• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR METODOLOGI PENELITIAN PROPOS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS AKHIR METODOLOGI PENELITIAN PROPOS"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR METODOLOGI PENELITIAN

PROPOSAL PENELITIAN

Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi

Sumatera Barat

Oleh :

FIQRI ISLAMY SIDIQ

1110532041

PROGRAM STUDI S1 JURUSAN

AKUNTANSI

(2)

I. Judul Penelitian : Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Sumatera

Barat

II. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Menurut Undang-undang No.22 Tahun 1999 Pasal 1 dikatakan bahwa yang dimaksud otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom, yang selanjutnya disebut daerah, untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan perundang-undangan. ,Dengan adanya otonomi, daerah dipacu untuk dapat berkreasi mencari sumber penerimaan daerah. Pemerintah Daerah sebagai satuan yang diberi wewenang untuk mengatur diri sendiri sesuai otonomi daerah membutuhkan sumber-sumber pembiayaan yang cukup. Namun, Pemerintah Pusat tidak dapat memberikan sepenuhnya pembiayaan kepada daerah, maka kepada daerah diberikan kewajiban dan wewenang untuk menggali sumber-sumber keuangan daerahnya sendiri.

Sumber-sumber pendanaan pelaksanaan pemerintah daerah atas Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, pinjaman daerah dan pendapatan yang sah lainnya. PAD, yang salah satunya berupa pajak daerah, diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

Semakin besar pajak dan retribusi daerah yang diterima otomatis semakin meningkatkan PADnya. Kemandirian Pemkab/Pemko dapat dilihat dari besarnya PAD yang diperoleh Pemkab/Pemko. Semakin besar pajak dan retribusi yang diperoleh oleh kabupaten dan kota tersebut dalam membiayai pengeluaran untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya kepada masyarakat seperti membantu dan memfasilitasi sarana dan prasarana masyarakat. Retribusi daerah merupakan pembayaran wajib dari penduduk kepada Negara dikarenakan ada jasa tertentu yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada individu secara perorangan. Pungutan dari masyarakat ini akan menjadi sumber pendapatan bagi daerah tersebut, dan bisa dijadikan sumber utama pendapatan daerah selain pajak daerah, bagian laba usaha daerah maupun nilai-nilai PAD yang sah.

(3)

dari sector pariwisata sampai dengan jasa-jasa yang disediakan oleh pihak swasta. Daerah-daerah yang cukup potensial di Sumatera Barat antara lain Pemerintah Kota Padang, Pemerintah Agam dan Kabupaten Padang Pariaman, yang banyak memiliki sector industry dan pariwisata yang dapat dikenakan tarif pajak daerah dan retribusi. Dari pajak daerah dan retribusi inilah yang akan menyumbang ke Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sumatera Barat.

Oleh karena itu, melihat pentingnya pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah di Sumatera Barat yang pada akhirnya akan mempengaruhi total pendapatan daerah pada masa yang akan datang. Dengan ini penulis tertarik meneliti melalui penulisan skripsi yang berjudul : “Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Sumatera Barat”

III. Rumusan Masalah

Pajak dan retribusi merupakan salah satu sektor yang potensial untuk penerimaan PAD Kota Padang. Namun perlu diteliti lebih lanjut tentang :

1. Bagaimana pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

2. Bagaimana pengaruh pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). 3. Bagaimana pengaruh retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

IV. Tujuan dan Manfaat Penelitian

4.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui persentase pengaruh penerimaan pajak dan retribusi berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah pada pemerintahan kabupaten/pemerintah di Sumatera Barat

2. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah

3. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh retribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah

4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menambah wawasan mahasiswa tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintahan dalam menetapkan kebijakan dan

bagaimana sebaiknya pemerintahan memperlakukannya meningkat dari tahun ke tahun.

(4)

4.3 Batasan Penelitian

1. Variabel independent yang diteliti adalah pajak daerah dan retribusi daerah untuk kabupaten/kota.

2. Objek penelitian adalah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat 3. Data yang digunakan adalah tahun 2012-2013

V. LANDASAN TEORI

5.1 Pajak

5.1.1 Pengertian Pajak

Menurut Rochmat Soemitro (guru besar hukum pajak) pajak merupakan iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintahan) berdasarkan UU (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi) yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum. Sedangkan menurut Undang-undang No.28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas UU No 6 tahun 1983 tentang Ketentuan umum dan Tata Cara perpajakan menyebutkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat

5.1.2 Fungsi Pajak

Terdapat beberapa fungsi pajak diantaranya yaitu : a. Revenue

Fungsi penerimaan atau dikenal pula dengan istilah fungsi bugetair adalah fungsi utama dari pemungutan pajak. Pajak digunakan sebagai alat penyokong utama pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan yang meliputi belanja rutin pemerintah, belanja pembangunan, belanja untuk keperluan legislasi dan yudikasi, serta pembiayaan lainnya.

b. Redistribution

Pajak yang dipungut negara selanjutnya akan dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan fasilitas public di seluruh wilayah negara.

c. Repricing

(5)

mengatur atau mencapai tujuan tertentu. Contoh nyata dari fungsi ini adalah PPnBM dan pajak terhadap minuman keras.

d. Representation (Legalitas Pemerintahan)

Mengimplikasikan bahwa pemerintah membebani pajak atas warga negara, dan warga negara meminta akuntabilitas dari pemerintah.

5.1.3 Penggolongan Pajak

a. Berdasarkan Wewenang Pemungutannya

1) Pajak negara : pajak yang wewenang pemungutannya dimiliki oleh Pemerintah Pusat.

2) Pajak daerah : pajak yang wewenang pemungutannya dimiliki oleh Pemerintah Daerah.

b. Berdasarkan Administrasi dan Pembebanan

1) Pajak langsung, yaitu pajak yang dipungut Pemerintah kepada Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain.

2) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang dipungut pemerintah kepada Wajib Pajak secara tidak langsung dan dapat dilimpahkan ke orang lain.

c. Berdasarkan Sasaran

1) Pajak subjektif, yaitu pajak yang memperhatikan pertama-tama keadaan pribadi Wajib Pajak, seperti pajak penghasilan.

2) Pajak objektif, yaitu pajak yang memperhatikan pertama-tama pada objek (benda, peristiwa, perbuatan, atau keadaan) yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak, seperti PPN dan PPnBM.

5.1.4 Sistem Pemungutan Pajak

Hingga saat ini terdapat 3 sistem pemungutan pajak yaitu :

a. Official Assesment System : melalui sistem ini Wajib Pajak bersifat pasif karena besarnya pajak ditentukan oleh fiskus dengan mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak. Wajib Pajak baru aktif ketika melakukan penyetoran pajak terutang berdasarkan ketetapan SKP tersebut.

(6)

dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, penelitian, dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. c. Withholding Tax System: dengan sistem ini pemungutan dan pemotongan

pajak dilakukan melalui pihak ketiga. Dalam prakteknya dimasa sekarang contoh sistem ini adalah pada pemotongan PPh pasal 21 oleh pihak lain.

5.1.5 Asas Pemungutan Pajak

Terdapat 3 asas dalam pemungutan pajak yaitu :

a. Asas Domisili, yaitu bahwa pajak dibebankan pada pihak yang tinggal dan berada di wilayah suatu negara tanpa memperhatikan sumber atau asal objek pajak yang diperoleh.

b. Asas Sumber, yaitu bahwa pembebanan pajak oleh negara hanya terhadap objek pajak yang bersumber atau berasal dari wilayah teritorialnya tanpa memeperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

c. Asas Kebangsaan, yaitu bahwa status kewarganegaraan seseorang menentukan pembebanan pajak terhadapnya.

5.1.6 Cara Pemungutan Pajak

a. Stelsel Riil atau Nyata

Merupakan cara pengenaan pajak yang didasarkan pada objek pajak yang sesungguhnya, yang benar-benar ada, dan dapat ditunjuk. Sebagai contoh, dalam pajak penghasilan, yang dimaksud penghasilan disini adalah penghasilan sesungguhnya yang diperoleh atau diterima dalam satu tahun baru diketahui pada akhir tahun sehingga pengenaan pajaknya baru dapat dilakukan pada akhir tahun tersebut.

b. Stelsel Fiktif

Merupakan cara pengenaan pajak yang didasarkan pada suatu anggapan yang dilegalkan oleh undang-undang. Sebagai contoh, penetapan besaran angsuran pajak diawal tahun yang didasarkan pada anggapan bahwa pendapatan tahun ini adalah sama dengan ditahun lalu.

c. Stelsel Campuran

Pada dasarnya merupakan gabungan antara stelsel riil dan stelsel fiktif. Pada awal tahun pajak menggunakan stelsel fiktif dan setelah akhir tahun menggunakan stelsel riil. Contohnya adalah pajak penghasilan.

(7)

a. Syarat Keadilan, yaitu pemungutan pajak dilaksanakan secara adil baik dalam peraturan maupun realisasi pelaksanaannya.

b. Syarat Yuridis, yaitu pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang yang ditujukan untuk menjamin adanya hukum yang menyatakan keadilan yang tegas, baik untuk negara maupun untuk warganya.

c. Syarat Ekonomis, yaitu pemungutan pajak tidak boleh mengahambat ekonomi rakyat, artinya pajak tidak boleh dipungut apabila justru menimbulkan kelesuan perekonomian rakyat.

d. Syarat Finansial, yaitu pemungutan pajak dilaksanakan dengan pedoman bahwa biaya pemungutan tidak boleh melebihi hasil pemungutannya.

e. Syarat Sederhana, yaitu sistem pemungutan pajak harus dirancang sesederhana mungkin untuk memudahkan pelaksanaan hak dan kewajiban Wajib Pajak.

5.1.8 Undang-Undang Perpajakan

Undang-undang perpajakan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu :

a. Undang-undang Pajak Formal

Ini merupakan bagian undang-undang pajak yang menyangkut cara-cara untuk melaksanakan undang-undang pajak material, dimana Wajib Pajak membayar pajak, untuk melindungi kepentingan hak fiskus maupun Wajib Pajak. Yang termasuk dalam kategori undang-undang pajak formal adalah Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), Undang-undang Pengadilan Pajak (UU PP), dan Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (UU PPSP).

b. Undang-undang Pajak Material

(8)

5.2 Pajak Daerah

5.2.1 Pajak Hotel

Pajak Hotel dipungut pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olah raga dan hiburan. yang dimaksud dengan jasa penunjang disini adalah fasilitas telepon, faximilie, teleks, internet, fotocopy, pelayanan cuci, seterika, transportasi dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola oleh hotel.

Pada pajak hotel yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan hotel. Sementara yang menjadi wajib pajak adalah pengusaha hotel, yaitu orang pribadi atau badan dalam bentu apapun yang di dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha di bidang penginapan. Sedangkan objek hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk pelayanan seperti fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek, pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tempat tinggal yang sifatnya memberikan kemudahan atau kenyamana, fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel, jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.

5.2.2 Pajak Reklame

Pajak Reklame dipungut pajak atas penyelenggaraan reklame. Pengenaan pajak reklame tidak mutlak ada pada setiap daerah di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk mengenakan atau tidak suatu jenis pajak.

Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame. Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame. Dalam hal reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh orang pribadi atau badan,maka Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan tersebut. Dalam hal reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, pihak ketiga tersebut menjadi WajibPajak Reklame. Untuk dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa reklame. Besarnya tarif pajak reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 10% dan ditetapkan sesuai peraturan daerah yang bersangkutan.

5.2.3 Pajak Penerangan Jalan

(9)

a. penggunaan tenaga listrik oleh Instansi Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan PemerintahDaerah;

b. penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh Kedutaan, Konsulatdan Perwakilan Asing dengan asas timbal balik; c. penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, yang tidak

memerlukan izin dari instansiteknis dengan kapasitas terpasang di bawah 200 KVA.

d. Penggunaan tenaga listrik yang khusus digunakan untuk tempat ibadah, panti jompo,panti asuhan.

Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik.Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik. Dalam hal tenaga listrik disediakan oleh sumber lain maka Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah penyedia tenaga listrik.

Dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah Nilai Jual Tenaga Listrik. Nilai Jual Tenaga Listrik ditetapkan:

a. dalam hal tenaga listrik berasal dari sumber lain dengan pembayaran, Nilai Jual TenagaListrik adalah jumlah tagihan biaya beban/tetap ditambah dengan biaya pemakaian kwh/variabel yang ditagihkan dalam rekening listrik;

b. dalam hal tenaga listrik dihasilkan sendiri, Nilai Jual Tenaga Listrik dihitung berdasarkankapasitas tersedia, tingkat penggunaan listrik, jangka waktu pemakaian listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku. Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen). Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gasalam, tarif pajak penerangan jalan ditetapkan sebesar 3 % (tiga persen). Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif pajak penerangan jalan ditetapkan sebesar 1,5 % (satu koma lima persen).

5.2.4 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

(10)

tanah urug, yarosit, zeolite, basal, trakkit, dan mineral bukan logam dan batuan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Sedangkan yang bukan merupakan objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah :

a. kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang nyata-nyata tidakdimanfaatkan secara komersial, seperti kegiatan pengambilan tanah untuk keperluan rumah tangga, pemancangan tiang listrik/telepon, penanaman kabel listrik/telepon, penanaman pipa air/gas;

b. kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang merupakan ikutan dari kegiatan pertambangan lainnya, yang tidak dimanfaatkan secara komersial.

Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau badan yang dapatmengambil mineral bukan logam dan batuan. Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau badan yang mengambil mineral bukan logam dan batuan.

Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah Nilai Jual Hasil Pengambilan mineral bukan logam dan batuan. Nilai jual dihitung dengan mengalikan volume/tonasehasil pengambilan dengan nilai pasar atau harga standar masing-masing jenis mineral bukan logam dan batuan. Nilai pasar adalah harga rata-rata yang berlaku diwilayah setempat.Dalam hal nilai pasar dan hasil produksi mineral bukan logam dan batuan sulit diperoleh, maka digunakan harga standar yang ditetapkan olehinstansi yang berwenang dalam bidang pertambangan mineral bukan logam dan batuan. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan sebesar 25 % (berdasarkan Perda Kota Padang Tahun 2012 tentang Perubahan atas Perda Kota Padang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah).

5.2.5 Pajak Air Tanah

Pajak Air Tanah dipungut pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Dikecualikan dari objek pajak adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertaniandan perikanan rakyat, serta peribadatan.

(11)

Dasar Pengenaan Pajak Air Tanah adalah nilai perolehan air tanah. Nilai perolehan air tanah dinyatakan dalam rupiah yang dihitung dengan mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor-faktor tertentu. Adapun faktor-faktor tersebut adalah : jenis sumber air, lokasi sumber air, tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air, volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan, kualitas air, dan tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/atau pemanfaatanair. Sedangkan untuk tarif Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar 20 % ( dua puluh persen ).

5.2.6 Pajak Restoran

Pajak Restoran dipungut pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Yang menjadi objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi ditempat pelayanan maupun ditempat lain termasuk jasa boga/catering. Tidak termasuk objek Pajak Restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai penjualannya kurang dari Rp. 5.000.000,-/bulan.

Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari restoran. Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran. Dasar pengenaan pajak adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnyaditerima restoran.Tarif Pajak Restoran ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

5.3 Retribusi Daerah

5.3.1 Pengertian Retribusi

Menurut Erly Suandy (2005: 242), Retribusi adalah pemungutan yang dilakukan oleh negara sehubungan dengan penggunaan jasa-jasa yang disediakan oleh negara. Retribusi yang dipungut oleh pemerintah Indonesia sekarang diatur dalam undanng Nomor 18 Tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan retribusi adalah pungutan sebagai pembayaran atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah

dengan objek sebagai berikut:

a. Jasa umum, yaitu jasa untuk kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan;

b. Jasa usaha, yaitu jasa yang menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta;

(12)

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Ada beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini dipungut di Indonesia adalah sebagai berikut (Siahaan, 2005: 7):

a. Retribusi merupakan pungutan yang di pungut berdasarkan undang-undang dan peraturan daerah yang berlaku;

b. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah;

c. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontraprestasi (balas jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukannya;

d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang di selenggarakan oleh pemerintah daerah yang di nikmati oleh orang atau badan;

e. Sanksi yang dikenakan pada retribusi daerah adalah sanksi secara ekonomi, yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

Retribusi daerah merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan meratakan kesejahteraan masyarakat.Daerah kabupaten/kota diberi kewenangan dalam menggali potensi sumber-sumber keuntungannya dengan menetapkan jenis retribusi selain yang telah di tetapkan, sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat.

5.3.2 Objek Retribusi Daerah

Objek retribusi daerah terdiri dari:

a. Jasa umum, yaitu berupa pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan;

b. Jasa usaha, yaitu berupa pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial;

c. Perizinan tertentu, yaitu kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, saran, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

5.3.3 Subjek Retribusi Daerah

Subjek retribusi daerah sebagai berikut:

a. Retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.

(13)

c. Retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daerah.

5.3.4 Petunjuk Teknis Pemungutan Retribusi Daerah

Terdapat beberapa pertimbangan untuk menyusun petunjuk teknis pemungutan retribusi daerah, sebagai berikut:

a. Adanya perbedaan karakteristik pelayanan yang ada pada masing-masing unit SKPD pemungut retribusi, yang salah satunya berakibat adannya perbedaan sarana pemungutan retribusi daerah, dimana ada SKPD yang memakai Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKPD) dan yang memakai karcis.

b. Diperlukannya kepastian hukum atas kewenangan petugas pelaksana pemungutan retribusi daerah untuk menghindari adanya pelanggaran administrasi.

5.3.5 Sistem dan Tata Cara Pemungutan Retribusi

a. Sitem Pemungutan Retribusi

Menurut Erly Suandy (2005: 246), sistem pemungutan retribusi daerah Adalah system official assessment , yaitu pemungutan retribusi daerah berdasarkan penetapan Kepala daerah dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lainnya yang dipersamakan. Wajib retribusi setelah menerima SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan tinggal melakukan pembayaran menggunakan Surat Setoran Retribusi Daerah (SSRD) pada kantor pos atau bank persepsi. Jika wajib retribusi tidak atau kurang membayar akan ditagih menggunkan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD).

b. Tata Cara Pemungutan Retribusi

Tidak terdapat perbedaan dalam tata cara pemungutan dalam Undang- undang 18 Tahun 1997 maupun Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah Paasal 12 menyebutkan bahwa tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi ditetapkan Kepala Daerah. Pemungutan retribusi daerah tidak dapat diborongkan. Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

5.3.6 Cara Perhitungan Retribusi Terhutang

Besarnya retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa atau perizinan tertentu dihitung dengan cara mengalikan tari pajak dengan tingkat penggunaan jasa. Dengan demikian, besarnya retribusi yang terutang dihitung berdasarkan tarif retribusi dan tingkat penggunaan jasa dengan rumus berikut ini:

(14)

a. Tingkat Penggunaan Jasa

Tingkat penggunaan jasa dapat dinyatakan senagai kuantitas penggunaan jasa sebagai dasar alokasi beban biaya yang dipikul daerah untuk penyelenggaraan jasa yang bersangkutan. Misalnya: beberapa kali masuk tempat rekreasi, beberapa kali/berapa jam parkir kendaraan.

Akan tetapi ada pula penggunaan jasa yang tidak dapat dengan mudah diukur.Dalam hal ini tingkat penggunaan jasa mungkin perlu tingkat berdasarkan rumus. Misalnya: mengenai izin bangunan, tingkat penggunaan jasa dapat ditaksir dengan rumus yang didasarkan atas luas tanah, luas lantai bangunan, jumlah tingkat bangunan, dan rencana penggunaan bangunan.

b. Tarif Retribusi

Tarif retribusi adalah nilai rupiah atau presentase tertentu yang ditetapkan dalam perda 1 tahun 2006 tentang retribusi daerah. Tarif dapat ditentukan sergam atau dapat diadakan perbedaan mengenai golongan tarif sesuai dengan prinsip dan sasaran tarif tertentu, misalnya: perbedaan retribusi tempat rekreasi antara anak dan dewasa, retribusi parkir antara sepeda motor dan mobil, retribusi pasar antara kios dan los, retribusi sampah antara rumah tangga dan industry. Besarnya tarif dapat dinyatakan dalam rupiah per unit tingkat penggunaan jasa

5.4 Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Pengertian pendapatan asli daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 18 bahwa “Pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

Menurut Mardiasmo (2002), “Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari sector pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah”.

5.5 Review Penelitian Terdahulu

(15)

bersama-(2006) Mempengaruhi

Variabel Independen Variabel Dependen

5.6.2 Hipotesis

H1 : Pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Ha1 : Ada pengaruh antara pajak daerah dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

(16)

Ha2 : Pajak daerah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

H3 : Retribusi daerah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Ha3 : Retribusi daerah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

VI. Metode Penelitian

6.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian assosiatif, merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih (Sugiono, 2006). Pengaruh yang diteliti pada penelitian ini adalah hubungan sebab akibat (kasual) antara variabel independen dengan variabel dependen.

6.2 Variabel Penelitian

Variabel independen (X) pada penelitian ini adalah pajak daerah dan retribusi daerah. Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD).

6.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Erlina dan Mulyani (2007) “populasi adalah sekelompok orang, kejadian, sesuatu yang mempunyai karateristik tertentu”.”sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karateristik populasi” berdasarkan definisi diatas maa menjadi populasi penelitian adalah laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Sumatera Barat. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki populasi tersebut (Sugiyono, 2006). Penelitian ini menggunakan sampel yang ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu.

6.4 Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data time series dan cross section. Data time series atau disebut juga data deret waktu merupakan sekumpulan data dari suatu fenomenan tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu, misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, tahunan. Sedangkan data cross section atau sering disebut data satu waktu merupakan sekumpulan data suatu fenomena tertentu dalam kurun waktu saja. (Umar, 2003)

6.5 Metode Pengumpulan Data

(17)

Untuk dapat memperoleh landasan dan konsep yang kuat agar dapat memecahkan permasalahan, maka penulis mengadakan penelitian kepustakaan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari buku-buku dan jurnal yang yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Metode Basis Data

Dengan cara mengakses data dari website. Dalam hal ini bisa di akses dari

www.djpkd.depdagri.go.id untuk memperolah data mengenai laporan keuangan.

6.6 Model Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan regresi linear berganda dengan persamaan :

Y = α + β1x1 + β2x2 + ε

Keterangan :

Y = Pendapatan Asli Daerah (PAD) X1 = Pajak Daerah

X2 = Retribusi Daerah α = konstanta β1

β2 = koefisien regresi yang menunjukan angkat peningkatan atau penurunan variabel dependen berdasarkan pada variabel independen

ε = error

6.7 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, data dianalisis untuk mengetahui hubungan antara variabel (variabel X dan variabel Y), sehingga dapat ditarik kesimpulan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan software statistic berupa SPSS.

6.7.1 Pengujian Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozalli, 2005). Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen yaitu perbedaan antara nilai prediksi dengan skor yang sesungguhnya atau error akan terdistribusi secara simetri di sekitar nilai means sama dengan nol. Uji normalitas dapat juga dilihat melalui grafik histogram dan grafik normal plot.

b. Uji Multikolinieritas

(18)

Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya, jadi nilai tolerance yang rendah saa dengan

VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Batasan yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance <0 atau sama dengan nilai VIF>10.

c. Uji Autokorelasi

Uji ini berguna untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode saat ini dengan kesalahan pengganggu pada periode saat ini dengan kesalahan pengganggu. Masalah ini timbul karena variabel pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series. Menurut Ghozalli (2005) “Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Pada penelitian ini, autokorelasi diuji dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW test).

1) Jika 0 < dw < dl berarti ada autokorelasi positif

2) Jika dl ≤ dw ≤ du berarrti tidak dapat mengambil keputusan apakah autokorelasi positif terjadi atau tidak

3) Jika 4-dl < dw < 4 berarti ada autokorelasi negatif

4) Jika 4-du ≤ dw ≤ 4-dl berarti tidak dapat mengambil keputusan apakah autokorelasi negatif terjadi atau tidak

5) Jika du < dw < d-dl berarti tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas regresi linear dapat terjadi bila terjad homokedastisitas bukan heteroskdastisitas. Menguji apakah dalam sebuah model regresi telah terjadi ketidaksamaan varian dari residual atas suatu pengamatan lainnya adalah penting. Jika yang terjadi bahwa variannya tetap, maka ia disebut berada dalam kondisi homokedastisitas (Umar, 2003). Pada penelitian ini diuji dengan melihat grafik

Scatterplot.

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozalli, 2005). Cara yang dipakai dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalahdengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik sccaterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Yprediksi – Ysesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk menentukan heteroskedastisitas, antara lain :

(19)

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas.

6.7.2 Pengujian Hipotesis

a. Uji F (Pengaruh Secara Simultan)

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0.05 (α = 5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan criteria berikut :

1) Bila nilai signifikansi f < 0.05, maka H0 ditolak atau Ha diterima yang berarti

koefisien regresi signifikan, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara semua variabel independen terhadap variabel dependen

2) Bila nilai signifikansi f > 0.05, maka H0 diterima atau Ha ditolak yang berarti

koefisien regresi tidak signifikan. Hal ini berarti semua variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Uji t (Pengaruh Secara Parsial)

Bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Prosedur pengujian hipotesi dengan uji-t (Ghozalli, 2005) :

1) Menentukan hipotesis

2) Membandingkan probabilitas t-hitung dengan α = 5% 3) Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis :

H0 ditolak jika p ≤ 0.05

H0 diterima jika p ≥ 0.05

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel-variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu (1) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen.

Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam

menerangkan variabel independen, tapi karena R2 mengandung kelemahan mendasar,

yaitu adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model, maka dalam penelitian ini menggunakan adjusted R2 berkisar antara 0 dan 1. Jika

nilai adjusted R2 makin mendekati 1 maka makin baik kemampuan model tersebut

dalam menjelaskan variabel dependen.

REFERENSI

(20)

Siahaan, Marihot Pahala. 2013. Pajak Daerah & Retribusi Daerah Edisi Revisi.

Jakarta : Rajagrafindo Persada

Erlina, Sri Mulyani, 2007. Metedologi Penelitian Bisnis, USU press, Medan.

Ghozalli, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

_______, Undang Undang nomor 12 tahun 2008 revisi kedua undang-undang nomor 22 tahun1999 tentang Pemerintahan Daerah

_______, undang-undang nomor 28 tahun 2009 revisi kedua undang-undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

_______, Peraturan Pemerintah nomo 91 tahun 2010 tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah

_______, Peraturan Mentri Dalam Negeri nomor 37 tahun 2012 Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

www.djpkd.depdagri.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal-hal tersebut, masalah yang harus dipecahkan adalah memilih strategi pembelajaran yang akan diterapkan pada mata pelajaran matematika sehingga dapat

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Ekor virus terdiri dari serabut ekor dan lempeng dasar. Ekor ini berfungsi untuk menempel pada inang. Berikut ini merupakan struktur virus selain bakteriofag yang telah

Guna pengembangan ubijalar dibutuhkan ragam varietas unggul yang sesuai untuk ditanam pada wilayah dataran tinggi Papua dengan tujuan mendukung pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat

Menunjukkan hasil pada kelompok ekperimen nilai minimum pre test pada tindakan pencegahan diare yang dilakukan memiliki nilai (77,5%) pada indikator 2 mengenai

Kenaikkan kuat tekan pada beton busa dengan penggunaan abu sekam padi sebagai penganti semen Portland disebabkan karena adanya kadar silika dan ukuran partikel

Seiring dengan perkembangan teknologi dalam perencanaan bangunan tahan gempa, aplikasi dari beberapa tipe alat peredam gempa (seismic devices) telah dikembangkan

Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Tahura Bukit Barisan yaitu Desa Semangat Gunung dan Desa Merdeka Kecamatan Merdeka,