• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wisata Kuliner dan Perubahan Sosial Masyarakat Desa Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Wisata Kuliner dan Perubahan Sosial Masyarakat Desa Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau

dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta Km2 (Dahuri, et

al. 1996:1). Semua kekayaan alam di Indonesia bisa dimanfaatkan dengan pembangunan

pariwisata. Adapun beberapa pariwisata yang dapat dibangun di suatu daerah yaitu wisata

alam, wisata budaya, wisata buatan serta wisata kuliner, masing-masing memiliki potensi

wisata yang berbeda-beda. Salah satu daerah yang dapat dibangun tempat wisata adalah di

wilayah pesisir dan laut.

Wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat potensial untuk dikelola dan

dikembangkan untuk mendirikan tempat wisata kuliner sesuai dengan karakteristik dan

potensi sumber daya alam (SDA) yang dimiliki suatu daerah. Menurut Bengen (2000)

wilayah pesisir yang menyediakan sumber daya alam produktif baik sebagai sumber pangan,

tambang mineral maupun kawasan reakreasi atau pariwisata, yang merupakan tumpuan

harapan terhadap suatu perubahan bagi masyarakat pesisir di masa mendatang karena,

pariwisata merupakan suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan

masyarakat, sehingga membawa berbagai perubahan terhadap masyarakat sekitar. Bahkan

pariwisata dikatakan mempunyai efek yang luar biasa, yang mampu membuat masyarakat

sekitar mengalami metamorphose dalam berbagai aspeknya (Pitana, 2005:109).

Adanya wisata kuliner di Desa Bagan Percut dapat berakibat terjadinya perubahan

sosial bagi masyarakarat sekitar. Terjadinya perubahan sosial yang disadari ataupun tidak

(2)

penemuan-penemuan baru, hasrat ingin maju, faktor lingkunan dan lain-lain. Adanya wisata kuliner di

Desa Bagan Percut merupakan salah satu faktor penyebab yang akan mempengaruhi

terjadinya perubahan sosial pada masyarakat. Berbagai masalah akan timbul dan

bermunculan sebagai efek dari wisata kuliner yang mengakibatkan perubahan sosial

masyarakat Desa Bagan Percut.

Desa Bagan Percut Ujung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang ini

mempunyai luas 190,79 Km yang terdiri dari 18 Desa dan 2 kelurahan, salah satunya yaitu

Desa Bagan Percut Ujung yang pola pemukiman penduduknya memanjang mengikuti garis

pesisir pantai. Desa Bagan Percut rata-rata penduduknya berprofesi sebagai nelayan dan

pedagang ikan. Pada awalnya Desa Bagan Percut bukan objek tempat wisata kuliner

melainkan desa yang hanya bermata pencarian layaknya penduduk yang bertempat tinggal di

wilayah pesisir dan sama sekali tidak adanya aktivitas wisata. Sebelum munculnya wisata

kuliner di Desa Bagan Percut kehidupan masyarakat masih tradisional dan hanya berfokus

pada mata pencarian sebagai nelayan dan pedagang, padahal Desa Bagan Percut merupakan

daerah yang kaya akan sumber daya alam terutama sumber daya kelautan dan perikanan yang

sangat berpotensi dalam pembangunan tempat wisata. Akan tetapi, kekayaan alam dan

perikanan yang dimiliki Desa Bagan Percut belum dimanfaatkan masyarakat sekitar karena

pola pikir masyarakat belum memadai untuk pembangunan tempat wisata. Masyarakat Desa

Bagan Percut yang terletak pada wilayah pesisir dari segi kehidupan sebelum munculnya

wisata kuliner Desa Bagan masih belum mengalami perkembangan dan belum mengikuti

perkembangan jaman karena belum masuknya faktor pendorong yang membawa masyarakat

suatu perubahan. Setiap manusia cenderung ingin melakukan suatu perubahan apabila jika

ada kesempatan dan keadaan yang memadai. Dengan demikian, apabila adanya suatu

keadaan dan kesempatan yang tepat maka akan ada tindakan bagi seseorang tersebut untuk

(3)

masing-masing, dimana pun berada dan siapa pun individual tersebut akan mengalami suatu

perubahan. Desa Bagan Percut merupakan Desa pesisir yang lebih familiar jauh dari suatu

perkembangan, namun berbeda dengan Desa Bagan Percut yang munculnya keberadaan

wisata kuliner dan menjadi Desa wisata kuliner. Dengan demikian, setelah adanya wisata

kuliner di Desa Bagan Percut dapat mengalami perubahan sosial bagi masyarakat terkait

wisata kuliner dan aktivitasnya dapat menjadi faktor utama terjadinya suatu perubahan sosial.

Munculnya wisata kuliner di Desa Bagan Percut yang didirikan oleh pelaku bisnis

serta dibantu dan dikembangkan oleh masyarakat sekitar. Dengan demikian, dari tindakan

masyarakat dalam membantu mendirikan wisata di daerahnya merupakan suatu usaha

masyarakat dalam mencapai suatu perubahan di hidupnya. Setiap makhluk sosial akan

mengalami suatu perubahan sosial terutama dengan keberadaan wisata kuliner maka adanya

aktivitas wisata yang melibatkan masyarakat. Aktivitas wisata yang kegiatanya disentuh oleh

masyarakat akan mengalami suatu perubahan sosial di Desa Bagan Percut selain dari

perubahan pada jenis pekerjaan yang dahulunya berfokus pada mata pencarian nelayan dan

pedagang kini beralih menjadi suatu kegiatan baru di Desa Bagan Percut karena adanya

lapangan pekerjaan dalam aktivitas wisata kuliner. Semua orang menyadari bahwa

masyarakat hidup dan bekerja dalam suatu lingkungan senantiasa mengalamai

perubahan sosial. Perubahan di suatu bidang secara langsung akan mengakibatkan

perubahan di bidang lain. Perubahan dalam suatu pembangunan akan dapat

mempengaruhi dan mengubah sikap, nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Nilai-nilai

yang selama ini menjadi pedoman mulai mengalami benturan yang diakibatkan masuknya

pengaruh nilai dari luar. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekanto (1990) bahwa, setiap

masyarakat dalam hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan itu dapat mengenai

nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola prilaku, susunan lembaga kemasyarakatan,

(4)

lainnya. Wisata kuliner memiliki pengunjung yang pesat dari kalangan etnis yang

berbeda-beda maka cenderung akan berkontak langsung dengan masyarakat Desa Bagan Percut yang

mayoritas etnis Melayu. Hogg (2004) mengungkapkan bahwasanya ketika sekelompok atau

seseorang memasuki suatu lingkungan dan suatu budaya tidak mungkin baginya menghindari

kontak dengan anggota dari suatu lingkungan tersebut. Kontak ini akan menghasilkan

perubahan sosial dalam perilaku dan gaya hidup masyarakat sekitar yang penyebabnya

berawal dari keberadaan wisata kuliner di Desa Bagan Percut. Masyarakat Kota tidak terlepas

dari adanya suatu gaya hidup, para pelaku wisata yang mendatangkan wisata kuliner sudah

menjadi suatu gaya hidup bahwasanya mereka cenderung memikirkan makan bukan suatu

kebutuhan melainkan suatu gaya, yang tempat trand dan viral akan dikunjungi. Gaya hidup

juga sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan teknologi. Semakin

berkembangnya zaman dan semakin canggihnya teknologi, maka semakin berkembang luas

pula penerapan gaya hidup oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam arti lain,

masyarakat sekitar Bagan Percut dengan keberadaan wisata kuliner tentunya mengalami

suatu perubahan pada gaya hidupnya.

Setiap individu mengalami suatu perubahan yang berbeda-beda bentuknya dan di

dalam masyarakat yang terkait dalam wisata kuliner yang memiliki beragam latar belakang

yang berbeda tentunya akan membawa perubahan sosial. Hal yang senada menurut Bell

(2002) mengatakan bahwa suatu lingkungan dengan beragam latar belakang yang berbeda

bisa merubah sikap, nilai dan perilaku yang berbeda pula. Desa Bagan Percut memiliki

tempat wisata kuliner yang tidak sedikit, lokasi wisata kuliner tersebut juga tidak jauh dari

pemukiman penduduk sehingga dapat berkontak langsung antara masyarakat ataupun

(5)

Adapun 5 tempat wisata kuliner di Desa Bagan Percut yaitu :

1. Rumah Makan Ibu Rabu

2. Rumah Makan Aceh Timur

3. Rumah Makan Cahaya Putri

4. Rumah Makan Terapung

5. Warung Mamak

Wisata kuliner Desa Bagan Percut terkenal dari setiap kalangan karena wisata

kuliner Bagan Percut sangat cocok untuk menjadikan tempat perkumpulan keluarga, reunian

dan lainya. Pengunjung wisata kuliner Bagan Percut dominan berasal dari daerah Kota

Medan, mulai dari berbagai suku hingga etnis Tionghoa dapat menikmati wisata kuliner

dengan ciri khas seafood. Wisata kuliner Bagan Percut memiliki keunikan wisata tersendiri

dari wisata kuliner biasanya, masyarakat Desa Bagan Percut yang dominan berfrofesi sebagai

nelayan juga ikut terlibat dalam aktivitas wisata kuliner dan juga terdapat tempat pelelangan

ikan (TPI) yang menjadi mudah untuk para nelayan mengkontribusikan hasilnya kepada

pedagang tempat pelelangan ikan (TPI) sehingga menjadi aset terjalanya wisata kuliner dan

memiliki daya tarik tersendiri bagi wisata kuliner Bagan Percut. Pasalnya, biasanya wisata

kuliner kerap kosumsi makanan dari pihak restoran akan tetapi, yang menjadi unik wisata

kuliner Bagan Percut ini pengujung dapat membeli bahan-bahan hasil tangkapan nelayan

yang di dagangkan oleh TPI seperti jenis-jenis hasil laut. Setelah itu, pengunjung dapat

menaiki perahu boat dan menyebrang ke restoran lalu pihak restoran menerima jasa masak

dari hasil pembelian bahan-bahan yang sudah dibeli oleh pengunjung. Jadi, terlibatnya dari

berbagai profesi di Bagan Percut maka hubungan masyarakat yang terlibat saling keterkaitan

(6)

yang mengalami perubahan sosial, namun masyarakat yang tidak ikut terlibat dapat

mempengaruhi suatu perubahan sosial.

Hal yang senada menurut penelitian Nugraha (2014) dengan judul “Perubahan Sosial

Dalam Perkembangan Pariwisata Desa Cibodas” menyimpulkan bahwa masyarakat

menerima suatu perkembangan pariwisata sehingga menjadi faktor yang mempengaruhi

terjadinya perubahan sosial. Dengan demikian, akibat pariwisata muncul berbagai perubahan

sosial seperi dengan adanya kegiatan wisata maka perbedaan kelas kerap akan terjadi antara

yang paling mendapatkan keuntungan dengan mendapatkan kerugian dan munculnya

kesenjangan sosial sehingga menimbulkan konflik antara masyarakat, setelah itu

perkembangan pariwisata dapat merubah sifat masyarakat lebih individualis dan melemahnya

nilai-nilai sosial. Jadi berdasarkan penenlitian terdahulu bahwasanya wisata dapat menjadi

faktor terjadinya perubahan sosial, namun setiap perubahan sosial yang ditimbulkan tidaklah

sama melainkan berbeda terkait wisatanya dan anggota-anggota masyarakatnya.

Oleh karena itu dengan berdirinya wisata kuliner Desa Bagan Percut dapat

menimbulkan perubahan sosial pada masyarakat sekitarnya. Dari beberapa uraian di atas

maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang wisata kuliner dan perubahan

(7)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti membuat rumusan masalah:

Perubahan sosial apa yang terjadi di Desa Bagan Percut terkait keberadaan wisata kuliner?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui Perubahan sosial apa yang terjadi di Desa Bagan Percut Ujung terkait

keberadaan wisata kuliner.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan,

khususnya dalam bidang ilmu Sosiologi Pariwisata yang berkaitan mengenai wisata

kuliner dan perubahan sosial.

b. Untuk menambah referensi hasil penelitian dan juga dijadikan sebagai bahan rujukan

penelitian bagi mahasiswa/i ilmu sosial khususnya sosiologi.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada Dinas Pariwisata Kabupaten

Deli Serdang bahwa wisata kuliner di Desa Bagan Percut memiliki potensi wisata

yang baik untuk dikembangkan.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukkan dan menelaah masyarakat dalam

(8)

1.5 Definisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk

mempermudah dan memfokuskan penelitian. Tujuannya untuk merumuskan istilah-istilah

yang digunakan secara mendasar agar adanya suatu persamaan presepsi dan untuk

menghindari perbedaan-perbedaan dalam pengertian.

Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Wisata Kuliner adalah suatu perjalanan yang di dalamnya meliputi kegiatan

mengonsumsi makanan lokal dari suatu daerah; perjalanan dengan tujuan utamanya

adalah menikmati makanan dan minuman serta mengunjungi kegiatan suatu kuliner.

2. Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada masyarakat Desa Bagan Percut

terkait keberadaan wisata kuliner. Perubahan sosial tersebut seperti perubahan pada

sistem sosial, perubahan pola perilaku, kemunculan organisasi serta gaya hidup.

3. Desa Bagan Percut adalah suatu daerah administratif yang didalamnya terdapat

sekumpulan anggota-anggota masyarakat yang mengalami suatu perubahan sosial

terkait keberadaan wisata kuliner Desa Bagan Percut.

4. Sistem sosial adalah suatu sistem dari pada tindakan-tindakan. la terbentuk dari

interaksi sosial yang terjadi di antara berbagai individu, tumbuh dan berkembang

tidak secara kebetulan, melainkan tumbuh dan berkembang di atas standar penilaiaan

umum masyarakat. Sistem Sosial adalah sistem bermasyarakat itu sendiri.

5. Pola perilaku adalah menggambarkan perilaku terkait keberadaan wisata kuliner yang

ditunjukkan oleh individu dalam masyarakat, yang pada dasarnya sebagai respons

(9)

6. Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat yang

beranggotakan dua orang lebih dan didirikan untuk mencapai tujuan bersama atau satu

set tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

7. Gaya hidup adalah pola kehidupan seseorang yang di ekspresikan dalam aktivitas,

minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam

Referensi

Dokumen terkait

PREFEITURA MUNICIPAL DE PORTEIRINHA/MG - Aviso de Licitação - Pregão Presencial para Registro de Preços nº.. Advá Mendes Silva

dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1 Struktur Organisasi Manajemen Coca-Cola Amatil Indonesia. 3.5.1 Job description Coca Cola Amatil Indonesia A.. 2) Menjalin hubungan baik

Permasalahan awal (pra tindakan) yang dihadapi dalam pembelajaran Matematika konsep operasi hitung perkalian dan pembagian adalah: (1) Kriteria Ketuntasan

Lampiran2 : Struktur Organisasi Departmen Quality Assurance... Lampiran4 :

fee audit merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi karena tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, ukuran perusahaan klien, kompleksitas jasa audit

Selain itu, dalam penelitian ini memungkinkan dosen mengunggah materi maupun soal dan sebagainya secara utuh dengan pengaturan bahwa materi-materi tersebut dapat

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kesehatan yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyusun Laporan Praktek Kerja dan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan

Alasan informan bersalin di rumah karena kenyamanan dan kebiasaan keluarga yang sudah berlangsung, merasa kurang nyaman dan tidak praktis melahirkan di fasilitas