkan atas Nilai Jual Pasar Tertinggi di Kecamatan Tegineneng dan pemberian ganti kerugiannya dalam bentuk uang tunai. Berdasarkan data yang di peroleh oleh di lapangan para pemegang hak telah sepakat dengan nilai ganti kerugian dan setuju untuk melepaskan hak atas tanahnya. Setelah dilaksanakan musyawarah tentang besaran dan bentuk ganti kerugian maka selanjutnya Tim Penilai beserta Panitia lain yang terkait dalam pembayaran ganti kerugian ini menyerahkan atau memberikan uang ganti kerugian yang diberikan secara langsung oleh Panitia Pengadaan Tanah dan Para Pemegang Hak. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 3 mengenai kapan dan besaran ganti kerugian yang di terima 6 Desa di Kecamatan Tegineneng akibat pelepasan hak untuk pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera.

Tabel 3

Pemberian Ganti Kerugian

Pembangunan Jalan Tol Bakauheni – Terbanggi Besar Ruas Tegineneng

22-12-2015 17 4.430.000 .000

3.

Kota Agung

7-12-2015 12 1.700.000 .000

4.

Negara Ratu Wates

7-12-2015 27 9.050.000 .000

5.

Batangh ari Ogan

9-11-2015 136 43.740.00 0.000

6.

Gunung Sugih Baru

22-12-2015 30 7.480.000 .000

(14)

Sumatera Kecamatan Tegineneng Bapak Sukantono dengan Status tanah Hak Milik yang terletak di Desa Bumi Agung mengatakan bahwa untuk masalah ganti kerugian cukup berjalan dengan lancar karena tim penilai memberikan nilai ganti kerugian yang layak yang didasarkan pada nilai jual tertinggi pasar di Kecamatan Tegineneng dimana harga pasaran tanah disana masih sekitar 200 sampai 300 ribu per meter nya sedangkan tim penilai memberi harga ganti kerugian sebagai berikut, untuk tanah sendiri dihargai sebesar 400 ribu per meter, bagi masyarakat yang memliki bangunan diatas tanah yang terkena pelepasan untuk jalan tol bangunannya dihargai sebesar 1 juta per meter, untuk masyarakat yang memliki usaha sebelumnya diberi penggantian usaha tersebut sebesar 125 juta, sedangkan biaya pindah bagi masyarakat yang terkena perluasan jalan tol ini di beri uang pindah sebesar 7 juta rupiah.18

Untuk Desa Batanghari Ogan juga cukup berjalan lancar mengenai pemberian ganti kerugian hanya saja untuk SMK yang terdapat di desa tersebut belum dibangun kembali atau terelokasi secara efisien. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu responden di desa tersebut yaitu Bapak Toni bahwa di desa Batanghari Ogan disepakati harga pemberian ganti kerugian tanah sebesar 500rb/meter nya.19 Selanjutnya di berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Pukir, tanah di Desa Rejo Agung, Desa Gunung Sugih Baru, Desa Kota Agung dan Desa Negara Ratu Wates disepakati untuk tanah per meter nya sebesar 400rb.20

3.2.2.6.Pemberian Ganti Kerugian Dalam Keadaan Khusus

Pemberian ganti kerugian dalam keadaan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 dan Pasal 85 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanagh Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, dapat diberikan dalam keasaan mendesak meliputi bencana alam, biaya pendidikan, menjalankan ibadah, pengobatan, pembayaran hutang, dan/atau keadaan mendesak lainnya yang dibuktikan dengan surat keterangan dari lurah/kepala desa atau nama lainnya. Di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran sendiri dalam hal pelepasan hak untuk kepentingan pembangunan jalan tol ini tidak terdapat pemberian ganti kerugian dalam keadaan khusus.

18

Hasil Wawancara dengan bapak sukantono selaku pemegang hak atas tanah

19

3.2.2.7.Penitipan Ganti Kerugian

Penitipan ganti kerugiana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 sampai dengan Pasal 95 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dilkukan pada pengadilan negeri di wilayah lokasi pengadaan tanah. Penitipan ganti kerugian ini dilakukan dalam hal:

a. Pihak yang berhak menolak bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian berdasarkan hasil musyawarah dan tidak mengajukan keberatan ke pengadilan negeri

b. Pihak yang berhak menolak bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian berdasarkan putusan pengadilan negeri/Mahkmah Agung yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

c. Pihak yang berhak tidak diketahui

b) Masih dipersengketakan kepemilikannya c) Diletakan sita oleh pejabat yang

berwenang

d) Menjadi jaminan hutang di bank atau jaminan lainnya

Sama halnya dengan pemberian ganti kerugian dalam keadaan khusus di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran pun tidak terdapat penitipan ganti kerugian, karenan tanah objek pelepasan hak tidak ada yang memiliki masalah dan surat keterangannya pun jelas kepemilikannya.

3.2.2.8.Pelepasan Obyek Pengadaan Tanah

Pelepasan objek pengadaan tanah dilakukan di hadapan kepala kantor pertanahan setempat, dan dilaksanakan bersamaan pada saat pemberian ganti kerugian, dan disertakan dengan penyerahan bukti-bukti penguasaan atau kepemilikan objek pengadaan tanah. Pelepasan objek pengadaan tanah Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran dilakukan di Balai desa Bumi Agung dan Desa Batanghari Ogan.

3.2.2.9.Pemutusan Hubungan Hukum Antara Pihak yang Berhak Dengan Obyek Pengadaan Tanah

(15)

umum lainnya. Sedangkan, terhadap tanah yang belum terdaftar ketua pelaksana pengadaan tanah menyampaikan pemberitahuan tentang hapusnya hubungan hukum dan disampaikan kepada lurah/kepala desa atau nama lain, camat dan pejabat yang berwenang yang mengeluarkan surat, untuk selanjutnya dicatat pada alas hak/bukti perolehan hak dan dalam buku administrasi kantor kelurahan/desa atau kecamatan.

3.2.2.10. Pendokumentasian Peta Bidang, Daftar Nominatif dan Data Administrasi Pengadaan Tanah

Pelaksanaan pengadaan tanah dilakukan pengumpulan, pengelompokan, pengolahan dan penyimpanan data pengadaan tana meliputi:

a. Data bidang tanah b. Daftar nominatif c. Daftar administrasi

Data pengadaan tanah tersebut kemudian disimpan, didokumentasikan dan diarsipkan oleh kepala kantor pertanahan Kabupaten Pesawaran.

3.2.2.11. Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah penyerahan hasil pengadaan tanah dilakukan oleh ketua pelaksana kepada instansi yang memerlukan tanah disertai dengan data pengadaan tanah berupa bidang tanah dan dokumen pengadaan tanah. Penyerahan hasil Pengadaan Tanah dilakukan dengan berita acara untuk selanjutnya dipergunakan oleh Instansi yang memerlukan tanah guna pendaftaran/pensertipikatan. Selanjutnya instansi yang memerlukan tanah dalam hal ini adalah Kementerian PU setelah menerima hasil pengadaan tanah dapat langsung memulai melaksanakan kegiatan pembangunan jalan tol trans sumatera. Menteri PU wajib rnendaftarkan tanah yang telah diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, mengubah status tanah yang didapatnya menjadi Hak Pakai, kemudian instansi yang memerlukan tanah dapat mulai melaksanakan pembangunan setelah dilakukan penyerahan hasil Pengadaan Tanah oleh Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah.

3.3. Dampak Hukum Pelepasan Hak Untuk Pembangunan Jalan Tol Bakauheni Terbanggi Besar II Ruas Tegineneng

Sisa bidang tanah adalah sisa dari bidang tanah yang terkena proyek pengadaan tanah baik yang masih bisa maupun tidak bisa difungsikan sesuai dengan peruntukan dan penggunaannya. Sisa bidang tanah terdiri dari sisa bidang tanah yang masih bisa dan tidak bisa difungsikan lagi sesuai dengan peruntukan dan penggunaannya. Pasal 11 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2012 menentukan bahwa dalam hal terdapat sisa dari bidang tanah tertentu sudah terdaftar yang terkena pengadaan tanah dan tidak lagi dapat difungsikan sesuai dengan

peruntukan dan penggunaannya, bidang tanah tersebut diukur dan dipetakan secara utuh dan diberikan ganti kerugian atas dasar permintaan pihak yang berhak.

Sedangkan apabila terdapat sisa dari bidang tanah tertentu belum terdaftar yang terkena pengadaan tanah tidak lagi dapat difungsikan sesuai dengan peruntukan dan penggunaannya, Pasal 13 ayat (1) dan (3) menentukan bahwa, bidang tanah tersebut diukur dan dipetakan secara utuh dan diberikan ganti kerugian atas dasar permintaan pihak yang berhak atau masyarakat pemilik bidang tanah yang memerlukan tanah kepada pihak yang berhak setelah diakukan verifikasi oleh pelaksana pengadaan tanah. Pasal 12 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2012 juga mengatur dalam hal sisa dari bidang tanah tertentu sudah terdaftar yang terkena pengadaan tanah dan hasil dapat difungsikan sesuai peruntukan dan penggunaannya, pemisahan haknya dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan atas biaya instansi yang memerlukan tanah. Sedangkan apabila terdapat sisa dari bidang tanah tertentu belum terdaftar yang terkena pengadaan tanah dan masih dapat difungsikan sesuai peruntukan dan penggunaannya sesuai denngan ketentuan Pasal 14 ayat (1) dan (2) dicatat dalam buku desa/kelurahan atau naman lain serta surat tanda atas hak tanahnya. Pihak yang berhak meminta untuk dilakukan pengukuran dan/atau permohonan hak dan pendaftaran hak, biaya dibebankan kepada pihak yang berhak.

Di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran prihal sisa bidang tanah yang terkena pembebasan lahan sampai saat ini masih dalam perundingan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaen Pesawaran bersama para panitia terkait pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera Ruas Tegineneng ini. Perundingan sisa bidang tanah ini baru akan di laksanakan pada Bulan Mei ini. Dalam hal terdapat perubahan fisik maupun yuridis atas pelaksanaan pelepasan hak untuk kepentingan pembangunan ini, akan di lakukan pemeliharaan data. Pemeliharaan data ini dilakukan oleh pemerintah atau panitia terkait yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pelepasan hak untuk kepentingan pembangunan. Di 6 Desa yang terdapat di Kecamatan Tegineneng ini tidak terdapat tanah sisa atau sisa bidang akibat pelepasan hak untuk kepentigan umum.

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

(16)

pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera Ruas Tegineneng ini dibagi dalam 8 tahapan yaitu: Sosialisasi, Pematokan, Pengukuran Pengumuman hasil ukur, Musyawarah harga, Pembayaran ganti kerugian, Pelepasan hak, dan Sertifikasi. Proses ganti kerugiannya berdasarkan pada kesepakatan bersama antara panitia pelepasan hak dengan masyarakat yaitu dengan harga jual tertinggi pasar di Kecamatan Tegineneng dan dalam bentuk uang tunai, dengan harga tanah per meter nya dihargai sebesar 400rb, bangunannya sebesar 1 juta per meter, untuk masyarakat yang memiliki usaha sebelumnya diberi ganti kerugian sebesar 125 juta, sedangkan biaya pindah diberi uang sebesar 7 juta rupiah. Ganti kerugian ini dianggap telah sesuai dengan peraturan yang ada yaitu Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012, Peraturan Kepala BPN Nomor 5 Tahun 2012, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, dimana dijelaskan dalam ketiga peraturan tersebut untuk masalah ganti kerugian tim penilai mengacu pada kesepakatan bersama masyarakat setempat. 4.1.2. Dampak hukum dari pelepasan hak atas tanah

ini terjadi perubahan data yuridis dimana yang tadinya status hak atas tanah merupakan hak milik perorangan kini dirubah menjadi hak milik negara yang dilakukan oleh Kepala Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Pesawaran, dan prihal sisa bidang tanah di Kecamatan Tegineneng sendiri tidak terdapat sisa bidang tanah seluruh tanah warga yang terkena perluasan jalan Tol Trans Sumatera ini dibayari oleh Negara.

4.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang dapat penulis berikan terkait pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan jalan tol trans sumatera kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran adalah sebagai berikut:

4.2.1. Dalam pelaksanaan pelepasan hak atas tanah diharuskan membuat jadwal yang sesuai mengenai proses pelaksanaan yang dimulai dari pengukuran, pematokan, sosialisasi jalan tol sampai dengan ganti kerugian sehingga dapat dilakukan secara berskala tepat waktu. Terhadap panitia pengadaan tanah yang telah dibentuk oleh ketua panitia melalui surat keputusan kepala kantor pertanahan dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan tugas masing-masing, dan apabila panitia yang tidak melaksanakan tugasnya dengan baik sebaiknya dalam surat keputusan kepala kantor pertanahan tersebut dibuat diktum mengenai sanksi administratif, dan juga dalam meningkatkan adanya proses pengadaan tanah di kemudian hari perlu adanya suatu persiapan yang lebih matang, baik berupa pelatihan, orientasi maupun seminar-seminar agar panitia dapat memahami tugas, tanggung jawab dan perannya sehingga Pengadaan Tanah dapat dilakukan dengan lebih baik oleh Panitia Pengadaan Tanah dalam memahami Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 yang telah dirubah menjadi Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2015 dan Peraturan Kepala BPN Nomor 5 Tahun 2012.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Literatur

Bakri, Muhammad, 2007, Hak Menguasai Tanah Oleh Negara (Prdigma Baru Untuk Reformasi Agraria), Citra Media, Yogyakarta.

Gautama, Sudargo, 1984, Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Alumni, Bandung.

Harsono Boedi, 2003, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, isi dan Pelaksanaannya,, Jakarta, Djambatan.

---, 2008. Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang- Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan.

Perangin, Effendi, 1994, Hukum Agraria Di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Rubaie, Achmad, 2007, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Bayumedia, Malang.

Suandra Wayan I, 1994, Hukum Pertanahan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta.

Sumardjno, Maria SW, 2008, Tanah Dalam Perespektif Hak Ekonomi, sosial dan Budaya, Hukum Kompas, Jakarta.

Santoso Urip,2012, Hukum Agraria Kajian Komperhensif, Kencana, Jakarta

Yamin, Muhammad, Abdul Rahim Lubis, 2008, Hukum Pendaftaran Tanah, Mandar Maju, Cetakan I.

Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum.

Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2015 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

(18)

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2014 Tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol Di Sumatera.

Jurnal Hukum dan Artikel Ilmiah

Fx. Sumarja 2015, Politik Hukum Larangan Kepemilikan Tanah Hak Milik Oleh Orang Asing Untuk Melindungi Hak-Hak Atas Tanah Warga Negara Indonesia. Disertasi , Semarang: Universitas Diponogoro

Website

Wikipedia Jalan Tol Bakauheni-Bandar Lampung-Terbanggi Besar.

Wikipedia Jalan Tol

Wikipedia Kabupaten Pesawaran

Gambar

Tabel 2
Tabel 3

Referensi

Dokumen terkait

Perjanjian Neuilly (27 Nopember 1919) adalah perjanjian antara Sekutu dengan Bulgaria yang isinya Bulgaria harus menyerahkan daerah pantai Aegia kepada Yunani..

Setelah ciri dari masing- masing citra diambil, maka masing-masing ciri akan diklasifikasikan menggunakan jaringan syaraf tiruan Adaptive Resonance Theory 2 untuk

4.2 Menghitung banyaknya pereaksi dan hasil reaksi dalam larutan elektrolit dari hasil titrasi asam basa.  Menentukan konsentrasi asam atau basa

Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas, pertanyaan utama yang akan GLDQJNDW EHUGDVDU ODWDU EHODNDQJ PDVDODK DGDODK ³%DJDLPDQD HILNDVL GLUL SDGD PDQWDQ

Tujuan perawatan dijelaskan kepada pasien, yaitu menarik gigi kaninus kanan kiri rahang atas yang impaksi untuk erupsi dan mengambil gigi kaninus kanan yang

 Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis ), mg dan dapat diberikan sampai  dosis dengan interval ' menit. $elain mengurangi nyeri dada

21 Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir  diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian inestasi.. nestasi

Mereka sebagai Sumber Daya Manusia (SDM), yang potensial untuk ditingkatkan daya kreativitasnya agar kelak menjadi lulusan yang sesuai dengan tujuan diselenggarakan