PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat dalam sebuah sistem sosial selalu mengalami perubahan, mulai dari hal yang sederhana hingga hal yang lebih kompleks telah mampu
memberikan pengaruh yang besar bagi aktivitas atau perilaku manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat pada dasarnya merupakan
suatu proses yang terus menerus, hal ini menunjukkan bahwa setiap masyarakat akan menuju kehidupan yang semakin kompleks.
Soemardjan dalam (Nanang, 2011), menyebutkan bahwa perubahan sosial
yang terjadi meliputi segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Selain itu, perubahan tersebut juga terjadi pada
aspek sosial, ekonomi, politik dan budaya. Tidak dipungkiri perubahan sosial tidak terlepas dari globalisasi yang berarti dunia tanpa batas, realitas dunia semakin kecil, dunia menjadi sebuah desa global dimana segala macam informasi,
modal, dan kebudayaan bergerak dengan cepat tanpa halangan batas-batas kedaulatan (Kushendrawati, 2006).
Bukti terjadinya perubahan tersebut yaitu adanya transformasi ideologi pasar ekonomi global. Adapun penetrasi paham ekonomi global antara lain Sistem Ekonomi Liberal-Kapitalis. Sistem Ekonomi Liberal-Kapitalis adalah sebuah
untuk melakukan kegiatan terbaik bagi kepentingan individu atau sumber daya
ekonomi atau faktor produksi. Menurut Karl Marx, kapitalisme adalah sistem
ekonomi dimana sejumlah besar pekerja, yang hanya memiliki sedikit hak milik, memproduksi komoditas-komoditas demi keuntungan sejumlah kecil kapitalis yang memiliki hal-hal berikut : komoditas-komoditas, alat-alat produksi, dan
bahkan waktu kerja para pekerja karena mereka membeli para pekerja tersebut melalui gaji (Ritzer, 2005).
Terjadinya penetrasi ideologi kapitalisme membentuk kebijakan pasar terbuka atau pasar bebas (Free Trade Market) yang diagung-agungkan negara barat dengan membangun jargon baru bagi politisi di negara berkembang untuk
memperluas pasar kapitalisme barat. Sistem kapitalisme yang diawali dengan semangat globalisasi dan liberalisasi tersebut dipandang sebagai cara terbaik dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia, sehingga diyakini dan secara
sistematis disosialisasikan serta dikendalikan oleh asosiasi IMF, Bank Dunia, dan GATT (General Agreement On Tariffs and Trade) yang didirikan pada tahun
1947 di Jenewa, Swiss. Pada Januari 1995 berubah menjadi (WTO) World Trade Organization (Gayatri, 2008).
Liberalisasi tersebut bermula pada saat Indonesia mengalami krisis
moneter tahun 1997/1998 yang mengharuskan diterapkannya segala program
liberalisasi. Hal tersebut berujung pada ditandatanganinya letter of intent dengan IMF yang memberikan peluang bagi investasi asing untuk masuk ke Indonesia (Tarmidi, 1998). Hal tersebut menjadi awal perkembangan perekonomian di
peritel-peritel asing atau pasar modern mulai berdatangan dan meramaikan
investasi pasar seperti: Hypermarket, Supermarket dan Minimarket. Beberapa
diantaranya adalah Giant (Malaysia), Continent (Jerman), Lotte Mart (Korea Selatan), Sun Plaza (Rumania), Carrefour (Prancis), Walmart (Amerika Serikat), Yaohan (Jepang), Lotus (Spanyol), Mark dan Spencer (Inggris), Sogo (Jepang),
Makro (Belanda), Seven Eleven (Amerika Serikat), dan Circle K (Amerika Serikat). Begitu juga dengan pengusaha lokal yang membangun usaha minimarket
seperti Indomaret, alfamart, alfa midi, alfa express, Post-Shop, dan lainya (Soliha, 2008).
Berdasarkan studi yang dilakukan Francorp (dalam Rakhmadani, 2008),
suatu perusahaan konsultan waralaba terbesar dari Amerika Serikat, Indonesia memiliki potensi dan prospek sangat baik dalam pertumbuhan bisnis waralaba (Rakhmadani, 2008). Salah satu jenis waralaba yang tren pada masa kini adalah
waralaba Indomaret. Seperti halnya di Taiwan, Franchise Seven Eleven memiliki persamaan jaringan kerja dengan Franchise Indomaret yang menjamur di
Indonesia. Hal tersebut ditandai dengan perkembangan usaha ritel di Indonesia yang semakin menjamur di mana-mana, hal ini disebabkan oleh adanya keinginan pemilik franchise untuk meluaskan usahanya dan memperoleh keuntungan yang
maksimal sehingga berdirilah Indomaret di seluruh penjuru daerah.
Perkembangan ini membuat konsumen dimanjakan dengan berbagai pilihan dalam berbelanja. Memang tidak bisa dipungkiri Indomaret telah membangun suatu tuntutan dan konsekuensi gaya hidup dalam masyarakat.
Indonesia Market Ritel tersebut akrab disebut dengan singkatan Indomaret.
Perusahaan ritel ini menawarkan konsep kerjasama bisnis dalam bentuk waralaba,
sehingga setiap orang yang berminat untuk berbisnis dibidang penyediaan barang-barang ritel dimungkinkan memperoleh lisensi kepemilikan toko Indomaret. Indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok
dan kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan kurang dari 200 m2. Indomaret juga merupakan salah satu jenis waralaba yang sangat diminati oleh pelaku usaha
retail minimarket sehingga terus menambah gerai diberbagai kawasan perumahan, perkantoran, niaga, wisata dan apartemen.
Di Indonesia, Indomaret pertama kali berdiri pada tahun 1988. Untuk
memaksimalkan keuntungan, maka pelaku bisnis menyusun strategi pemasaran dengan mengembangkan jaringan Indomaret melalui sistem bisnis waralaba pada tahun 1997. Pada awal tahun 2014, jumlah Indomaret meningkat drastis hingga
mencapai 10.600 gerai. Dari total itu 60% gerai adalah milik sendiri dan sisanya 40% gerai waralaba milik masyarakat, yang tersebar di kota-kota Jabodetabek,
Sumatera, Jawa, Madura, Bali, Lombok, Kalimantan, Medan dan Sulawesi. Secara khusus di Kota Medan jumlah Indomaret tahun 2015 terdapat 368 gerai (Data dari Staff Officer Distribution Center PT Indomarco Prismatama, 21 April
2015).
Sumber : www.indomaret.co.id
Hal ini membuktikan Indomaret berhasil dalam meningkatkan jaringan
dengan melakukan penetrasi pasar hingga ke pelosok daerah. Waralaba yang bermotto mudah dan hemat tersebut mendapat penghargaan selaku perusahaan waralaba unggul pada tahun 2003. Hal ini merupakan yang pertama kali diberikan
kepada perusahaan mini market di Indonesia dan sampai saat ini hanya Indomaret
yang menerimanya (http://profil.merdeka.com/indonesia/i/indomaret/).
Visi Indomaret adalah menjadi asset nasional dalam bentuk jaringan ritel waralaba yang unggul dalam persaingan global. Dalam bekerja menjunjung tinggi
nilai kejujuran, kebenaran, keadilan, kerjasama tim, kemajuan melalui inovasi yang ekonomis, dan kepuasan pelanggan Indomaret. Indomaret dengan kekuatan
modal yang dimiliki lebih leluasa untuk meningkatkan eksistensi serta ekspansi dirinya keberbagai wilayah. Modal jaringan yang melandasi aktivitas dengan bekerjasama dengan owner, penjaga toko, dan keseluruhan struktur organisasi
yang terdapat di dalamnya saling berhubungan Indomaret satu dengan yang lain. Selain itu, didukung dengan jaringan kerjasama dengan berbagai pemasok dapat
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tahun 1997 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah Gerai 230 2167 3039 3892 4955 5482 7100 8800 10600
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
mempercepat akumulasi modal. Ini merupakan strategi andalan Indomaret dalam
memperluas jaringan.
Ekspansi besar-besaran pasar modern ke berbagai daerah telah menghadapkan pasar pedagang kecil pada persaingan terbuka yang keras. Saat ini jaringan peritel modern telah memukul mundur pedagang tradisional. Peritel
modern menguasai pasar hampir seluruh daerah Indonesia, mulai tingkat provinsi hingga dusun-dusun. Persaingan menjadi tidak seimbang karena perbedaan modal
antara pedagang eceran dengan peritel modern. Modal para pedagang eceran umumnya berasal dari individu dan kecil. Sedangkan modal para peritel modern besar dan menggunakan sistem jaringan. Sistem jejaring inilah yang membuat
para peritel modern kembali diuntungkan dari segi harga. Jejaring yang dibangun antara pemasok (suplier) dengan pihak Indomaret dapat mempermudah dan meningkatkan keuntungan bagi pihak Indomaret, akan tetapi disisi lain dapat
menimbulkan keresahan sosial bagi sejumlah besar pedagang eceran.
Perkembangan persaingan bisnis ritel di Kota Medan semakin hari,
semakin tampak tidak sehat. Pemerintah cenderung mengobral ijin terhadap pemain ekonomi besar hingga akhirnya iklim usaha berlaku hukum rimba. Siapa yang kuat maka ialah yang menjadi pemenang. Sesuai realitanya, bisnis usaha
kecil maupun kelontong tampak mengalami marginalisasi bahkan kalah bersaing.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian AC Nielson tahun 2006 menunjukkan jumlah pertumbuhan pasar modern mencapai 31,4 % sementara pertumbuhan pasar tradisional minus 8,1 % setiap tahunnya. Dengan adanya minimarket,
akan segera gulung tikar(http://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/program/sekolahpas
ar/diakses pada 3 November 2014 pukul 08.00 WIB).
Realitas pertumbuhan ritel Indomaret seperti deret ukur yang dulu terpusat pada kota besar, kini telah merambah keberbagai daerah seperti di Kelurahan Padang Bulan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan pada
Desember 2013, menyatakan Padang Bulan sebagai daerah kelurahan yang luas wilayahnya 168 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 9.179 jiwa. Hal ini sudah
tentu mengalami berbagai perkembangan sosial budaya dan ekonomi masyarakat setempat maupun imigran seperti mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah. Untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat yang kompleks, maka Indomaret
sebagai solusi tepat yang memberi layanan setiap saat. Hal ini dapat mengganti posisi toko-toko kelontong atau warung-warung yang jam operasionalnya terbatas.
Masuknya Indomaret di Kelurahan Padang Bulan Medan pertama kali tahun 2008. Saat ini jumlah Indomaret yang terdapat didaerah ini sebanyak empat
gerai. Dari segi jarak antara satu Indomaret dengan yang lain banyak berdekatan. Hal ini sangat berdampak terhadap para pedagang kecil yang dari historisnya sudah ada lebih dahulu. Ditempat peneliti melakukan riset terdapat beberapa
Indomaret yang berdekatan dengan kelontong dan warung eceran kecil. Kondisi
ini menyebabkan banyak konsumen yang beralih untuk berbelanja digerai Indomaret, padahal sebelum berdirinya gerai tersebut konsumen berbelanja pada pedagang eceran atau kelontong. Seperti halnya berdasarkan hasil praobservasi
Indomaret, masyarakat selalu berbelanja kebutuhan sehari-hari di warung
kelontong maupun grosir.
Kondisi ini sangat memprihatinkan, yang mana semakin tampaknya persaingan dan kesenjangan yang begitu tajam secara eksplisit menguntungkan pihak Indomaret. Hal itu dikarenakan dari segi manajemen pengelolaan,
permodalan dan berbagai kualitas pelayanan maupun produk yang lebih rendah. Sehingga pilihan masyarakat dalam hal berbelanja beralih ke Indomaret (Lufti,
2008).
Hal yang sangat berbeda dengan Indomaret yang menjual produk terstandarisasi, terdapat manajemen pengelolaan, pelayanan dan kebersihan yang
sangat diperhatikan. Ditambah lagi dengan beragam inovasi yang menarik animo perhatian konsumen, dengan memberikan layanan pulsa, promo yang ditawarkan menggiurkan konsumen, ruangan ber-AC, harga yang terjangkau, siap melayani
konsumen kapan saja karena buka 24 jam, adanya layanan pesan-antar-ambil dari Indomaret, Indomaret Card, ATM Indomaret, JackCard Indomaret dan Western
Union. Pola strategi pemasaran dengan pemanfaatan aspek ruang dan waktu secara sinergis tersebut menjadi daya tarik utama konsumen untuk berbelanja di Indomaret. Selain itu, pola distribusi produk yang praktis karena didukung oleh 13
pusat distribusi dengan menggunakan teknologi mutakhir. Ditambah keberadaan
Indomaret diperkuat oleh anak perusahaan di bawah bendera grup Intraco, yaitu Indogrosir dan BSD Plaza (indomaret.co.id).
Begitupun saat ini belum ada tindakan pemerintah daerah untuk
kondisi ini. Bahkan menghapus Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011
mengenai zonasi dalam mendirikan minimarket. Adapun substansi regulasi
tersebut mengatur jarak minimal 500 meter dari minimarket sebelunya. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan berakibat buruk terhadap persaingan usaha, yang paling buruk adalah bisa saja pedagang kecil dan grosir sampai gulung tikar
dikarenakan omzet yang setiap harinya menurun diakibatkan oleh kondisi ini sehingga tidak mampu lagi untuk memutar modalnya.
Sepertihalnya observasi yang peneliti lakukan dari sepanjang Simpang Pembangunan sampai pasar I Padang Bulan yaitu perbatasan dengan Kelurahan Titi Rantai terdapat beberapa pedagang eceran yang sepi pengunjung bahkan
nyaris tutup. Hal ini diasumsikan karena ketidakmampuan dan ketidaksiapan pedagang dalam menghadapi persaingan Indomaret. Hal ini ditandai dengan jarak warung eceran dengan Indomaret tersebut kurang lebih 10 meter dari Indomaret
dan bahkan ada yang berjarak hanya dibatasi tembok.
Temuan ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Lufti
(2008) dengan judul “Dampak Keberadaan Indomaret Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Pedagang Pasar Tradisional Dikelurahan Terjun Kecamatan Medan
Marelan”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ditempat peneliti riset
terdapat empat gerai Indomaret yang jaraknya sangat berdekatan dengan pedagang
grosir maupun dengan Indomaret sendiri. Kemunculan gerai ini memberikan dampak negatif terhadap pedagang yang produknya sama dengan Indomaret. Hal ini disebabkan minat konsumen lebih nyaman belanja di Indomaret, selain tempat
pokok rumah tangga. Permasalahan lain terkait dengan pasokan produk Indomaret
selalu ada, tidak tergantung pada modal usaha. Berbeda halnya dengan pedagang
grosiran yang harus memikirkan pasokan barng-barang yang dijual setiap bulannya, jikalau modal tidak ada, maka persediaan barang terputus. Hal tersebut diatas membuat terpuruknya omset pedagang grosir yang hanya melayani
konsumen secara konvensional.
Selain itu, penelitian lain yang terkait dengan penelitian ini juga dilakukan
oleh Fadhilah (2011) yang mengkaji tentang “Dampak Minimarket Terhadap
Pasar Tradisional” penelitian ini dilakukan pada Pasar Ngaliyah di kota
Semarang. Persaingan bebas yang menghalalkan segala cara pun dilakukan,
minimarket disekitar tidak memberi peluang pada pasar tradisional dalam kemitraan usaha. Praktek monopolipun digunakan, dimana pusat kontrol pasokan (supply) barang atau jasa dipegang oleh peritel besar seperti minimarket sekitar.
Mereka yang mengontrol pasokan barang menetapkan harga yang menguntungkan baginya, tetapi sebaliknya dengan para pedagang tradisional mengalami
penurunan omset. Hal ini didasari ketidakmampuan Pasar Tadisional Ngaliyah bersaingan dengan harga pasar modern sekitar karena rantai distribusi produk yang sangat panjang dibandingkan dengan pasar modern sehingga dalam
membuat harga sedikit lebih mahal dibandingkan dengan harga pasar modern.
Dari sebanyak 71 pedagang kelontong, 37 pedagang (52,11%) mengalami penurunan pendapatan beras, 52 pedagang (73,23%) mengalami penurunan pendapatan penjualan telur, 44 pedagang (61,97%) mengalami penurunan
penjualan susu, 23 pedagang (32,39%) mengalami penurunan pendapatan
penjualan tepung terigu, 23 pedagang (32,39%) mengalami penurunan pendapatan
penjualan sabun cuci/deterjen. 47 pedagang (66,20%) mengalami penurunan penjualan sabun mandi, 38 pedagang (53,52%) mengalami penurunan pendapatan shampoo, 59 pedagang (83,09%) mengalami penurunan pendapatan pada
penjualan pasta gigi.
Melihat perkembangan bisnis waralaba Indomaret yang semakin merebak
dimana-mana secara eksplisit membangun persaingan ritel modern dengan ritel tradisional, seperti warung eceran maupun kelontong. Hal ini mengindikasikan struktur jaringan ekonomi baru yang secara langsung telah meningkatkan
kemiskinan dan ketidakadilan sosial yang pada akhirnya menyebabkan kebangkrutan bagi pedagang kecil. Oleh sebab itu, masalah ini perlu untuk diteliti, sehingga penulis ingin meneliti lebih jauh tentang “Dampak jejaring Indomaret
terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang eceran” studi korelasi di Kelurahan
Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu menganalisis jaringan Indomaret dengan menggunakan perspektif sosiologi. Penelitian ini menguraikan bagaimana jejaring Indomaret secara internal maupun eksternal
sehingga berdampak negatif terhadap pedagang eceran. Selain itu, penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif kemudian untuk mengelaborasi data tersebut peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap beberapa pihak yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Artinya peneliti tidak hanya
eceran, akan tetapi penelitian ini juga menguraikan proses jaringan Indomaret
yang mengakibatkan keresahan sosial bagi pedagang tersebut.
1.2Perumusan Masalah
Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan
topik ataupun judul penelitian yang akan dijawab dan mencari jalan pemecahannya. Selain itu, batasan permasalahan ini mengarahkan peneliti agar
terfokus dan tidak lari dari jalur yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana dampak jejaring Indomaret terhadap
kondisi sosial ekonomi pedagang eceran?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak jejaring Indomaret terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang eceran.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah
bagi mahasiswa khususnya mahasiswa Sosiologi dalam matakuliah sosiologi ekonomi, serta dapat menambah referensi dari hasil penelitian
b. Manfaat Praktis
Secara praktis rangkaian kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Menambah wawasan dan kemampuan berpikir kritis dalam menganalisis permasalahan sosiologis dan menyusun karya tulis
ilmiah.
2. Hasil penelitian ini dapat berguna bagi instansi pemerintah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara serta Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk melakukan penegakan hukum secara lebih tegas dalam memberikan izin pendirian Indomaret.
Di samping itu, mendorong PT INDOMARCO PRISMATAMA supaya memperhatikan keadilan bagi pedagang eceran di sekelilingnya
dalam mendirikan gerai Indomaret. Serta, menjadi sumber referensi bagi peneliti lain yang memerlukan data dan informasi mengenai dampak jejaring Indomaret terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang
kecil lainnya.
1.5Hipotesis
Hipotesis merupakan prosisi yang akan diuji keberlakuannya, atau merupakan salah satu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, (Prasetyo,
2005). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis dua arah yaitu hipotesis alternatif dan hipotesis Nol. Hipotesis alternatif (Ha) terbukti
1. Ha :Terdapat dampak jejaring Indomaret terhadap kondisi
sosial ekonomi pedagang eceran di Kelurahan Padang
Bulan, Medan.
2. Ho :Tidak ada dampak jejaring Indomaret terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang eceran di
Kelurahan Padang Bulan, Medan.
1.6 Definisi Konsep
Konsep adalah suatu hasil pemaknaan didalam intelektual manusia yang merujuk pada kenyataan ke dalam empiris, dan bukan merupakan refleksi sempurna. Dalam sosiologis, konsep menegaskan dan menetapkan apa yang akan
diobservasi (Suyanto, 2005). Definisi konsep yang digunakan sebagai konteks penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. (Siregar, 2011) mendefinisikan dampak adalah suatu kondisi yang timbul akibat tindakan-tindakan yang dilakukan apakah berakibat positif atau negatif. Dampak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu kondisi yang timbul
akibat kehadiran Indomaret terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang eceran atau kelontong di Kelurahan Padang Bulan, Medan.
2. Konsep jaringan yang dimaksud peneliti adalah hubungan antar simpul (orang
atau kelompok) yaitu Indomaret melalui media hubungan sosial dengan
menjalin kerjasama. Dalam hubungan tersebut diikat oleh kepercayaan dan dipelihara atau dipertahankan oleh nilai-nilai dan norma yang mengikatnya. Jaringan dalam hal ini kegiatan usaha Indomaret melalui satu kesatuan dalam
Waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk
memanfaatkan dan menjual produk berupa barang atau jasa dengan
memanfaatkan merek dagang franchisor (pemberi waralaba) di mana pihak franchisee (penerima waralaba) berkewajiban untuk mengikuti metode dan tata cara atau prosedur yang telah ditetapkan oleh pemberi waralaba. Dalam
penelitian ini waralaba indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas
jangkauan kurang dari 200 m2. Dikelola oleh PT. Indomarco Prismatama, cikal bakal pembukaan Indomaret di Kalimantan dan toko pertama dibangun tahun 1987 di Ancol, Jakarta Utara (http://id.wikipedia.org/wiki/indomaret).
4. Kapitalisme (Ritzer, 2005) adalah sistem ekonomi di mana sejumlah besar pekerja, yang hanya memiliki sedikit hak milik, memproduksi komoditas-komoditas demi keuntungan sejumlah kecil kapitalis yang memiliki hal-hal
berikut : komoditas-komoditas, alat-alat produksi, dan bahkan waktu kerja para pekerja karena mereka membeli para pekerja tersebut melalui gaji. Dalam
penelitian ini kaum kapitalis sebagai pemilik modal dapat melakukan ekspansi waralaba modal dengan tujuan mengakumulasikan modal untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya.
5. Pedagang eceran adalah pedagang yang menjual produk langsung kepada
konsumen (Damsar, 2011).
6. Usaha Eceran menurut Kotler dan Amstrong (2003) adalah kegiatan yang menyangkut penjualan barang dan jasa secara langsung kepada konsumen
kepada konsumen, dengan kata lain merupakan tahap akhir dari saluran
distribusi yang menyampaikan produk langsung kepada konsumen ak hir.
Adapun beberapa contoh barang dagangan yang dijual seperti minumam, makanan, permen, rokok, perlengkapan mandi, kebutuhan sembako, dan lain-lain.
7. Warung kelontong yaitu usaha dagang yang bersifat tradisional atau konvensional dimana pembeli tidak bisa mengambil barangnya sendiri, karena
rak toko yang belum modern dan menjadi pembatas antara penjual dan pembeli. Dari segi variasi produk yang dipasarkan lebih banyak dari warung eceran, karena warung kelontong juga menjual barang basah dan barang
kering.
8. Persaingan adalah dalam hal ini muncul antara waralaba Indomaret yang memiliki cara-cara tersendiri yang lebih kreatif dan inovatif serta lebih unggul
dari pedagang eceran maupun kelontong.
9. Sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenu han
kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, tingkat pendapatan, mata pencaharian, dan lain-lain. Sosial ekonomi pedagang eceran dapat diterjemahkan dalam beberapa indikator, yaitu :
a. Pendapatan, yaitu perolehan barang atau uang yang diterima atau
dihasilkan melalui penjualan barang.
b. Jenis pekerjaan, yaitu kedudukan (posisi) yang memiliki persamaan dengan kewajiban atau tugas-tugas pokoknya.
d. Pendidikan, yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan.
e. Investasi atau tabungan pedagang adalah menyimpan sebagian pendapatan seseorang yang tidak dibelanjakan sebagai cadangan yang
dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan. Karena pada dasarnya, kita semua memiliki tujuan dan impian yang lebih baik di masa depan.
f. Sandang, yaitu suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia, dengan adanya pakaian kita bisa mengahindai dari terik matahari atau dari kedinginan dan menjadikan indah bila dikenakan.
g. Pangan, yaitu jenis makanan yang dikonsumsi oleh pedagang eceran maupun kelontong.
h. Interaksi sosial, yaitu sebuah proses sosial yang terjadi akibat dari hukum
pertukaran barang dan jasa.
i. Solidaritas, yaitu integrasi yang ditunjukkan masyarakat atau kelompok
dengan orang atau tetangga mereka. Hal ini mengacu hubungan dalam masyarakat yang saling mengikat satu sama lain.
j. Budaya
Menurut E.B. Taylor dalam (Setiadi, 2010) mengatakan bahwa
budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai
1.7 Operasional Variabel
Defenisi operasionalisasi adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu variabel, sehingga dengan
pengukuran tersebut dapat diketahui indikator-indikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisa dari variabel-variabel tersebut (Singarimbun, 1989). Definisi operasional merupakan gambaran teliti mengenai prosedur yang
diperlukan untuk memasukkan unit-unit dalam kategori tertentu dari tiap-tiap
variabel. Variabel adalah konsep yang secara empiris dapat diukur dan dinilai. Dalam penelitian kuantitatif secara umum terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).
Adapun variabel penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.7.1 Variabel bebas (X) yaitu jejaring Indomaret di Kelurahan Padang Bulan.
Adapun indikator variabel tersebut sebagai berikut : 1. Strategi pemasaran yang ditetapkan Indomaret.
a. Aspek ruang
yaitu untuk memperindah dan mempercantik ruangan sehingga menarik orang untuk memperhatikan atau sekadar melirik tempat tersebut.
Misalnya memperindah bentuk dan warna bangunan, memanfaatkan etalase toko dengan memajangkan barang-barang, terutama keluaran terbaru secara menarik, apik dan menggelitik. Selain itu, untuk membuat
orang betah dan berlama-lama untuk belanja. Ada beberapa aktivitas yang dilakukan berkenaan dengan strategi ini antara lain menyediakan sarana
yang siap membanu calon pembeli yang perlu informasi dan seterusnya
sehingga kegiatan berbelanja dilakukan bukan semata untuk berbelanja
juga sebagai rekreasi. Adapun indikator aspek ruang adalah sebagai berikut:
1.Display barang
2. Nyaman 3. Menarik
4. Lengkap 5. Efisiensi 6. Luas ruko
7. Kebersihan b. Aspek waktu
Pemanfaatan aspek waktu bagi aktor ekonomi dipengaruhi oleh kombinasi asek lain, seperti politik, sosial, budaya, dan lainnya. Hal ini menunjuk pada dimensi persaingan pasar. Misalnya pemanfaatan momen
tertentu seperti menjelang lebaran, natal dan tahun baru untuk dijadikan
masa “pengurangan harga” karena pada momen tersebut orang lagi banyak
mengeluarkan uang untuk membeli sesuatu. Contoh lain adanya
penyimpanan dan penimbunan suatu komoditas merupakan suatu kegiatan
untuk mengantisipasi suatu permintaan. Hal ini dilakukan apabila permintaan naik sedangkan penawaran tetap maka harga akan naik. Adapun indikator aspek waktu adalah sebagai berikut :
3. Harga
4. Diskon
1.7.2 Variabel terikat (Y) yaitu kondisi sosial ekonomi pedagang eceran dan kelontong. Adapun indikator variabel tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pendapatan
Pendapatan atau penghasilan secara umum dapat diartikan sebagai
penerimaan atau jumlah yang didapat dari hasil utama. Sementara definisi
lain yaitu jumlah uang yang diterima oleh pedagang dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan. Dari uraian tersebut disimpulkan dalam kategori sebagai berikut :
1. Pendapatan berupa uang, yaitu :
a) Dari gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja
sampingan, kerja lembur, dan kerja serabutan (outsourching). b) Dari usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha itu sendiri,
komisi dan penjualan kerajinan rumah tangga.
c) Dari hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah.
2. Pendapatan berupa barang, yaitu :
a) Bagian pembayaran upah dan gaji yang dibentukkan dalam beras,
pengobatan, transportasi, perumahan dan rekreasi.
b) Barang yang diproduksi dan dikonsumsi rumah tangga, antara lain pemakaian barang yang diproduksi di rumah, sewa yang harus di
2. Jenis pekerjaan, yaitu pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau
ditugaskan kepada seseorang yang sedang bekerja atau yang sementara
tidak bekerja.
3. Kesehatan, yaitu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
4. Pendidikan
Fungsi pendidikan adalah membantu peserta didik dalam
berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial, dan budaya), utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat tercapai tujuan pendidikan optimal. Kedua mengajarkan tingkah
laku umum dan untuk menyeleksi/mempersiapkan individu untuk peranan-perananan tertentu, sehubungan dengan keterampilan dan keahlian (Tirtahadja dan Sulo, 2005).
5. Tabungan atau investasi
Tabungan adalah menyimpan sebagian pendapatan seseorang yang
tidak dibelanjakan sebagai cadangan yang dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan. Karena pada dasarnya, kita semua memiliki tujuan dan impian yang lebih baik di masa depan. Itu semua dapat terwujud jika
didukung dengan keuangan yang memadai untuk menjalankan aktivitass.
Dalam kehidupan sehari-hari, uang sudah menjadi bagian penting dalam mendukung berbagai aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan tersebut. Dimanapun berada, langsung ataupun tidak langsung,
semua itu bermuara kearah pengeluaran atau pemasukan, maka dari itu
perlu adanya tabungan (http://www.madania.info.htm).
6. Sandang
Pakaian adalah suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia, dengan adanya pakaian kita bisa mengahindai dari terik matahari atau dari
kedinginan dan menjadikan indah bila dikenakan. 7. Pangan
Pangan adalah jenis makanan yang dikonsumsi oleh pedagang eceran maupun kelontong.
8. Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah sebuah proses sosial yang terjadi akibat dari hukum pertukaran barang dan jasa.
9. Solidaritas Sosial
Solidaritas merupakan integrasi yang ditunjukkan masyarakat atau kelompok dengan orang atau tetangga mereka. Hal ini mengacu hubungan
dalam masyarakat yang saling mengikat satu sama lain. 10.Budaya
Menurut E.B. Taylor dalam (Setiadi, 2010) mengatakan bahwa
budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan,
Tabel 1.1
Operasionalisasi Variabel Dampak Jejaring Indomaret terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Eceran
Variabel Indikator Skala Pengukuran