• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENTINGNYA PEMBE LAJARAN BAHASA INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENTINGNYA PEMBE LAJARAN BAHASA INDONESIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TERHADAP ANAK USIA DINI

Putri Nurfadila

Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Muslim Indonesia Email: putriNurfadila25@gmail.com

Abstrak

Dalam dunia pendidikan, pembelajaran bahasa menjadi hal yang sangat penting diajarkan sejak dini. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi manusia dalam menyampaikan sebuah pesan, gagasan ataupun ide yang ada di dalam pikirannya. Salah satu hal yang sangat luar biasa apabila anak-anak telah terlibat pada pembelajaran bahasa sejak kecil yakni mampu membuat mereka memiliki banyak pemahaman tentang berbagai hal. Pendidikan anak di usia dini merupakan waktu yang sangat baik dalam menerima pembelajaran bahasa Indonesia, di mana perkembangan bahasanya dapat kita lihat sejauh mana banyaknya kosakata yang mereka kuasai. Daya ingat anak kecil yang masih sangat kua membuat mereka sangat baik dan cepat dalam menangkap pembelajaran yang diberikan. Namun, jika mereka tidak mampu mengendalikan pemahamannya itu, maka dapat menghambat perkembangan psikologisnya karena di masa itu mereka masih mencari-cari perhatian dan masih bermain-main. Dengan demikian, sebagai pengajar bahasa Indonesia harus lebih paham dan harus mampu menyampaikan pembelajaran bahasa Indonesia dengan baik dan tepat.

Kata kunci: Pembelajaran bahasa Indonesia, anak usia dini

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan penunjang keberhasilan peserta didik dalam mempelajari semua

bidang studi. Meskipun bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu, namun bahasa Indonesia

memiliki peran yang sangat besar, yaitu sebagai alat komunikasi antarsesama manusia

yang cenderung menggunakan bahasa ibu (bahasa daerah). Pembelajaran bahasa

diharapkan membantu peserta didik untuk mengenal dirinya, budayanya, budaya orang

lain. Melalui pembelajaran bahasa, mereka juga diharapkan mampu mengemukakan

gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat.

Pembelajaran bahasa Indonesia mendapatkan peran penting dalam dunia

pendidikan di Indonesia karena merupakan bahasa resmi di semua bidang. Luar biasanya

lagi apabila dalam dunia pendidikan usia dini mampu menyampaikan materi ajar mereka

dengan baik. Sebagaimana kita ketahui bahwa anak usia dini adalah masa-masa yang

rawan bagi mereka, karena di masa mereka masih menikmati masa-masa bermain. Apabila

terlalu dipaksakan akan menghambat perkembangan psikologi mereka, akan tetapi jika

(2)

pengajar mampu menyampaikan bahasa Indonesia itu dengan baik dan benar, mau itu

secara lisan maupun tulisan.

Lain halnya jika berbicara perkembangan media sosial dewasa ini, yang mau tidak mau

harus diakui turut berperan dalam perkembangan pengetahuan anak. Saat ini, media sosial

umumnya diakses oleh kalangan remaja dan anak. Secara psikologi, pada usia remaja

menjadi fase pertumbuhan manusia yang cenderung labil dan rentan terhadap berbagai

macam pengaruh. Pengaruh media sosial bagi kalangan remaja dan anak dapat berwujud

dalam gaya berpakaian (fashion) dan juga gaya berbahasa (Mansyur, 2017).

Pada konteks lain, pendidikan anak usia dini adalah jenjang di mana sebelum

jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan bagi

anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dimana hanya dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu perkembangan dan pertumbuhan

jasmani dan rohaninya agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih

lanjut, dan mengembangkan potensi dan kreativitas anak. Anak diusia mereka kita sebagai

pengajar bisa memberikan pembelajaran Bahasa Indonesia melalui buku cerita, dongeng,

lagu anak-anak, dan video percakapan-percakapan yang mampu mereka simak dan rekam

di kepala mereka.

PEMBAHASAN

Perkembangan Anak Usia Dini

Anak usia dini masing-masing memiliki karakteristik perkembangannya sendiri

yang di mana di dalamnya mencakup perkembangan fisik-motorik, kognitif, bahasa, dan

sosial-emosional.

1. Perkembangan Fisik-Motorik

Fase perkembangan dan pertumbuhan fisik pada anak selalu sama, tetapi beberapa

anak yang mengalami pertumbuhan secara cepat, adapun yang mengalami pertumbuhan

yang lambat. Pada masa kanak-kanak, pertumbuhan tinggi dan berat badan relative

seimbang. Anak juga mengalami perubahan fisik secara proposonal. Adapun yang

dikemukakan salah satu ahli “bahwa pada usia 4-5 tahun koordinasi motorik halus

anak-anak semakin meningkat; tangan, lengan, dan tubuh bergerak bersama di bawah komando yang lebih baik dari mata” (Santrock, 1995).

Masa kanak-kanak ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas. Anak cenderung

(3)

fisik-motorik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik

itu dalam bidang pengetahuan berbahasa maupun pengetahuan dalam bidang lainnya. Pada

masa usia ini, kematangan perkembangan fisik-motorik umumnya sudah dicapai karena

itu, anak sudah siap untuk belajar.

2. Perkembangan Kognitif

Piaget (Santrock, 1995) menyatakan bahwa anak usia 3-6 tahun pada umumnya

berada pada tahap berfikir praoperasional. Pada tahap ini anak dapat memahami pengertian

operasional ,yaitu proses interaksi suatu aktivitas mereka di mana prosesnya dapat kembali

pada titik awal berfikir secara logis. Mempelajari simbol merupakan karakteristik esensial

dari tahapan ini. Pemikiran anak bersifat egosentris (menjadikan diri sendiri sebagai titik

pusat pemikiran) sehingga anak pada tahap ini sulit membayangkan bagaimana segala

sesuatu itu tampak dari perspektif orang lain.

Karakteristik lain dari cara berfikir praoperasional adalah pemikirannya yang

sangat memusat. Bila anak tersebut dihadapkan pada situasi yang terdiri dari beberapa

dimensional, anak akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi dan

mengabaikan dimensi yang lainnya. Selain itu, berfikir praoperasional belum mampu

menciptakan berfikir sebaliknya. Anak belum mampu untuk meniadakan sesuatu tindakan

dengan melakukan tindakan tersebut sekalipun dari arah yang sebaliknya. Perkembangan

kognitif berlangsung menurut urutan yang sama bagi semua anak. Setiap seorang anak

akan mengalami dan melewati setiap tahapan tersebut, sekalipun kecepatan perkembangan

dari tahapan-tahapan tersebut dilewati secara relatif dan ditentukan oleh berbagai faktor

seperti kematangan psikis, stuktur syaraf, dan lamanya pengalaman yang dilewati pada

setiap tahapan perkembangan.

3. Perkembangan Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi, yaitu menyampaiakan atau menerima

informasi dari orang. Bahasa tersusun dari kata-kata dengan tujuan dan maksud tertentu.

Menurut salah seorang ahli, Vygotsky (1978), perkembangan bahasa berjalan seiring

dengan perkembangan kognitif, malahan saling menunjang dan keduanya berkembang

dalam lingkungan sosial-budaya tertentu. Bahasa juga merupakan alat utama untuk

mengekspresikan pikiran dan perasaan seseorang. Bahasa dapat mengarahkan perhatian

anak pada benda-benda baru atau hubungan baru yang ada di lingkungan, mengenalkan

(4)

anak. Bahasa adalah salah satu dari berbagai perangkat yang terdapat dalam stuktur

kognitif manusia.

Piaget (dalam Santrock 1995) menyatakan bahwa anak adalah makhluk yang aktif

dan adaptif tetapi bersifat egosentris. Karena proses berfikir anak sangat berbeda dengan

orang dewasa, pengalaman belajar mereka juga harus disesuaikan dengan tingkat

pemahaman pada anak. Dalam pandangan Vygotsky (1978), stuktur mental atau kognitif

anak terbentuk dari hubungan di anatara fungsi-fungsi mental. Hubungan antara bahasa

dan pemikiran diyakini sangat penting dalam kaitan ini. Vygotsky bahkan menegaskan

bahwa bahasa dan pemikiran pada mulanya berkembang sendiri-sendiri tetapi pada

akhirnya akan bersatu.

Pada usia 4-5 tahun, anak sudah menguasai kalimat yang terdri atas empat sampai

lima kata di dalamnya. Mereka juga mampu menggunakan kata depan, seperti di atas, di

bawah, dan di dalam. Anak lebih banyak menggunakan kata-kata kerja daripada kata

benda. Antara usia 5-6 tahun, kalimat anak sudah terdiri atas enam sampai delapan kata,

anak juga sudah dapat menjelaskan arti kata yang sederhana mengetahui lawan kata, serta

menggunakan kata penghubung , kata depan, dan kata sandang.

4. Perkembangan Sosial-Emosional

Sejak kecil anak telah belajar cara berperilaku sosial sesuai dengan harapan

orang-orang yang paling dekat dengannya. Apa yang telah dipelajari anak dari lingkungan

keluarganya mempengaruhi pembentukan perilaku sosialnya. Untuk mencapai kematangan

sosial ,anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain.

Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul

dengan orang di lingkungannya (Yusuf, 2000).

Perilaku yang ditunjukkan pada anak dapat berbeda-beda tergantung dengan siapa

anak tersebut berhadapan. Perilaku anak dalam suatu kelompok berbeda dengan

perilakunya dalam kelompok lain. Perilaku anak dalam kelompok juga berbeda dengan

perilakunya pada saat anak tersebut sendirian. Kehadiran orang lain dapat menimbulkan

reaksi yang berbeda pada setiap anak. Perbedaan ini dapat terjadi karena beberapa faktor

yaitu persepsi anak yang menjadi anggota kelompok, lingkungan tempat terjadinya sebuah

interaksi, dan pola kepemimpinan yang berlaku.

Ada lima faktor yang mempengaruhi kemampuan anak dalam bersosialisasi, antara

(5)

(3) adanya suatu bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang biasanya akan menjadi

model bagi anak, (4) adanya perkembangan kemampuan bersosialisasi melalui cara coba

dan salah, dan (5) adanya kemampuan berkomunikasi yang baik.

Pada usia 5-6 tahun, emosi anak mulai matang. Pada usia ini anak mulai menyadari

akibat-akibat dari tampilan emosinya. Anak juga memahami perasaan orang lain, misalnya

bagaimana perasaan orang lain apabila disakiti, maka anak akan belajar mengendalikan

emosinya. Ekspresi emosi pada anak mudah berubah-ubah dengan cepat dari satu bentuk

ekspresi ke bentuk eskpresi lainnya. Anak dalam keadaan gembira secara tiba-tiba dapat

langsung berubah menjadi marah karena adanya sesuatu yang dirasakan tidak

menyenangkan. Sebaliknya, apabila dalam keadaan marah ,melalui bujukan yang

menyenagkan perasaan anak itupun akan berubah menjadi riang.

Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Tujuannya

Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa

Indonesia. Untuk mejaga kelestarian dan keaslian bahasa Indonesia, diperlukan berbagai

upaya. Salah satu contoh untuk menjaga keaslian bahasa Indonesia adalah dengan

menuliskan kaidah-kaidah ejaan dan tulisan bahasa Indonesia dalam buku yang disebut

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Buku tersebut dapat digunakan sebagai pedoman

dalam kegiatan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan benar, baik

berkomunikasi secara langsung maupun tidak langsung. Sedangakan upaya lain untuk

melestarikan bahasa Indonesia adalah dengan menanamkan bahasa Indonesia sejak dini.

Hal ini sejalan dengan pendapat Mansyur (2016) bahwa bahasa merupakan identitas dan

kebanggaan suatu bangsa. Untuk membangun rasa percaya diri yang kuat, sebuah

bangsa memerlukan identitas. Identitas sebuah bangsa dapat diwujudkan melalui

penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

Penanaman bahasa Indonesia sejak dini adalah cara yang baik untuk memberikan

pelatihan dan pendidikan tentang bahasa Indonesia sejak anak masih kecil. Pelaksanaan

pendidikan tentang bahasa Indonesia pada anak dapat dilalui dengan pendidikan informal,

formal, dan nonformal. Pendidikan informal dilakukan di rumah, dimana anak tersebut

mendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya di rumah, pendidikan formal itu di

sekolah dan guru yang berperan penting dalam menanamkan pengetahuan tentang bahasa

(6)

sekiar, sosialisasi antara masyarakat sekitar, kursus belajar di luar jam sekolah juga

termasuk nonformal.

Pembelajaran bahasa Indonesia di lingkup dunia akademik khususnya dan pada

umumnya memiliki tujuan mendidik anak didik dan masyarakat agar dapat berkomunikasi

dengan menggunakan bahasa Indonesia secara efektif dan benar sesuai etika dan

kesopanan, supaya anak didik bisa menggunakan bahasa Indonesia guna semakin

meningkatkan kemampuannya, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia

sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. Perkembangan bahasa pada anak usia dini

sangat penting karena bahasa sebagai dasar kemampuan anak, terus menerus dilatih untuk

berfikir dan menyelesaikan masalah melalui bahasa yang dimilikinya. Kegiatan nyata yang

diperkuat dengan komunikasi akan terus meningkatkan kemampuan bahasa anak. Lebih

daripada itu anak harus ditempatkan di posisi paling utama, sebagai pusat pembelajaran

yang perlu dikembangkan potensinya. Anak belajar bahasa perlu juga menggunakan

berbagai strategi seperti bermain dan menggunakan media yang beragam yang mendukung

pembelajaran bahasa.

Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, diperlukan metode pembelajaran

yang inovatif dan dinamis. Melalui proses pembelajaran bahasa Indonesia yang dinamis

diharapkan akan tercipta suatu bentuk komunikasi lisan antara peserta didik dengan peserta

didik lainnya yang terpola melalui keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan

menulis sehingga suasana pembelajaran terhindar dari kejenuhan. Oleh karena itu, perlu

adanya inovasi-inovasi pembelajaran yang dapat menggugah semangat belajar siswa,

terutama pembelajaran bahasa Indonesia yang pada akhirnya proses pembelajaran dapat

berhasil secara maksimal (Mansyur, 2018).

Bahasa Indonesia untuk Anak Usia Dini

Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa, hal ini sudah dijelaskan di

dalam sumpah pemudah. Dengan itu, interaksi sosial akan terbangun harmonis apabila bisa

saling mengerti apa yang ingin disampaikan. Komunikasi menjadi hal penting yang harus

dipahami. Untuk anak usia dini, mengajarkan bahasa yang bisa diterima masyarakat

sangatlah penting untuk dilakukan agar mereka bisa lancer berinteraksi dengan

masyarakat, dengan begitu pula mereka dengan gampang mempunyai banyak teman.

Hal sebaliknya terjadi apabila anak terlalu dibiasakan berbahasa asing, mereka akan

(7)

Di kota-kota besar mengajarkan anak bahasa Indonesia lebih baik daripada bahasa asing,

karena di daerah perkotaan mayorits menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi.

Setelah anak tersebut memahami bahasa Indonesia barulah bahasa yang lain dapat

dipelajari untuk menambah-nambah pengetahuan mereka. Dengan menggunakan bahasa

Indonesia akan membiasakan anak bertutur kata dengan baik dan benar.

Metode Belajar Anak Usia Dini

Beberapa teori mengatakan bahwa pendidikan terjadi sepanjang hayat, namun enak

tahun pertama usia seorang manusia adalah masa keemasan bagi perkembangan seseorang,

dimana pada saat usia keemasan ini seorang anak akan mudah untuk menerima

stimulus-stimulus yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Masa ini sangat baik sekali untuk

membentuk kepribadian seorang anak dalam menghadapi masa depan dengan cara

mengembangkan minat, bakat, dan potensi yang dimilikinya secara maksimal serta

mengarahkan kelebihan dari seorang anak tersebut untuk menjadi dirinya sendiri.

Orang tua dan pendidik mempunyai peran penting dalam mendukung tugas

perkembangan anak agar dapat merealisasikan seluruh potensi dan kepribadian utuh yang

ada di dalam dirinya. Patokan dalam memilih metode pembelajaran anak usia dini adalah

dengan cara melibatkan langsung peran anak dalam sebuah kegiatan belajar mengajar.

Ketika proses belajar mengajar berlangsung anak sebaiknya diajak untuk memilih tema

pelajaran seperti apa yang mereka inginkan, maka dengan itu anak akan mendapatkan

sebuah inspirasi dan dapat memutuskan apa yang mereka inginkan. Hal ini senada dengan

pendapat Mansyur (2016) bahwa penggunaan teknik dan metode yang inovatif dalam

pembelajaran bahasa Indonesia dapat menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif.

Peserta didik akan ikut terlibat secara langsung dalam menyerap informasi dan menyatakan

kembali hasil rekaman informasi yang diperolehnya sesuai dengan kemampuan individu

peserta didik.

Selanjutnya, ada beberapa metode pembelajaran anak usia dini yang sesuai dengan

tahapan perkembangan anak usia dini.

1) Usia 0-3 tahun

Seorang anak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar di taman bermain dengan

berbagai metode tapi yang harus diperhatikan adalah hubungan antara pendidik dengan

peserta didiknya dan sebaiknya ketika proses belajar mengajar berlangsung pendidik tidak

(8)

2) Usia 5 tahun

Pendidik harus mampu memberikan kegiatan dengan cara memberikan kesempatan

pada anak untuk mengeksplorasi suatu hal. Misalnya, dalam memberikan sebuah contoh,

pendidik sebaiknya tidak selalu mencontohkan lalu anak mengikutinya tetapi biarkanlah

anak tersebut mencoba sendiri, seperti ketika anak tersebut menggambar sebuah bunga

dengan berbagai warna yang mereka sukai. Dan saat usia ini seorang pendidik dapat

memberikan kosakata baru kepada anak dan mulai membiarkan anak merangkai sebuah

kalimat.

3) Usia 6 tahun

Pada usia enam tahun anak harus memperbanyak latihan kemampuan untuk

menceritakan sebuah objek dan mempresentasikan mengenai apa yang dia ketahui

mengenai objek yang diberikan. Metode belajar pada usia ini lebih menekankan pada cara

berfikir seorang anak agar kreatif, misalnya ketika seorang anak tersebut menjelaskan

mengenai sebuah pemandangan. Salah satunya adalah dengan menggunakan metode

mind-mapping dengan menggunakan sub-sub judul. Contohnya, kita meminta anak untuk

menjelaskan konsep gunung lalu biarkanlah anak tersebut memaparkan sesuai dengan apa

yang ada didalam pemikirannya.

Proses belajar mengajar akan dikatakan baik ketika anak berinteraksi dengan

pendidikannya, maka seorang pendidik harus bisa menciptakan sebuah situasi yang aman,

nyaman, dan membangkitkan semangat peserta didiknya dalam belajar. Anak akan antusias

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan cara yang kita gunakan dari metode

pengajaran yang tepat.

PENUTUP

Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa

Indonesia. Penanaman bahasa Indonesia sejak dini adalah cara yang baik untuk

memberikan pelatihan dan pendidikan tentang bahasa Indonesia sejak anak masih kecil.

Pelaksanaan pendidikan tentang bahasa Indonesia pada anak dapat dilalui dengan

pendidikan informal, formal, dan nonformal. Dengan memberikan pembelajaran bahasa

Indonesia pada anak usi dini mampu melatih berkomunikasi yang baik, menguasai

kosakata lebih banya, dan agar anak tersebut mampu mengekspresikan perasaan mereka.

Pengembangan kemampuan berbahasa bagi anak usia dini bertujuan agar anak mampu

(9)

mengembangkan kemampuan bahasa anak juga guru harus dapat memilih strategi atau

metode yang tepat dan bervariasi, agar anak didik juga tidak akan bosan dan gampang

melupakan pelajaran yang diberikan.

Perkembangan anak usia dini juga tidak lepas dari perkembangan fisik-motorik,

perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, dan perkembangan emosional. Dengan

tahap-tahap perkembangan seperti itu sangatlah penting untuk menunjang perkembangan

anak, dan tolak ukur dari masing-masing anak juga tidak semua sama. Apa yang anak di

tahap ini lebih mampu dan kuat menerima pelajarn, memori ingatnya lebih peka jadi

dengan memberikan pembelajaran bahasa Indonesia melalui pembelajaran yang menarik

itu bisa memicu perhatian mereka. Tentunya orang tua yang memberikan pembelajaran

bahasa Indonesia keoada anaknya yang masih belia itu sangat baik, dan tidak ada kerugian

sama sekali. Dengan itu, bahasa Indonesia lebih diperhatikan lagi sebagai bahasa nasional

yang sangat berfaedah, karena kalau bukan kita yang menjunjung tinggi bahasa kita siapa

lagi, penerus-penerus bangsa yang sangat berpotensi ke depannya.

DAFTAR RUJUKAN

Achmad, Sri Wintala. (2015). Buku Induk Mahir Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Araska Publisher.

Dody Rullyanda. (2015). Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia (Online). (http://dodirullyandapgsd.blogspot.co.id/html, Diakeses 12 November 2017).

Mansyur, Umar. (2016). Bahasa Indonesia dalam Belitan Media Sosial: Dari Cabe-Cabean Hingga Tafsir Al-Maidah 51. (https://doi.org/10.31227/osf.io/7vpjh, Diakses 14 November 2017).

Mansyur, Umar. (2016). Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Pendekatan Proses. Retorika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 9(2), 158-163.

Mansyur, Umar. (2017). Belajar Memahami Bahasa Generasi Milenial. (https://doi.org/10.31227/osf.io/sxhp8, Diakses 14 November 2017).

Mansyur, Umar. (2017). Peranan Etika Tutur Bahasa Indonesia dalam Pembelajaran di Sekolah. (https://doi.org/10.31227/osf.io/wrs9d, Diakses 14 November 2017).

Mansyur, Umar. (2018). Pembelajaran Inovatif Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. (https://doi.org/10.31227/osf.io/fyr8g, Diakses 14 November 2017).

(10)

Neni. (2015). Pendidikan Anak Usia Dini (Online). (http://weblognew.blogspot.co.id/ 2015/06/penddikan-anak-usia-dini.html, Diakses 12 November 2017).

Purwanto, MP. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Riwayanti, Rike. (2010). Perkembangan Bahasa Untuk Anak Usia Dini (Online). (http://rike-rikeriwayanti.blogspot.co.id/2010/12/perkembangan-bahasa-untuk-anak-usia.html, Diakese 14 November 2017).

Sudrajat, Imam. (2015). Pentingnya Bahasa Indonesia untuk Anak Usia Dini Dibanding Bahasa Asing (Online). (http://www.scrib.com/mobile/document/358173885/ pentingnya-bahasa-indonesia-untuk-anak-usia-dini-dibanding-bahasa-asing, diakses 18 November 2017).

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa pengertian psikologi dan pendidikan yang telah dicantumkan diatas, maka psikologi pendidikan merupakan pembelajaran yang sistematis tentang proses- proses

Guru-guru SMP dan SMA Kristen Eben Haezar harus mengajar selama 45 jam per minggu, di luar kelas ekstra untuk persiapan Ujian Nasional dan ekstra- kurikuler, sehingga

Penyebab lain seringnya K-means terjebak pada solusi lokal optima adalah karena cara penentuan titik pusat baru untuk setiap iterasi dalam K-means dilakukan dengan menggunakan

Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara cedera kepala ringan dan kelainan intrakranial pada gambaran CT-Scan kepala di RSUP

1 Pengaruh Customer Relationship Management (CRM) Terhadap Loyalitas Konsumen (Studi Kasus Pada PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk.) Sabam Junijar

Pada bagian ini, akan dibahas tentang uji stasioneritas data dalam bentuk mean dari ketiga variabel, yaitu variabel harga saham ( Y ), variabel harga emas

Data tabel tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran menulis teks report melalui writing process menunjukkan peningkatan rata-rata skor dari 1,88 pada siklus I menjadi

Dasil hasil penelitian di SMA Katolik Santo Augustinus Kediri didapatkan 24 responden (72,7%) memiliki citra tubuh negatif dan 9 responden (27,3%) memiliki citra