BAB IX
TANAMAN MENGHASILKAN
(TM)
Tanaman kelapa sawit mulai
berbunga dan membentuk buah setelah
berumur 2-3 tahun. Buah akan menjadi
masak sekitar 5-6 bulan setelah
penyerbukan. Proses pemasakan buah
kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan
warna kulitnya. Buah akan berubah
menjadi merah jingga ketika masak. Pada
saat buah masak, kandungan minyak pada
daging buah telah maksimal. Jika terlalu
matang, buah kelapa sawit akan lepas dan
jatuh dari tangkai tandannya, buah yang
jatuh tersebut disebut membrondol.
Panen merupakan titik awal dari produksi dan terkait erat dengan budidaya, khususnya
pemeliharaan tanaman. Produksi adalah hasil yang diperoleh dari panen setelah melalui proses
pascapanen atau pengolahan. Keberhasilan panen dan produksi tergantung pada kegiatan
budidaya ditambah dengan ketersediaan prasarana dan sarana untuk kegiatan transportasi,
pengolahan, organisasi, ketenagaan dan faktor penunjang lainnya. Hasil panen kelapa sawit
adalah tandan buah segar (TBS), produksinya berbentuk minyak kelapa sawit kasar (crude palm oil) dan inti (kernel), yang merupakan bahan industri sangat penting karena penggunaannya yang sangat luas.
Panen atau pekerjaan potong buah
adalah pekerjaan utama di perkebunan kelapa
sawit karena langsung menjadi sumber
pemasukan uang ke perusahaan melalui
penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan inti
kelapa sawit (IKS). Oleh karena itu tugas
utama personil dilapangan adalah mengambil
buah dari pokok dan mengantarnya ke pabrik
sebanyak-banyaknya dengan cara dan waktu
yang tepat akan memperngaruhi kuantitas produksi (ekstrasi), sedangkan waktu yang tepat akan
mempengaruhi kualitas produksi ALB (asam lemak bebas).
Produksi MKS dan IKS per hektar dapat menunjukkan tingkat produksi yang dicapai
sudah maksimal atau belum. Produksi yang maksimal hanya dapat dicapai apabila losses
(kerugian) produksi minimal. Dengan demikian pengertian menaikkan produksi adalah
memperkecil losses, sehingga inti pekerjaan buah adalah memperkecil losses produksi. Sumber losses produksi di lapangan ialah :
1. Buah mentah
2. Buah masak tinggal dipokok (tidak dipanen
3. Brondolan tidak dikutip
4. Buah dan Brondolan dicuri
Untuk mendapatkan produksi per hektar yang tinggi, biaya per kilogram yang rendah dan
ALB yang rendah, aspek/faktor yang paling menentukan di lapangan adalah pusingan/rotasi
potong buah. Pusingan/rotasi potong buah juga mempengaruhi transport dan pengolahan di
pabrik. Demikian pentingnya aspek pusingan potong buah.
Pusingan potong buah sangat erat hubungannya dengan mutu buah atau saling
mempengaruhi dengan mekanisme sebagai berikut :
- Meningkatnya buah mentah yang dipanen cenderung mempercepat siap borong. - Buah masak yang seharusnya dipanen pada hari itu menjadi tertinggal dipokok.
- Buah yang tertinggal ini akan terus membrondol dan pada pusingan berikutnya telah terlampau masak (over ripe = jumlah brondolan yang lepas meningkat) bahkan sebagian
- Persentase brondolan meningkat mengakibatkan penurunan output pemotong buah karena waktunya banyak tersita untuk mengutip brondolan.
- Situasi ini dapat mengakibatkan karyawan tidak siap borong, sehingga mendorong pemanen memotong buah mentah lagi untuk mengejar siap borong.
Sehingga untuk menjaga pusingan potong buah tetap normal, penting sekali untuk terus
memantau daftar pusingan potong buah yang ada di Divisi ditambah informasi:
- Kerapatan buah masak atau persentase panen di blok.
- Jumlah tenaga potong buah.
- Umur tanaman.
- Jumlah borongan atau persentase siap borong.
- Curah hujan dan lain-lain.
Dengan kata lain, Asisten dan Mandor harus mengamati sensus secara acak keadaan buah
matang diseksi yang akan dipanen keesokan harinya. Atas dasar ini kemajuan pusingan,
diadakanlah penyesuaian jumah potong buah.
A. Persiapan Panen
Persiapan panen berkaitan dengan
penyediaan tenaga kerja dan alat-alat panen yang
diperlukan. Kegiatan awal lainnya dalam persiapan
panen adalah pembuatan atau peningkatan mutu jalan
karena jalan merupakan faktor penunjang yang
penting dalam
pengangkutan hasil dari kebun ke pabrik.
Akses jalan yang perlu dipersiapkan untuk proses panen diantaranya jalan penghubung (jalan
utama/main road), jalan produksi, jalan kontrol dan jalan pasar pikul.
Jalan utama untuk menghubungkan satu afdeling dengan afdeling lainnya atau afdeling
dengan pabrik. Jalan produksi di tengah perkebunan setiap afdeling, dari afdeling ke pabrik
tegak lurus dengan barisan tanaman. Di jalan produksi dibuat TPH. Sementara itu, jalan kontrol
menghubungkan satu blok dengan blok lainnya. Semua akses jalan perlu mendapat perhatian
dan perawatan untuk menjamin kelancaran transportasi saat panen.
Gambar 141. Pengerasan Main Road & Pembuatan Pasar Pikul
Terjadi kebiasaan/kecenderungan bahwa potong buah pada tanaman berumur +3 tahun
kurang mendapat perhatian. Padahal, jika kualitas tanaman baik dan kastrasi/tunas pasir
dilaksanakan, produksi mencapai 8-12 ton TBS/hektar dengan ekstrasi berkisar 13-20%.
Kebutuhan tenaga potong buah harus mengacu pada kebutuhan tenaga pada saat panen
puncak. Jumlah tenaga potong buah dapat diperoleh dengan tetap memperhitungkan faktor umur
tanaman dan kerapatan buah. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :
] buah dapat dipekerjakan di tunas pokok atau dilakukan pengaturan cuti tukang potong buah.
Alat–alat kerja untuk potong buah yang akan digunakan berbeda berdasarkan tinggi
tanaman. Penggolongan alat kerja tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu untuk memotong
TBS, alat bongkar muat TBS dan alat untuk membawa TBS ke TPH.
B. Kriteria Panen
1. Kriteria umum untuk tandan buah yang dapat dipanen berdasarkan jumlah brondolan
yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah (dalam piringan) secara alami atau
dengan istilah lain menghasilkan brondolan dalam jumlah tertentu. Buah dapat dipanen
jika dipenuhi kriteria sebagai berikut : Untuk tiap 1 Kg berat tandan terdapat 2 brondolan
lepas yang bukan brondolan muda yang kena serangan tikus atau penyakit, misalnya BJR
(berat janjang rata-rata) blok adalah 10 Kg maka buah yang dapat dipanen pada blok
tersebut apabila ada brondolan yang ada 20 butir.
Umur Tanaman Brondolan Kemasakan
C.1. Mutu Pekerjaan Panen
Tanda Buah Segar (TBS)
- Semua TBS masak (tanpa kecuali) harus dipanen
- TBS yang sudah dipanen tetap berada di piringan sambil menunggu diangkut ke TPH
(tempat pengumpulan hasil).
- Gagang TBS dipotong rapat 2 (cm) tetapi jangan sampai terkena tandan.
- TBS diantrikan secara teratur di TPH dan
diberi nomor si pemotong buah. Tumpukan dibuat terpisah untuk pemotong buah yang
berlainan, kendati TPH yang sama.
Brondolan
- Brondolan dikumpulkan dari ketiak cabang dan dari piringan di sekitar pohon.
- Brondolan dikumpulkan dalam tumpukan tersendiri di TPH tetapi dekat dengan antrian TBS.
- Brondolan harus bebas dari sampah.
Cabang
- Diusahakan seminimal mungkin memotong cabang. Untuk tanaman yang masih rendah
(potong buah dengan dodos) tidak dibenarkan
memotong cabang. Hal ini yang mendasari
tidak digunakan kapak untuk potong buah.
- Bila terpaksa harus memotong cabang, cabang dipotong rapat ke batang untuk mencegah
tersangkutnya brondolan dan menghindarkan
kesulitan panen atau tunas berikutnya.
- Cabang ditumpuk memanjang ditanah gawangan yang tidak ada pasar rintisnya (atau
parit) tanpa dipotong-potong. Bila di tengah
gawangan ada parit/jalan maka cabang harus
dipotong menjadi tiga bagian dan ditumpuk
diantara pohon dalam barisan.
- Cegah adanya cabang sengkleh (cabang yang dipotong tapi belum putus/lepas dari
batangnya).
Gambar 143. Brondolan
C.2. Pengawas dan pemeriksaan panen
Asisten, Mandor I, Mandor dan Kerani buah secara rutin setiap hari kerja melakukan
pengawasan dan pemeriksaan panen.
C.2.1. Pengawasan oleh Asisten
Pada setiap hari kerja wajib memeriksa TBS minimum di 10 TPH sebagai hasil panen dari
minimum 10 orang tukang potong buah. Pemeriksaan mencakup kematangan buah menurut
kriteria yang berlaku diatas, susunan TBS dan tumpukan brondolan di TPH, kebersihan
brondolan, rumpukan cabang, buah masak tidak dipanen dan buah mentah yang diperam.
PERHATIKAN : Diperkebunan kelapa sawit yang berperan, paling bertanggung jawab dan berpengaruh terhadap besar kecilnya losses produksi adalah Asisten kebun. Oleh karena itu
penghayatan yang mendalam akan losses produksi oleh seorang asisten sangat dibutuhkan.
Kiranya jangan melakukan pemeriksaan mutu panen dan mutu buah oleh karena perintah
atas atau sekedar mengikuti prosedur.
C.2.2. Kerani Buah
- Setiap janjang di TPH harus dihitung dan diperiksa mutunya.
- Semua TBS yang telah diperiksa dan diterima dicap pada gagangnya (pakai kepala
gancu). Setiap buah mentah ditulis A dan
nomor pemanen pada gagangnya dengan
pensil merah. Buah yang kadaluwarsa harus
dikeluarkan brondolannya (diketek) dan
janjangan kosong dibuang digawangan. Buah
mentah harus didenda tetapi dihitung sebagai pendapatan.
- Kerani buah hanya boleh menerima TBS yang diantrikan di TPH yang resmi.
- Yang dicatat oleh kerani buah pada buku Penerimaan Buah adalah setiap tumpukan TBS dari masing-masing tukang potong buah pada kolom terpisah antara buah N dan Buah A .
- Bila terjadi kesalahan mencatat, halaman tersebut tidak boleh dirobek atau dihapus, cukup dicoret dulu yang salah atau kalau sering salah supaya dibiarkan saja dan pakai halaman
berikutnya.
- Hasil pemeriksaan kerani buah harus dicocokkan setiap sore harinya dengan hasil pemeriksaan asisten untuk mencegah kemungkinan penyelewengan.
- Hasil pemeriksaan asisten dicatat dalam buku pemeriksaan mutu buah dan lembar aslinya diserahkan pada manager.
C.2.3. Mandor Panen
- Menentukan hancak untuk setiap pemanen pada pagi hari, sambil
membagikan notes pada
masing-masing pemanen. Pembagian notes ini
sekaligus sebagai alat kontrol absensi
pemanen dan pemanen yang datang
terlambat.
- Aktif mengawasi pekerjaan potong buah sehingga semua buah-N (matang)
dipanen.
- Memastikan semua buah yang dipanen
diangkut ke TPH, tidak ada yang tertinggal di piringan atau di pasar rintis.
- Sewaktu memotong gagang buah harus rapat, tetapi tidak terkena tandan.
- Buah A (mentah) yang terlanjur dipanen tidak dibenarkan di tinggal di dalam blok atau diperam.
- Memastikan semua brondolan dikutip
- Menghitung kerapatan buah diseksi yang akan dipanen esok hari dan mengisi administrasi taksasi potong buah di kantor divisi segera setelah pulang dari hancak.
D. Organisasi Potong Buah
1. Seksi potong buah harus disusun sedemikian rupa sehingga areal atas blok yang akan
dipanen setiap hari menjadi terkonsentrasi (tidak terpencar-pencar). Harus dihindari adanya potongan-potongan hancak panen, artinya agar 1 seksi selesai 1 hari. Manfaat dari
hal tersebut diatas ialah :
- Mempermudah kontrol
- Meningkatkan output karyawan potong buah - Efisiensi transportasi buah
- Keamanan produksi
2. Jumlah pemanen per mandoran antara 20 – 25 orang. Jumlah mandoran per divisi maksimum 3 orang. Hal ini perlu
untuk memperkecil biaya tak
langsung (mandor dan kerani
buah).
3. Semua pemanen harus sudah tiba
di hancak dan siap memanen
paling lambat jam 06.30, dengan
membawa peralatan yang cukup.
4. Mandor panen menentukan hancak tiap pemanen dan harus dimulai dari rintis tengah.
Satu hancak terdiri dari 2–4 baris yang berdekatan, tergantung dari persentase kerapatan
buah masak.
5. Pemanen harus selalu memasang nomor hancak dipasar rintis yang akan dihancaki. Hal
ini perlu untuk memudahkan pengontrolan.
6. Urutan memanen adalah sebagai berikut :
a. Potong semua cabang songgo duo rapat ke batang. Jangan ada sengkleh.
b. Potong janjang masak tersebut, biarkan tetap di piringan, jangan dipindahkan kepasar
rintis. Gagang buah dipotong rapat, tapi jangan sampai terkena tandan.
c. Korek dan sogrok semua brondolan yang tersangkut/terselip di ketiak cabang
d. Susun cabang digawangan rumpukan. Jika ditengah gawangan ada parit, maka cabang
harus dipotong 3 dan ditumpuk diantara pokok dalam barisan.
e. Kumpulkan brondolan, tapi masih tetap di piringan dan bebas dari sampah.
NO NAMA BUAH DESKRIPSI GAMBAR
01 Yangambi
- Potensi Produksi TBS 39 ton/ha/th
- Produksi TBS Rata - rata 25 - 28 tn/ha/th
- Potensi Hasil (CPO) 7,5 ton/ha/th
- Produksi CPO Rata - rata 5,8 - 7,3 ton/ha/th
- Rendemen Minyak 23-26 %
- Produksi Minyak Inti 0,62 ton/ha/th
- Kerapatan Tanaman 130 pohon/ha
- Pertumbuhan Meninggi 0,60 - 0,75 m/th
02 Simalungun
- Potensi Produksi TBS 33 ton/ha/th
- Produksi TBS Rata - rata 28,4 ton/ha/th
- Potensi Hasil (CPO) 7,9 ton/ha/th
- Produksi CPO Rata - rata 8,7 ton/ha/th
- Rendemen Minyak 26,50%
- Produksi Minyak Inti 0,51 ton/ha/th
- Kerapatan Tanaman 130 - 135 pohon/ha
- Pertumbuhan Meninggi 0,75 - 0,80 m/th
03 Bah Jambi
- Potensi Produksi TBS 32 ton/ha/th
- Produksi TBS Rata - rata 22 - 24 ton/ha/th
- Potensi Hasil (CPO) 7,4 ton/ha/th
- Produksi CPO Rata - rata 5,7 - 6,2 ton/ha/th
- Rendemen Minyak 23 - 26%
- Produksi Minyak Inti 0,62 ton/ha/th
- Kerapatan Tanaman 130 pohon/ha
- Pertumbuhan Meninggi 0.65 - 0,85 m/th
04 Dolok Sinumbah
- Potensi Produksi TBS 31 ton/ha/th
- Produksi TBS Rata - rata 24 - 27 ton/ha/th
- Potensi Hasil (CPO) 7,7 ton/ha/th
- Produksi CPO Rata - rata 6,0 - 6,75 ton/ha/th
- Rendemen Minyak 23 - 25%
- Produksi Minyak Inti 0,56 ton/ha/th
- Kerapatan Tanaman 130 pohon/ha
- Pertumbuhan Meninggi 0.65 - 0,85 m/th
E. Produktifitas Tanaman
Kualitas bahan tanaman sangat mempengaruhi hasil/produktifitas kelapa sawit selama
masa panen. Beberapa bahan tanaman yang sudah diakui kualitasnya dan sering dipakai oleh
perkebunan maupun masyarakat umum adalah Yangambi, Bah Jambi, Marihat, Dolok
Sinumbah, Lame, Avros, Simalungun, SP1 & SP2. Berikut perbandingan jenis dan
produktifitas bahan tanaman tersebut:
NO NAMA BUAH DESKRIPSI GAMBAR
05 Marihat
- Potensi Produksi TBS 31 ton/ha/th
- Produksi TBS Rata - rata 24 - 25 ton/ha/th
- Potensi Hasil (CPO) 7,9 ton/ha/th
- Produksi CPO Rata - rata 6,0 - 6,3 ton/ha/th
- Rendemen Minyak 23 - 25%
- Produksi Minyak Inti 0,54 ton/ha/th
- Kerapatan Tanaman 143 pohon/ha
- Pertumbuhan Meninggi 0,6 - 0,7 m/th
06 Lame
- Potensi Produksi TBS 36 ton/ha/th
- Produksi TBS Rata - rata 26 - 27 ton/ha/th
- Potensi Hasil (CPO) 7,9 ton/ha/th
- Produksi CPO Rata - rata 5,9 - 7,0 ton/ha/th
- Rendemen Minyak 23 - 26%
- Produksi Minyak Inti 0,6 ton/ha/th
- Kerapatan Tanaman 143 pohon/ha
- Pertumbuhan Meninggi 0,55 - 0,7 m/th
07 Avros
- Potensi Produksi TBS 30 ton/ha/th
- Produksi TBS Rata - rata 24 - 27 ton/ha/th
- Potensi Hasil (CPO) 7,8 ton/ha/th
- Produksi CPO Rata - rata 7,8 ton/ha/th
- Rendemen Minyak 23 - 26%
- Produksi Minyak Inti 0,54 ton/ha/th
- Kerapatan Tanaman 130 pohon/ha
- Pertumbuhan Meninggi 0,6 - 0,8 m/th
08 SP2
- Potensi Produksi TBS 30 ton/ha/th
- Produksi TBS Rata - rata 24 - 27 ton/ha/th
- Potensi Hasil (CPO) 7,5 ton/ha/th
- Produksi CPO Rata - rata 6,2 - 6,8 ton/ha/th
- Rendemen Minyak 23 - 25%
- Produksi Minyak Inti 0,51 ton/ha/th
- Kerapatan Tanaman 143 pohon/ha
- Pertumbuhan Meninggi 0,65 - 0,85 m/th
09 SP1
- Potensi Produksi TBS 32 ton/ha/th
- Produksi TBS Rata - rata 25 - 28 ton/ha/th
- Potensi Hasil (CPO) 7,6 ton/ha/th
- Produksi CPO Rata - rata 6,5 - 7,3 ton/ha/th
- Rendemen Minyak 23 - 26%
- Produksi Minyak Inti 0,49 ton/ha/th
- Kerapatan Tanaman 143 pohon/ha
Produktifitas tanaman dipengaruhi oleh umur tanaman. Tanaman tua berumur lebih
dari 15 tahun memiliki tandan yang lebih berat dibandingkan dengan tanaman yang muda.
Diatas 10 tahun, berat tandan rata-rata sama untuk setiap tahunnya. Produktivitas tanaman
kelapa sawit yang ditanam di tanah subur (kandungan unsur hara tinggi) umumnya tinggi.
Berbeda dengan yang ditanam di tanah yang miskin unsur hara, produktifitas akan rendah.
Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan juga oleh curah hujan setahun. Jika
terjadi kemarau panjang, akan menyebabkan gagalnya pembentukan bakal bunga 19 - 21
bulan berikutnya (abortus bunga) dan keguguran buah 5 - 6 bulan berikutnya.
Faktor lain yang mempengaruhi potensi produksi tanaman kelapa sawit adalah adanya
ganguan hama dan penyakit. Semakin tinggi tingkat gangguan, semakin rendah pencapaian
potensi produksinya. Selain itu, kegiatan panen dan angkut juga dapat mempengaruhi potensi
produksi. Semakin baik manajemen panen dan angkutnya, semakin tinggi potensi produksi
tanaman. Panen diharapkan berjalan lancar dengan rotasi tujuh hari. Semua buah yang
dipanen adalah buah matang, kemudian brondolan yang tertinggal diusahakan seminimal
mungkin.
F. Pemeliharaan TM
Usaha perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk menghasilkan tandan buah segar.
Umumnya, tanaman kelapa sawit baru akan menghasilkan buah pada umur sekitar 4 tahun.
Masa berbuah ini perlu dijaga agar tanaman memiliki masa menghasilkan yang lama.
Umumnya, produktifitas tanaman kelapa sawit akan menurun pada umur 25 tahun. Berikut
ini akan dibahas pemeliharaan TM agar tetap berproduksi optimal sebagi berikut :
1. Pangkas Daun Tua
Daun – daun tua beserta pelepahnya perlu dipotong, bahkan gulma yang tumbuh di
pohon perlu dibersihkan secara teratur. Hal itu dimaksudkan untuk mempermudah terjadinya
penyerbukan bunga secara alami maupun dengan bantuan serangga penyerbuk, misalnya
kumbang elaedobius kamerunicus. Pemangkasan daun tua juga mampu mengurangi kelembaban sebagai upaya penangkalan terhadap penyakit busuk buah (bunch rot). Daun yang telah dipangkas sebaiknya dikumpulkan sebagai bahan baku pupuk nabati.
2. Pupuk dengan Dosis Benar
Tanaman yang telah menghasilkan buah (TM) sangat memerlukan pupuk. Pupuk
kelapa sawit. Ada dua macam pupuk yang digunakan, yaitu organik dan anorganik atau
pupuk pabrik. Kedua jenis pupuk tersebut mempunyai keunggulan maupun kelemahan
masing-masing sehingga untuk tanaman perlu diberikan secara seimbang. Sebelum kegiatan
pemupukan yang dilakukan pada piringan tanaman, bersihkan tanah terlebih dahulu dan
dangir dangkal (dikecrek atau digaruk pakai cangkul). Pemupukan dilakukan dengan
mengubur dangkal pupuk yang berbentuk butiran maupun pupuk tablet di daerah perakaran
tanaman, kira-kira 0,5 m dari pangkal batang sampai ”cincin” (batas/tepi piringan). Apabila
pupuk yang hendak diberikan berupa pupuk organik seperti kompos, pupuk kandang, maupun
pupuk hijau, pilih pupuk yang benar-banar telah matang. Sebelum digunakan, campuran
tanah subur secukupnya ke dalam pupuk tersebut. Jenis dan dosis yang dianjurkan untuk
pemupukan TM dapat disajikan pada tabel 30.
Lakukan pemupukan pada awal musim hujan (curah hujan 60 sampai 200 mm/bulan) agar
pupuk terserap oleh akar secara efisien. Berikan selang waktu setiap aplikasi jenis pupuk
untuk mengetahui respon dari pupuk tersebut. Hal ini perlu dicermati terlebih dahulu untuk
para petani atau pekebun kelapa sawit yang akan bertanam di lahan gambut maupun lahan Tabel 24. Kisaran Dosis dan Jumlah Aplikasi Pupuk TM Kelapa Sawit
3. Timbun Pelepah dan Sampah
Pelepah daun dan sampah organik sebaiknya jangan dibuang begitu saja. Sampah
ini bisa dimanfaatkan sebagai kompos. Dengan demikian, kesuburan tanah sekitar
tanaman dapat dipertahankan. Caranya, buat lubang di antara tanaman kelapa sawit.
Masukkan pelepah daun atau sampah organik lainnya. Timbun kembali lubang yang telah
terisi penuh oleh bahan-bahan organik.
Lama-kelamaan, sampah tersebut akan membusuk dan menjadi pupuk organik. Pupuk
organik yang sudah jadi tidak perlu dibongkar, tetapi hanya digunakan untuk menyuplai
unsur hara di daerah tersebut.
4. Penyiangan Tanaman Pengganggu secara Teratur
Penyiangan ialah membuang gulma atau tumbuhan pengganggu (OPT=
organisme pengganggu tanaman), terutama lalang dan tumbuhan berduri. Kehadiran
gulma tentunya akan merebut jatah nutrisi yang seharusnya digunakan kelapa sawit.
Dengan demikian, produksinya akan turun. Oleh karenanya, kehadiran gulma harus
dibasmi. Bersihkan piringan pada daerah perakaran tanaman dari gulma, kacangan,
maupun sampah. Untuk alang-alang, dongkel dan jepit akar agar tanaman tercabut beserta
dengan akarnya. Selain itu, bisa menggunakan herbisida organik yang ramah lingkungan.
Penyemprotan dengan herbisida sebaiknya dilakukan pada awal musim kemarau.
Penyemprotan dilakukan setiap 2 bulan (tergantung kondisi lapangan).
5. Remajakan Tanaman Tua secara Berkala
Produktifitas tanaman salah satunya ditentukan oleh umur tanaman. Tanaman
kelapa sawit mulai menghasilkan pada umur lebih dari 3 tahun. Produksinya terus
meningkat hingga umur 7 tahun. Beberapa pustaka menyebutkan bahwa produksi
tanaman kelapa sawit akan mulai menurun hingga umur 25 tahun. Untuk menjaga
kontinuitas produksi, tanaman yang sudah tua harus segera diremajakan. Sebaiknya,
peremajaan dilakukan secara bertahap, sesuai dengan umur tanaman. Peremajaan
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Memancang, yaitu mengukur jarak tanam agar terlihat lurus
b. Membuat parit, untuk saluran drainase
d. Membuat lubang tanam menggunakan cangkul dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 40
cm
e. Membongkar tanaman tua sedalam 0,75 cm dengan ukuran lebar dan panjang 2 m
x 2 m
f. Menyemprot gawangan dengan herbisida agar saat penanaman kacangan penutup
tanah, lahan sudah siap.
g. Dorong (buang) batang pohon dari lubang tanam dan teras.
h. Tanaman kacangan penutup tanah untuk meningkatkan kadar nitrogen dalam tanah.
i. Tanam bibit kelapa sawit pada lubang tanam yang telah dibuat
G. Kapasitas dan Giliran Panen
Setiap pekerja pemanen dalam satu hari dapat memanen antara 400-900 Kg, tergantung
pada produksi per hektar yang berkaitan dengan umur tanaman, topografi areal, kerapatan
pohon, insentif yang disediakan, dan musim (panen puncak atau panen rendah). Untuk
mendorong tercapainya kualitas hasil panen yang baik, pihak pengelola kebun dapat
melakukan upaya pemberian premi yang didasarkan pada standar kapasitas pemanen dimana
kelebihan kapasitasnya akan dibayar berdasarkan insentif atau premi yang diatur oleh
perusahaan.
Untuk mengetahui kualitas kerja para pemanen dilaksanakan dengan melakukan
pengecekan di lapangan oleh petugas khusus. Selain pemeriksaan hasil panen melalui cara
pemeriksaan hasil panen juga melalui cara pemeriksaan contoh (sampel) hasil panen. Agar
seorang pemanen dapat memanen sejumlah tandan sesuai dengan standar kapasitas panen
yang telah ditentukan, maka giliran panen harus diatur dengan baik agar para pemanen
memiliki waktu untuk istirahat dan melakukan perbaikan alat-alat yang digunakan. Secara
umum, perusahaan perkebunan kelapa sawit menggunakan pusingan (daur) panen 6/7 dimana
dari 7 hari dalam seminggu (7 hari) digunakan untuk panen 6 hari, sedangkan 1 hari sisanya
Gambar 150. Rantai Transport H. Transport Buah
Tanaman kelapa sawit merupakan salah
satu tanaman penghasil produksi buah/bunch
yang tonase per hektar dan pertahunnya lebih
tinggi dibandingkan tanaman-tanaman
lainnya. Oleh karena itu pekerjaan transportasi
diperkebunan kelapa sawit adalah salah satu
pekerjaan yang terpenting/utama.
Transport buah merupakan mata rantai dari ke 3 mata rantai yang terpenting dan saling
mempengaruhi, seperti gambar berikut :
Keberhasilan pengelolaan transport TBS oleh kebun harus dapat mencapai 4 hal yang
menjadi sasaran transport TBS, Ke 4 hal tersebut adalah :
1. Menjaga agar FFA ( Asam Lemak Bebas ) produksi harian berkisar 2 – 3 % .
Ketidaklancaran transportasi ke PKS akan menimbulkan buah restan, akan berdampak
pada peningkatan FFA sehingga kualitas
CPO rendah.
2. Kapasitas atau kelancaran Pengolahan di
PKS. Jam olah PKS telah diatur
berdasarkan taksasi potong buah yang
disampaikan kebun. Ketidaklancaran
transportasi akan menyebabkan kapasitas
olah tidak terpenuhi dan selanjutnya jam
olah akan bertambah.
Potong Buah
Transport Pengolahan
Gambar 149. Pengiriman TBS ke PKS
3. Keamanan TBS di Lapangan. TBS yang telah dipotong dan diantrikan di TPH sangat
rawan terhadap pencurian terutama pada areal Pringgan. Pengaturan transport harus dapat
menjamin buah yang dikirim ke PKS tepat pada waktu yang ditentukan sehingga tidak
menunggu waktu yang lama untuk di angkut.
4. Biaya ( Rp/kg TBS ) Transport Minimal. Pengelolaan tranportasi TBS yang langsung
dibawah komando Estate Manager harus mampu menghasilkan biaya yang kompetitif dan
efisien. Biaya yang kompetitif dan efisien diartikan biaya transport dapat lebih efisien bila
dibandingkan dengan pengangkutan yang dilakukan mitra bisnis/kontraktor
o Faktor-faktor yang mempengaruhi Kelancaran Tranportasi buah.
Sesuai mekanisme input – proses – output,
kelancaran transportasi buah sangat
ditentukan oleh beberapa hal antara lain :
1. Organisasi Potong buah.
2. Bentuk dan pola jalan di suatu kebun,
divisi dan blok.
3. Kondisi dan perawatan jalan.
4. Jenis/tipe alat-alat transport.
5. Kondisi dan perawatan alat-alat transport.
Organisasi Potong Buah.
1. Realisasi tonase buah yang dipotong setiap hari tidak jauh berbeda (variance + 5 %)
dengan tonase taksasi buah yang dibuat kemarin sorenya.
2. Pusingan potong buah dijaga antara 6 – 8 hari, sehingga persentase brondolan terhadap janjang maksimum 7 – 9 %.
3. Buah harus diletakkan di TPH yang
telah ditentukan (bernomor).
4. Potong buah dalam setiap harinya agar
diusahakan terkonsentrasi, jangan
terpencar-pencar dari suatu mandoran ke
mandoran yang lain.
5. Harus dihindari adanya potongan ancak
yang tidak selesai di suatu mandoran, Gambar 153. Peletakan Buah di TPH
artinya diusahakan agar 1 (satu) seksi selesai dipotong dalam satu hari.
6. Sesudah selesai dipotong satu pasar rintis, karyawan potong buah langsung
mengeluarkannya ke TPH. Agar transport sudah bisa dimulai paling lambat jam 08.30
WIB setiap hari.
Bentuk dan Pola jalan di suatu Kebun, Divisi dan Blok. 1. Sedapat mungkin harus diusahakan lurus.
2. Jalan-jalan buntu (tidak tembus) diminimalkan dan sebaiknya tidak ada.
3. Di areal yang berbukit diusahakan jalan dibangun dikaki bukit bukan diatas bukit.
Kondisi dan Perawatan Jalan.
Faktor utama kelancaran transport ialah kondisi/perawatan jalan kendaraan. Masih banyak
para staff lapangan beranggapan bahwa apabila tidak lancar transport FFB maka perlu penambahan alat transport, padahal kapasitas per unit alat transportnya masih jauh
dibawah kapasitas standartnya. penyebab utama dari
keadaan tersebut ialah kondisi pasar yang tidak
wajar.
Merupakan suatu gejala umum di perkebunan selama
ini , Road Greader yang disediakan perusahaan
banyak waktunya digunakan untuk menarik
kendaraan yang terpuruk oleh karena kerusakan
jalan. Sebaiknya pemanfaatan Road Greader yang demikian harus dihindari atau
ditiadakan. Road Greader hanya untuk membentuk dan merawat jalan.
Perawatan jalan dengan batu terutama dengan batu
padas sebaiknya diminimalkan, karena batu padas
yang menonjol ditengah-tengah jalan sering merusak
gardan kendaraan (Truk dan Jeep).
Juga perawatan jalan yang telah diberi batu padas
sering mengalami kesulitan apabila dirawat lagi
dengan Road Greader. Salah satu penyebab selingnya
terjadi kerusakan Road Greader adalah karena batu
padas yang ada di jalan.
a. Langsung ke Pabrik
b. Tidak langsung ( stop over di loading ramp Divisi )
Jarak Div/blok ke
pabrik (km) Jenis/Tipe Kendaraan
Kapasitas (ton/hari)
Whell Tractor dengan Trailer hydrolic ( cap. 5 ton )
< 6 Langsung 20 - 30
6 - 12 Langsung Dump truck ( cap. 5 - 6 ton ) 20 - 35
Whell Tractor dengan Trailer
hydrolic ( cap. 5 ton ) 20 - 30
12 Tidak Langsung Dump truck ( cap. 5 - 6 ton ) Tergantung Jarak
ke Pabrik Tergantung Jarak
ke Pabrik Truck biasa ( cap. 7 - 10 ton )
Jenis/Tipe Alat-alat Transport.
Pemilihan jenis atau tipe alat transport yang akan dipakai di suatu perkebunan didasari
oleh faktor areal kebun dan jarak ke pabrik.
Berbeda dengan daerah mineral, areal pasang surut dikelilingi oleh anak sungai Musi
yang memiliki lebar s/d 40 m. Untuk menyeberangi Sungai ini diperlukan sarana
tambahan berupa Ponton dan Tag Boat. Jenis dan ukuran ponton dan tag boat ini
bervariasi dari ponton kecil (muatan 4 unit DT) sampai ponton besar (muatan 4 unit
DT). Namun pemakaian ponotn ini bergantung pada lebar sungai yang dilewati.
Gambar 156. Ponton besi Gambar 157. Tug Boat
Kondisi dan Perawatan Alat-alat Transport.
Perawatan alat-alat transport di banyak perusahaan perkebunan masih banyak memiliki
keIemahan. Banyak faktor penyebabnya, tetapi salah satu penyebab utama ialah kurangnya
pengetahuan teknik dari para staff terutama asisten lapangan.
Aspek-aspek yang kurang mendapat perhatian ialah :
- Lemahnya pengetahuan teknis karyawan di bengkel. - Kurang disiplin jadwal doorsmeer.
- Muatan kendaraan (tonase) yang berlebihan. - Pengetahuan teknis para supir yang minim. - Kondisi jalan yang tidak memadai.
- Transport FFB yang sampai larut malam. - Sistim premi transport yang kurang menarik. Pengorganisasian Alat-alat Transportasi.
Perlunya dihayati bahwa penyediaan kendaraan oleh perusahaan di perkebunan kelapa sawit
diutamakan untuk transportasi TBS, baru untuk angkutan lain-lain.
Proporsi pemakaian kendaraan
digambarkan sebagai berikut :
Angkutan TBS = 80 %
Angkutan Pupuk = 10 %
Angkutan Karyawan = 5%
Angkutan Lain-lain = 5%
Efisiensi pengoperasian alat-alat transport akan diperoleh maksimal apabila :
1. Setiap hari asisten divisi merencanakan dan menginformasikan tonase produksi dan
angkutan lain-lain untuk esok harinya sesuai dengan taksasi potong buah dan rencana
kerja.
2. Kapasitas angkut Truck 30 - 40 ton per hari.
3. Angkutan pupuk dan angkutan lain-lain sudah harus selesai paling lambat jam 08.00
WIB.
4. Supir dan kenek harus bawa bontot, tidak dibenarkan pulang untuk makan.
5. Jadwal doorsmeer harus benar-benar dilaksanakan.
6. Jangan dibiasakan mentolerir adanya buah restan.
7. Pengisian BBM setiap hari sudah harus selesai jam 06.00 WIB.
8. Pembatasan kapasitas angkut yang terkontrol.
SARANA PENUNJANG TRANSPORTASI
Dalam pengelolaan transport yang tidak kalah pentingnya adalah kesiapan
workshop/bengkel yang memadai untuk menunjang kelancaran transportasi tersebut,
dengan kata lain persiapan SDM nya dan peralatannya.
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
Dalam struktur organisasi pengelolaan transport dapat di jabarkan masing-masing
wewenang dan kewajiban Staf traksi, mandor Workshop, Mandor transport, Supir &
Operator.
2. Staf Traksi
a) Melakukan pengawasan/pemeriksaan kehadiran seluruh petugas traksi pada pukul
05.45 WIB.
b) Pemeriksaan rutin alat transport : oil engine, air radiator, acu batteray, minyak rem
dan lain-lain
c) Memeriksa kelengkapan pengisian buku tugas harian dan dapat dipahami
supir/operator serta memeriksa carlog.
e) Sore hari mengatur penugasan masing-masing transport, berdasarkan buku
permintaan afdeling.
f) Membuat catatan situasi penyimpangan-penyimpangan dalam buku rekapitulasi
perjalanan alat transport, yang dibuat harian oleh kerani transport, disertai
pembuatan petunjuk mengatasinya setelah berkonsultasi dengan manager pada
kesempatan pertama.
g) Membantu/memeriksa kerani transport dalam kewajiban harian sebagai petugas
administrasi, baik administrasi transport, suku cadang, perawatan, biaya, dan
lain-lain untuk menghindari penyimpangan data, keterlambatan laporan, dan
sebagainya.
h) Menetapkan tugas harian dan rencana kerja harian kepala bengkel dalam papan
kerja harian, memeriksa hasil pekerjaan, serta memberikan petunjuk dan mengatur
tata letak bengkel untuk kemudahan dalam bekerja.
i) Mengawasi kebersihan lingkungan dan keamanan unit transport, perbengkelan.
j) Memeriksa kelancaran kendaraan, alat berat yang secara khusus operasionalnya
dilapangan diawasi oleh Askep/asisten.
3. Kepala bengkel
a) Melaksanakan instruksi kerja sesuai rencana kerja harian yang di tetapkan oleh
staf traksi.
b) Mengatur mekanik sesuai dengan profesi atau tingkat keterampilan
masing-masing.
c) Menetapkan petugas khusus yang bertanggung jawab sebagai pelaksana
doorsmeer alat transport.
d) Mengadaan pemeriksaan akhir service kendaraan bersama-sama staf traksi dan
mengisi daftar isian pemeriksaan.
e) Bersama staf traksi mengatur tata ruang agar setiap ruang dapat memberikan
jaminan keamanan pengawasan, keamanan spare part, memesan kebutuhan suku
cadang, serta melarang adanya kanibalisme di bengkel.
f) Mengatur kebersihan dan keamanan bengkel, terutama menjaga ketertiban/orang
4. Mandor Transport
a) Mengatur dan memeriksa seluruh alat transport agar pada pukul 06.00 WIB
seluruh armada transport sudah siap beroperasi.
b) Memeriksa keadaan alat transport bersama supir/operator yang bersangkutan tanpa
menghambat keseluruhan operasional pekerjaan menugaskan perbaikan alat
transport dengan segera bila diketahui tidak layak di operasikan selain itu mandor
transport memberikan laporan kepada staf traksi.
c) Mengatur pelaksanaan harian doorsmeer, reparasi dan penugasan harian setiap alat
transport melalui buku tugas harian.
d) Memeriksa pengisian carlog secara up to date dan benar, menyelesaikan hambatan
secara tuntas setiap kejadian di lapangan, serta tetap memberikan laporan kepada
staf traksi pada kesempatan pertama.
e) Setiap hari membuat catatan permasalahan transport antara lain kebutuhan dan
pesanan suku cadang, sebab keterlambatan atau penyimpangan dan sebagainya.
Semua permasalahan tersebut tercatat dalam buku rekapitulasi perjalanan alat
transport.
f) Mengawasi kelancaran angkutan produksi harian dan lain-lain termasuk brondolan
di TPH, buah jatuh di jalan.
g) Bertanggung jawab terhadap keamanan dan penggunaan kendaraan, peralatan dan
perlengkapan transport.
5. Supir/Operator
a) Setiap pagi sebelum kendaraan dihidupkan, supir harus memeriksa :
- kendaraan (air pendingin mesin/radiator, oli mesin, air battery, minyak rem, tali kipas dll).
- Alat inventaris (kunci roda, ban serap, dongkrak, skop, cangkul dll). - Administrasi (buku tugas harian, carlog dll).
b) Memastikan kendaraan harus sudah mulai bergerak menuju lokasi yang telah di
tentukan sesuai buku tugas pada pukul 06.00 WIB.
c) Memastikan bahwa seluruh angkutan lain-lain di divisi harus sudah selesai pukul
08.00 WIB dan segera menuju ketempat pemotongan buah.
- Brondolan harus bersih di TPH.
- Muatan tidak melebihi kapasitas angkut. - Wajib memuat buah jatuh dijalan. - Tidak ada buah restan.
- Tidak menjalankan kendaraan dengan kecepatan tinggi.
Melaksanakan pengangkutan lain-lain dengan memperhatikan :
a) Peletakan barang dilokasi tujuan dilakukan dengan benar (pupuk, janjangan
kosong dengan tidak menutup jalan dan sebagainya).
b) Volume barang yang diletakkan sesuai dengan SPB/tanda terima.
c) Mengisi carlog secara benar dan tepat waktu
d) Melakukan penyucian kendaraan pada sore hari selesai beroperasi tanpa ada
perintah dari mandor/asisten.
e) Menjaga dan merawat kendaraan dan dilarang memasang aksesoris tanpa seizin
pihak management.
f) Bertanggung jawab terhadap kemungkinan kendaraan rusak terlebih bila di
Rustam Effendi Lubis lahir sebagai anak kedua
dari tujuh bersaudara (1 laki-laki dan 6 perempuan)
dari buah perkawinan Bp. Daud B. lubis dengan Ibu
L Boru Sianipar disebuah Desa Mandalasena
Kotapinang Sumatera Utara. Mereka adalah keluarga
yang bersahaja sejak leluhur, potret
manusia-manusia sederhana dan tergolong tidak pernah
bermimpi tentang kemulukan, memicingkan mata
agar tidak terkesima dengan kemewahan juga melarang diri terhadap kelayakan.
Penulis dilahirkan disuatu desa yang diapit dua anak sungai, sungai Mahuam
dengan arus sungai yang tenang dan juga sungai Air Kulim dengan arus cukup
deras. Pernah berkali-kali penulis merenungkan apakah sifat gejolak jiwanya
tergambar sama dengan dua macam arus ini ?, mungkin ada benarnya karena
pada aktualnya setiap sesuatu yang datangnya deras bagaikan lantai dasar
sungai yang sekeras batu, maka jiwanya akan berubah sekeras batu seperti
dasar sungai Air Kulim dan sebaliknya penulis dapat otomatis berubah jadi
tenang setenang air sungai Mahuam dengan dasar pasir yang halus dan lumpur .
Faktor didikan dari seorang Ayah tentara yang berpangkat sersan yang dengan
keras mengomandoi fisik dan batinnya, serta didikan seorang Ibu yang dicintai
mendidiknya dengan kelembutan sehingga terbentuklah watak penulis yang
keras bagaikan batu namun seketika dapat berubah lembut bagaikan air yang
tenang.
Penulis bercita-cita menjadi Planter, sebuah cita-cita sederhana yaitu menjadi
Asisten Kebun yang gagah ketika mengendarai sepeda motor Trail Yamaha
Enduro pada saat itu. Untuk mewujudkan cita-citanya penulis kuliah di Fakultas
Pertanian UNSRI tahun 1974, namun mimpi itu buyar seketika karena pada
tahun 1977 penulis memutuskan berhenti kuliah untuk pulang ke kampung
halaman.
Tahun 1977 penulis meniti karir sebagai warnen mandor, selang tiga bulan
diangkat menjadi krani EM, kemudian menjadi Asisten Kebun pada PT. Satya
Kisma Usaha (Kebun Normark) sampai pada Juli 1984 kebun tersebut diambil
alih oleh PT. Sadangmas (kini terpecah menjadi Salim & Sinar Mas Group).
Tahun 1985 penulis dimutasikan ke PT. Kebun Padang Halaban dan pada tahun
1988 penulis dipromosikan menjadi Askep di kebun yang sama. Tahun 1990
penulis dimutasikan ke Manggala Estate dan pada Januari 1991 diusia 34 tahun
penulis dipromosikan menjadi Estate Manager di kebun yang sama. Setelah
empat tahun menjadi Manager di Manggala Estate yang didominasi Areal
Gambut, pada tahun 1995 penulis dipercaya mengelola Sungai Bangko Estate
hingga tahun 2001. Tahun 2001 – 2005 penulis memegang Kebun Cibaliung
dengan komposisi areal yang majemuk, mulai areal tergenang, rawa, rawa
gambut, darat dan areal berbukit. Setelah sukses mengelola Kebun Cibaliung dan
membuka Sungai Bangko 2, pada Juni 2005 penulis dipercaya untuk membuka
proyek Sumatera Selatan yang awalnya penulis memegang 6 PT (2 PT Proyek
MSA & SBN, 1 PT. PSDA non pengembangan) sedangkan untuk 3 PT. CBS, IBP
dan PIP hanya sampai tahapan survey sosial saja hingga September 2008.
Sampai dengan Maret 2010 selama 5 tahun Proyek Sumsel telah terbuka
seluas + 33.000 Ha dan telah tertanam 18.333 Ha dengan dominasi areal pasang
surut yang berbeda dari kebun-kebun sebelumnya. Pengalaman membuka areal
pasang surut inilah yang menjadikan inspirasi bagi penulis untuk membuat satu
bentuk tulisan pengalaman pengelolaan kelapa sawit di areal pasang surut
sebagai bahan masukan bagi kalangan perkebunan dan masyarakat luas untuk
Agus Widanarko lahir pada tanggal 20 Agustus 1983 sebagai anak pertama dari lima bersaudara (2 laki-laki
dan 3 perempuan) sebagai buah perkawinan Bp.
Supartono dengan Ibu Artiningsih 27 tahun yang lalu.
Penulis menjalani masa kecil di pinggiran Ibukota Jakarta
tepatnya di Kampung Wadassari Bintaro, Jakarta Selatan.
Penulis menempuh pendidikan di SDN 03 Pesanggerahan, SLTP 177 & SMU 47
Tanah Kusir Jakarta Selatan. Pada tahun 2000 penulis hijrah ke Bogor untuk
melanjutkan studi S1 Agronomi di Institut Pertanian Bogor dan menyelesaikan
studinya selama 3 tahun 8 bulan. Selama menjalani masa studinya, penulis
aktif dalam beberapa organisasi kemahasiswaan seperti HIMAGRON, ROHIS
dan IAS3. Penulis mengawali karirnya di PT. Salim Ivomas Pratama & Subs
pada tahun 2005 yaitu sebagai Asisten Afdeling di Cibaliung Estate. Di
Cibaliung Estate, penulis dipercaya menangani Areal Kelapa Sawit Tanaman
Menghasilkan seluas 1000 Ha. Disinilah penulis belajar secara detil dan
mendalam tentang Kelapa Sawit mulai Panen, Pengangkutan hingga
pembuatan anggaran tahunan (Budget) hingga pada tahun 2009 penulis
dihunjuk sebagai Staf Area Manager Area I Sumsel mendampingi Bp. Rustam
E. Lubis untuk membantu beliau membuka proyek Sumsel. Di Proyek Sumsel
dengan bimbingan Bp. Rustam sebagai Atasan, Mentor dan Orang Tua, penulis
belajar membuka kebun kelapa sawit khususnya di lahan pasang surut mulai
dari Survey, LC, Tanam, Pemeliharaan hingga Pengelolaan Air di lahan pasang
surut. Berdasarkan pengalaman beliau selama 33 tahun di dunia perkebunan,
penulis menyusun buku Bedah Awal Teknik Budidaya Kelapa Sawit di Areal