24 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Modal Sosial
Konsep modal sosial muncul dari para ahli yang mengatakan, bahwa anggota masyarakat tidak mungkin dapat mengatasi berbagai masalah yang
dihadapi secara individu. Dalam hal tersebut diperlukan adanya kebersamaan dan kerjasama yang baik, dari segenap anggota masyarakat yang berkepentingan
untuk mengatasi masalah-masalah yang ada. Modal sosial dapat diimplikasikan dalam upaya percepatan pembangunan masyarakat salah satunya dibidang ekonomi. Prinsip dasar dari modal sosial adalah bahwa kelompok-kelompok
masyarakat yang memiliki seperangkat nilai sosial, dan budaya yang menghargai pentingnya sebuah kebersamaan dan kerjasama dengan kekuatan yang ada, untuk
mengatasi berbagai masalah. Kelompok masyarakat bersama-sama dalam bertindak untuk memikirkan dan melakukan langkah-langkah terbaik dengan mengerahkan pemanfaatan terhadap potensi dan sumber daya yang dimiliki.
Modal sosial juga menekankan bahwa perlunya sebuah kemandirian dalam mengatasi masalah sosial dan ekonomi (Syahra, 2003).
2.2 Jenis Modal Sosial
Berdasarkan konsep pembangunan berbasis masyarakat yang dikemukakan
25 a. Modal Manusia (human Capital) yang berupa kemampuan personal seperti pendidikan, pengetahuan, pengalaman, kesehatan, keahlian dan keadaan
terkait lainnya;
b. Modal Sumberdaya Alam (natural capital) yang berupa perairan laut, hasil laut dan hasil alam lainnya;
c. Sumber Ekonomi Produktif (produced economic capital) yang berupa asset ekonomi dan finansial serta asset lainnya;
d. Modal Sosial (capotal sosial) yang berupa (kepercayaan, jaringina, nilai dan norma).
2.3 Definisi Modal Sosial
Putnam (1999), Modal sosial sebagai jaringan-jaringan, nilai-nilai dan
kepercayaan yang timbul diantara para anggota perkumpulan, yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama untuk manfaat bersama. Bourdieu (1986) mendifinisikan modal sosial adalah sebagai sumberdaya aktual dan potensial yang
dimiliki oleh seseorang berasal dari jaringan sosial yang terlembaga serta berlangsung terus-menerus dalam bentuk perilaku timbal-balik atau dengan kata
lain keanggotaan dalam kelompok sosial, yang memberikan kepada anggotanya berbagai bentuk dukungan kolektif (Damsar, 2009).
Sedangkan pandangan dari beberapa ahli sosiologi dan antropologi
Indonesia mengatakan bahwa modal sosial mencakup potensi kelompok dan pola-pola hubungan antar individu dalam suatu kelompok dan antar kelompok dengan
26 yang berasal dari anggota kelompok dan menjadi norma kelompok (Koentjaraningrat, 1990; Soekanto, 2002; Hasbullah, 2006).
2.4 Unsur-Unsur Modal Sosial
Analisis dari beberapa ahli bahwa modal sosial juga memiliki beberapa
unsur-unsur pokok. Adapun unsur pokok tersebut yakni :
a. Kepercayaan (trus), adalah keyakinan akan reibilitasi seseorang atau sistem, terkait dengan berbagai hasil atau peristiwa dimana keyakinan itu mengekspresikan suatu iman terhadap integritas atau kepedulian orang lain, atau terhadap ketepatan prinsip. Bentuk kepercayaan tersebut
diantaranya kejujuran, kewajaran, sikap egaliter, toleransi dan kemurahan hati.
b. Jaringan (networks), adalah hubungan antar individu yang memiliki makna subyektif yang berhubungan atau dikaitkan dengan suatu ikatan. Jaringan sebagai sumber daya dari modal sosial, karena dengan kepemilikian
hubungan antar individu yang memiliki makna subyektif, yang berhubungan atau dikaitkan dengan suatu sebagai simpul dan ikatan
makna para aktor yang memiliki modal yang mampu diinvestasikan dalam suatu struktur hubungan sosial. Salah satu kunci keberhasilan membangun modal sosial terletak pada kemampuan sekelompok orang atau kumpulan
orang yang melibatkan dalam suatu hubungan jaringan sosial. Jaringan sosial merupakan bentuk modal sosial yang banyak digunakan dalam
27 c. Nilai (value), dipahami sebagai gagasan mengenai apakah suatu pengalaman tersebut berarti, berharga dan pantas. Sebaliknya nilai tersebut
apakah tidak berarti, tidak berharga, dan tidak pantas. Oleh karena itu, nilai yang menjadi suatu prinsip ada di individu tentang sesuatu baik atau buruk, diharapkan atau tidak diharapkan.Nilai dalam modal sosial sangat
berpengaruh bagi perilaku aktor, sebagaimana dalam masyarakat, nilai merupakan sesuatu yang berharga. Nilai yang diharapkan dari seseorang
dalam usaha perdagangan diantaranya pedagang kuliner memiliki sikap jujur, tulus serta saling menghargai dalam menjaga hubungan yang dibentuk dengan karyawanya, pemasok langganan, konsumen dan
pihak-pihak lainnya. Sedangkan nilai yang dimiliki pedagang dalam usahanya dengan para konsumennya yakni memberikan pelayanan yang baik,
menjaga kepuasan konsumen, sopan santun. Dengan hubungan ini akan menciptakan hubungan yang harmonis diataranya tanpa ada yang merasa dirugikan.
d. Norma (norms), dipahami sebagai aturan main bersama yang menuntun perilaku seseorang. Norma menjadi petunjuk dalam berbagai kehidupan
sosial. Norma yang dimaksud, seperti nilai-nilai bersama, norma dan sanksi dan aturan-aturan yang telah disepakati bersama dan dijalankan secara bersama, baik tertulis maupun tidak tertulis. Dalam konteks
pembahasan modal sosial, norma tidak bisa dilepaskan dengan jaringan, kepercayaan, dan nilai. Keberadaan norma seperti dalam aktivitas
28 norma yang diciptakan dan disepakati sebelumnya untuk menjaga hubungan yang harmonis dan tetap saling mendukung satu sama lain serta
konsisten dalam menerima sanksi-sanksi yang telah disepakati bersama jika melakukan kesalahan.
Modal sosial yang dimaksud adalah serangkaian nilai dan norma informal,
menjadi perekat bagi setiap individu. Seperti rasa saling percaya, saling pengertian, adanya hubungan jaringandan hubungan sosial lainnya. Kesamaan
nilai dan perilaku bersama yang dimiliki para anggota suatu kelompok masyarakat, dan akhirnya mencapai tujuan bersama serta meningkatkan kesejahteraan. Modal sosial juga dipahami sebagai pengetahuan dan pemahaman
yang dimiliki bersama oleh komunitas, serta pola hubungan yang memungkinkan sekelompok individu melakukan satu kegiatan yang produktif. Modal sosial ini
sangat penting bagi komunitas karena: (1) Memberikan kemudahan dalam mengakses informasi bagi anggota komunitas, (2) Menjadi media pembagian kekuasaan dalam komunitas, (3) Mengembangkan solidaritas, (4)
Mengembangkan mobilitas sumber daya komunitas, (5) Memungkinkan pencapaian tujuan bersama.
Dalam meningkatkan kondisi kehidupan yang memberikan perhatian pada masyarakat sebagai suatu kesatuan kehidupan bermasyarakat, guna merealisasikan tujuan dalam meningkatkan kehidupannya yang lebih cenderung pada
pemanfaatan dan pendayagunaan, senergi yang ada dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Terkait dengan masyarakat di pedesaan memiliki karakteristik
29 jaringan interaksi dan relasi sosial yang cukup kohesif. Terkait dengan penelitian ini bahwa pelaku usaha atau pedagang kuliner tentunya memiliki modal sosial
dalam mewujudkan pembangunan nasional dibidang industri salah satunya usaha kuliner yang telah menjadi lokasi wisata. Para pedagang kuliner masing-masing mempunyai perasaan dan kesadaran, yang merupakan bagian dari kehidupan
bersama, dalam menjalani usaha yang akan meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup yang lebih baik, dan membentuk ikatan yang kuat terhadap sesamanya.
Dengan modal sosial yang dikembangkan dalam kehidupan keseharian pedagang kuliner, maka dipastikan bahwa mereka akan memperoleh kesejahteraan hidup yang baik dan berkualitas. Mereka juga dapat mempersiapkan diri mereka,
sebagai pedagang kuliner yang bersaing secara sehat, saling mendukung dan bekerja sama satu sama lain. Selain itu pedagang kuliner juga akan mampu
memperoleh keuntungan dan peningkatan serta mengatasi berbagai ancaman dan kendala, sebagai bentuk tantangan yang memiliki pengaruh terhadap bisnis kuliner mereka baik secara lokal maupun global.
Pedagang yang dimaksud adalah seoarang pedagang yang mestinya memiliki modal sosial yang telah dijelaskan sebelumnya. Termasuk juga modal
manusia, yakni adalah seseorang yang memiliki keahlian dan kemahiran dalam memberikan ide-ide baru yang secara kreatif dan berinovasi. Seorang tersebut dalam penilitian ini adalah pedagang kuliner itu sendiri, juga karyawan yang
30 2.5 Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Dewi (2010) yang menyimpulkan bahwa modal sosial pedagang pasar tibanterdapat adanya unsur-unsur modal sosial yang berdasarkan dari ajaran agama islam yang dianut sebagian besar pedagang pasat tiban, Shinta menemukan modal sosial dalam bentuk kepercayaan seperti adanya rasa saling
percaya di antara anggota komunitas pedagang pasar tiban antara lain:
1. Kesepakatan bersama mengenai tempat lokasi, hari dan waktu untuk
mulai menggelar kegiatan perdagangan di pasar tiban. Hal ini didasarkan bahwa dengan lokasi dan waktu yang berbeda akan membawa keuntungan bagi para pedagang pasartiban.
2. Jika ada anggota yang ingin melakukan ibadah sholat, ataupun berpergian sejenak untuk keperluan lain, maka pedagang biasanya
menitipkan barang dagangangannya ke pedagang di sebelahnya tanpa takut barangnya akan diambil orang ataupun hilang.
3. Jika terjadi kesalahan dalam pemberian barang terhadap konsumen yang
tidak sesuai dengan pesanan, pedagang biasanya pergi mencari dan mengambil ke pedagang sebelah tanpa membayar kepada pemiliknya
terlebih dahulu, jika barang sudah dibeli maka barang tersebut dibayar kepada pemiliknya dan pedagang tersebut hanya mengambil sedikit keuntungan hasil dari penjualannya.
31 5. Jika anggota pedagang tidak memiliki atau belum menyediakan plastik pembungkus, sementara ada konsumen yang ingin membeli barang
tersebut maka pedagang disebelah akan memberikannya atau meminjamkan jenis barang yang sama.
Modal sosial berikutnya dalam bentuk nilai, diantara pedagang pasar tiban yaitu : 1. Nilai kebersamaan atau paguyuban para pedagang pasar tiban
mengembangkan kebersamaan tersebut dan tetap bisa saling mendukung,
ditambah lagi mereka menerima pedagang lain berjualan di lokasi tersebut, pedagang menyediakan hiburan di pasar tiban, diharapkan masyarakat atau para konsumen akan semakin bertambah, hal ini pada akhirnya
meningkatkan solidaritas di antara sesama pasar tiban.
2. Nilai kejujuran, seperti bentuk rasa saling percaya pedagang dalam
menitipkan barang dagangannya, ke pedagang sebelah maka pedagang tetap jujur dan amanah dalam tugas yang diberikan.
3. Nilai berdagang (bekerja) yang di anggap pedagang adalah suatu ibadah.
Hal ini dijelaskan bahwa berdagang yang dilakukan pedagang pasar tiban adalah semata-mata untuk kebutuhan keluarga, dan bekerja adalah ibadah
untuk mencari nafkah dengan cara halal demi keluarga.
Modal sosial yang di bentuk berdasarkan norma-norma yang telah diciptakan pedagang pasar tiban seperti:
1. Pedagang dilarang menjual barang dagangan yang sama dengan selisih harga yang terlalu signifikan, karena dalam hal ini menganggap akan
32 2. Kesepakatan dalam pembagian lokasi tempat berjualan, yang sudah diberikan masing-masing pedagang dan tidak boleh menempati tempat
pedagang lain apabila pedagang tersebut tidak berjualan.
3. Kesepakatan bahwa jembatan yang terdapat dilokasi tersebut tidak boleh di jadiakan untuk lokasi berdagang, karena akan mengganggu lalu lintas.
4. Kesepakatan iuran yang dipungut dari pedagang pasar tiban secera tertulis dan uang iuran tersebut digunakan untuk mendukung oprasional pedagang
pasar tiban.
Modal sosial yang terlihat bahwa dari nilai-nilai atau unsur modal sosial yang bersumber dari ajaran Islam yang dianut pedagang pasar tiban ini. Selain itu terdapatnya partisipasi yang berdimensi hubungan timbal balik serta adanya struktur otoritas yang dihormati, membuat keberadaan pasar tibanmampu memberikan manfaat tidak saja bagi pedagang, melainkan bagi masyarakat dan aparat pemerintah setempat. Sehingga hal meningkatkan perekonomian dan menciptkan sebuah tatanan sosial yang membuat kerja sama menjadi lebih efektif
serta efesien untuk membangun kehidupan yang lebih baik kualitasnya.
Pedagang pasar tiban terus mengalami kemajuan, dikarenakan para pedagang memiliki beberapa survival strategi diantaranya, keberadaan dalam meningkatkan omzet penjualan, keberadaan dalam meningkatkan jumlah konsumen, keberdayaan dalam modal, keberdayaan dalam peningkatan ekonomi
kebersamaan-33 paguyuban serta solidaritas diantara mereka dan adanya respon positif dan dukungan baik dari masyarakat maupun pemerintah setempat.
Sedagangkan faktor penghambatanya adalah terkadang muncul ketidakompakan dari anggota dalam menentukan tempat lokasi serta waktu jam untuk membuka pasar tiban, faktor cuaca yang tidak mendukung untuk berjualan (hujan) serta ketiadaan atau minimnya modal untuk menambah usaha pedagang pasar tiban ini. Begitu juga penelitian yang akan di lakukan peneliti dengan judul yang berbeda pada objek yang sama, hasil penelitian Shinta memperlihatkan modal sosial yang terjadi di dalam perdagangan merupakan contoh nyata, begitu juga dengan peneliti ingin melihat contoh nyata modal sosial yang terjadi pada
pedagang kuliner di lokasi yang telah dipilih.
Hasil penelitian Nirfadhilah (2016) yang menyimpulkan, modal sosial
dalam bentuk jaringan yang di bangun pedagang makanan Pasar InfersKelurahan Baqa Kecamatan Samarinda Seberang. Dalam rangka meningkatkan usaha
dagangan mereka, adanya pertukaran timbal balik, solidaritas dan kerjasama. Para pedagang warung makanan, memiliki pola interaksi yang dibentuk oleh pedagang warung makanan antara pedagang dengan pedagang, pedagang dengan pembeli,
pedagang dengan agen–agen bahan masakan, pedagang dengan petugas keamanan.
Berikut bentuk jaringan yang terjadi pada pedagang pasar Infers Samarida
Seberang.
Berdasarkan konsep jaringan sosial penelitian Nirfadhilah di bawah, bahwa pedagang dapat dikatakan sukses jika pedagang tersebut memiliki jaringan
34 makanjuga dapat menjadi jalur penghubung diantara pedagang lain yang mengembangkan relasi dalam menjalin suatu hubungan modal sosial.
Selain modal sosial dalam bentuk jaringan, juga terdapat modal sosial lainnya pada pedagang warung makanan Pasar Infers. Ditemukan bahwa tindakan
dari pedagang warung makanan mencerminkan norma informal yang berdasarkan pada kepercayaan diantara sesama pedagang, memunculkan nilai-nilai yang dibangun bersama (sosiabilitas). Modal sosial pedagang dalam bentuk
kepercayaan seperti adanya sikap jujur, toleran, keramahan dan saling menghormati. Sosiabilitas (nilai-nilai yang di bangun bersama) seperti pedagang
memberi hutang kepada pembeli, karena pembeli tersebut adalah langganan dari pedagang warung makanan. Adanya norma dan aturan informal yang berlaku di ruang lingkup pedagang, dapat mereka patuhi bersama walaupun tidak ada
35 keamanan, dan adanya aturan terhadap masalah harga jual. Kelompok pedagang tersebut membentuk aturan-aturan, yang membawa proses interaksi antara
pedagang warung makanan di Passar Inpres Samarinda Seberang.
Hasil penelitian Hapsa Usman dkk (2016) dengan menggunakan metode deskriptif, menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat ekonomi produktif yaitu
nelayan, dan petani rumput laut. Berdasarkan analisa potensi ekonomi sosial dan demografi, pantai wisata Tobilolong sangat berpotensi menjadi pantai wisata
dengan nilai rata-rata potensi 37 dari 21 ini dianggap berpotensi tinggi. Tingkat kepentingan wisatawan terhadap pengembangan kuliner wisata rata-tara sebesar 89% sehingga peluang pengembangan kuliner wisata pantai Tobilolong sangat
menjanjikan. Salain itu berdasarkan analisa internal (IFAS) menunjukkan bahwa wisata Tobilolong memiliki keindahan pantai yang menarik, tingkat promosi yang
tinggi, dukungan masyarakat dan pemerintah, potensi SDM pariwisata yang besar, dan kelembagaan masyarakat lokal. Namun, berdasarkan analisis SWOT menghasilkan nilai rata-rata strength sebesar 2,00, sedangkan kelemahan meliputi, akses transportasi yang belum memadai, SDM terbatas, sarana prasarana juga belum mamadai, tidak adanya pemeliharaan ekosistem wisata, sanitasi dan
keberhasilan yang buruk, dan diversikasi dan inovasi yang belum bagus dengan nilai rata-rata weakness sebesar 0,56 dengan ini membutuhkan perhatian dari semua pihak. Penelitian Usman dkk, juga menemukan dalam anlisisa Eksternal
(EFAS) peluang kuliner wisata tinggi yang harus direbut oleh wisata pantai Tobilolong, yaitu jumlah pengunjung yang semakin banyak, minat pengunjung
36 wisata dan desa wisata dengan nilai rata-rata opportunity sebesar 2,17% dan tingkat ancaman sebesara 0,47% yakni persaingan, kondisi ekonomi daerah,
konflik ruang, pencemaran lingkungan, lemah koordinasi pada pihak pemerintah, masyarakat wisata dan pihak swasta, rendahnya kemampuan dan keahlianmasyarakat ekonomi produktif Desa Tobilolong, sehingga wisata kuliner
ini harus mendapatkan perhatian.
Hasil penelitian Mustika dan Apriliani (2013) menggambarkan
kebertahanan pedagang serombotan wisata kuliner lokal di daerah penelitiannya, terdapat lima faktor yang mempengaruhi, berdasarkan angka hasil olahan data outputSPSS:
1. Kemudahan memperoleh modal sebesar 68,1 persen, Artinya pedagang dalam kemudahan memperoleh modal dengan angka tersebut cukup besar,
modal usaha yang mudah diperoleh menjadi pertimbangan para pedagang untuk dapat terus bertahan yang menggeluti usaha dagang serombotan. 2. Ketersediaan bahan baku sebesar 23,3 persen, faktor ketersediaan bahan
baku angka tersebut tergolong kecil, menandakan bahwa faktor ini bukan menjadi faktor yang penting untuk di pertimbangkan oleh pedagang.
Walaupun tetap menjadi salah satu faktor yang harus mendapat perhatian. 3. Proses pengolahan bahan baku sebesar 48,8 persen, proses pengolahan
bahan baku angka tersebut cukup besar sehingga mempengaruhi
kebertahanan pedagang serombotan,dalam pengolahan pedagang mengakui, membutuhkan waktu lebih lama dalam mengolah bahan sejenis
37 bumbu-bumbu, pemarutan kelapa, mengolah kelapa menjadi santan, dan sebagainya, sehingga menghasilakan sambal serombotan yang khas.
4. Proses pemasaran sebesar 95 persen, pemasaran dengan angka tersebut mempengaruhi kebertahanan pedagang. Hal ini berkaitan dengan pemilihan tempat dan waktu pemasaran serombotan. Dalam aktivitasnya
pedagang memasarkan serombotan di tempat yang strategis yang dapat dijangkau oleh masyarakat seperti pasar tradisional, pasar Seni dan pasar
Senggol, terkait dengan waktu bahwa para pedagang sebagian memasarkan serombotan mulai pagi hingga siang hari. Memilih lokasi di pasar tradisional dan pasar seni yang beroprasinya hanya di pagi hingga
siang hari, pedagang yang memilih di pasar senggol mulai beraktivitas pukul 15.00 sore hingga 21.00 malam. Dan sebagian besar pedagang yang
memilih lokasi dagangannya di pinggir-pinggir jalan mulai beraktivitas pukul 16.00 hingga selesai.
5. Pengaruh keberadaan pesaing sebesar 95 persen, keberadaan pesaing
dengan angka tersebut bahwa pedagang terus memantau terhadap para pesaingnya, khusunya pedagang yang menjual dengan produk yang sama.
Para pedagang mengaku bahwa meskipun mereka memiliki pelanggan yang tidak akan beralih ke pedagang yang lain, namun pedagang merasa takut kehilangan pelanggan, jika mereka tidak memiliki inovasi dan
kreativitas dalam menyajikan produk dagangan mereka. Artinya penting sekali akan kemampuan berinovasi dalam mengemas produk-produk
38 memiliki daya tarik yang tidak membuat para pelanggan beralih ke pedagang yang lain dengan produk yang sama.
Dari hasil penelitian Mustika dengan Apriliani memfokuskan kebertahanan pedagang serombotan dengan beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan kuliner lokal, beberapa yang menjadi fokus peneliti dalam
mengakaitkan penelitiannya pada pedagang kuliner. Dari penganalisisan peneliti terhadap beberapa hasil penelitian diatas, terdapat beberapa faktor yang
merupakan ancaman dalam bentuk peluang dan tantangan bagi para pedagang, dan peneliti akan mencoba mencari tahu keberadaan pedagang kuliner dalam mempertahankan hasil kuliner yang diolahnya yaitu bahan olahan (seafood) yang menjadi ciri khas dari pedagang kuliner yang tersedia, dan ketersedian peluang dan tantangan yang menjadi ancaman bagi pedagang kuliner, di pantai Bagan desa
Percut dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.
2.6 Pengertian Wisata Kuliner
Undang-undang Kepariwisataan Nomor 10 Tahun 2009, mengatakan Wisata merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarikwisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara, tentunya kegiatan tersebut dilakukan dengan sukarela
dan bersifat sementara untuk menikmati dan daya tarik wisata, kuliner adalah hasil olahan berupa masakan. Masakan tersebut berupa lauk-pauk, makanan dan
39 Wisata kuliner merupakan suatu perjalanan seseorang atau sekelompok yang dilakukan sementara waktu, dengan berbagai macam tujuan guna memenuhi
kebutuhan dan keinginan beraneka ragam yang berhubungan dengan makanan dan minuman. Wisata kuliner juga dapat merupakan suatu wadah yang penting untuk membantu perkembangan ekonomi dan pembangunan masyarakat dan dapat
ditemukan baik didaerah perkotaan maupun pedesaan. Untuk membantu perkembangan wisata kuliner, sebuah produk yang berupa makanan dan minuman
harus disajikan secara unik dan menarik yang dapat mengesankan bagi wisatawan (Usman dkk, 2016).
2.7 Pedagang Kuliner
Pedagang adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya
tergantung langsung pada hasil usaha dagangan, pelanggan (konsumen), dan pemasok bahan. Pedagang dianggap sebagai sumber pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga, sehingga hal ini membuat pedagang memiliki sifat-sifat yang
diantaranya, pekerja keras, ulet, cepat mengambil keputusan dan berani mengambil resiko. Bagi pedagang tindakan yang mereka lakukan merupakan hal
yang mengarah pada satu tujuan, tujuan ini ditentukan oleh nilai atau pilihan (profesi). Berbagai upaya akan dilakukan oleh pedagang dalam memenuhi kebutuhan keluarganya terutama untuk meningkatkan taraf hidup dan
mendapatkan kesejahteraan. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1994, pedagang adalah orang atau badan membeli, menerima atau menyimpan barang penting
40 lain, baik yang masih berwujud barang asli, maupun barang yang sudah diolah atau dijadikan barang dengan bentuk lainKadarisman (2015).
Pedagang kuliner merupakan sekelompok pembisnis atau pelaku usaha yang aktivitasnya menyediakan dan memenuhi permintaan konsumen, atau pembeli dalam bentuk makanan atau minuman. Menyediakan tempat serta
kenyamanan di lokasi wisata. Dalam mengembangkan usahanya, padagang kuliner memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada disekitar. Baik
dijadikan sebagai konsumsi maupun non konsumsi, dengan memberikan suasana yang nyaman sebagai bentuk daya tarik, memberikan kesan positif terhadap lingkungan wisata kuliner.
2.8 Pengertian Peluang
Peluang dalam bahasa Inggris adalah opportunity yang berarti kesempatan yang muncul dari sebuah kejadian atau moment, inspirasi juga dapat dikatakan sebagai sumber dari peluang. Istilah Peluang usaha terdiri dari 2 (dua) kata yaitu
kata Peluang dan Usaha. Kata peluang diartikan sebagai kesempatan yang datang
atau sesuatu yang terjadi yang bisa menghasilkan keuntungan. Sedangkan kata
usaha diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan untuk mengarahkan tenaga
dan pikiran dalam mencapai target. Jadi peluang usaha adalah suatu kesempatan
yang datang sehingga dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan.
Ciri-ciri peluang usaha yang potensial: (a). Memiliki nilai jual tinggi, (b). Peluang
tersebut bukan hanya sekedar ambisi saja, tetapi harus bersifat nyata, (c). Dapat
bertahan lama atau bekelanjutan di pasar, (d). Usaha tersebut tidak bersifat
41 ditingkatkan, (e) Tidak akan menghabiskan modal terlalu banyak, investasinya
tidak terlalu besar tapi sangat berpotensi menguntungkan. Peluang usaha yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah peluang dari usaha kuliner.
Peluang usaha kuliner dikategorikan sebagai peluang usaha yang terus meningkata dan berkembang, karena bisnis kuliner merupakan sebuah peluang
usaha yang akan terus tumbuh selama manusia membutuhkan makanan. Telah ditargetkan bahwa pada tahun 2017 peluang usaha kuliner akan terus menggeliat
seiring dengan bertambahnya populasi manusia. Namun usaha kuliner bukan saja mengutamakan modal dalam segi materi, tetapi usaha kuliner juga membutuhkan keahlian khusus seperti inovasi dan kreatifitas (SDM) dan mampu memilih lokasi
strategis yang mampu dijangkau oleh masyarakat (Wispandono, 2016).
Dalam penelitian ini, ingin mengetahui peluang yang diperoleh para
ppedagang kuliner dan masyarakat terhadap wisata kuliner dipantai Bagan Desa Percut, yang berasal dari kondisi lingkungan, sesama para pedagang kuliner, perangkat Desa Percut, dan pihak-pihak terkait. Munculnya peluang di wisata
kuliner, akan memberikan pengaruh pada kelompok pedagang temasuk pada usaha dan aktivitas yang sedang mereka jalankan. Peluang akan selalu terbuka
lebar jika para pedagang jeli melihatnya, dan dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan kemajuan usaha tersebut. Peluang itu sendiri merupakan sebuah kesempatan yang menguntungkan terhadap seseorang terkait dengan peningkatan
42 2.9 Pengertian Tantangan
Tantangan adalah suatu hal atau bentuk usaha yang memiliki tujuan untuk
mengubah kemampuan seseorang maupun kelompok (Faruq, 2015). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) tantangan dapat diartikan sebagi : (1) ajakan berkelahi (berperang dan sebagainya), (2) hal atau objek yang mengubah
tekat untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah rangsangan (untuk bekerja lebih giat dan sebagainya) , (3) hal atau obejek yang perlu ditanggulangi.
Tantangan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap aktivitas yang sedang berlanjut dalam masyarakat, ataupun sesuatu yang akan memperlihatkan kekuatan baik dari fisik maupun mental yang pada masyarakat
(komunitas) dalam bidang usaha. Untuk mempertahankan apa yang ingin dipertahankan agar tidak mengalami goncangan atau usaha yang sedang di
lakukan tidak mengalami kegagalan. Suatu peluang yang ada dalam bisnis kuliner tersebut akan menciptakan suatu tantangan bagi para pedagang kuliner.
Dalam hal ini penelitian dilakukan untuk mengetahui modal sosial
pedagang yang berada di pantai Bagan desa Percut. Selain itu pedagang juga akan memperoleh peluang yang ada, serta menghadapi tantangan yang akan
43 Gambar 2.1 : Konsep Penelitian Pedagang Kuliner
Konsep di atas menjelaskan bhawa modal sosial yang dimiliki pedagang
kuliner, akan sengaja dibentuk dengan relasinya. Hal ini yang dipengaruhi oleh peluang dan tantangan yang akan dihadapi oleh pedagang kuliner di pantai Bagan desa Percut. Unsur modal sosial yang diantaranya Kepercayaan (trust), Jaringan (networks), nilai dan norma (value dan norms).
Pedagang kuliner yang dimaksud di atas adalah, seorang yang merupakan
pemilik dari usaha rumah makan/restoran di wisata kuliner pantai Bagan desa Percut. Relasi yang menjadi jembatan dalam hubungan yang dibentuk oleh pedagang kuliner adalah: (1) Karyawan pedagang kuliner, (2) Pemasok yang
merupakan pihak yang menyediakan bahan baku seperti ikan, (3) Konsumen/pengunjung wisata kuliner pantai Bagan Desa Percut, (4) Pihak ketiga
44 kuliner di atas khususnya hubungan pedagang kuliner, akan terlihat peluang apa yang akan diperoleh serta tantangan apa yang dihadapi untuk mempertahankan
memajukan usahanya dalam meningkatkan teraf hidup bagi pedagang kuliner yang lebih baik.
Usaha kuliner merupakan industri yang strategis dalam pertumbuhan sosial
ekonomi masyarakat, dan sumber daya manusia. Kuliner bukan hanya memenuhi produk konsumsi atau kebutuhan biologis manusia, namun kuliner saat ini
menjadi sebuah gaya hidup baru bagi kalangan masyarakat. Perkembangan usaha kuliner semakin pasat dan diminati dikalangan masyarakat, para pelaku usaha kuliner berusaha untuk lebih kreatif dan inovatif dalam penyajian produk khas
kulinernya. Kemajuan yang semakin meningkat dengan keberadaan kuliner, sekarang menjadi salah satu bentuk program dalam memajukan objek wisata yang
banyak terdapat diberbagai daerah dan juga memiliki banyak wisatawan untuk berkunjung menikmati dan menyicipi kuliner yang ada di wisata tersebut.
Keberadaan usahadibidang kuliner terhadap masyarakat disuatu daerah,
diharapkan akanmengalami peningkatan para pelaku kuliner, untuk memperloeh taraf hidup yang lebih baik yang dilihat dari sosial dan ekonominya, serta sumber
daya manusianya yang akan membantu pedagang kuliner itu sendiri seperti kreativitas dan inovasi dalam memperkenalkan restoran kulinernya untuk menjadi lebih maju. Hal ini karena bisnis kuliner dianggap merupakan salah satu
bisnisyangmenjanjikan bagi kalangan usahawan, penjanjian terhadap bisnis kuliner membuat banyak menarik perhatian dari berbagai kalangan masyarakat
45 masyarakatnya. Maka hal ini akan memberikan peluang yang mampu diperoleh masyarakat tersebut, salah satunya adalah peluang dalam penyerapan tenaga kerja,
dan peningkatan pendapatan. Berkembang dan meningkatnya bisnis kuliner dimasyarakat, membuat hal tersebut tidak terlepas dari peranan modal sosial, Karena jika tanpa memiliki modal sosial dan juga inovasi serta kreativitas yang
menonjol, tidak akan membuat bisnis kuliner tersebut bertahan lama. Pedagang kuliner yang menjadi objek penelitian ini adalah yang ada telah memanfaatkan
kawasan pantai yang ada di Bagan desa Percut, pedagang menjadikan pentai dan daerah pesisir yang terkenal dengan hasil laut yang segar-segar, sebagai bentuk daya tarik terhadap usaha kuliner pedagang kuliner.
Perkembangan usaha kuliner yang kini dianggap sebagai lokasi wisata merupakan suatu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh para pedagang kuliner,
dan pada sisi lain dengan berkembangan kegiatan ini, akan membantu pedagang kuliner dalam meningkatkan kesjahteraan hidup mereka. Untuk mewujudkan kesejahteraan ini para pedagang akan pastinya akan dihadapi berbagai tantangan,
baik dari dalam maupun dari luar yang bersal dari pihak-pihak terkait. Dari peluang dan tantangan yang muncul, akan terlihat modal sosial pedagang kuliner