PEMBERIAN BRAIN GYM TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS III DI SDN BALONGREJO
KEC. BERBEK KAB. NGANJUK
Oleh : Henny Purwandari
Prodi Pendidikan Ners di STIKES Satria Bhakti Nganjuk
ABSTRAK
Matematika adalah pelajaran yang bermanfaat dalam semua segi kehidupan dan pelajaran lainnya, tetapi banyak anak yang menganggap Matematika adalah pelajaran yang sulit. Penerapan metode pembelajaran yang bervariatif dan inovatif di dalam kelas perlu untuk dilakukan oleh seorang guru, agar pembelajaran menjadi lebih menarik, sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika siswa dapat melalui Brain Gym. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Brain Gym terhadap hasil belajar Matematika.
Penelitian menggunakan rancangan Quasy-Eksperimen Non Randomized Control Group Pretest Postest Design pada kelompok kontrol dan perlakuan yang dilaksanakan tanggal 22 April - 08 Mei 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas III SDN Balongrejo, kelompok kontrol 21 responden dan kelompok perlakuan 22 responden dengan total sampling. Variabel Independen penelitian adalah Brain Gym, sedangkan variabel dependen penelitian adalah hasil belajar Matematika. Uji hipotesis menggunakan uji Wilcoxon dengan α = 0,05.
Hasil penelitian sebelum diberikan Brain Gym pada kelompok perlakuan dengan nilai rerata 17,57 dan setelah diberikan Brain Gym dengan nilai rerata 66.66. Hasil uji Wilcoxon kelompok perlakuan menunjukkan ρ value = 0,000 ≤ α (α = 0,05) sehingga Ha diterima dan ada pengaruh pemberian Brain Gym terhadap hasil belajar Matematika.
Brain Gym akan memaksimalkan kerja otak, mengintegrasikan otak dengan maksimal sehingga siswa lebih siap dalam menerima pembelajaran selain itu kreativitas guru akan meningkat dan suasana belajar lebih menyenangkan, sehingga meningkatkan minat siswa dalam belajar dan maningkatkan hasil belajar.
GIVING BRAIN GYM FOR LEARNING OUTCOMES OF MATHEMATICS IN THIRD GRADE AT SDN BALONGREJO, BERBEK SUBDISTRICT, NGANJUK
REGENCY
By : Henny Purwandari, Pitri Andriyana Kusumastuti Nursing Faculty at STIKES Satria Bhakti Nganjuk
ABSTRACT
Mathematics is a useful lesson in all facets of life and other subjects, but a lot of kids who think mathematics is a difficult subject. The application or the varied and innovative learning method in the classroom needs to be done by a techer, in orther that learning becomes more attractive, so the students will be motivated to learn. The efforts to do to improve students mathematics learning outcomes can be through the Brain Gym. This study aims to determine the effect of Brain Gym on lerning outcomes of mathematics.
This study uses a design Quasy-Eksperiment Non-Randomized Control Group Pretestdesign on the control and treatment groups were held on 22 April – 8 May 2014. The study population is all of student in third grade at SDN Balongrejo, 21 respondents as the control group and the treatment group were 22 respondents with a total sampling. The study of independent variable is Brain Gym, while the dependent variable is Mathematics learning outcomes. The analysis uses Wilcoxon with α = 0.05.
The result of the study before being given the Brain Gym in the treatment group with a mean value of 17.57 and after being given Brain Gym with mean value of 66.66. Outcomes Wilcoxon test the treatment group is ρ value = 0,000 ≤ α (α = 0,05) so that Ho is rejected and Ha accepted and there are effect of Brain Gym on learning outcomes of Mathematics.
Brain Gym will improve teacher creativity in creating a more pleasant learning athmosphere, reducing tension in the students learning and maximize work of the brain thus interest in the learning and enchacing learning outcomes.
Keyword: Brain Gym, Learning Outcomes, Mathematics, Student in third grade
PENDAHULUAN
Matematika sebagai suatu kegiatan yang cukup sulit oleh anak – anak menurut Prof. Sutama (dalam Kompas, 2011) mengatakan bahwa guru dalam mengajar kerap kurang memperhatikan kemampuan awal siswa. Guru tidak melakukan pengajaran bermakna dengan metode pengajaran yang kurang variatif dan membosankan. Berdasarkan hasil wawancara pada guru kelas III yang dilakukan peneliti pada tanggal 8 Oktober 2013 sampai dengan 9 Oktober 2013 pada 6 SD Inti di wilayah Kecamatan Berbek, yaitu pada SDN Sengkut, SDN Berbek 1, SDN Semare 2, SDN Sumberurip 1, SDN Tiripan 1 dan SDN Balongrejo menunjukkan bahwa
pelajaran Matematika bagi siswa merupakan mata pelajaran yang sulit. Berdasarkan wawancara tersebut, SDN Balongrejo menunjukkan kesulitan belajar Matematika paling banyak yang ditunjukkan dengan nilai ulangan harian yaitu dari 48 siswa sebanyak 24 siswa menunjukkan hasil ulangan harian yang masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM).
negara (Kompas 2004 dalam Natamia, 2009). Dari hasil laporan evaluasi Ujian Nasional Sekolah dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Provinsi Jawa Timur pada tahun pelajaran 2012 / 2013 mata pelajaran Matematika menduduki nilai rata-rata terendah yaitu 7,2 dibandingkan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada Olimpiade Sains Nasional Matematika perwakilan Kabupaten Nganjuk menduduki peringkat 48 dan 49 dari 114 perwakilan Kabupaten dan kota lain dan hasil Ujian Nasional Matematika Kabupaten Nganjuk hanya menempati peringkat 9 dari 38 Kabupaten atau Kota di Provinsi Jawa Timur. Pada perbandingan nilai Ujian Nasional mata pelajaran Matematika dari tahun pelajaran 2011 / 2012 dan 2012 / 2013 Kecamatan Berbek hanya mengalami kenaikan nilai rata-rata 6,63. Berdasarkan nilai ulangan harian kelas III pada semester I dari 48 siswa sebanyak 24 siswa mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) atau dibawah 70 sehingga perlu diadakannya remedial. Dan dari data rekap nilai tahunan dari kelas I, II, III , pada kelas III selalu menunjukkan penurunan nilai rata-rata.
Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Salah satu tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Havighurst dalam
Hurlock (2002) adalah
mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Prihastuti (2009) bahwa pada kelas III merupakan awal atau tahun-tahun pertama kehidupan sekolah yang banyak mengalami hambatan belajar, sehingga lebih mudah pada kelas III hambatan itu lebih mudah diatasi dan merupakan upaya preventif terjadinya masalah yang lebih kompleks dalam
pembelajaran di kelas yaitu pada saat sebelum pembelajaran atau
pendahuluan, pada saat
pembelajaran berlangsung atau kegiatan inti, dan pada saat pembelajaran telah selesai atau penutup atau dengan melakukan seluruh kegiatan Brain Gym sebelum guru masuk ke dalam kegiatan pembelajaran. Penerapan Brain Gym dalam proses pembelajaran dapat dilakukan pada semua jenjang pendidikan, tidak memerlukan biaya yang mahal dan mudah dilakukan. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Pemberian Brain Gym terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas III di SDN Balongrejo Kec. Berbek Kab. Nganjuk”.
BAHAN DAN CARA PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen, Quasy Eksperimen dengan jenis Non Equivalent Control Group atau disebut juga Non Randomized Control Group Pretest Postest Design pada dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SDN Balongrejo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk sebanyak 43 siswa, yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas III A dengan jumlah 22 siswa dan kelas IIIB berjumlah 21 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Total Sampling. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Brain Gym. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika dari siswa kelas IIIA dan IIIB SDN Balongrejo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
Pengolahan data melalui tahapan Editing, Coding, Scoring, dan Tabulating. Analisa statistik yang digunakan untuk mengetahui pengaruh pemberian Brain Gym terhadap hasil belajar Matematika dilakukan dengan menggunakan uji statistik paired sampel T test.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a. Karakteristik Responden Kelompok Perlakuan
1) Berdasarkan Lama Belajar di Rumah.
Gambar 4.2 Karakteristik responden
kelompok perlakuan berdasarkan
lama belajar di rumah di SDN
Balongrejo Kecamatan Berbek
Kabupaten Nganjuk pada tanggal 22 April - 08 Mei 2014.
Berdasarkan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa dari 22 responden, sebagian besar yaitu 15 responden (68%) belajar di rumah selama 1 jam.
2) Berdasarkan Mengikuti Les Matematika.
Gambar 4.3 Karakteristik responden kelompok perlakuan berdasarkan mengikuti les Matematika di SDN Balongrejo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk pada tanggal 22 April - 08 Mei 2014.
Berdasarkan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa dari 22 responden, hampir seluruhnya yaitu 17 responden (77%) tidak mengikuti les Matematika.
3) Berdasarkan Pendamping Belajar.
Gambar 4.4 Karakteristik responden
kelompok perlakuan berdasarkan
pendamping belajar di SDN Balongrejo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk pada tanggal 22 April - 08 Mei 2014.
Berdasarkan gambar 4.4 dapat diketahui bahwa dari 22 responden, sebagian besar yaitu 13 responden (59%) yang mendampingi belajar adalah kakaknya.
b. Karakteristik Responden Kelompok Kontrol
1) Berdasarkan Lama Belajar di Rumah.
Gambar 4.10 Karakteristik responden kelompok kontrol berdasarkan lama belajar di rumah di SDN Balongrejo
Kecamatan Berbek Kabupaten
Nganjuk pada tanggal 22 April - 08 Mei 2014
Berdasarkan gambar 4.10 dapat diketahui bahwa dari 21 responden, sebagian besar yaitu 11 responden (52%) belajar di rumah selama lebih dari 1 Jam.
2) Berdasarkan Mengikuti Les Matematika.
Gambar 4.11 Karakteristik responden kelompok kontrol berdasarkan lama belajar di rumah di SDN Balongrejo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk pada tanggal 22 April - 08 Mei 2014
Berdasarkan gambar 4.11 dapat diketahui bahwa dari 21 responden, hampir seluruhnya yaitu 11 responden (52%) mengikuti les Matematika.
3) Berdasarkan Pendamping Belajar.
Gambar 4.12 Karakteristik responden
kelompok kontrol berdasarkan
pendamping belajar di SDN
Balongrejo Kecamatan Berbek
Kabupaten Nganjuk pada tanggal 22 April - 08 Mei 2014.
Berdasarkan gambar 4.12 dapat diketahui bahwa dari 21 responden, sebagian besar yaitu 15 responden (71%) yang mendampingi belajar adalah ibunya.
1. Data Khusus
a. Hasil belajar Matematika responden kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebelum diberikan Brain Gym.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi hasil belajar Matematika responden kelompok
N Median Mean Kelompok
Perlakuan (Pre Test)
22 33.34 17.57
Kelompok Kontrol
(Post Test)
perlakuan dan kelompok kontrol sebelum diberikan Brain Gym di SDN Balongrejo pada 22 April – 08 Mei 2014.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa hasil belajar Matematika responden kelompok perlakuan sebelum diberikan Brain
Gym dengan nilai Mean 17.57 dan pada kelompok kontrol dengan nilai Mean 31.10.
b. Hasil belajar Matematika responden kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah diberikan Brain Gym
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi hasil belajar Matematika responden kelompok kontrol di SDN Balongrejo pada 22 April – 08 Mei 2014.
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa hasil belajar Matematika responden kelompok perlakuan setelah diberikan Brain Gym dengan nilai Mean 66.66 dan pada kelompok kontrol dengan nilai Mean 39.36.
c. Pengaruh pemberian Brain Gym terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas III (Kelompok perlakuan dan kelompok kontrol) di SDN Balongrejo.
Tabel 4.3 Pengaruh pemberian Brain Gym terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas III di SDN Balongrejo pada tanggal 22 April - 08 Mei 2014.
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
N Min Max Median Mean N Min Max Median Mean
Nilai Pre Test
22 6.66 40.00 33.34 17.57
Nilai Pre Test
21 6.66 53.33 46.67 31.10
Nilai Post Test
22 40 86.66 46.66 66.66
Nilai Post Test
21 20 60 40.00 39.36
Nilai kenaikan
49.09
Nilai kenaikan
8.26
Mean Mean
Wilcoxon ρ value = 0,000 pada Wilcoxon
ρ value = 0,002 pada
α = 0,05 α = 0,05
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa kenaikan nilai Mean Matematika responden pada kelompok perlakuan yaitu 49.09, hasil uji statistik Wilcoxon didapatkan ρ value = 0.000 pada α = 0,05 karena ρ value ≤ α maka Ha diterima dan Ho ditolak dan ada pengaruh pemberian Brain Gym terhadap hasil belajar Matematika pada siswa kelas III SDN Balongrejo, sedangkan pada kelompok kontrol nilai Mean Matematika responden hanya mengalami kenaikan 8.26 dengan didapatkan ρ value = 0.002 padaα = 0,05.
N Median Mean
Kelompok
perlakuan (Post Test)
21 46.66 66.66
Kelompok Kontrol (Post Test)
PEMBAHASAN
1. Hasil belajar Matematika siswa kelas III pada kelompok kontrol dan perlakuan sebelum diberikan Brain Gym
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa hasil belajar Matematika responden kelompok perlakuan sebelum diberikan Brain Gym dengan nilai Mean 17.57 dan kelompok kontrol dengan nilai Mean 31.10. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa nilai Mean Pre test kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok perlakuan, hal ini dapat dipengaruhi oleh karakteristik responden sendiri. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan gambar 4.11 pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa dari 21 responden hampir seluruhnya yaitu 11 responden (52%) mengikuti les Matematika sedangkan pada kelompok perlakuan berdasarkan gambar 4.3 dari 22 responden sebagian besar yaitu 17 responden (77%) tidak mengikuti les Matematika.
Menurut Yusuf (2003) bahwa kesulitan belajar berhitung merupakan jenis kesulitan belajar terbanyak di samping membaca dan menulis. Ketrampilan Matematika merupakan sarana yang sangat penting untuk menguasai bidang studi lainnya disamping sebagai sarana komunikasi untuk mengatasi berbagai masalah sehari-hari. Mengingat pentingnya pelajaran berhitung dan banyaknya siswa yang mengalami kesulitan belajar berhitung, maka tidak ada salahnya jika orang tua ataupun guru mulai mengajari anak berhitung sedini mungkin. Menurut Abdurrahman (1999), Matematika dalam penelitian ini adalah tingkat keberhasilan atau penguasaan seorang siswa terhadap bidang studi Matematika setelah menempuh proses belajar mengajar yang terlihat pada nilai yang diperoleh dari tes hasil belajarnya.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2010). Faktor - faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor psikis dan faktor psikologis, sedangkan faktor eksternal meliputi faktor lingkungan sosial, faktor lingkungan non sosial serta faktor pendekatan belajar yaitu cara guru mengajar guru, maupun metode, model dan media pembelajaran yang digunakan ( Syah, 2009).
Hasil belajar siswa merupakan intepretasi atau tolak ukur keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran termasuk Matematika di suatu lembaga pendidikan. Semakin baik hasil belajar siswa maka semakin baik pula kualitas pendidikan dan keberhasilan lembaga pendidikan tersebut. Rentang jarak nilai minimum dan maksimum Matematika responden pada kelompok kontrol maupun perlakuan sangat jauh. Hal tersebut dapat dipengaruhi beberapa faktor, seperti karena sebelum Pre test siswa belum pembelajaran mengenai materi yang akan diujikan, dengan kata lain jika siswa belum mendapatkan materi yang akan diujikan maka hal tersebut tentu berpengaruh terhadap hasil belajar dari tes yang akan diberikan, selain itu stimulus-stimulus seperti Brain Gym juga belum diberikan, kemudian karakteristik siswa seperti pendekatan belajar, karakteristik orangtua, serta faktor kesehatan jasmani dan rohani juga akan mempengaruhi hasil belajar.
2. Hasil belajar Matematika siswa kelas III pada kelompok kontrol dan perlakuan setelah diberikan Brain Gym.
Matematika responden kelompok perlakuan setelah diberikan Brain Gym dengan nilai Mean 66.66 dan kelompok kontrol nilai Mean 39.36.
Menurut Sukri dan Purwanti (2013), Brain Gym dapat dilakukan pada semua jenjang pendidikan mulai dari mulai tingkatan taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, bahkan sampai tingkat perguruan tinggi. Tidak hanya itu, Brain Gym selain digunakan untuk kalangan akademis tetapi juga dapat digunakan oleh kalangan bisnis, serta alat untuk pertumbuhan personal. Dalam pembelajaran Brain Gym dapat dikombinasikan dengan penggunaan metode pembelajaran yang lain, karena Brain Gym tidak terpaku dengan penggunaan metode belajar. Kemudian menurut Dennison (2006), manfaat Brain Gym adalah Membantu anak dalam mengatasi hambatan belajar, di sekolah Brain
Gym bermanfaat untuk
meningkatkan kreativitas guru dalam menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan, mengurangi ketegangan-ketegangan siswa dalam proses belajar, serta
membantu siswa untuk
memanfaatkan seluruh potensi belajar alamiah melalui gerakan tubuh dan sentuhan-sentuhan, meningkatkan kecakapan anak dalam belajar membaca, menulis, kemampuan berhitung, berpikir dan kesadaran diri. Proses pembelajaran di dalam kelas dipandang sebagai kunci utama keberhasilan siswa. Persoalan terpenting adalah merekonstruksi cara untuk mempelajarinya sehingga anak-anak menganggap kegiatan belajar mereka tak ubahnya seperti bermain dan bahkan memang berbentuk sebuah permainan. Penerapan beberapa metode pembelajaran inovatif diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kondisi mental juga memegang
peranan penting dalam
meningkatkan hasil belajar. Pada kondisi stress atau tertekan, maka otak akan beraksi dengan menghambat transmisi informasi yang bersifat simultan, akibatnya salah satu belahan otak akan mengalami switched off, sehingga akan terjadi masalah pada koordinasi dan gangguan terhadap kemampuan untuk berpikir jernih, memecahkan masalah, kemampuan komprehensi, organisasi dan komunikasi secara efektif (Sukri dan Purwanti, 2013). Menurut Akhmad Sukri (2013), penerapan metode pembelajaran yang bervariatif di dalam kelas perlu untuk dilakukan oleh seorang guru, agar pembelajaran menjadi lebih menarik, sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika siswa dapat melalui senam otak atau Brain Gym.
menjadikan kualitas perserta didik menjadi lebih baik.
3. Pengaruh pemberian Brain Gym terhadap hasil belajar Matematika pada siswa III di SDN Balongrejo.
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa kenaikan nilai Mean Matematika responden pada kelompok perlakuan yaitu 49.09, hasil uji statistik Wilcoxon didapatkan ρ value = 0.000 padaα = 0,05 karena ρ value ≤ α maka Ha diterima dan Ho ditolak dan ada pengaruh pemberian Brain Gym terhadap hasil belajar Matematika pada siswa kelas III SDN Balongrejo, sedangkan pada kelompok kontrol nilai Mean Matematika responden hanya mengalami kenaikan 8.26 dengan didapatkan ρ value = 0.002 pada α = 0,05.
Gerakan Brain Gym dibuat untuk merangsang otak kiri dan otak kanan (dimensi lateralis), meringankan atau merelaksasi belakang otak dan bagian depan otak (dimensi pemfokusan), merangsang sistem yang terkait dengan perasaan atau emosional yaitu otak tengan (limbik) serta otak besar (dimensi pemusatan) (Dennison, 2009). Otak sebagai pusat kegiatan tubuh akan mengaktifkan seluruh organ dan sistem tubuh melalui pesan-pesan yang disampaikan melewati serabut saraf secara sadar maupun tidak sadar. Sebagaimana dijelaskan oleh Dennison (2002), bahwa otak manusia seperti hologram, terdiri dari tiga dimensi dengan bagian-bagian yang saling berhubungan sebagai satu kesatuan. Pelajaran lebih mudah diterima bila mengaktifkan sejumlah panca indera daripada hanya diberikan secara abstrak saja. Dengan melakukan Brain Gym melatih otak bekerja dengan melakukan gerakan pembaruan, membuka
bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat, selain itu Brain Gym akan memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak serta dapat merangsang kedua belah otak untuk bekerja sehingga didapat keseimbangan aktivitas kedua belahan otak secara bersamaan (Prasetya, 2010). Otak kita terdiri dari dua bagian. Masing-masing belahan otak mempunyai tugas tertentu. Secara garis besar, otak bagian kiri berpikir logis dan rasional, menganalisa, bicara, berorientasi pada waktu dan hal-hal terinci; sedangkan otak bagian kanan intuitif, merasakan, music, menari, kreatif, melihat keseluruhan, ekspresi badan, dan lainnya. Otak belahan kiri mengatur badan bagian kanan, mata dan telinga kanan. Otak belahan kanan mengontrol bada bagian kiri, mata dan telinga kiri. Dua belahan otak disambung dengan “corpus collosum” yaitu simpul saraf kompleks dimana terjadi transmisi informasi antara kedua belahan otak. Otak bagian kiri aktif bila sisi kanan tubuh digerakkan dan otak bagian kanan aktif apabila sisi kiri tubuh digerakkan. Sifat ini memungkinkan dominasi salah satu sisi misalnya menulis denagn tangan kiri atau kanan, dan juga untuk integrasi kedua sisi tubuh (bilateral
integration), yaitu untuk
menyebrangi garis tengah untuk bekerja di “bidang tengah”. Kemampuan belajar paling tinggi apabila kedua belahan otak bekerja sama dengan baik (Prasetya, 2010).
Selama ini proses
akan membuat minat siswa dalam belajar menjadi kurang dan berdampak pada hasil belajar yang kurang memuaskan. Penggunaan metode pembelajaran yang inovativ dan stimulus yang tepat seperti dengan memberikan Brain Gym akan membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, tidak
membosankan, dan akan
memaksimalkan kerja otak serta meningkatkan derajat kesehatan siswa dengan stimulus dari gerakan-gerakan dan sentuhan yang dilakukan yang diharapkan meningkatkan hasil belajar siswa.
Dengan suasana proses
pembelajaran seperti dalam suasana bermain minat siswa terhadap pembelajaran meningkat dan tentunya akan meningkatkan hasil belajar serta kualitas perserta didik tersebut. Selain itu pengembangan kreativitas guru merupakan hal penting dalam proses pembelajaran, pengembangan kreativitas guru dapat dilakukan seperti dengan mengikuti pelatihan mengenai inovasi metode belajar Think Pair Share and Reciprocal Teaching,
Teams Achievement Division,
Jigsaw, dan masih banyak lagi. Dengan kretivitas guru yang
meningkat dalam proses
pembelajaran diharapkan hasil belajar siswa juga akan meningkat, sehingga dapat diintepretasikan dengan kualitas siswa dan guru yang baik menunjukkan kualitas pendidikan yang baik pula dalam sebuah instansi tersebut.
Kesimpulan
Ada pengaruh pemberian Brain Gym terhadap hasil belajar Matematika pada siswa kelas III di SDN Balongrejo. Hal ini berdasarkan hasil uji hipotesis
Wilcoxon pada kelompok
perlakuan dengan nilai signifikan ρ value = 0,000 dengan α = 0,05 (ρ≤α).
Saran
1. Bagi Responden
Sebagai metode pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan bagi siswa sehingga siswa dapat tertarik dan mudah memahami pelajaran Matematika pada khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya untuk meningkatkan prestasinya.
2. Bagi Tempat Penelitian
Memberikan masukan untuk bahan pemberian inovasi proses pembelajaran kepada siswa kelas III dan mengembangkan kreativitas guru-guru di SDN Balongrejo Kec. Berbek Kab. Nganjuk.
3. Bagi Peneliti
Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan, memanfaatkan Brain Gym dalam kehidupan sehari-hari dan dapat melakukan penelitian di bidang lainnya seperti keterkaitan
Brain Gym dengan kemampuan
menyimak anak, stress dan kecemasan pada anak, motorik halus pada anak, dan fungsi kognitif pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, S. (2012). Psikoseksual dalam Pendekatan Konsep & Proses Keperawatan. Yogyakarta: Ar-ruzz media.
Anonim. (2012). Metode
Pembelajaran GASING pada
Matematika dan Sains.
[Internet]. Bersumber dari <http://www.sekolahdasar.net/
2012/11/metode-
pembelajaran-gasing-pada.html> [Diakses pada tanggal 1 Oktober 2013 Jam 21.09].
Dahlan, M.S. (2013). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Dennison, P.E dan Dennison G.E.
(2006). Buku Panduan Lengkap Brain Gym (Senam Otak). Jakarta: Grasindo. Dennison. (2009). Brain Gym: Using
Brain Gym Movement In The
Classroom. [Internet].
Bersumber dari
<http://www.braingym.org.uk/p dfs/Research.pdf> [Diakses pada tanggal 23 Oktober 2013 Jam 12.05].
Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik Panduan Bagi Orang Tua dan
Guru dalam Memahami
Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA. Cetakan ke-4.
Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Fajariyah, N dan Defi T. (2008). Cerdas Berhitung Matematika Untuk SD/MI Kelas 3. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Held, K. (2011). Movement Matter An Introduce to Brain Gym. [Internet]. Bersumber dari <http://www.michigandistrict.or g/sites/default/files/pdf/events/
2011/ecc/ecc-handouts/BG_2.5_hr_Intro_Pa cket_Aug_2011.pdf> [Diakses pada tanggal 5 Oktober 2013 Jam 23.05].
Hidayat, A.A.A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
____________. (2010). Metode
Penelitian Kesehatan
Paradigma Kuantitatif.
Surabaya: Health Books Publishing.
Latief, M. (2011). Matematika dan
Guru yang Membosankan.
[Internet]. Bersumber dari <http://edukasi.kompas.com/re ad/2011/01/06/17533529/Mate
matika.dan.Guru.yang.Membo sankan.> [Diakses pada tanggal 4 Oktober 2013 Jam 21.05].
Miyanto dan Nur A. (2013). Matematika Untuk SD dan MI. Klaten: Intan Pariwara.
Natamia, H. D. (2009). Peningkatan hasil belajar Matematika
menlalui pendekatan
kontekstual pada siswa kelas III SDN Simo Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali. [Internet].
Bersumber dari
<http://eprints.uns.ac.id/9739/1 /109870502201009101.pdf> [Diakses pada tanggal 2 November 2013 Jam 21.12]. Noor, I. (2008). Model Membaca,
Menulis, dan Berhitung di Sekolah Dasar. [Internet]. Bersumber dari < http://www.depdiknas.go.id/pu blikasi/balitbang/071/j71_06.pd f> [Diakses pada tanggal 23 September 2013 Jam 19.38]. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi Cetakan Pertama. Jakarta: PT Rineka Cipta. Nursalam. (2011). Konsep dan
Penerapab Metodologi
penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
_______. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. Pemerintah Provinsi Jawa Timur
Dinas Pendidikan. (2013). Hasil Evaluasi Ujian Nasional Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Provinsi Jawa Timur Tahun Pelajaran 2012/2013. Prasetya, A.S. (2010). Pengaruh
<http://lontar.ui.ac.id/file?file=di
gital/137268-T-Anton%20Surya%20Prasetya. pdf > [Diakses pada tanggal 13 Juli 2014 Jam 20.15].
Prihastuti. (2009). Pengaruh Brain Gym Terhadap Peningkatan Kecakapan Berhitung Siswa Sekolah Dasar. [Internet]. Bersumber dari
<http://journal.uny.ac.id/index.php/cp /article/view/45/pdf_2>
[Diakses tanggal 16 September 2013 Jam 14.15]. Riyadi, S dan Sukarmin. (2009).
Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogykarta: Graha Ilmu. Sobri, A. (2012). Cara Agar
Matematika Tak Memusingkan Anak. [Internet]. Bersumber dari
<http://edukasi.kompas.com/re ad/2012/11/08/17510862/Cara .Agar.Matematika.Tak.Memusi ngkan.Anak> [Diakses pada tanggal 4 Oktober 2013 Jam 21.15]
Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sugiyanto. (2011). Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar. [Internet]. Bersumber dari <http://www.sekolahdasar.net/ 2011/05/karakteristik-dan-
kebutuhan-anak-usia.html#.UmfE6nBOKqE> [Diakses pada tanggal 1 Oktober 2013 Jam 20.07]. _______.(2011). Karakteristik Anak
Usia Sekolah Dasar. [Internet].
Bersumber dari
<http://staff.uny.ac.id/sites/defa ult/files/tmp/KARAKTERISTIK %20ANAK%20USIA%20SD% 20(7-12%20tahun).pdf>
[Diakses pada tanggal 1 Oktober 2013 Jam 20.10]. Sugiyono. (2002). Statistika untuk
Penelitian. Bandung: Alfa Beta.
________. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfa Beta.
Sukri, A dan Elly P. (2013). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Brain Gym. [Internet]. Bersumber dari <http://www.ikippgrimadiun.ac.i d/ejournal/sites/default/files/Ak hmad%20Sukri%20dan%20Ell y%20Purwanti.pdf > [Diakses pada tanggal 16 September 2013 Jam 22.05].
Suneki, S, dkk. (2009). Brain Gym
(Senam Otak) Untuk
Mengatasi Problem Belajar Anak. [Internet]. Bersumber
dari
<http://e-jurnal.ikippgrismg.ac.id/index.p
hp/e-dimas/article/view/247/215 > [Diakses pada tanggal 16 September 2013 Jam 11.55]. Syah, M. (2008). Psikologi
Pendidikan dengan
Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tim Riset Keperawatan dan Kebidanan. (2013). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Bagi Mahasiswa Program
Studi Ilmu Keperawatan dan kebidanan. Nganjuk : STIKes Satria Bhakti.
Wong, D. L, dkk. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Edisi 6. Jakarta: EGC.