BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Laporan Keuangan
Definisi laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia :
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan (seperti laporan arus kas), catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan”.
Laporan keuangan mencerminkan kinerja daripada suatu perusahaan.
Laporan Keuangan diterbitkan dalam suatu periode tertentu, yang disusun oleh
manajemen perusahaan tersebut. Dari Laporan keuangan dapat terlihat apakah
tujuan dan sasaran dari perusahaan dapat tercapai. Untuk melihat kewajaran
daripada laporan keuangan dan meyakinkan pihak – pihak yang
berkepentingan lainnya, maka akan dilibatkan pihak ketiga dimana akuntan
publik berperan dalam menganalisa apakah laporan keuangan sudah disusun
secara wajar dan sesuai dengan ketentuan dan pedoman penyusunan laporan
Karakteristik kualitas laporan keuangan sebagaimana yang dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (IAI,2009) No.1 adalah:
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pemakai. Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai. Informasi yang relevan dapat digunakan untuk membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan.
3. Andal
nformasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur (faithfull representation) dari yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membenadingkan laporan keuangan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Dalam Peraturan BAPEPAM No. X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep/36PM/2003 disebutkan laporan keuangan yang harus disampaikan kepada BAPEPAM terdiri dari:
1. Neraca,
2. Laporan laba rugi,
3. Laporan perubahan ekuitas, 4. Laporan arus kas,
5. Catatan atas laporan keuangan.
2.1.1.1 Pengertian umum Pengauditan
`American Accounting Association Committee dalam Basic
Auditing Concepts telah mendefinisikan audit sebagai “Suatu proses
yang secara obyektif memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait
dengan pernyataan mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk
telah ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak –
pihak yang berkepentingan.”
Sementara menurut Arens, Elder dan Beasley auditing adalah
pengumpulan dan pengevaluasian bukti informasi untuk menentukan
dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi yang didapat
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang yang independen dan berkompeten.
Dalam kaitannya dengan akutansi, sebagian besar auditing terkait
dengan informasi akuntansi dan banyak auditor yang memiliki keahlian
dibidang akuntansi, namun terdapat perbedaan antara akuntansi dan
auditing. Akuntansi adalah proses pencatatan, pengklasifikasian, dan
pengikthisiaran kejadian ekonomi dengan cara yang logis untuk
menyediakan informasi keuangan guna pengambilan keputusan. Ketika
mengaudit data akuntansi, fokus daripada auditor adalah menentukan
apakah informasi yang tercatat telah mencerminkan kejadian ekonomi
yang sebenarnya telah terjadi selama periode akuntansi yang
bersangkutan
2.1.1.2Jenis – Jenis Audit
Menurut Arens, Elder, dan Beasley terdapat 3 jenis audit yang
dilaksanakan oleh kantor akuntan publik, antara lain :
Audit Laporan Keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewaaran laporan keuangn tersebut. Hasil Auditing terhadap laopran keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit.
2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Audit Kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.
3. Audit Operasional (Operational Audit)
Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk :
1. Mengevaluasi Kinerja
2. Mengidentifikasian kesempatan untuk peningkatan
3. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut
2.1.1.3 Standar dan Tujuan Auditing
Di Indonesia, badan yang berwenang menyusun standar auditing
adalah Dewan Standar Profesional Akuntan Publik, Kompartemen
Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia. Standar auditing mengatur
syarat – syarat diri auditor, pekerjaan lapangan, dan penyusunan
laporan audit.
Standar auditing terdiri dari sepuluh standar dan semua
Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang berlaku. Sepuluh standar
auditing dibagi menjadi tiga kelompok : (1) standar umum, (2) standar
pekerjaan lapangan, dan (3) standar pelaporan. Standar umum mengatur
syarat – syarat diri auditor; standar pekerjaan lapangan mengatur mutu
pelaksanaan auditing, dan standar pelaporan memberikan panduan bagi
auditor dalam mengkomunikasikan hasil auditnya melalui laporan audit
kepada pemakai informasi keuangan Standar auditing yang telah
ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam
Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 01 (SA Seksi 150) Standar
Auditing disajikan berikut ini :
• Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, indenpedensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
• Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik – baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semsestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, aat dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmsai sebagai dasar
memadai untuk menyatakanb pendapat atas laporan keunagn yang
diaudit.
• Standar Pelaporan
1. Laporan Auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntasni yang berlaku umum di
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuanagn periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya,
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
2.1.2. Audit Report Lag
Menurut Dyer dan McHugh (1975:206 dalam Utami, 2006:4)
“Auditors’ report lag is the open interval of number of days from the year end
to the date recorded as the opinion signature date in the auditor’ report”. Dyer
dan Mc Hugh menggunakan tiga kriteria keterlambatan untuk melihat
ketepatan waktu dalam penelitiannya:
1. Preliminary lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa;
2. Auditor’s report lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani;
Audit delay atau yang dikenal juga sebagai audit report lag inilah yang
dapat mempengaruhi ketepatan waktu terhadap informasi yang dipublikasikan,
sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian keputusan yang
berdasarkan informasi yang dipublikasikan. Semakin lama auditor
menyelesaikan pekerjaan auditnya, maka semakin lama pula audit delay. Jika
audit delay semakin lama, maka yang terjadi kemungkinan keterlambatan
penyampaian laporan keuangan akan semakin besar.
Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari
tanggal penutupan tahun buku, hingga tanggal diselesaikannya laporan audit
independen (Utami, 2006:4). Sedangkan menurut Menurut Lawrence dan
Briyan dalam Trianto (2006:31) Audit Delay adalah lamanya hari yang
dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya, yang diukur dari
tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan
audit.
Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan merupakan hal penting
yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan. Audit report lag dihitung dari
lamanya waktu penyelesian audit terhitung mulai tanggal penutupan tahun
buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan auditan. Keterlambatan
penyelesaian audit laporan keuangan dapat disebabkan karena perusahaan
berusaha untuk mengumpulkan informasi yang banyak untuk menjamin
keandalan dari laporan keuangan (IAI, 2007:8).
Berdasarkan teori tersebut dapat dikatakan ketepatan waktu pelaporan
ketepatan waktu pelaporan keuangan, pelaporan keuangan cenderung semakin
tepat waktu, dan sebaliknya. Rentang waktu proses pengauditan yang selesai
jauh sebelum akhir bulan ketiga, kemungkinan besar perusahaan dapat
melaksanakan pelaporan keuangan tepat waktu. Lamanya waktu penyelesaian
audit dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut untuk
dipublikasikan sehingga berdampak pada reaksi pasar terhadap keterlambatan
informasi dan mempengaruhi tingkat ketidakpastian keputusan yang
didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Untuk melihat ketepatan
waktu biasanya suatu penelitian melihat keterlambatan (lag).
Soetedjo merangkum beberapa faktor yang erat kaitannya dengan audit report lag, yaitu :
a. Ukuran perusahaan b. Kelompok industri c. Pengendalian intern d. Kompleksitas EDP e. Kompleksitas operasi f. Kompleksitas pelaporan g. Umur perusahaan h. Laporan rugi/laba i. Tingkat profitabilitas j. Opini auditor
k. Ukuran KAP
l. Proporsi hutang terhadap total aset
Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap audit report lag
perusahaan (total assets), Profitabilitas, Kompleksitas Perusahaan, Kualitas
Audit, Opini Audit, dan Umur Perusahaan.
2.1.3. Ukuran Perusahaan
Menurut Almilia dan Setiady (2006:4). Ukuran perusahaan dapat
menujukkan seberapa besar informasi yang terdapat di dalamnya, sekaligus
mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya
informasi , baik bagi pihak internal maupun maupun eksternal perusahaan.
Ukuran Perusahaan merupakan salah satu faktor yang sering diteliti pada
penelitian sebelumnya. Prabandi dan Rustiana (2007:29), dalam penelitiannya
menemukan adanya hubungan antara ukuran perusahaan, kompleksitas
perusahaan dan kualitas pengendalian internal dengan audit report lag.
Ukuran perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan
karena semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan akan melaporkan
hasil laporan keuangan yang telah diaudit semakin cepat karena perusahaan
memiliki banyak sumber informasi dan memiliki sistem pengendalian internal
perusahaan yang baik, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam
penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan
audit laporan keuangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kemungkinan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi waktu penyelesaian
audit. Dalam penelitian ini penulis menggunakan proksi total assets untuk
2.1.4. Profitabilitas
Profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat efektifitas yang
dicapai oleh kegiatan operasional suatu perusahaan tersebut. Brigham dkk
(2001:89) mengatakan bahwa “Profitabilitas adalah hasil bersih dari
serangkaian kebijakan dan keputusan”. Semakin besar rasio profitabilitas
umumnya menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik sehingga
perusahaan akan cenderung memberitahukan informasi itu kepada pihak yang
berkepentingan. Jadi, bisa dikatakan kalau profit (laba) itu adalah berita baik
(good news) karena profitabilitas akan mengurangi ketidakpastian bagi para
investor. Isi dari laporan keuangan akan sangat mempengaruhi ketepatan
waktu pelaporan keuangan. Jika pengumuman laba berisi berita baik (good
news), maka pihak manajemen cenderung untuk menyampaikan laporan
keuangan perusahaannya dengan tepat waktu, dan sebaliknya jika perusahaan
mengalami kerugian, pihak manajemen umumnya menunda penyampaian
laporan keuangan perusahaannya. Ada banyak rasio yang dapat digunakan
untuk mengukur profitabilitas. Rasio-rasio ini memungkinkan analis untuk
mengevaluasi laba perusahaan sehubungan dengan tingkat penjualan tertentu,
tingkataktiva tertentu, atau ekuitas pemegang saham. Pola perhitungan
profitabilitas yang dipilih menggunakan Return on Asset (ROA).
2.1.5. Kompleksitas Perusahaan
Kompleksitas Operasi Perusahaan merupakan salah satu karakteristik
unit operasinya (cabang) serta diversifikasi jalur produk dan pasarnya, lebih
cenderung mempengaruhi waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk
menyelesaikan pekerjaan auditnya. Apabila perusahaan memiliki anak
perusahaan, maka perusahaan akan mengkonsolidasikan laporan keuangannya.
Selanjutnya auditor mengaudit laporan konsolidasi perusahaan tersebut. Hal
ini akan membuat ruang lingkup audit semakin luas dan berdampak pada
waktu yang dibutuhkan oleh auditor dalam menyelesaikan auditnya.
2.1.6. Kualitas Audit
Kualitas audit mencerminkan kemampuan seorang auditor dapat
menemukan dan melaporkan penyelewengan dalam system akuntansi.
Kualitas penelitian kali ini menilai kualitas auditor berdasarkan ukuran kantor
akuntan public. Kantor Akuntan Publik diantaranya dapat diukur berdasarkan
jumlah karyawan, jumlah klien, serta reputasi. Kantor Akuntan Publik besar
memiliki jumlah yang karyawan yang banyak, dapat mengaudit dengan lebih
efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkan
untuk menyelesaikan audit tepat waktu, serta memiliki dorongan yang lebih
kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga reputasinya.
Menurut Arens dkk (2008:33) Kantor Akuntan Publik di Indonesia dibagi
menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan Publik Non The Big Four.
Kantor akuntan publik (KAP) adalah badan usaha yang telah
mendapatkan izin dari
Adapun Afiliasi di Indonesia
Kantor akutan public di Indonesia yang berafiliasi dengan the big four adalah :
1. KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja – affiliate of Ernest & Young
2. KAP Osman Bing Satrio – affiliate of Delloite
3. KAP Sidharta, Sidharta, Widjaja – affiliate of KPMG
4. KAP Haryanto Saharoi – affiliate of PwC
2.1.7. Opini Audit
Paragraf ketiga dalam laporan audit baku merupakan paragraf yang
digunakan oleh auditor untuk menyatakan pendapatnya mengenai laporan
keuangan yang disebutkannya dalam paragraf pengantar. Dalam paragraf ini
auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan
auditan, dalam semua hal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian
penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi berterima
umum.
Berdasarkan Pernyataan Standar Auditing No.29 (SA Seksi 508), Ada
lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan oleh auditor :
1. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion report)
penerapan pronsip akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.
Kata wajar dalam paragraf pendapat mempunyai makna : (1) bebas dari keragu – raguan dan ketidakjujuran, (2) lengkap informasinya. Pengertian wajar ini tidak hanya terbatas pada jumlah – jumlah rupiah dan pengungkapan yang tercantum dalam lapopran keuangan, namun meliputi pula ketetapanpenggolongan informasi, seperti penggolongan aktiva atau utang kedalam kelompok lancar dan tidak lancar, biaya usaha, dan biaya diluar usaha.
2. Laporan berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language)
Jika terdapat hal – hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien auditor dapat menerbitkan laporan audit baku ditambah dengan bahasa penjelasan.
3. Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion report)
Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan oleh auditor jika dalam auditnya auditor menemukan salah satu dari kondisi dibawah ini. Kondisi tersebut anatara lain :
1.Lingkup audit dibatasi oleh klien
2.Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi – kondisi yang berada di luar kekuasaan klien maupun auditor.
3.Laporan keuanagn tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
4.Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak ditetapkan secara konsisten.
Dalam pendapat ini auditor menyatakan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh klien adalah wajar, tetapi ada beberapa unsur yang dikecualikan, yang pengecualiannya tidak mempengaruhi kewajaran laporan keunagn secara keseluruhan.
4. Laporan yang berisi pendapat tidak wajar (adverse opinion report) Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perubahan klien. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan. 3. Laporan yang didalamnya auditor tidak menyatakan pendapat
Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah :
1. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit. 2. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar (adverse opinion) adalah : pendapat tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaarn laporan keuangan klien, sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (no opinion) karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau karena ia tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
2.1.8. Umur Perusahaan
Menurut Owusu dan Ansah (2000 : 13) menyatakan bahwa
perusahaan yang memiliki umur yang lebih tua cenderung untuk lebih terampil
dalam pengumpulan, pemprosesan dan menghasilkan informasi ketika
diperlukan. Perusahaan yang memiliki umur yang lebih tua memiliki
pengalaman kerja yang lebih baik dan cenderung lebih mapan dalam
menghasilkan informasi bisnis karena para akuntannya sudah lebih banyak
belajar sehingga perusahaan dapat menyampaikan laporan keuangannya
dengan tepat waktu. Sebaliknya, perusahaan yang baru berdiri, pengalaman
kerjanya masih sedikit sehingga lebih lama (tidak tepat waktu) dan kurang
akurat dalam penyampaian laporan keuangannnya ke masyarakat. Umur
perusahaan dalam penelitian ini dillihat dari tanggal berdirinya suatu
2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Tabel 2.2.
Daftar Penelitian Terdahulu Luar Negeri N
o
Peneliti Tah un
Sampel Variabel Independen
Kesimpulan 1 Ahmad dan
Kamaruddin
2003 Malaysia (100 positif dengan (1) perusahaan pada industri non keuangan (2) Perusahaan yang menerima opini audit wajar selain tanpa pengecualian (3) Perusahaan yang memiliki akhir periode pelaporan keuangan selain 31 desember, (4) Perusahaan yang di audit oleh kantor akuntan publik non
the big four, (5)
Perusahaan yang menghasilkan
earnings negatif, dan (6) Memiliki resiko yang lebih tinggi.
2. Almosa dan perusahaan yang
Penelitian Dalam Negeri Audit report lag dan Timeliness kantor akuntan publik. terhadap jangka Waktu
penyelesaian audit (kajian empiris
debt to total assets, laba/rugi, total variabel debt to total assets dan ukuran KAP
Audit report lag and The
Timeliness of Corporate
a. ukuran perusahaan b. jenis industri c. laba/rugi
Malaysian Evidence
biasa
e. opini audit f. auditor
g. tahun tutup buku h. proporsi utang
negatif Sumber : dirangkum dari berbagai sumber jurnal
2.3. Kerangka Konseptual
Audit report lag dapat mempengaruhi ketepatwaktuan penyampaian
informasi dalam laporan keuangan, sehingga akan berpengaruh pula pada tingkat
ketidakpastian pengambilan keputusan yang berdasarkan pada informasi laporan
keuangan tersebut. Semakin lama auditor menyelesaikan pekerjaan auditnya,
maka semakin lama pula audit delay. Jika audit delay semakin lama, maka
Penelitian ini akan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi audit report
lag dengan variabel bebasnya yaitu ukuran perusahaan, pofitabilitas, kompleksitas
perusahaan, kualitas audit, opini audit, dan umur perusahaan. Berdasarkan
kerangka pemikiran diatas, dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut
Tabel 2.2. Kerangka Konseptual
H1
` Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total asset yang dimiliki perusahaan. Hal yang mendasari hubungan antara ukuran perusahaan dengan audit report lag
adalah perusahaan besar akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat Ukuran
Perusahaan (X1)
Profitabilitas (X2)
Kompleksitas Perusahaan
(X3)
Kualitas Audit (X4)
Audit Report Lag (Y)
Opini Audit (X5)
manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk
mengurangi audit report lag dikarenakan perusahaan tersebut dimonitor secara
ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat
berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan. Oleh
karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan
eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal. Disamping itu
perusahaan besar pada umumnya memiliki sistem pengendalian iternal yang lebih
baik jika dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga memudahkan auditor
menyelesaikan pekerjaannya.
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba pada masa mendatang dan profitabilitas merupakan informasi penting bagi
para investor untuk menjadi bahan pertimbangan dalam peanaman modal.
Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka kecenderungan perusahaan
dalam menyampaikan laporan akan sangat tinggi.
Kompleksitas Operasi Perusahaan merupakan salah satu karakteristik
perusahaan yang dapat menambah suatu tantangan pada audit dan akuntasni.
Tingkat kompleksitas operasi perusahaan bergantung pada jumlah dan lokasi unit
operasinya (cabang) serta diversifikasi jalur produk dan pasarnya, lebih cenderung
mempengaruhi waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk menyelesaikan
pekerjaan auditnya.
Kualitas audit digunakan untuk menilai ukuran KAP. KAP yang bekerja
sama dengan KAP Internasional memiliki insentif yang kuat untuk menyelesaikan
itu, KAP besar mempunyai lebih banyak sumber daya daripada KAP kecil,
sehingga KAP besar dapat bekerja lebih efisien dan memiliki fleksibilitas tinggi
penjadwalan untuk menyelesaikan audit tepat waktu dibandingkan KAP kecil.
Umur perusahaan menjadi salah satu tolak ukur dalam perusahaan.
Perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung untuk lebih terampil dalam
pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika diperlukan, karena
perusahaan telah memperoleh pengalaman yang cukup.Semakin besar umur
perusahaan, maka semakin kecil pula keterlambatan penyelesaian penyajian
laporan keuangan. Perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung memiliki
pengalaman yang memadai untuk mengelola informasi keuangan sehingga dapat
lebih awal dalam menyelesaikan laporan keuangannya.
2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai
karakteristik populasi (Rochaety dkk, 2007 : 104). Menurut Sugiyono (2006 : 51)
hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.
Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis, tinjauan penelitian
terdahulu, dan kerangka konseptual sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini
H1: Terdapat pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, kompleksitas
perusahaan, kualitas audit, opini audit, dan umur perusahaan secara parsial
terhadap audit report lag.
H2: Terdapat pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, kompleksitas
perusahaan, kualitas audit, opini audit, dan umur perusahaan secara simultan