• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES TER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES TER"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL

EXAMPLES NON EXAMPLES

TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KLS V SD DI

GUGUS III KECAMATAN TAMPAKSIRING

Km. Wardika

1

, Md. Sulastri

2

, Kt.Dibia

3

1,3

Jurusan PGSD,

2

Jurusan BK, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: wikomangwardika@yahoo.com

1

, sulastri.made@yahoo.com

2

,

dibiabhs@yahoo.co.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional; 2) mendeskripsikan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran examples non examples; 3) mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran examples

non examples dan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran

konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Populasi penelitian ini adalah kelas V SD di Gugus III Kecamatan Tampaksiring yang berjumlah 5 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas V SD Negeri 1 Sanding berjumlah 23 orang dan kelas V SD Negeri 2 Pejeng Kaja berjumlah 27 orang. Instrumen pada penelitian ini yaitu tes hasil belajar IPA. Data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uj-t

independent). Hasil analisis menunjukan bahwa perbedaan rata-rata skor hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu = 21,11 > =17,35. Dengan menggunakan uji-t diperoleh hasil thitung = 4,302 >ttabel(α=0,05) = 2,021. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran examples non

examples dan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional.

Kata-kata kunci: hasil belajar IPA, model pembelajaran examples non examples, model konvensional

Abstract

This research aimed to: (1) to described the science learning outcomes of students who take conventional model; (2) to described the science learning outcomes of students who take examples non examples model; (3) to determine the science learning outcomes differences between students who were thaught by used examples non examples model and conventional learning model in fifth grade elementary school students in cluster III Tampaksiring district Gianyar regency 2013/2014 school year. The research was a quasi-experiment. The population was fifth grade in cluster III Tampaksiring district consisted of 5 classes. The samples of this research were fifth grade in SDN 1 Sanding were 23 students and SDN 2 Pejeng Kaja were 27 students. The instrument of this researh is test instrument. Data were analyzed using descriptive statistic and inferential statistic (t-test). The results showed that a description of the result of science learning in the experimental group scores tend to be high then of the students in control group ( = 21,11 > = 17,35). There are differences science learning outcomes of students who learning with examples non examples model project based assessment and students who learnt with conventional learning model, with the value of tcount = 4,302 > ttab = 2.021. Based on the result, can be concluded that examples non examples model significant effect on student learning outcomes in science learning compared with conventional learning models.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam setiap kegiatan pembangunan, karena sasaran utamanya adalah peningkatan sumber daya manusia (SDM). Pendidikan akan menunjang kualitas dari SDM yang dapat bersaing pada era globalisasi. SDM yang berkualitas tidak serta merta mutlak diwariskan secara herediter, melainkan melalui suatu proses pembentukan yang sangat panjang melalui proses belajar. Terjadinya proses belajar yang baik, ditentukan oleh beberapa faktor yaitu, tenaga pendidik, anak didik, serta sarana-prasarana yang memadai. Tanpa adanya unsur-unsur tersebut, maka output yang dihasilkan juga akan sangat kurang. Salah satu faktor penting agar tercapainya SDM yang berkualitas adalah adanya guru yang professional.

Guru sebagai salah satu penyelenggara pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam memajukan SDM sebagai ujung tombak pembangunan bangsa. Menjadi seorang guru tidak hanya berkaitan dengan mengajar atau mentransfer ilmu kepada siswa, melainkan penggunaan secara integratif berbagai keterampilan dalam menyampaikan pesan kepada peserta didik. Mengingat dalam kegiatan pembelajaran tidak cukup hanya menggunakan satu keterampilan saja, tetapi harus dipadukan dengan keterampilan lainnya. Dengan demikian akan dihasilkan SDM yang kreatif, cerdas, bertanggung jawab serta memiliki daya saing tinggi daan mampu bersaing di dalam dunia kerja sesuai dengan perkembangan zaman.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, dijelaskan bahwa, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjad warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan hal tersebut, guru

sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar dalam mencapai tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam Undang-undang. Oleh karena itu, dibutuhkan seorang guru professional yang mampu mengemban tugas dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal ini guru harus mampu menyelenggarakan proses pembelajaran yang mendidik kepada siswa di kelas khususnya dalam mengajarkan mata pelajaran pokok.

IPA merupakan salah satu pelajaran pokok di jenjang pendidikan sekolah dasar. IPA yang sering disebut dengan pendidikan sains memiliki peranan yang penting dalam proses berkembangnya pengetahuan peserta didik. Menurut Depdiknas (2006), IPA mempelajari cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Dengan demikian, IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang sistematis tentang alam semesta yang diperoleh melalui suatu langkah-langkah atau prosedur penemuan berupa metode ilmiah.

(3)

menafsirkan dan menarik kesimpulan dari suatu gejala atau permasalahan berdasarkan fakta yang ditemukan dan juga

teori yang ada, serta

mengkomunikasikannya (Trianto, 2010). Dengan demikian, nantinya dapat membentuk siswa yang mampu bersikap ilmiah yang meliputi sikap jujur, objektif, kritis, bertanggung jawab, dan terbuka.

Selama ini pembelajaran IPA di sekolah dasar masih berpusat pada guru (teacher centered) dan juga buku paket saja. Guru dalam pembelajaran terkesan mendominasi pembelajaran dan guru merupakan satu-satunya penentu arah pembelajaran. Di kelas, siswa selalu dicekoki dengan hafalan melalui transfer hal-hal yang tercantum dalam buku teks. Seharusnya siswa dilatih berpikir dan membuat konsep berdasarkan pengamatan dan percobaan yang dilakukan melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan tanpa memandang sesuai atau tidaknya konsep yang dikemukakan siswa dengan buku pegangan. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Lapono (2009:123) yang mengatakan bahwa pada prinsipnya, dalam pembelajaran yang mendidik hendaknya berlangsung sebagai

proses atau usaha yang dilakukan peserta didik untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu beriteraksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, guru seharusnya kreatif dan inovatif dalam menerapkan berbagai model mengajar dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga mampu memenuhi keperluan pembelajaran untuk setiap siswanya.

Pada kenyataanya, masih terdapat beberapa penyimpangan metode dan strategi pembelajaran IPA pada tingkat SD. Terlebih saat dilakukan kunjungan ke beberapa SD di Gugus III Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar, dilakukan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA kelas V. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, secara umum diperoleh hasil bahwa: (1) siswa kurang aktif dalam pembelajaran, (2) guru sangat mendominasi dalam pembelajaran, (3) pembelajaran terkesan kurang menarik bagi siswa, (4) hasil belajar IPA kurang maksimal. Berdasarkan pencatatan dokumen masing-masing SD di Gugus III Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar, diperoleh rata-rata hasil belajar IPA kelas V sebagai berikut.

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar rata-rata nilai hasil belajar IPA di gugus III Kecamatan Tampaksiring berada pada rentangan 68 - 69. Jika dikonversikan ke dalam PAP skala lima, maka nilai rata-rata tersebut berada pada kategori cukup. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan terkait hubungan antara penggunaan suatu model pembelajaran dengan hasil belajar yang kurang

memuaskan. Djamarah (dalam Kurniawati, 2012:5) menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran sangat menentukan hasil belajar mengajar. Terkait dengan hal tersebut, maka dirasakan perlu menerapkan suatu model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran di SD khususnya pada mata pelajaran IPA.

Salah satu model yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan model Tabel 1. Hasil belajar IPA Kelas V di Gugus III Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar

No Sekolah Populasi Nilai Rata-Rata

Siswa KKM Jumlah Siswa

1 SDN 1 Sanding 69,78 68 23

2 SDN 2 Sanding 76,52 69 36

3 SDN 1 Pejeng Kaja 70,65 68 30

4 SDN 2 Pejeng Kaja 68,24 68 27

(4)

pembelajaran examples non examples. Model examples non examples merupakan model yang menggunakan gambar sebagai media penyampaian pembelajaran. Examples non examples mendorong siswa untuk belajar lebih kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disediakan (Suyatno, 2009). Penggunaan model pembelajaran

examples non examples lebih

mengutamakan konteks analisis siswa, karena konsep yang diajarkan diperoleh dari hasil penemuan dan bukan berdasarkan konsep yang terdapat dalam buku. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap examples non examples diharapkan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam terhadap materi pelajaran. Dengan pemahaman yang mendalam, diyakini akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran IPA. Untuk itu, diangkat masalah ini melalui suatu penelitian apakah terdapat pengaruh model pembelajaran examples non examples terhadap hasil belajar ipa siswa kelas v sd di gugus III kecamatan Tampaksiring kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2013/2014.

METODE

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment) karena tidak semua variabel yang muncul dalam kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Rancangan yang digunakan adalah post-test only control group design. Pemilihan desain post-test only control group design yang hanya melibatkan post-test karena peneliti hanya ingin mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, bukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar setiap kelompok sehingga dalam penelitian ini tidak menggunakan skor pretest. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus III kecamatan Tampaksirirng kabupaten Gianyar. Sumber data penelitian ini adalah seluruh siswa kelompok eksperimen dan kontrol. Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan khusus

yaitu proses pembelajaran dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran examples non examples, sedangkan pada kelompok kontrol diberi perlakuan dengan model pembelajaran konvensional.

Tempat dilaksanakannya penelitian ini adalah SD di Gugus III Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar. Waktu pelaksanaan penelitian adalah semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Populasi yang digunakan adalah keseluruhan kelas V SD di Gugus III Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar. Waktu pelaksanaan penelitian adalah semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Banyak siswa seluruhnya 133 orang yang tersebar dalam 5 kelas.

Sebelum ditentukannya sampel penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan dengan menggunakan anava satu jalur pada populasi. Setelah dilakukan uji kesetaraan, kemudian dilakukan random pada pasangan kelas sebagai sampel penelitian. Setelah pasangan kelas didapat, kemudian pasangan tersebut dirandom kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol. Sampel dari hasil random yang dilakukan adalah SDN 1 Sanding berjumlah 23 orang sebagai kelompok eksperimen dan SDN 2 Pejeng Kaja berjumlah 27 orang sebagai kelompok kontrol.

(5)

reliabilitas. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan reliabilitas tes sebesar 0,65 dan tergolong pada reliabilitas tinggi sehingga soal-soal yang valid tersebut layak untuk digunakan pada kegiatan post test.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif, yang artinya bahwa data dianalisis dengan menghitung nilai mean, modus, median, dan standar deviasi. Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk grafik poligon. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data untuk menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (polled varians). Sebelum melakukan uji hipotesis, dilakukan. Analisis uji prasyarat dengan

melakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran model pembelajaran examples non examples dan dengan model pembelajaran konvensional menggunakan tes hasil belajar berjumlah 30 butir dalam bentuk tes obyektif pada post-test. Untuk dapat mendeskripsikan hasil penelitian, dilakukan analisis statistik deskriptif pada masing-masing variabel terikat kelas eksperimen dan kontrol. Hasil perhitungan statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut. Berdasarkan tabel tersebut, hasil post

test yang telah dianalisis pada kelompok eksperimen disajikan dalam grafik poligon pada gambar 1 sebagai berikut.

Berdasarkan gambar kurva poligon tersebut, diketahui skor modus lebih besar dari median dan mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva tersebut merupakan kurva juling negatif (Koyan,

2012:19). Hal itu menunjukan bahwa, hasil belajar IPA siswa pada kelompok eksperimen cenderung tinggi.

Dari tabel 1 tersebut juga dapat

diketahui hasil belajar siswa pada kelompok kontrol yang menunjukan bahwa, nilai mean lebih kecil dari median dan modus (Mo < Me < M). Dengan demikian, kurva tersebut merupakan kurva juling positif (Koyan, 2012:19). Hal ini berarti sebagian besar skor yang diperoleh oleh siswa pada kelompok kontrol cenderung rendah. Hasil post test yang telah dianalisis pada kelompok kontrol disajikan dalam grafik poligon pada gambar 2 sebagai berikut.

Gambar 1. Kurva Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen 0

2 4 6 8

14-15 16-17 18-19 20-21 22-23 24-25

Frek

uensi

Interval

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif Hasil Belajar IPA

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Mean

Median Modus Varians

Standar Deviasi Skor Maksimum Skor Minimum

21,11 21,7 22,5 8,11 2,85 25 14

17,35 16,7 15,5 10,66

(6)

Setelah dilakukan analisis statistik deskriptif, kemudian dilakukan analisis hipotesis. Namun sebelum analisis hipotesis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas data menggunakan rumus Chi-Kuadrat. Adapun kriteria pengujian adalah jika

χ

hit

χ

tab

2 2

, maka data berdistribusi normal, sedangkan

tab

χ

hit

χ

2 2

, maka data berdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas disajikan pada tabel 2 sebagai berikut.

Berdasarkan pada tabel 2, ini berarti 2

tab hitung 2

sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA setelah dianalisis menggunakan rumus Chi-Kuadrat baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol berdistribusi normal.

Selain uji normalitas dilakukan pula uji homognitas. Uji homogenitas dianalisis dengan uji-F dari Havley, dengan kriteria data homogen jika

F

hit

F

tab, dan data tidak homogen jika

F

hit

F

tab. Hasil uji homogenitas disajikan pada tabel 3 sebagai berikut.

Dari hasil pengujian diperoleh Fhitung = 1,31

sedangkan Ftabel untuk taraf signifikansi 5%

serta dk pembilang 27 – 1 = 26 dan dk penyebut 23 – 1= 22 adalah 2,01. Ini berarti

tabel hit

F

F

sehingga hasil belajar IPA siswa memiliki varians homogen.

Setelah diperoleh hasil uji prasyarat analisis data, selanjutnya dilakukan analisis data untuk pengujian hipootsis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis tersebut dilakukan menggunakan analisis uji-t sampel independent (tidak-berkorelasi) dengan rumus polled varians. Kriteria pengujian adalah, tolak H0 jika thitung

> ttab dan terima H0 jika thitung < ttab, dimana

Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Sampel N dk

(k-2-1)

2

χ

hitung

χ

2

tabel Keterangan

Kelompok Eksperimen 23 3 2,31 7,82 Normal

Kelompok Kontrol 27 3 3,03 7,82 Normal

Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Sampel Fhitung Ftabel Keterangan

Kelompok Eksperimen

1,31 2,01 Homogen

Kelompok Kontrol

Gambar 2. Kurva Hasil Belajar IPA Kelompok Kontrol

0 2 4 6 8 10

13-14 15-16 17-18 19-20 21-22 23-24

Frek

uensi

(7)

ttab diperoleh dari tabel distribusi t pada taraf

signifikansi 5% dengan derajat kebebasan

db = n1+n2 – 2. Hasil uji-t disajikan pada tabel 4 sebagai berikut.

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa thitung = 4,302 > ttab = 2,021, sehingga H0

ditolak dan H1 diterima.

Secara umum, hasil penelitian ini dapat dideskripsikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran examples non examples dengan kelompok siswa yang dibelajarka dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat dari hasil analisis yang telah dilakukan pada hasil post test yang telah diberikan kepada siswa. Hasil analisis deskriptif data penelitian pada kedua kelompok diperoleh bahwa, skor rata-rata hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen adalah = 21,11 dan kelompok kontrol adalah = 17,35.

Berdasarkan gambar 1 kurva poligon yang disajikan, diketahui skor modus pada kelompok eksperimen lebih besar dari median dan mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva tersebut merupakan kurva juling negatif. Hal itu menunjukan bahwa, hasil belajar IPA siswa pada kelompok eksperimen cenderung tinggi. Sedangkan pada gambar 2 kurva poligon yang disajikan, hasil belajar siswa pada kelompok kontrol menunjukan bahwa, nilai mean lebih kecil dari median dan modus (Mo < Me < M). Dengan demikian, kurva tersebut merupakan kurva juling positif. Hal ini berarti sebagian besar skor yang diperoleh oleh siswa pada kelompok kontrol cenderung rendah.

Selajutnya, data hasil belajar IPA tersebut diuji dengan Uji Hipotesis yakni

polled varians. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa, nilai thitung lebih besar

dari ttabel, yakni thitung= 4,302 > ttabel= 2,021.

Hal ini berarti H1 diterima dan H0 ditolak,

sehingga hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran examples non examples dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional.

Hasil penelitian ini telah membuktikan hipotesis yang diajukan, yaitu terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran examples non examples dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional.

Perbedaan hasil belajar yang siginifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran examples non examples dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, pembelajaran examples non examples merupakan model yang menekankan pada aspek analisis siswa melalui langkah-langkah pengamatan pada gambar, diskusi, presentasi, dan penyimpulan. Pada tahap pengamatan, guru menyiapkan dan menyajikan gambar di depan kelas. Melalui gambar contoh (examples) dan bukan contoh (non examples), siswa dituntut untuk menganalisis gambar contoh dan bukan contoh dari materi yang diajarkan. Selain Tabel 4

.

Rangkuman Hasil Uji Hipoteses

Sampel N Rata-rata s

2

(Varians)

dk (n1+n2-2)

thit ttab

Kelopok

Eksperimen 23 21,11 8,11

(8)

itu, penyajian gambar dapat menarik perhatian dan minat belajar siswa. Pada tahap diskusi, berdasarkan gambar-gambar yang telah disajikan dan dianalisis, kemudian guru memberikan suatu permasalahan dengan konteks kehidupan nyata tentang konsep yag dipelajari dan harus dipecahkan secara berkelompok. Berdasarkan gambar tersebut, siswa diberikan kesempatan untuk menggali pengetahuannya dan berpendapat melalui diskusi. Tahap presentasi, siswa diberikan kesempatan mengemukakan pendapatnya dalam memecahkan masalah melalui diskusi yang telah dilakukan. Kemudian, berdasarkan hasil presentasi siswa, guru menjelaskan materi yang akan dipelajari. Melalui presentasi, siswa akan lebih mengingat konsep yang dipelajari karena materi yang dipelajari diperoleh dari hasil penemuan. Tahap penyimpulan, siswa bersama dengan guru menyimpulkan hasil dari pembelajaran yang telah dilalui. Dengan demikian, pembelajaran examples non examples melibatkan siswa untuk ikut dalam proses penemuan, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep yang dipelajari. Hal itu sesuai dengan pendapat Beuhl (dalam kurniawati, 2012) yang menyatakan bahwa siswa terlibat dalam suatu proses penemuan, sehingga mendorong mereka untuk membangun konse secara progresif. Hal itu juga diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2012) yang menyatakan bahwa melalui proses penemuan oleh siswa itu sendiri, konsep yang tertanam akan lebih lama diingat oleh siswa.

Kedua, model examples non

examples merupakan model yang

menggunakan media gambar sebagai media penyampaian materi. Penggunaan media gambar tersebut membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan kontekstual. Hal itu dikarenakan siswa dihadapkan pada masalah-masalah yang dekat dengan kehidupan mereka sehari hari. Melalui gambar-gambar yang berkaitan dengan konteks kehidupan mereka, siswa akan mampu memecahkan masalah yang terdapat pada gambar menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk

membangun pengetahuan atau konsep yang baru. Dengan demikian, penggunaan media gambar pada model examples non

examples membantu siswa untuk

menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi melalui pengetahuan awal yang sudah dimiliki siswa dalam konteks kehidupan siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Trianto (2007: 104) yang menyatakan bahwa, materi pelajaran akan tambah berarti jika siswa mempelajari materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka dan menemukan arti di dalam proses pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Hal tersebut juga didukung oleh teori Ausubel (dalam Trianto, 2007: 25) yang menyatakan bahwa, agar terjadi pembelajaran bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa.

Ketiga, keberhasilan penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian. Astuty (2012). Hasil penelitiannya menunjukan bahwa hasil penerapan model pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Hal ini dapat dilihat dari

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran examples non examples dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Dengan demikian, pembelajaran examples non examples berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa.

SIMPULAN DAN SARAN

(9)

siswa kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung tinggi, dengan mean 21,11, (2) deskripsi hasil belajar IPA pada siswa kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung rendah, dengan mean 17,35, (3) hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dengan menggunakan uji-t ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, diketahui bahwa thit > ttab (thit = 4,302 > ttab =

2,021). Dari rata-rata hasil belajar diketahui kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran examples non examples lebih baik daripada kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2013/2014 di SD Gugus III Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten gianyar (

X

1=

21,11 >

X

2 = 17,35). Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran examples non examples berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut: (1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara model examples non examples terhadap hasil belajar siswa. Untuk itu, para guru hendaknya menggunakan model examples non examples sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2) Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini terbatas hanya pada pokok bahasan cahaya sampai struktur bumi saja sehingga dapat dikatakan bahwa hasil-hasil penelitian terbatas hanya pada materi tersebut. Untuk mengetahui kemungkinan hasil yang berbeda pada pokok bahasan

lainnya, Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang sejenis pada pokok bahasan yang lain. 3) Disadari bahwa perlakuan yang diberikan kepada siswa sangatlah singkat jika digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hal ini terjadi karena keterbatasan pada pokok bahasan yang telah ditetapkan dan juga karena keterbatasan waktu yang disediakan oleh pihak sekolah. Untuk itu disarankan, agar diperoleh gambaran yang lebih menyakinkan mengenai hasil belajar siswa hendaknya peneliti melakukan penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama.

DAFTAR RUJUKAN

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Refika Aditama

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan: Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press.

Kurinawati, Putu Evi. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Example Non Example Berbantuan Media Power Point Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V Semester I SD Negeri 3 Manistutu Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Lapono, Nabisi, dkk.2008. Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

(10)

2006. Departemen Pendidikan Nasional

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: KencanaPrenada Media Group.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmeda Buana Pustka

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran

Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka

---. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Departemen Pendidikan Nasional Astuty, Nurul. 2012. “Penerapan Model

Gambar

Tabel 1. Hasil belajar IPA Kelas V di Gugus III Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar
tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Hipoteses

Referensi

Dokumen terkait

Subyek dilanda perasaan yang kurang mendukung seperti cemas, takut, tidak menentu, kesepian, bingung dan lainnya karena tidak tahu luar negeri seperti apa, apa

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Analisis Struktural dan Nilai Pendidikan dalam Naskah Drama Melik Nggendhong Lali Karya Udyn Upewe

Dengan menerapkan metode pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi komputer (seperti SPC) akan memberikan suatu model yang berbasis unjuk kerja, hal ini

Hasil evaluasi pada trayek 12 ¼” kedalaman 1329 – 1335 mMD di sumur DINDRA dengan menginjeksikan volume udara sebesar 2500 scfm dan laju alir lumpur sebesar 970 gpm,

kekurangannya.pendapatan dari sumber-sumber lain yang berkaitan dengan proyek atau pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini peningkatan tarif atau juga

Java bukan turunan langsung dari bahasa pemrograman manapun, juga sama sekali tidak kompetibel dengan semuanya.. Java memiliki keseimbangan menyediakan mekanisme

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi penelitian ilmu ekonomi lainnya tentang sejauh mana pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi dan

Button Simpan : Menyimpan seluruh isi textbox ke database Button Ubah : Mengubah isi database berdasarkan id Button Hapus : Menghapus isi database berdasarkan id Button Hasil