11 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP
IPS adalah mata pelajaran yang terdiri dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta nama mata pelajaran Ilmu Sosial lainnya. Sejak tahun 1970-an istilah IPS di Indonesia mulai muncul sebagai hasil persetujuan dari lembaga-lembaga pendidikan dan secara sah mulai dipakai dalam lembaga-lembaga pendidikan nasional dalam kurikulum 1975, dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada semua tingkat pendidikan mulai dari dasar dan menengah Sapriya (2016: 7).
Menurut Sapriya, (2016: 19) IPS merupakan mata pelajaran sosial “sosial
Studies” yang ada di semua jenjang pendidikan baik dari tingkat sekolah dasar
12
matapelajaran wajib, dalam pelaksanaanya IPS lebih menekankan siswa belajar lingkungan sosial, misalnya adat istiadat daerah, sejarah sebuah tempat, proses terjadinya hujan, dan letak geografis dari sebuah tempat.
Mata pelajaran IPS memakai Pendekatan korelasi untuk Penggolongan materi, artinya materi pelajaran disusun dan dikembangkan berpatokan pada beberapa disiplin ilmu secara khusus kemudian dikaitkan dengan aspek kehidupan nyata peserta didik yang sesuai dengan tingkat perkembangan berfikir, karakteristik atau pengelompokan usia, kebiasaan bersikap dan berperilaku. Adapun tujuan mata pelajaran IPS SMP menurut Supriya (2016:200-201) sebagai berikut:
1) Memahami rancangan yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
2) Mempunyai kecakapan awal untuk berfikir yang masuk akal dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.
3) Mempunyai kesadaran terhadap komitmen, nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4) Mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi, berkompetensi dan bekerja sama dalam masyarakat majemuk ditingkat nasional dan global.
13
menanamkan komitmen pada diri peserta didik sehingga peserta didik mempunyai kesadaran dan kemampuan dalam kehidupan di lingkungan tempat dimana ia tinggal. Penelitian ini dalam penerapannya menggunakan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar yang sesuai digunakan oleh guru dan mengikuti alur pencapaiannya. Untuk itu SK dan KD yang akan peneliti gunakan adalah SK 5, KD 5.1 dan 5.2, berikut peliti paparkan dalam bentuk tabel:
Tabel 2.1 Republik Indonesia dan peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi
5.2 Menjelaskan proses persiapan Kemerdekaan Indonesia
Sumber: BSNP 2.1.2 Motivasi Belajar
14
merupakan suatu usaha pencapaian terhadap tujuan dengan mencoba melangkah dan tetap melangkah ke arah yang dituju. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 80) motivasi dipandang sebagai suatu dorongan yang mengarahkan mental untuk menggerakkan perilaku manusia, termasuk perilaku dalam belajar.
Tujuan tertentu yang diperoleh manusia melalui dorongan berupa energi yang timbul dari diri manusia tersebut untuk melakukan aktivitas tertentu merupakan motivasi menurut Sani (2013:49). Begitu juga dengan pendapat Santrok (2014:165), mengartikan motivasi sebagai proses seseorang dalam mempertahankan perilaku, mengarahkan perilaku dan memberikan energi terhadap perilaku seseorang. McDonal dalam (Sardiman, 2014: 73) menyatakan bahwa motivasi adalah munculnya “feeling”
akibat adanya perubahan energi pada diri individu. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang menciptakan kegiatan belajar dan memberikan tujuan pada kegiatan belajar supaya keinginan yang dimiliki subyek belajar dapat terpenuhi, (Sardirman 2014:75)
15
dimilikinya, usaha seseorang tersebut secara tidak langsung didorong oleh keinginan atau motivasi yang ada pada diri sendiri maupun kelompok.
Motivasi belajar menurut Nashar (2004:42), merupakan pencapaian prestasi atau hasil belajar oleh peserta didik yang didorong melalui kecenderungan peserta didik ketika melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah tujuan yang ingin dicapai oleh subyek belajar melalui kegiatan belajar yang didorong oleh daya penggerak didalam diri siswa (Keke 2008: 4). Sedangkan menurut pendapat Sani (2013:49) Motivasi belajar merupakan sesuatu yang berperan memotivasi siswa atau individu dalam belajar. Tanpa motivasi dalam belajar, seseorang peserta didik tidak dapat mempunyai keinginan untuk belajar dan akhirnya tidak akan mencapai keberhasilan dalam belajar. Pengaruh dari motivasi belajar sangat penting bagi kecercapaianya hasil belajar, karena peserta didik tidak akan mampu mencapai hasil yang baik jika keinginan atau dorongan yang membantu untuk semangat belajar tidak ada.
16
peserta didik, ketertarikan dalam belajar dan dorongan yang dimiliki oleh peserta didik. Memberikan motivasi belajar bukan sekedar mendorong dengan paksaan atau memerintah peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar dengan baik, namun merupakan upaya yang dibentuk dengan rasa atau ajakan yang membuat keinnginan dalam diri peserta didik untuk belajar itu terbangun.
Santrok (2014: 169) membagi motivasi menjadi 2 jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Dimana motivasi intrinsik merupakan motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai minat sendiri (tujuan itu sendiri), sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari pengaruh luar diri seseorang untuk melakukan sesuatu yang lain (sarana untuk mencapai tujuan). Sardiman (2014:89-91) mengartikan motivasi intrinsik sebagai gejala-gelaja yang menjadikan aktif atau mempunyai fungsi tidak perlu adanya pengaruh dari luar, karena sudah ada sesuatu yang mendorong dari dalam diri setiap manusia untuk melakukan kegiatan. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu gejala-gelaja aktif yang bertujuan dan mempunyai fungsi karena adanya rangsangan dari luar.
17
berdasarkan tujuan yang ingin dicapainya. Misalnya seorang peserta didik belajar dengan giat untuk mendapatkan nilai yang bagus.
Jenis-jenis motivasi tersebut, mempuyai masing masing fungsi, dimana dalam motivasi intrinsik seseorang melakukan sesuatu berdasarkan tujuannya tanpa rangsangan dari luar. Sedangkan motivasi entrinsik didorong oleh pengaruh luar, jadi tujuan dilakukannya agar mendapat tujuan lainnya juga. Namun pada intinya motivasi tergantung pada tujuan yang ingin dicapai, apakah tujuan itu baik atau tidak, motivasi akan baik kalau tujuan yang diharapkan baik dan sebaliknya.
18
menentukannya ingin menggunakan strategi yang seperti apa untuk perkembangan motivasi belajar dari peserta didik tersebut.
2.1.3 Hasil Belajar
Dimyati dan Mujiono (2009: 3) mengatakan bahwa Hasil belajar sebagai sebuah interaksi kegiatan pembelajaran antara guru dan peserta didik. Sedangkan Suprihatiningrum (2014: 37) mendefinisikan hasil belajar sebagai penampilan siswa (leaner’s performance) yang diperoleh melalui kemampuan siswa sebagai akibat perbuatan belajar. Definisi-definisi tersebut dapat di ambil simpulan mengenai hasil belajar, yang merupakan tampilan dari sebuah kemampuan siswa dalam berinterkasi ketika belajar dan mengajar kemudian menghasilkan nilai yang disebut sebagai hasil dari belajar. Hasil dari belajar dapat diperoleh melalui sistem penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan atau terus-menerus.
19
adanya peningkatan atau pengembangan yang lenih baik dibandingkan dengan sebelummnya misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dapat membedaka hal yang baik maupun buruk dan sebagainya.
Hasil belajar dilalui melalui proses pembelajaran yang melibatkan dua aspek yaitu guru dan peserta didik. Proses tersebut akan memberikan perubahan pada peserta didik sebagai dari hasil pembelajaran. Hasil belajar sangat penting bagi pesrta didik karena peserta didik dapat mengetahui sejauh mana keberhasilanya dalam menangkap materi dalam belajar. Selain bermanfaat bagi peserta didik, hasil belajar juga mempunyai manfaat bagi guru yaitu dapat mengukur keberhasil guru dalam menyampaikan pembalajan, dari hasil belajar juga guru dapat melihat peserta didik yang sudah tuntas KKM yang ditentukan dan peserta didik yang belum tuntas KKM, dengan hasil ini memberikan petunjuk kepada guru agar lebih memperhatikan peserta didik yang belum tuntas KKM.
2.1.4 Model Belajar Numbered Heads Together (NHT)
20
efektif, sehingga pembelajaran kooperatif itu tidaksekedar membagi peserta didik dalam kelompok dengan asal-asalan, pernyataan tersebut menurut pendapat Taniredja (2011: 56)
Tujuan dari pembelajaran kooperatif mempunyai perbedaan dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, dimana ketercapaian seseorang diperoleh dari ketidaktercapaian orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah membuat keadaan dimana ketercapaian seseorang ditentukan dan dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Taniredja dkk ,2011: 60). Adapun ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif menurut Taniredja (2011: 59) adalah (1) belajar dengan teman didalam kelompok, (2) selama proses pembelajaran tatap muka bersama teman, (3) saling berdiskudi dan menghargai pendapat di antara anggota kelompok, (4) saling belajar dari teman sendiri didalam kelompok, (5) melakukan kegiatan belajar didalam kelompok kecil, (6) saling menyatakan pendapat, (7) keputusan berada pada kelompok, dan (8) siswa aktif.
21
melatih ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, bersikap sopan santu terhadap teman, mengkritik ide orang lain merupakan tujuan dari pembelajaran kooperatif (Sani, 2013: 131).
Model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) atau kepala bernomor merupakan pengembangan bembelajaran tipe (TGT). Model ini dikembangkan oleh Spencer Kagan. Ciri-ciri khusus pembelajaran kelompok melalui penyelesaian tugas dengan saling membagi ide/gagasan, setiap kelompok harus memastikan bahwa anggotanya memahami dan menguasai tugas agar semua peserta didik memahami konsep secara seksama. Model pembelajaran ini mengakomondasikan peningkatan intensitas diskusi antar kelompok, kebersamaan kolaborasi, dan kualitas interaksi dalam kelompok serta memudahkan penilaian (Tampubolon, 2013: 94).
22
akan dipresentasikan di depan kelas, sehingga model pembelajaran ini diharapkan cocok diterapkan pada pembelajaran yang menekankan interaksi dan menuntut keaktifan siswa (Mustasyir, 2014: 4). Berikut adalah Langkah-langkah model belajar Numberes Heads Together menurut (Hamdani 2010: 90):
a) Guru membagi siswa kedalam kelompok kemudian memberikan nomor kepada siswa yang berbeda-beda dalam kelompoknya.
b) Guru memberikan materi untuk dipelajari dan dikerjakan siswa didalam kelompok.
c) Peserta didik dalam kelompok bersama-sama menentukan jawaban yang tepat dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok dapat memahami dan mengerjakannya.
d) Guru memanggil salah satu siswa dan siswa yang nomornya terpanggil harus memaparkan hasil kerja sama mereka.
e) Siswa yang lain diminta untuk memberi tanggapan, kemudian guru menunjuk nomor lain sampai semua soal terselesaikan.
f) Kesimpulan.
1. Kelebihan belajar Numberes Heads Together
Berikut adalah kelebihan model belajar Numberes Heads Together menurut (Hamdani 2010: 90).
23
b) Siswa dapat bersungguh- sungguh ketika mendiskusikan tugas. c) Siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang pandai. 2. Kelebihan belajar Numberes Heads Together
Berikut adalah kelemahan model belajar Numberes Heads Together menurut (Hamdani 2010: 90).
a) Kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru. b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil semua.
2.2 Penelitian Yang Relevan
Model pembelajatan Numbered Heads Together pernah diteliti dan diuji sebelumnya oleh peneliti lain. Penelitian ini dilakukan oleh H.A. Melati pada tahun 2011 dengan judul “ Meningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SMAN 1 Sungai
Ambawang Melalui Pembelajaran Model Advance Organizer Berlatar Numbered Heads Together (NHT) Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan”. Penelitian
dilakukan di kelas XI yang berjumlah 25 orang, hasil dari penelitian menunjukan adanya peningkatan dari aktivitas dan hasil belajar siswa. Kondisi awal sebelum dilakukan tindakan menunjukan hasil belajar 50% belum tuntas dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 62, pada siklus I menunjukan peningkatan hasil belajar 17 siswa memperoleh nilai ketuntasan ≤ 67 dengan presentase 68%,
24
activities 24%, oral activities 28%, writing activities 28% dan mental activites 8%,
perlakuan tindakan pada siklus I menghasilkan visual activities dilakukan oleh 22 siswa(88%), oral activities 49,33% yang bertanya kepada guru dilakukan 5 siswa (20%), bertanya kepada teman dilakukan oleh 20 siswa (80%), mengeluarkan pendapat dilakukan oleh 12 siswa (48%), writing activities dilakukan oleh 23siswa(92%)dan mental activites dilakukan 2 siswa (8%). Pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi visual activities dilakukan oleh 25 siswa(100%), oral activities 78,67% yang bertanya kepada guru dilakukan 14 siswa (56%), bertanya
kepada teman dilakukan oleh 25 siswa (100%), mengeluarkan pendapat dilakukan oleh 20 siswa (80%), writing activities dilakukan oleh 24 siswa (96%) dan mental activites dilakukan 6 siswa (24%). Dirinci, penelitian melati menunjukan bahwa aktivitas dan hasil belajar dapat meningkat karena implementasi NHT. Maka di penelitian ini dimungkinkan juga demikian, walaupun objek dan mata pelajarannya berbeda.
Peneliti lain juga pernah meneliti model belajar tipe Numbered Heads Together (NHT) yaitu Agni Era Hapsari pada tahun 2016 yang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Berbantuan Media Interaktif Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa”. Penelitian
25
Sedangkan kondisi awal dari prestasi belajar siswa yang lenbih dari KKM 75 ada 6 siswa dengan presentase 20%, nilai tertinggi 80 dan terendah 50 dengan rentang nilai 0 - 100. Terjadi peningkatan aktivitas belajar pada siklus I yaitu skor tinggi 12 siswa dengan presentase 40%, skor sedang 9 siswa dengan presentase 30% dan skor rendah dari 9 siswa presentase 30%. Sedangkan untuk prestasi belajarnya tertinggi 85, terendah 60 dan 9 siswa dengan presentase 30% nilai masih dibawah KKM. Pada perlakuan di siklus ke II terjadi peningkatan lagi skor tinggi 24 siswa dengan presentase 80%, skor sedang 6 siswa dengan presentase 20% dan skor rendah dari 0 siswa dengan presentase 0%. Sedangkan untuk prestasi belajarnya tertinggi 95, terendah 77. Penelitian milik Agni Era Hapsari mempunyai perbedaan dengan penelitian penulis yaitu terletak pada jenjang sekolah, matapelajaran, variabel Y1 dan Y2, persamaan hanya terletak pada variabel X.
26 2.3 Kerangka Berfikir
27
Gambar 1, kerangaka berfikir
Motivasi dan hasil belajar
rendah Guru menggajar
menggunakan model konvensional dan siswa kurang menyukai belajar mandiri
Kondisi awal
Siklus 1 ( hasil penelitian kurang) Model belajar
NHT Tindakan
Siklus 2 ,3…( hasil penelitian meningkat) Motivasi dan
28 1.4 Hipotesis Penelitian
1. Hasil belajar Ho : π HB< 70 H1 : π HB≥ 70
2. Motivasi belajar Ho : π MB≤ 3