• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konfigurasi Modal Sosial Etnis Jawa dalam Mendukung Keberhasilan Pembangunan Desa (Studi Deskriptif Desa Sena, Kacamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang Sumatra Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Konfigurasi Modal Sosial Etnis Jawa dalam Mendukung Keberhasilan Pembangunan Desa (Studi Deskriptif Desa Sena, Kacamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang Sumatra Utara)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Konsep Modal Sosial

Konsep modal sosial juga muncul dari pemikiran bahwa anggota masyarakat

tidak mungkin dapat secara individu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.

Diperlukan adanya kebersamaan dan kerja sama yang baik dari segenap anggota

masyarakat yang berkepentingan untuk mengatasi masalah tersebut. Pemikiran seperti

inilah yang pada awal abad ke 20 mengilhami seorang pendidik di Amerika Serikat

bernama Lyda Judson Hanifan untuk memperkenalkan konsep modal sosial (sosial capital) pertama kalinya.

Dalam tulisannya berjudul The Rural School Community Centre tahun 1916 mengatakan, modal sosial bukanlah modal dalam arti biasa seperti harta kekayaan

atau uang, tetapi lebih mengandung arti kiasan, namun merupakan aset atau modal

nyata yang penting dalam hidup bermasyarakat. Menurut Hanifan, dalam modal

sosial termasuk kemauan baik, rasa bersahabat, saling simpati, serta hubungan sosial

dan kerjasama yang erat antara individu dan keluarga yang membentuk suatu

kelompok sosial (Syabra, 2003).

Sekalipun Hanifan telah menggunakan istilah modal sosial hampir seabad yang

lalu, istilah tersebut baru mulai dikenal di dunia akademis sejak akhir tahun 1980-an.

Pierre Bourdieu, seorang sosiolog Perancis kenamaan, dalam sebuah tulisan yang

(2)

modal dalam segala bentuknya, tidak cukup hanya membahas modal seperti yang

dikenal dalam teori ekonomi. Penting juga diketahui bentuk transaksi yang dalam

teori ekonomi dianggap sebagai non-ekonomi, karena tidak dapat secara langsung

memaksimalkan keuntungan material.

Padahal sebenarnya dalam setiap transaksi modal ekonomi selalu disertai oleh

modal immaterial berbentuk modal budaya dan modal sosial . Bourdieu dalam Syabra

(2003) menjelaskan perbedaan antara modal ekonomi, modal budaya dan modal

sosial, dan menggambarkan bagaimana ketiganya dapat dibedakan antara satu sama

lain dilihat dari tingkat kemudahannya untuk dikonversikan.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa modal sosial (sosial capital) merupakan fasilitator penting dalam pembangunan ekonomi. Modal sosial yang

dibentuk berdasarkan kegiatan ekonomi dan sosial di masa lalu dipandang sebagai

faktor yang dapat meningkatkan dan jika digunakan secara tepat mampu memperkuat

efektivitas pembangunan (Suharto dan Yuliani, 2005). Tjondronegoro (2005)

menjelaskan bahwa modal sosial dapat menjadi unsur pendukung keberhasilan

pembangunan, termasuk pula dinamika pembangunan pedesaan dan pertanian di

Indonesia. Sehingga dalam menjalankan program pembangunan, khususnya pertanian

dan pedesaan bentuk-bentuk modal sosial tersebut sebaiknya di perhatikan dan

dimanfaatkan.

Brehm dan Rahn (dalam Ibrahim, 1997) menjelaskan bahwa modal sosial adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang memfasilitasi pencarian

solusi dari permasalahan yang dihadapi. Definisi lain dikemukakan oleh Pennar

(3)

hubungan yang aktif di antara manusia: rasa percaya, saling pengertian dan kesamaan

nilai dan perilaku yang mengikat anggota dalam sebuah jaringan kerja dan komunitas

yang memungkinkan adanya kerja sama. Di dalam masyarakat kita, modal sosial ini

menjadi suatu alternatif pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Mengingat

sebenarnya masyarakat kita sangatlah komunal dan mereka mempunyai banyak sekali nilai-nilai yang sebenarnya sangat mendukung pengembangan dan penguatan modal

sosial itu sendiri. Pasalnya modal sosial memberikan pencerahan tentang makna

kepercayaan, kebersamaan, toleransi dan partisipasi sebagai pilar penting

pembangunan masyarakat sekaligus pilar bagi demokrasi dan good governance (tata pemerintahan yang baik) yang sedang marak dipromosikan.

Fukuyama (1997) menjelaskan bahwa.Sosial capital can be defined simply as the existence of a certain set of informal values or norms shared among members of a group that permit cooperation among them.. (Modal sosial adalah serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu

kelompok masyarakat yang memungkinkan terjalinnya kerja sama di antara mereka).

2.2. Konsep Modal Sosial dalam perspektif sosiologi

Secara umum, modal sosial didefenisikan sebagai hubungan sosial antar

individu maupun antar kelompok yang dapat digunakan untuk menghasilkan sesuatu

yang bernilai lain, seperti saling percaya guna melakukan kerjasama demi mencapai

tujuan atau kepentingan bersama.

Sementara itu World Bank Subejo (2004) mengatakan bahwa modal sosial

tidaklah sederhana hanya sebagai penjumlahan dari institusi-institusi yang dibentuk

(4)

mereka secara bersama-sama. Modal sosial meliputi shared values (berbagi pendapatan) dan rules (peraturan) bagi perilaku sosial yang terekspresikan dalam hubungan-hubungan antar personal, trust (kepercayaan) dan common sense (kerja sama) tentang tanggung jawab terhadap masyarakat, semua hal tersebut menjadikan

masyarakat lebih dari sekedar kumpulan individu.

Konsep modal sosial yang dijadikan fokus kajian, pertama kali dikemukakan

oleh Coleman ( Portes, 2000 : 2) yang didefenisikan sebagai aspek-aspek dari struktur

hubungan antar individu yang memungkinkan mereka menciptakan nilai-nilai

baru.putnam menyebutkan bahwa modal sosial tersebut mengacu pada aspek – aspek

utama dari oeganisasi sosial, seperti kepercayaan ( trust ), norma-norma (norms) dan jaringan (Network) yang dapat meningkatkan efesiensi dalam suatu masyarakat.

Lebih lanjut dalam tataran relasi sosial, modal sosial diikuti dengan adanya

common sense (kerja sama) yang tumbuh dan berkembang melalui gabungan dari tindakan individual yang membentuk suatu tindakan kolektif.tindakan kolektif itu

sendiri dapat terbentuk karena adanya nilai-nilai yang dianut bersama berbagi hasil

(shared value), yang muncul dari adanya saling percaya. Sejalan dengan pendapat coleman dikatakan oleh oleh Fukuyama (2002) yang mengidentifikasikan modal

sosial sebagai kapitalis yang muncul dari kepercayaan umum didalam sebuah

masyarakat atau dibagian-bagian tertentu dari masyarakat.inti dari modal sosial itu

sendiri adalah kepercayaan atau trust didefenisikan sebagai harapan tumbuh didalam masyarakat, ditujukan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan

(5)

Selanjutnya, batasan-batasan yang dikemukakan oleh ahli mengenai modal

sosial sangat beragam, hal ini disebabkan belum adanya batasan yag baku mengenai

kajian modal sosial. Coleman dalam Sobejo (2004) mengatakan bahwa ada tiga unsur

utama yang merupakan pilar modal sosial,yaitu rasa kepercayaan dalam lingkungan

sosial, arus informasi yang lancar dalam struktur sosial untuk mendorong

berkembangnya kegiatan dalam masyarakat dan norma-norma yang harus ditaati

dengan sanksi yang jelas dan efektif.

Senada dengan apa yang disampaikan oleh Colomen, lubis (2002) kesimpulan

bahwa elemen-elemen pokok sosial sekurang-kurangnya terdiri dari:

a. Sikap saling percaya (trust) meliputi sikap kejujuran, kewajaran, sikap egaliter, toleransi, dan kemudahan hati. Artinya dengan adanya sifat kepercayaan ini yang

merupakan landasan dasar bagi suatu masyarakat dalam membentuk modal sosial

yang ada disena sena tersebut.

b. Jaringan sosial (network), yang meliputi adanya partisipasi (participatoins), pertukaran timbal balik (reciprocity), solidaritas yaitu kesediaan untuk secara ikut menanggung suatu konsekuensi sebagai wujud adanya rasa kebersamaan dalam

menghadapi suatu masalah, kerjasama (collaboration), dan keadilan ( equity). c. Pranata (institusion) yang meliputi:nilai-nilai yang dianut atau yang dimiliki

bersama,norma dan sanksi, serta aturan-aturan (rules).

Selanjutnya,putnam dalam lubis (2002) mengatakan tindakan atau perilaku

kolektif dapat dibangun dengan dua cara, yakni melalui cara paksaan atau sukarela

atas dasar saling percaya. Penggunaan paksaan dalam membangun kerja kolektif

(6)

dilaksanakan.sementara itu, tindakan kolektif yang dibangun atas dasar trust akan

bertahan relatif lebih lama.

Modal sosial umumnya telah terdapat pada suatu komunitas sejak lama,hanya

saja masih belum disadari seutuhnya sehingga belum dapat dimanfaatkan secara

maksimal dalam pembangunan.lebih lanjut komunitas mimiliki modal sosial yang

berbeda. Ini disebabkan oleh adanya perbedaan nilai-nilai budaya yang dianut oleh

masyarakat.

Dalam kajian sosiologis, terdapat dua jenis ikatan pada mdal sosial, yakni

ikatan yang kuat dan ikatan yang lemah. Ikatan pertama mancakup rasa anggota

keluarga, sahabat, dan sejawat, sedangkan yang kedua meliputi para kenalan dan

sejawat yang jauh. Ikatan tersebut membentuk dimensi modal sosial yang mengikat

anggota didalam kelompok, serta mengaitkan komunitas sumber daya penting yang

berada diluar mereka (pemegang kekuasaan).

Ikatan-ikatan pada suatu komunitas merupakan hal yang dapat digunakan

untuk mengembangkan berbagai tindakan kolektif salah satu syarat tumbuhnya

tindakan kolektif tersebut adalah dengan membangun suasana pertisipatif, dimensi

elemen-elemen modal soal dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Di Sumatra Utara, penelitian tentang modal sosial pernah dilakukan oleh

sembiring (2004). Penelitian tersebut difokuskan pada komunitas etnis aceh, yang

berakhir pada kesimpulan bahwa relevansi modal sosial terhadap otonomi daerah

tidak hanya menguntungkan komunitas secara ekonomi, tetapi juga secara sosial

(7)

secara turun-temurun, inilah yang menyebabkan mengapa modal sosial yang dimiliki

komunitas jawa sangat khas dan eiliki keunikan tersendiri.

Keunikan modal sosial yang dimiliki oleh komunitas jawa tidak muncul

secara tiba-tiba melainkan telah ada sejak lama, yang kemudian berkembang sesuai

dengan kebutuhan zaman, modal sosial yang dimiliki oleh komunitas etnis Jawa

terdapat pada empat aspek penting, antara lain; aspek pemerintahan aspek ekonomi,

aspek penyelesaian konflik,serta pada aspek kedermawanan sosial.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Badaruddin (2006) juga menemukan

bahwa kerjasama kolektif yang dilandasi oleh ketersediaan elemen-elemen modal

sosial tidak hanya berkontribusi pada peningkatan kesejahtraan komunitas, tetapi juga

bagi kesejahtraan keluarga. Hal ini dikarenakan kerjasama kolektif dalam penjualan

jagung sistem lelang dapat menaikkan posisi tawar petani jagung terhadap harga

pasar, dibandingkan menjal secara individu.

2.3. Trust (Kepercayaan) sebagai Modal sosial

Menurut Fakuyuma berpendapat trust (kepercayaan) merupakan dasar dalam sebuah tatanan sosial “Komunitas-komunitas” tergantung pada kepercayaan timbal

balik akan muncul secara spontan”. Trust (Kepercayaan) merupakan salah satu unsur dari modal sosial. Trust (Kepercayaan) menjadi unsur yang paling penting dalam modal sosial yang merupakan perekat bagi langgengnya hubungan dalam kelompok

masyarakat. Dengan menjadi suatu kepercayaan orang-orang bisa bekerjasama secara

efektif (Field,2005:91).

Kepercayaan merupakan hubungan antara dua belah pihak atau lebih yang

(8)

sosial (Lawang, 2004:36). Selanjutnya Lawang menyimpulkan inti konsep

kepercayaan sebagai berikut:

1.Hubungan sosial antara dua orang atau lebih, termasuk dalam hubungan ini

adalah institusi,yang dalam pengertian ini diwakili orang.

2.Harapan yang ada akan tergantung dalam hubungan ini, yang kalau

direalisasikan tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak

3.Interaksi yang memungkinkan hubungan dan harapan itu berwujud (Damsar,

2009:186).

2.4. Jaringan Sosial sebagai modal sosial

Jaringan Sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antara banyak

dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok ataupun antar

suatu kelompok dengan kelompok lainnya.mengatakan bahwa satu ciri khas teori

jaringan adalah pemusatan perhatiannya pada struktur mikro hingga makro.

Artinya,bagi teori jaringan, aktor (pelaku) mungkin saja individu tetapi mungkin juga

kelompok, perusahaan dan masyarakat. Hubungan dapat terjadi struktur sosial skala

luas maupun ditingkat yang lebih mikroskopik (Ritzer,Dougleas.2004:383)

Kedhusin (Rudito,Famiola, 2008 :147) menjadikan bahwa ada tiga jaringan

sosial adalah :

1. Jaringan Individu (ego contric) adalah sebuah jaringan yang berhubungan dengan model tunggal atau individu, contohnya teman baik saya. Dalam

hal ini ada satu titik Point yang akan menjadi sentral pengamatan.

(9)

kelas,jaringan pekerja dan manajemen dalam sebuah pabrik atau tempat

kerja.

3. Jaringan terbuka( open System) batasan tidak dianggap penting. Sebagai contoh jaringan politik, jaringan antar perusahaan dan jaringan antar

mahasiswa.

2.5. Peranata Sosial sebagai Modal sosial

Menurut Koenjaraningrat, pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan

hubungan yang terpusat kapada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi

kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan bermasyarakat (Soerjono,1990:217).

Defenisi tersebut menekakankan pada nilai-nilai, atau norma-norma untuk memenuhi

kebutuhan. Pranata merupakan elemen inti yang tidak bisa dilepaskan dari konsepsi

modal sosial.pranata merupakan pendorong bagi terciptanya hubungan kerjasama

yang saling menguntungkan.

Menurut Summer (Soerjono,1990 :219) ada tiga fungsi dari pranata, yaitu:

1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat bagaimana mereka harus

bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi masalah-masalah dalam

masyarakat terutama manyangkut kebutuhan.

2. Menjaga kebutuhan masyarakat.

3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem

pengendalian sosial.

Norma dan nilai-nilai yang ada pada suatu masyarakat merupakan unsur yang

terkandung dalam pranata sosial. Norma dan nilai-nilai mempunyai sanksi sosial.

(10)

organisasi sosial yang terbentuk jaringan-jaringan horizontal yang didalamnya berisi

norma-norma yang memfasilitasi koordinasi, kerjasama dan saling mengendalikan

Referensi

Dokumen terkait