BOLEHKAH MENGENALKAN UANG PADA ANAK USIA DINI? Mengenalkan arti uang kepada anak sedini mungkin sangatlah penting dalam mendidik anak. Anak-anak perlu mengenal arti uang, bukan hanya sebagai alat tukar namun lebih dari itu. Anak perlu
mengenal uang sebagai keterampilan dasar. Orangtua yang bijaksana akan mencari cara yang tepat untuk mengajarkannya, sehingga anak tidak memiliki konsep yang salah tentang uang. Lalu, bagaimana caranya?
orang tua dalam mendidik dan mengajarkan keterampilan dasar keuangan pribadi bagi anak-anak dan remaja. Dalam pendidikan
mengenai keterampilan dasar uang, anak bukan hanya diperkenalkan cara menjaga celengan atau menabung secara tradisional.
KAPAN sebaiknya konsep tentang uang mulai diajarkan pada anak? amat penting orangtua mengajarkan anak tentang uang sejak masih kecil. Artinya, ketika anak mulai mengerti barang-barang dan mengerti bahwa untuk memperoleh barang-barang tersebut diperlukan uang. Biasanya, ini terjadi pada anak-anak sekitar usia 5-6 tahun
tatkala mereka mulai bersekolah. Mereka mulai melihat apa yang dimiliki oleh teman-temannya.
Jadi, memang ada perbedaan konsep yang mendasar tentang uang bagi anak usia 0-4,5 tahun hingga usia sekitar 10-11 tahun dan anak-anak remaja yang berusia antara 12-18 tahun. Bagi anak kecil, makna uang adalah sebagai sarana untuk mendapatkan keinginannya. Sedangkan pada remaja, uang punya dimensi yang berbeda, uang menjadi lambang atau status sosial ekonomi mereka. Uang lebih mewakili keadaan mereka dalam tatanan masyarakat.
Anak-anak juga diperkenalkan hal-hal yang dapat mereka gunakan dengan uang mereka. Ada 4 pilihan yang dapat dilakukan : menyimpan, membelanjakan, berinvestasi maupun menyumbang. Ini adalah dasar-dasar yang harus dimiliki anak sebelum beranjak dewasa dan mengambil banyak keputusan keuangan.
Berikut ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh TK & Playgroup Kreatif Primagama dalam mengenalkan arti uang dengan keterampilan dan kegiatan pengelolaan uang yang penting bagi anak, yaitu sebagai berikut:
Sangat penting memberikan anak-anak cara berinteraksi dengan uang sedini mungkin. Biarkan mereka mendapatkan uang, menghabiskan, menyimpannya, menyumbangkannya bahkan berinvestasi. Dengan demikian mereka belajar untuk menghargai uang. Sepanjang hari, anak akan dapat menghabiskan uang Anda, tapi ada hal khusus yang terjadi ketika mereka memiliki uang mereka di tangan mereka. Anak-anak akan berpikir dua kali untuk menghabiskan uang mereka sendiri. Ini pernah dilakukan TK & Playgroup Kreatif Primagama dalam
kegiatan yang melibatkan anak dalam market day, dimana anak-anak diminta membawa uang dan bisa dibelanjakan di bazar yang diadakan di sekolah.
2. MENABUNG
Cara lainnya ialah lewat menabung, dengan catatan cukup diberi uang kecil saja. Misalnya koin Rp 100 per hari atau per minggu, tergantung keuangan orang tua. Belikan anak celengan dari tanah liat atau plastik. “Kalau bisa, celengan plastik transparan sehingga dari hari ke hari, anak bisa melihat kemajuan tabungannya. Lama-lama, kan, ia melihat, uang yang tadinya sedikit menjadi banyak. Nah, ia akan terpacu terus menabung.”
Sesudah celengan penuh, buat kesepakatan antara anak dan orang tua. Misalnya, hasil tabungan tak boleh seluruhnya dibelanjakan. Dan jika anak hendak membeli sesuatu yang harus membuka celengannya, maka ibu atau ayah harus tahu. “Karena anak-anak, kan, belum bisa menghitung nilai nominal dengan baik. Jadi ayah/ibu harus
mendampingi.” Bila si kecil sudah usia 5 tahun, tahap awal si kecil akan merasa asing dengan gedung bank dan orang-orang di dalamnya. Ia pun sering merasa khawatir, “Lo, nanti uang yang aku orang tua sebaiknya mengajak anak menabung di bank. “Bukalah suatu bentuk tabungan untuk anak di mana mereka dapat menabungkan uang recehnya yang sudah berbukit.” Tentunya pada taruh di bank enggak bisa diambil lagi. Itu, kan, uangku.”
Penjelasan yang logis dan positif tentang pentingnya menabung di bank, dapat membuat si kecil memiliki kesan positif tentang uang dan bank. Orang tua juga perlu mengajak anak ke bank kala hendak
menabung atau mengambil uang, sehingga anak tak akan khawatir lagi uangnya bakal lenyap. “Agar ia makin yakin uangnya bisa diambil suatu saat, lain kali ajak ia untuk mengambil sedikit uang tabungannya di bank.”
2. UANG SAKU
jadi tahu, semua orang memiliki uang terbatas dan uang yang tak diperlukan hari ini bisa disimpan untuk digunakan besok. Dengan kata lain, anak belajar bagaimana mengelola uang.
Tentu saja untuk itu anak perlu memiliki uang sendiri. Triatri melihat, mulai usia 3 tahun, anak sudah bisa diberikan uang saku. Soal berapa besar jumlahnya, tergantung kondisi keuangan orang tua dan
kebutuhan anak. “Untuk anak usia prasekolah, jumlah nominalnya tak perlu besar.” Karena yang terpenting ialah pemberiannya tetap dan teratur. Dengan demikian anak jadi punya kesempatan untuk
mengatur pengeluarannya dan merencanakan memilih barang yang diinginkannya dan memang penting. Ia pun belajar “hidup” sesuai dengan “penghasilan”nya dan memupuk kebiasaan menabung untuk membeli sesuatu yang lebih mahal. “Pengelolaan ini menjadi tanggung jawab anak sepenuhnya. Tentu saja dengan bimbingan orang tua.”
Tapi, uang saku ini, kata Triatri, jangan disamakan dengan uang jajan. Tujuan pemberian uang saku bukanlah untuk jajan, melainkan agar anak dapat menabung dan mengelola uangnya. Jika orang tua
memberikan uang pada anak balita dan mengatakan itu adalah uang jajan, seolah-olah anak bebas membelanjakannya untuk jajan sehingga ia bisa salah mengelola uang. Penggunaan istilah uang jajan,
menurutnya, lebih baik diperkenalkan bila anak sudah duduk di kelas III atau IV SD. “Kasihan juga kalau anak tak pernah jajan. Apalagi kalau ia melihat temannya banyak yang jajan. Tapi yang penting diberi tahu dulu berapa uang jajan yang dijatahkan padanya dan bagaimana memilih jajanan yang bersih.”
Orang tua, lanjutnya, juga jangan selalu memberi uang menurut permintaan anak. Bisa-bisa, si anak selalu bergantung pada
keinginannya dan tak bisa mengatur pengeluarannya karena ia tak tahu berapa jumlah uang yang bisa ia perhitungkan.
3. JADI CONTOH
Satu hal diingatkan Triatri, orang tua hendaknya menjadi contoh bagi anak. Jika Anda selalu meletakkan uang sembarangan, misalnya, atau uang jatuh dibiarkan saja karena nominalnya kecil, maka
lama-kelamaan anak akan berpikir, mencari uang itu mudah dan uang
Hati-hati, lo, kebiasaan ini bisa menular pada anak. Soalnya, anak selalu menjadikan orang tuanya sebagai role model atau contoh. Jadi, kalau suatu ketika Anda mendapatkan si kecil begitu boros, jangan ngomel! Karena ia pastilah mencontoh Anda.
4. Ajari Anak Untuk Menunggu
Dalam dunia yang penuh kepuasan instan ini, penting mengajarkan anak-anak untuk menunggu waktu tepat untuk mendapatkan sesuatu. Ini bisa menjadi merupakan pelajaran yang sangat sulit diterima anak-anak.
Caranya, ketika anak-anak meminta sesuatu, sesekali orangtua perlu mengatakan tidak. Kemudian, bantu anak merencanakan apa yang mereka butuhkan dan inginkan. Susan menyarankan orang tua
menetapkan waktu ketika anak-anak menerima uang, seperti liburan dan ulang tahun. Semakin banyak waktu tenggang saat mendapat uang tunai, semakin sukses anak mampu dalam menahan diri.
5. Bantu Anak Memahami Saat Ekonomi Sulit
Ketika keluarga sedang mengalami kesulitan ekonomi dan harus melalui saat-saat menantang secara fnansial, penting bagi Anda mengatur sebuah pertemuan keluarga untuk membahas pengeluaran keluarga. Libatkan anak (kendati tak perlu dalam seluruh hal), dengan memintanya menuliskan keinginan dan kebutuhan. Lalu mintalah anak membuat daftar berdasarkan prioritas. Ini akan membantu anak-anak melihat perspektif baru mengenai uang. Sadarilah, mengatakan
“Tidak” pada anak-anak (saat meminta ini-itu) akan lebih sulit, ketimbang meminta anak lebih “mendengarkan” situasi Anda.
Lantas, bagaimana sikap orangtua jika menghadapi anak yang selalu menuntut? Sudah merupakan kodrat anak untuk meminta jika mereka melihat apa yang mereka sukai. Alasan orangtua mengatakan bahwa suatu barang harganya mahal atau memang belum punya uang, mengembangkan pengertian bahwa untuk mendapatkan barang tersebut diperlukan uang. Dari situlah, anak mulai mendapatkan pemahaman tentang uang. Ketika orangtua mengatakan tidak punya uang, mereka sebetulnya belum begitu mengerti mengapa uang itu tidak dimiliki oleh orangtuanya. Karena itu, anak sering menuntut terus karena -- terutama untuk anak usia di bawah 8 tahun pada umumnya -- belum mengerti konsep bahwa orang harus bekerja sekian jam untuk mendapatkan uang. Mereka hanya berpikir, uang itu seharusnya
Positif dan Negatif
Apakah memberikan uang saku pada anak sebenarnya berdampak positif atau negatif? Berdampak positif karena orangtua
berkesempatan melatih anak menggunakan uang dengan baik.
Orangtua harus memikirkan, anak kecil tak semestinya diberikan uang yang berlebihan. Anak kecil belum bisa menggunakan uang dengan bijaksana jika memiliki uang berlebihan. Dia hanya baru bisa
menggunakan uang dengan jumlah yang tepat untuk membeli barang yang memang dia inginkan tersebut.
Dampak buruknya, anak seumur 6-7 tahun sebetulnya orangtua sudah mendidik anak bukannya murah hati, tapi tidak menghargai uang sama sekali dan menganggap uang itu sebagai sesuatu yang
seharusnya dia peroleh dan bahkan ia bisa menggunakannya untuk mendapatkan persahabatan. Jadi, orangtua memang harus berhati-hati.
Kalau anak itu sudah beranjak remaja, uang menjadi suatu status sosial dan ekonomi, apa maksudnya? Anak-anak memang kadang merasa lebih diterima oleh lingkup sosialnya kalau dia punya uang, seperti yang dimiliki oleh teman-temannya. Karena itu, anak-anak dari keluarga kurang mampu merasa sangat tertekan karena mereka tidak punya uang. Tidak punya uang berarti sama dengan hinaan, tidak dianggap. Itu memang bagian dari kehidupan yang nyata, yang harus dihadapi oleh anak itu.
Yang terpenting bagi orangtua, remaja tersebut sejak kecil perlu dilatih memakai uang dengan pas. Perlahan-lahan, waktu menginjak usia 12 tahun, izinkan dia untuk memakai atau mempunyai uang sedikit lebih, sebab orangtua mau tahu apa yang dia gunakan dengan uang itu. Anjurkan supaya anak tidak memakai uang itu terus-menerus.
Bimbinglah mereka untuk menabung agar nanti bisa membeli sesuatu yang sungguh-sungguh diinginkannya. Kalau mereka sudah mampu membeli barang dengan uangnya sendiri, berikan tanggapan yang positif. Perlahan-lahan, uang lebih yang diberikan boleh ditambah. Saat itu dia sudah lebih tahu bagaimana memakai uang dengan jumlah lebih banyak sehingga tidak terlalu tergesa-gesa atau sembarang dalam memakainya.
Sikap Kemandirian
yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan uang saku secara mingguan atau bulanan.
Dengan cara tersebut, anak akan belajar -- mau tidak mau --