• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Kelapa Sawit di Pasang Surut Chap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Buku Kelapa Sawit di Pasang Surut Chap"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BAB IX

TANAMAN MENGHASILKAN

(TM)

Tanaman kelapa sawit mulai

berbunga dan membentuk buah setelah

berumur 2-3 tahun. Buah akan menjadi

masak sekitar 5-6 bulan setelah

penyerbukan. Proses pemasakan buah

kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan

warna kulitnya. Buah akan berubah

menjadi merah jingga ketika masak. Pada

saat buah masak, kandungan minyak pada

daging buah telah maksimal. Jika terlalu

matang, buah kelapa sawit akan lepas dan

jatuh dari tangkai tandannya, buah yang

jatuh tersebut disebut membrondol.

Panen merupakan titik awal dari produksi dan terkait erat dengan budidaya, khususnya

pemeliharaan tanaman. Produksi adalah hasil yang diperoleh dari panen setelah melalui proses

pascapanen atau pengolahan. Keberhasilan panen dan produksi tergantung pada kegiatan

budidaya ditambah dengan ketersediaan prasarana dan sarana untuk kegiatan transportasi,

pengolahan, organisasi, ketenagaan dan faktor penunjang lainnya. Hasil panen kelapa sawit

adalah tandan buah segar (TBS), produksinya berbentuk minyak kelapa sawit kasar (crude palm oil) dan inti (kernel), yang merupakan bahan industri sangat penting karena penggunaannya yang sangat luas.

(3)

Panen atau pekerjaan potong buah

adalah pekerjaan utama di perkebunan kelapa

sawit karena langsung menjadi sumber

pemasukan uang ke perusahaan melalui

penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan inti

kelapa sawit (IKS). Oleh karena itu tugas

utama personil dilapangan adalah mengambil

buah dari pokok dan mengantarnya ke pabrik

sebanyak-banyaknya dengan cara dan waktu

yang tepat akan memperngaruhi kuantitas produksi (ekstrasi), sedangkan waktu yang tepat akan

mempengaruhi kualitas produksi ALB (asam lemak bebas).

Produksi MKS dan IKS per hektar dapat menunjukkan tingkat produksi yang dicapai

sudah maksimal atau belum. Produksi yang maksimal hanya dapat dicapai apabila losses

(kerugian) produksi minimal. Dengan demikian pengertian menaikkan produksi adalah

memperkecil losses, sehingga inti pekerjaan buah adalah memperkecil losses produksi. Sumber losses produksi di lapangan ialah :

1. Buah mentah

2. Buah masak tinggal dipokok (tidak dipanen

3. Brondolan tidak dikutip

4. Buah dan Brondolan dicuri

Untuk mendapatkan produksi per hektar yang tinggi, biaya per kilogram yang rendah dan

ALB yang rendah, aspek/faktor yang paling menentukan di lapangan adalah pusingan/rotasi

potong buah. Pusingan/rotasi potong buah juga mempengaruhi transport dan pengolahan di

pabrik. Demikian pentingnya aspek pusingan potong buah.

Pusingan potong buah sangat erat hubungannya dengan mutu buah atau saling

mempengaruhi dengan mekanisme sebagai berikut :

- Meningkatnya buah mentah yang dipanen cenderung mempercepat siap borong. - Buah masak yang seharusnya dipanen pada hari itu menjadi tertinggal dipokok.

- Buah yang tertinggal ini akan terus membrondol dan pada pusingan berikutnya telah terlampau masak (over ripe = jumlah brondolan yang lepas meningkat) bahkan sebagian

(4)

- Persentase brondolan meningkat mengakibatkan penurunan output pemotong buah karena waktunya banyak tersita untuk mengutip brondolan.

- Situasi ini dapat mengakibatkan karyawan tidak siap borong, sehingga mendorong pemanen memotong buah mentah lagi untuk mengejar siap borong.

Sehingga untuk menjaga pusingan potong buah tetap normal, penting sekali untuk terus

memantau daftar pusingan potong buah yang ada di Divisi ditambah informasi:

- Kerapatan buah masak atau persentase panen di blok.

- Jumlah tenaga potong buah.

- Umur tanaman.

- Jumlah borongan atau persentase siap borong.

- Curah hujan dan lain-lain.

Dengan kata lain, Asisten dan Mandor harus mengamati sensus secara acak keadaan buah

matang diseksi yang akan dipanen keesokan harinya. Atas dasar ini kemajuan pusingan,

diadakanlah penyesuaian jumah potong buah.

A. Persiapan Panen

Persiapan panen berkaitan dengan

penyediaan tenaga kerja dan alat-alat panen yang

diperlukan. Kegiatan awal lainnya dalam persiapan

panen adalah pembuatan atau peningkatan mutu jalan

karena jalan merupakan faktor penunjang yang

penting dalam

pengangkutan hasil dari kebun ke pabrik.

Akses jalan yang perlu dipersiapkan untuk proses panen diantaranya jalan penghubung (jalan

utama/main road), jalan produksi, jalan kontrol dan jalan pasar pikul.

(5)

Jalan utama untuk menghubungkan satu afdeling dengan afdeling lainnya atau afdeling

dengan pabrik. Jalan produksi di tengah perkebunan setiap afdeling, dari afdeling ke pabrik

tegak lurus dengan barisan tanaman. Di jalan produksi dibuat TPH. Sementara itu, jalan kontrol

menghubungkan satu blok dengan blok lainnya. Semua akses jalan perlu mendapat perhatian

dan perawatan untuk menjamin kelancaran transportasi saat panen.

Gambar 141. Pengerasan Main Road & Pembuatan Pasar Pikul

(6)

Terjadi kebiasaan/kecenderungan bahwa potong buah pada tanaman berumur +3 tahun

kurang mendapat perhatian. Padahal, jika kualitas tanaman baik dan kastrasi/tunas pasir

dilaksanakan, produksi mencapai 8-12 ton TBS/hektar dengan ekstrasi berkisar 13-20%.

Kebutuhan tenaga potong buah harus mengacu pada kebutuhan tenaga pada saat panen

puncak. Jumlah tenaga potong buah dapat diperoleh dengan tetap memperhitungkan faktor umur

tanaman dan kerapatan buah. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :

] buah dapat dipekerjakan di tunas pokok atau dilakukan pengaturan cuti tukang potong buah.

Alat–alat kerja untuk potong buah yang akan digunakan berbeda berdasarkan tinggi

tanaman. Penggolongan alat kerja tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu untuk memotong

TBS, alat bongkar muat TBS dan alat untuk membawa TBS ke TPH.

B. Kriteria Panen

1. Kriteria umum untuk tandan buah yang dapat dipanen berdasarkan jumlah brondolan

yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah (dalam piringan) secara alami atau

dengan istilah lain menghasilkan brondolan dalam jumlah tertentu. Buah dapat dipanen

jika dipenuhi kriteria sebagai berikut : Untuk tiap 1 Kg berat tandan terdapat 2 brondolan

lepas yang bukan brondolan muda yang kena serangan tikus atau penyakit, misalnya BJR

(berat janjang rata-rata) blok adalah 10 Kg maka buah yang dapat dipanen pada blok

tersebut apabila ada brondolan yang ada 20 butir.

(7)

Umur Tanaman Brondolan Kemasakan

C.1. Mutu Pekerjaan Panen

 Tanda Buah Segar (TBS)

- Semua TBS masak (tanpa kecuali) harus dipanen

- TBS yang sudah dipanen tetap berada di piringan sambil menunggu diangkut ke TPH

(tempat pengumpulan hasil).

- Gagang TBS dipotong rapat 2 (cm) tetapi jangan sampai terkena tandan.

- TBS diantrikan secara teratur di TPH dan

diberi nomor si pemotong buah. Tumpukan dibuat terpisah untuk pemotong buah yang

berlainan, kendati TPH yang sama.

(8)

 Brondolan

- Brondolan dikumpulkan dari ketiak cabang dan dari piringan di sekitar pohon.

- Brondolan dikumpulkan dalam tumpukan tersendiri di TPH tetapi dekat dengan antrian TBS.

- Brondolan harus bebas dari sampah.

 Cabang

- Diusahakan seminimal mungkin memotong cabang. Untuk tanaman yang masih rendah

(potong buah dengan dodos) tidak dibenarkan

memotong cabang. Hal ini yang mendasari

tidak digunakan kapak untuk potong buah.

- Bila terpaksa harus memotong cabang, cabang dipotong rapat ke batang untuk mencegah

tersangkutnya brondolan dan menghindarkan

kesulitan panen atau tunas berikutnya.

- Cabang ditumpuk memanjang ditanah gawangan yang tidak ada pasar rintisnya (atau

parit) tanpa dipotong-potong. Bila di tengah

gawangan ada parit/jalan maka cabang harus

dipotong menjadi tiga bagian dan ditumpuk

diantara pohon dalam barisan.

- Cegah adanya cabang sengkleh (cabang yang dipotong tapi belum putus/lepas dari

batangnya).

Gambar 143. Brondolan

(9)

C.2. Pengawas dan pemeriksaan panen

Asisten, Mandor I, Mandor dan Kerani buah secara rutin setiap hari kerja melakukan

pengawasan dan pemeriksaan panen.

C.2.1. Pengawasan oleh Asisten

Pada setiap hari kerja wajib memeriksa TBS minimum di 10 TPH sebagai hasil panen dari

minimum 10 orang tukang potong buah. Pemeriksaan mencakup kematangan buah menurut

kriteria yang berlaku diatas, susunan TBS dan tumpukan brondolan di TPH, kebersihan

brondolan, rumpukan cabang, buah masak tidak dipanen dan buah mentah yang diperam.

PERHATIKAN : Diperkebunan kelapa sawit yang berperan, paling bertanggung jawab dan berpengaruh terhadap besar kecilnya losses produksi adalah Asisten kebun. Oleh karena itu

penghayatan yang mendalam akan losses produksi oleh seorang asisten sangat dibutuhkan.

Kiranya jangan melakukan pemeriksaan mutu panen dan mutu buah oleh karena perintah

atas atau sekedar mengikuti prosedur.

C.2.2. Kerani Buah

- Setiap janjang di TPH harus dihitung dan diperiksa mutunya.

- Semua TBS yang telah diperiksa dan diterima dicap pada gagangnya (pakai kepala

gancu). Setiap buah mentah ditulis A dan

nomor pemanen pada gagangnya dengan

pensil merah. Buah yang kadaluwarsa harus

dikeluarkan brondolannya (diketek) dan

janjangan kosong dibuang digawangan. Buah

mentah harus didenda tetapi dihitung sebagai pendapatan.

- Kerani buah hanya boleh menerima TBS yang diantrikan di TPH yang resmi.

- Yang dicatat oleh kerani buah pada buku Penerimaan Buah adalah setiap tumpukan TBS dari masing-masing tukang potong buah pada kolom terpisah antara buah N dan Buah A .

- Bila terjadi kesalahan mencatat, halaman tersebut tidak boleh dirobek atau dihapus, cukup dicoret dulu yang salah atau kalau sering salah supaya dibiarkan saja dan pakai halaman

berikutnya.

(10)

- Hasil pemeriksaan kerani buah harus dicocokkan setiap sore harinya dengan hasil pemeriksaan asisten untuk mencegah kemungkinan penyelewengan.

- Hasil pemeriksaan asisten dicatat dalam buku pemeriksaan mutu buah dan lembar aslinya diserahkan pada manager.

C.2.3. Mandor Panen

- Menentukan hancak untuk setiap pemanen pada pagi hari, sambil

membagikan notes pada

masing-masing pemanen. Pembagian notes ini

sekaligus sebagai alat kontrol absensi

pemanen dan pemanen yang datang

terlambat.

- Aktif mengawasi pekerjaan potong buah sehingga semua buah-N (matang)

dipanen.

- Memastikan semua buah yang dipanen

diangkut ke TPH, tidak ada yang tertinggal di piringan atau di pasar rintis.

- Sewaktu memotong gagang buah harus rapat, tetapi tidak terkena tandan.

- Buah A (mentah) yang terlanjur dipanen tidak dibenarkan di tinggal di dalam blok atau diperam.

- Memastikan semua brondolan dikutip

- Menghitung kerapatan buah diseksi yang akan dipanen esok hari dan mengisi administrasi taksasi potong buah di kantor divisi segera setelah pulang dari hancak.

D. Organisasi Potong Buah

1. Seksi potong buah harus disusun sedemikian rupa sehingga areal atas blok yang akan

dipanen setiap hari menjadi terkonsentrasi (tidak terpencar-pencar). Harus dihindari adanya potongan-potongan hancak panen, artinya agar 1 seksi selesai 1 hari. Manfaat dari

hal tersebut diatas ialah :

- Mempermudah kontrol

(11)

- Meningkatkan output karyawan potong buah - Efisiensi transportasi buah

- Keamanan produksi

2. Jumlah pemanen per mandoran antara 20 – 25 orang. Jumlah mandoran per divisi maksimum 3 orang. Hal ini perlu

untuk memperkecil biaya tak

langsung (mandor dan kerani

buah).

3. Semua pemanen harus sudah tiba

di hancak dan siap memanen

paling lambat jam 06.30, dengan

membawa peralatan yang cukup.

4. Mandor panen menentukan hancak tiap pemanen dan harus dimulai dari rintis tengah.

Satu hancak terdiri dari 2–4 baris yang berdekatan, tergantung dari persentase kerapatan

buah masak.

5. Pemanen harus selalu memasang nomor hancak dipasar rintis yang akan dihancaki. Hal

ini perlu untuk memudahkan pengontrolan.

6. Urutan memanen adalah sebagai berikut :

a. Potong semua cabang songgo duo rapat ke batang. Jangan ada sengkleh.

b. Potong janjang masak tersebut, biarkan tetap di piringan, jangan dipindahkan kepasar

rintis. Gagang buah dipotong rapat, tapi jangan sampai terkena tandan.

c. Korek dan sogrok semua brondolan yang tersangkut/terselip di ketiak cabang

d. Susun cabang digawangan rumpukan. Jika ditengah gawangan ada parit, maka cabang

harus dipotong 3 dan ditumpuk diantara pokok dalam barisan.

e. Kumpulkan brondolan, tapi masih tetap di piringan dan bebas dari sampah.

(12)

NO NAMA BUAH DESKRIPSI GAMBAR

01 Yangambi

- Potensi Produksi TBS 39 ton/ha/th

- Produksi TBS Rata - rata 25 - 28 tn/ha/th

- Potensi Hasil (CPO) 7,5 ton/ha/th

- Produksi CPO Rata - rata 5,8 - 7,3 ton/ha/th

- Rendemen Minyak 23-26 %

- Produksi Minyak Inti 0,62 ton/ha/th

- Kerapatan Tanaman 130 pohon/ha

- Pertumbuhan Meninggi 0,60 - 0,75 m/th

02 Simalungun

- Potensi Produksi TBS 33 ton/ha/th

- Produksi TBS Rata - rata 28,4 ton/ha/th

- Potensi Hasil (CPO) 7,9 ton/ha/th

- Produksi CPO Rata - rata 8,7 ton/ha/th

- Rendemen Minyak 26,50%

- Produksi Minyak Inti 0,51 ton/ha/th

- Kerapatan Tanaman 130 - 135 pohon/ha

- Pertumbuhan Meninggi 0,75 - 0,80 m/th

03 Bah Jambi

- Potensi Produksi TBS 32 ton/ha/th

- Produksi TBS Rata - rata 22 - 24 ton/ha/th

- Potensi Hasil (CPO) 7,4 ton/ha/th

- Produksi CPO Rata - rata 5,7 - 6,2 ton/ha/th

- Rendemen Minyak 23 - 26%

- Produksi Minyak Inti 0,62 ton/ha/th

- Kerapatan Tanaman 130 pohon/ha

- Pertumbuhan Meninggi 0.65 - 0,85 m/th

04 Dolok Sinumbah

- Potensi Produksi TBS 31 ton/ha/th

- Produksi TBS Rata - rata 24 - 27 ton/ha/th

- Potensi Hasil (CPO) 7,7 ton/ha/th

- Produksi CPO Rata - rata 6,0 - 6,75 ton/ha/th

- Rendemen Minyak 23 - 25%

- Produksi Minyak Inti 0,56 ton/ha/th

- Kerapatan Tanaman 130 pohon/ha

- Pertumbuhan Meninggi 0.65 - 0,85 m/th

E. Produktifitas Tanaman

Kualitas bahan tanaman sangat mempengaruhi hasil/produktifitas kelapa sawit selama

masa panen. Beberapa bahan tanaman yang sudah diakui kualitasnya dan sering dipakai oleh

perkebunan maupun masyarakat umum adalah Yangambi, Bah Jambi, Marihat, Dolok

Sinumbah, Lame, Avros, Simalungun, SP1 & SP2. Berikut perbandingan jenis dan

produktifitas bahan tanaman tersebut:

(13)

NO NAMA BUAH DESKRIPSI GAMBAR

05 Marihat

- Potensi Produksi TBS 31 ton/ha/th

- Produksi TBS Rata - rata 24 - 25 ton/ha/th

- Potensi Hasil (CPO) 7,9 ton/ha/th

- Produksi CPO Rata - rata 6,0 - 6,3 ton/ha/th

- Rendemen Minyak 23 - 25%

- Produksi Minyak Inti 0,54 ton/ha/th

- Kerapatan Tanaman 143 pohon/ha

- Pertumbuhan Meninggi 0,6 - 0,7 m/th

06 Lame

- Potensi Produksi TBS 36 ton/ha/th

- Produksi TBS Rata - rata 26 - 27 ton/ha/th

- Potensi Hasil (CPO) 7,9 ton/ha/th

- Produksi CPO Rata - rata 5,9 - 7,0 ton/ha/th

- Rendemen Minyak 23 - 26%

- Produksi Minyak Inti 0,6 ton/ha/th

- Kerapatan Tanaman 143 pohon/ha

- Pertumbuhan Meninggi 0,55 - 0,7 m/th

07 Avros

- Potensi Produksi TBS 30 ton/ha/th

- Produksi TBS Rata - rata 24 - 27 ton/ha/th

- Potensi Hasil (CPO) 7,8 ton/ha/th

- Produksi CPO Rata - rata 7,8 ton/ha/th

- Rendemen Minyak 23 - 26%

- Produksi Minyak Inti 0,54 ton/ha/th

- Kerapatan Tanaman 130 pohon/ha

- Pertumbuhan Meninggi 0,6 - 0,8 m/th

08 SP2

- Potensi Produksi TBS 30 ton/ha/th

- Produksi TBS Rata - rata 24 - 27 ton/ha/th

- Potensi Hasil (CPO) 7,5 ton/ha/th

- Produksi CPO Rata - rata 6,2 - 6,8 ton/ha/th

- Rendemen Minyak 23 - 25%

- Produksi Minyak Inti 0,51 ton/ha/th

- Kerapatan Tanaman 143 pohon/ha

- Pertumbuhan Meninggi 0,65 - 0,85 m/th

09 SP1

- Potensi Produksi TBS 32 ton/ha/th

- Produksi TBS Rata - rata 25 - 28 ton/ha/th

- Potensi Hasil (CPO) 7,6 ton/ha/th

- Produksi CPO Rata - rata 6,5 - 7,3 ton/ha/th

- Rendemen Minyak 23 - 26%

- Produksi Minyak Inti 0,49 ton/ha/th

- Kerapatan Tanaman 143 pohon/ha

(14)

Produktifitas tanaman dipengaruhi oleh umur tanaman. Tanaman tua berumur lebih

dari 15 tahun memiliki tandan yang lebih berat dibandingkan dengan tanaman yang muda.

Diatas 10 tahun, berat tandan rata-rata sama untuk setiap tahunnya. Produktivitas tanaman

kelapa sawit yang ditanam di tanah subur (kandungan unsur hara tinggi) umumnya tinggi.

Berbeda dengan yang ditanam di tanah yang miskin unsur hara, produktifitas akan rendah.

Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan juga oleh curah hujan setahun. Jika

terjadi kemarau panjang, akan menyebabkan gagalnya pembentukan bakal bunga 19 - 21

bulan berikutnya (abortus bunga) dan keguguran buah 5 - 6 bulan berikutnya.

Faktor lain yang mempengaruhi potensi produksi tanaman kelapa sawit adalah adanya

ganguan hama dan penyakit. Semakin tinggi tingkat gangguan, semakin rendah pencapaian

potensi produksinya. Selain itu, kegiatan panen dan angkut juga dapat mempengaruhi potensi

produksi. Semakin baik manajemen panen dan angkutnya, semakin tinggi potensi produksi

tanaman. Panen diharapkan berjalan lancar dengan rotasi tujuh hari. Semua buah yang

dipanen adalah buah matang, kemudian brondolan yang tertinggal diusahakan seminimal

mungkin.

F. Pemeliharaan TM

Usaha perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk menghasilkan tandan buah segar.

Umumnya, tanaman kelapa sawit baru akan menghasilkan buah pada umur sekitar 4 tahun.

Masa berbuah ini perlu dijaga agar tanaman memiliki masa menghasilkan yang lama.

Umumnya, produktifitas tanaman kelapa sawit akan menurun pada umur 25 tahun. Berikut

ini akan dibahas pemeliharaan TM agar tetap berproduksi optimal sebagi berikut :

1. Pangkas Daun Tua

Daun – daun tua beserta pelepahnya perlu dipotong, bahkan gulma yang tumbuh di

pohon perlu dibersihkan secara teratur. Hal itu dimaksudkan untuk mempermudah terjadinya

penyerbukan bunga secara alami maupun dengan bantuan serangga penyerbuk, misalnya

kumbang elaedobius kamerunicus. Pemangkasan daun tua juga mampu mengurangi kelembaban sebagai upaya penangkalan terhadap penyakit busuk buah (bunch rot). Daun yang telah dipangkas sebaiknya dikumpulkan sebagai bahan baku pupuk nabati.

2. Pupuk dengan Dosis Benar

Tanaman yang telah menghasilkan buah (TM) sangat memerlukan pupuk. Pupuk

(15)

kelapa sawit. Ada dua macam pupuk yang digunakan, yaitu organik dan anorganik atau

pupuk pabrik. Kedua jenis pupuk tersebut mempunyai keunggulan maupun kelemahan

masing-masing sehingga untuk tanaman perlu diberikan secara seimbang. Sebelum kegiatan

pemupukan yang dilakukan pada piringan tanaman, bersihkan tanah terlebih dahulu dan

dangir dangkal (dikecrek atau digaruk pakai cangkul). Pemupukan dilakukan dengan

mengubur dangkal pupuk yang berbentuk butiran maupun pupuk tablet di daerah perakaran

tanaman, kira-kira 0,5 m dari pangkal batang sampai ”cincin” (batas/tepi piringan). Apabila

pupuk yang hendak diberikan berupa pupuk organik seperti kompos, pupuk kandang, maupun

pupuk hijau, pilih pupuk yang benar-banar telah matang. Sebelum digunakan, campuran

tanah subur secukupnya ke dalam pupuk tersebut. Jenis dan dosis yang dianjurkan untuk

pemupukan TM dapat disajikan pada tabel 30.

Lakukan pemupukan pada awal musim hujan (curah hujan 60 sampai 200 mm/bulan) agar

pupuk terserap oleh akar secara efisien. Berikan selang waktu setiap aplikasi jenis pupuk

untuk mengetahui respon dari pupuk tersebut. Hal ini perlu dicermati terlebih dahulu untuk

para petani atau pekebun kelapa sawit yang akan bertanam di lahan gambut maupun lahan Tabel 24. Kisaran Dosis dan Jumlah Aplikasi Pupuk TM Kelapa Sawit

(16)

3. Timbun Pelepah dan Sampah

Pelepah daun dan sampah organik sebaiknya jangan dibuang begitu saja. Sampah

ini bisa dimanfaatkan sebagai kompos. Dengan demikian, kesuburan tanah sekitar

tanaman dapat dipertahankan. Caranya, buat lubang di antara tanaman kelapa sawit.

Masukkan pelepah daun atau sampah organik lainnya. Timbun kembali lubang yang telah

terisi penuh oleh bahan-bahan organik.

Lama-kelamaan, sampah tersebut akan membusuk dan menjadi pupuk organik. Pupuk

organik yang sudah jadi tidak perlu dibongkar, tetapi hanya digunakan untuk menyuplai

unsur hara di daerah tersebut.

4. Penyiangan Tanaman Pengganggu secara Teratur

Penyiangan ialah membuang gulma atau tumbuhan pengganggu (OPT=

organisme pengganggu tanaman), terutama lalang dan tumbuhan berduri. Kehadiran

gulma tentunya akan merebut jatah nutrisi yang seharusnya digunakan kelapa sawit.

Dengan demikian, produksinya akan turun. Oleh karenanya, kehadiran gulma harus

dibasmi. Bersihkan piringan pada daerah perakaran tanaman dari gulma, kacangan,

maupun sampah. Untuk alang-alang, dongkel dan jepit akar agar tanaman tercabut beserta

dengan akarnya. Selain itu, bisa menggunakan herbisida organik yang ramah lingkungan.

Penyemprotan dengan herbisida sebaiknya dilakukan pada awal musim kemarau.

Penyemprotan dilakukan setiap 2 bulan (tergantung kondisi lapangan).

5. Remajakan Tanaman Tua secara Berkala

Produktifitas tanaman salah satunya ditentukan oleh umur tanaman. Tanaman

kelapa sawit mulai menghasilkan pada umur lebih dari 3 tahun. Produksinya terus

meningkat hingga umur 7 tahun. Beberapa pustaka menyebutkan bahwa produksi

tanaman kelapa sawit akan mulai menurun hingga umur 25 tahun. Untuk menjaga

kontinuitas produksi, tanaman yang sudah tua harus segera diremajakan. Sebaiknya,

peremajaan dilakukan secara bertahap, sesuai dengan umur tanaman. Peremajaan

dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

a. Memancang, yaitu mengukur jarak tanam agar terlihat lurus

b. Membuat parit, untuk saluran drainase

(17)

d. Membuat lubang tanam menggunakan cangkul dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 40

cm

e. Membongkar tanaman tua sedalam 0,75 cm dengan ukuran lebar dan panjang 2 m

x 2 m

f. Menyemprot gawangan dengan herbisida agar saat penanaman kacangan penutup

tanah, lahan sudah siap.

g. Dorong (buang) batang pohon dari lubang tanam dan teras.

h. Tanaman kacangan penutup tanah untuk meningkatkan kadar nitrogen dalam tanah.

i. Tanam bibit kelapa sawit pada lubang tanam yang telah dibuat

G. Kapasitas dan Giliran Panen

Setiap pekerja pemanen dalam satu hari dapat memanen antara 400-900 Kg, tergantung

pada produksi per hektar yang berkaitan dengan umur tanaman, topografi areal, kerapatan

pohon, insentif yang disediakan, dan musim (panen puncak atau panen rendah). Untuk

mendorong tercapainya kualitas hasil panen yang baik, pihak pengelola kebun dapat

melakukan upaya pemberian premi yang didasarkan pada standar kapasitas pemanen dimana

kelebihan kapasitasnya akan dibayar berdasarkan insentif atau premi yang diatur oleh

perusahaan.

Untuk mengetahui kualitas kerja para pemanen dilaksanakan dengan melakukan

pengecekan di lapangan oleh petugas khusus. Selain pemeriksaan hasil panen melalui cara

pemeriksaan hasil panen juga melalui cara pemeriksaan contoh (sampel) hasil panen. Agar

seorang pemanen dapat memanen sejumlah tandan sesuai dengan standar kapasitas panen

yang telah ditentukan, maka giliran panen harus diatur dengan baik agar para pemanen

memiliki waktu untuk istirahat dan melakukan perbaikan alat-alat yang digunakan. Secara

umum, perusahaan perkebunan kelapa sawit menggunakan pusingan (daur) panen 6/7 dimana

dari 7 hari dalam seminggu (7 hari) digunakan untuk panen 6 hari, sedangkan 1 hari sisanya

(18)

Gambar 150. Rantai Transport H. Transport Buah

Tanaman kelapa sawit merupakan salah

satu tanaman penghasil produksi buah/bunch

yang tonase per hektar dan pertahunnya lebih

tinggi dibandingkan tanaman-tanaman

lainnya. Oleh karena itu pekerjaan transportasi

diperkebunan kelapa sawit adalah salah satu

pekerjaan yang terpenting/utama.

Transport buah merupakan mata rantai dari ke 3 mata rantai yang terpenting dan saling

mempengaruhi, seperti gambar berikut :

Keberhasilan pengelolaan transport TBS oleh kebun harus dapat mencapai 4 hal yang

menjadi sasaran transport TBS, Ke 4 hal tersebut adalah :

1. Menjaga agar FFA ( Asam Lemak Bebas ) produksi harian berkisar 2 – 3 % .

Ketidaklancaran transportasi ke PKS akan menimbulkan buah restan, akan berdampak

pada peningkatan FFA sehingga kualitas

CPO rendah.

2. Kapasitas atau kelancaran Pengolahan di

PKS. Jam olah PKS telah diatur

berdasarkan taksasi potong buah yang

disampaikan kebun. Ketidaklancaran

transportasi akan menyebabkan kapasitas

olah tidak terpenuhi dan selanjutnya jam

olah akan bertambah.

Potong Buah

Transport Pengolahan

Gambar 149. Pengiriman TBS ke PKS

(19)

3. Keamanan TBS di Lapangan. TBS yang telah dipotong dan diantrikan di TPH sangat

rawan terhadap pencurian terutama pada areal Pringgan. Pengaturan transport harus dapat

menjamin buah yang dikirim ke PKS tepat pada waktu yang ditentukan sehingga tidak

menunggu waktu yang lama untuk di angkut.

4. Biaya ( Rp/kg TBS ) Transport Minimal. Pengelolaan tranportasi TBS yang langsung

dibawah komando Estate Manager harus mampu menghasilkan biaya yang kompetitif dan

efisien. Biaya yang kompetitif dan efisien diartikan biaya transport dapat lebih efisien bila

dibandingkan dengan pengangkutan yang dilakukan mitra bisnis/kontraktor

o Faktor-faktor yang mempengaruhi Kelancaran Tranportasi buah.

Sesuai mekanisme input – proses – output,

kelancaran transportasi buah sangat

ditentukan oleh beberapa hal antara lain :

1. Organisasi Potong buah.

2. Bentuk dan pola jalan di suatu kebun,

divisi dan blok.

3. Kondisi dan perawatan jalan.

4. Jenis/tipe alat-alat transport.

5. Kondisi dan perawatan alat-alat transport.

Organisasi Potong Buah.

1. Realisasi tonase buah yang dipotong setiap hari tidak jauh berbeda (variance + 5 %)

dengan tonase taksasi buah yang dibuat kemarin sorenya.

2. Pusingan potong buah dijaga antara 6 – 8 hari, sehingga persentase brondolan terhadap janjang maksimum 7 – 9 %.

3. Buah harus diletakkan di TPH yang

telah ditentukan (bernomor).

4. Potong buah dalam setiap harinya agar

diusahakan terkonsentrasi, jangan

terpencar-pencar dari suatu mandoran ke

mandoran yang lain.

5. Harus dihindari adanya potongan ancak

yang tidak selesai di suatu mandoran, Gambar 153. Peletakan Buah di TPH

(20)

artinya diusahakan agar 1 (satu) seksi selesai dipotong dalam satu hari.

6. Sesudah selesai dipotong satu pasar rintis, karyawan potong buah langsung

mengeluarkannya ke TPH. Agar transport sudah bisa dimulai paling lambat jam 08.30

WIB setiap hari.

Bentuk dan Pola jalan di suatu Kebun, Divisi dan Blok. 1. Sedapat mungkin harus diusahakan lurus.

2. Jalan-jalan buntu (tidak tembus) diminimalkan dan sebaiknya tidak ada.

3. Di areal yang berbukit diusahakan jalan dibangun dikaki bukit bukan diatas bukit.

Kondisi dan Perawatan Jalan.

 Faktor utama kelancaran transport ialah kondisi/perawatan jalan kendaraan. Masih banyak

para staff lapangan beranggapan bahwa apabila tidak lancar transport FFB maka perlu penambahan alat transport, padahal kapasitas per unit alat transportnya masih jauh

dibawah kapasitas standartnya. penyebab utama dari

keadaan tersebut ialah kondisi pasar yang tidak

wajar.

 Merupakan suatu gejala umum di perkebunan selama

ini , Road Greader yang disediakan perusahaan

banyak waktunya digunakan untuk menarik

kendaraan yang terpuruk oleh karena kerusakan

jalan. Sebaiknya pemanfaatan Road Greader yang demikian harus dihindari atau

ditiadakan. Road Greader hanya untuk membentuk dan merawat jalan.

 Perawatan jalan dengan batu terutama dengan batu

padas sebaiknya diminimalkan, karena batu padas

yang menonjol ditengah-tengah jalan sering merusak

gardan kendaraan (Truk dan Jeep).

 Juga perawatan jalan yang telah diberi batu padas

sering mengalami kesulitan apabila dirawat lagi

dengan Road Greader. Salah satu penyebab selingnya

terjadi kerusakan Road Greader adalah karena batu

padas yang ada di jalan.

(21)

a. Langsung ke Pabrik

b. Tidak langsung ( stop over di loading ramp Divisi )

Jarak Div/blok ke

pabrik (km) Jenis/Tipe Kendaraan

Kapasitas (ton/hari)

Whell Tractor dengan Trailer hydrolic ( cap. 5 ton )

< 6 Langsung 20 - 30

6 - 12 Langsung Dump truck ( cap. 5 - 6 ton ) 20 - 35

Whell Tractor dengan Trailer

hydrolic ( cap. 5 ton ) 20 - 30

12 Tidak Langsung Dump truck ( cap. 5 - 6 ton ) Tergantung Jarak

ke Pabrik Tergantung Jarak

ke Pabrik Truck biasa ( cap. 7 - 10 ton )

Jenis/Tipe Alat-alat Transport.

Pemilihan jenis atau tipe alat transport yang akan dipakai di suatu perkebunan didasari

oleh faktor areal kebun dan jarak ke pabrik.

Berbeda dengan daerah mineral, areal pasang surut dikelilingi oleh anak sungai Musi

yang memiliki lebar s/d 40 m. Untuk menyeberangi Sungai ini diperlukan sarana

tambahan berupa Ponton dan Tag Boat. Jenis dan ukuran ponton dan tag boat ini

bervariasi dari ponton kecil (muatan 4 unit DT) sampai ponton besar (muatan 4 unit

DT). Namun pemakaian ponotn ini bergantung pada lebar sungai yang dilewati.

Gambar 156. Ponton besi Gambar 157. Tug Boat

(22)

Kondisi dan Perawatan Alat-alat Transport.

Perawatan alat-alat transport di banyak perusahaan perkebunan masih banyak memiliki

keIemahan. Banyak faktor penyebabnya, tetapi salah satu penyebab utama ialah kurangnya

pengetahuan teknik dari para staff terutama asisten lapangan.

Aspek-aspek yang kurang mendapat perhatian ialah :

- Lemahnya pengetahuan teknis karyawan di bengkel. - Kurang disiplin jadwal doorsmeer.

- Muatan kendaraan (tonase) yang berlebihan. - Pengetahuan teknis para supir yang minim. - Kondisi jalan yang tidak memadai.

- Transport FFB yang sampai larut malam. - Sistim premi transport yang kurang menarik. Pengorganisasian Alat-alat Transportasi.

Perlunya dihayati bahwa penyediaan kendaraan oleh perusahaan di perkebunan kelapa sawit

diutamakan untuk transportasi TBS, baru untuk angkutan lain-lain.

Proporsi pemakaian kendaraan

digambarkan sebagai berikut :

 Angkutan TBS = 80 %

 Angkutan Pupuk = 10 %

 Angkutan Karyawan = 5%

 Angkutan Lain-lain = 5%

(23)

Efisiensi pengoperasian alat-alat transport akan diperoleh maksimal apabila :

1. Setiap hari asisten divisi merencanakan dan menginformasikan tonase produksi dan

angkutan lain-lain untuk esok harinya sesuai dengan taksasi potong buah dan rencana

kerja.

2. Kapasitas angkut Truck 30 - 40 ton per hari.

3. Angkutan pupuk dan angkutan lain-lain sudah harus selesai paling lambat jam 08.00

WIB.

4. Supir dan kenek harus bawa bontot, tidak dibenarkan pulang untuk makan.

5. Jadwal doorsmeer harus benar-benar dilaksanakan.

6. Jangan dibiasakan mentolerir adanya buah restan.

7. Pengisian BBM setiap hari sudah harus selesai jam 06.00 WIB.

8. Pembatasan kapasitas angkut yang terkontrol.

SARANA PENUNJANG TRANSPORTASI

Dalam pengelolaan transport yang tidak kalah pentingnya adalah kesiapan

workshop/bengkel yang memadai untuk menunjang kelancaran transportasi tersebut,

dengan kata lain persiapan SDM nya dan peralatannya.

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Dalam struktur organisasi pengelolaan transport dapat di jabarkan masing-masing

wewenang dan kewajiban Staf traksi, mandor Workshop, Mandor transport, Supir &

Operator.

2. Staf Traksi

a) Melakukan pengawasan/pemeriksaan kehadiran seluruh petugas traksi pada pukul

05.45 WIB.

b) Pemeriksaan rutin alat transport : oil engine, air radiator, acu batteray, minyak rem

dan lain-lain

c) Memeriksa kelengkapan pengisian buku tugas harian dan dapat dipahami

supir/operator serta memeriksa carlog.

(24)

e) Sore hari mengatur penugasan masing-masing transport, berdasarkan buku

permintaan afdeling.

f) Membuat catatan situasi penyimpangan-penyimpangan dalam buku rekapitulasi

perjalanan alat transport, yang dibuat harian oleh kerani transport, disertai

pembuatan petunjuk mengatasinya setelah berkonsultasi dengan manager pada

kesempatan pertama.

g) Membantu/memeriksa kerani transport dalam kewajiban harian sebagai petugas

administrasi, baik administrasi transport, suku cadang, perawatan, biaya, dan

lain-lain untuk menghindari penyimpangan data, keterlambatan laporan, dan

sebagainya.

h) Menetapkan tugas harian dan rencana kerja harian kepala bengkel dalam papan

kerja harian, memeriksa hasil pekerjaan, serta memberikan petunjuk dan mengatur

tata letak bengkel untuk kemudahan dalam bekerja.

i) Mengawasi kebersihan lingkungan dan keamanan unit transport, perbengkelan.

j) Memeriksa kelancaran kendaraan, alat berat yang secara khusus operasionalnya

dilapangan diawasi oleh Askep/asisten.

3. Kepala bengkel

a) Melaksanakan instruksi kerja sesuai rencana kerja harian yang di tetapkan oleh

staf traksi.

b) Mengatur mekanik sesuai dengan profesi atau tingkat keterampilan

masing-masing.

c) Menetapkan petugas khusus yang bertanggung jawab sebagai pelaksana

doorsmeer alat transport.

d) Mengadaan pemeriksaan akhir service kendaraan bersama-sama staf traksi dan

mengisi daftar isian pemeriksaan.

e) Bersama staf traksi mengatur tata ruang agar setiap ruang dapat memberikan

jaminan keamanan pengawasan, keamanan spare part, memesan kebutuhan suku

cadang, serta melarang adanya kanibalisme di bengkel.

f) Mengatur kebersihan dan keamanan bengkel, terutama menjaga ketertiban/orang

(25)

4. Mandor Transport

a) Mengatur dan memeriksa seluruh alat transport agar pada pukul 06.00 WIB

seluruh armada transport sudah siap beroperasi.

b) Memeriksa keadaan alat transport bersama supir/operator yang bersangkutan tanpa

menghambat keseluruhan operasional pekerjaan menugaskan perbaikan alat

transport dengan segera bila diketahui tidak layak di operasikan selain itu mandor

transport memberikan laporan kepada staf traksi.

c) Mengatur pelaksanaan harian doorsmeer, reparasi dan penugasan harian setiap alat

transport melalui buku tugas harian.

d) Memeriksa pengisian carlog secara up to date dan benar, menyelesaikan hambatan

secara tuntas setiap kejadian di lapangan, serta tetap memberikan laporan kepada

staf traksi pada kesempatan pertama.

e) Setiap hari membuat catatan permasalahan transport antara lain kebutuhan dan

pesanan suku cadang, sebab keterlambatan atau penyimpangan dan sebagainya.

Semua permasalahan tersebut tercatat dalam buku rekapitulasi perjalanan alat

transport.

f) Mengawasi kelancaran angkutan produksi harian dan lain-lain termasuk brondolan

di TPH, buah jatuh di jalan.

g) Bertanggung jawab terhadap keamanan dan penggunaan kendaraan, peralatan dan

perlengkapan transport.

5. Supir/Operator

a) Setiap pagi sebelum kendaraan dihidupkan, supir harus memeriksa :

- kendaraan (air pendingin mesin/radiator, oli mesin, air battery, minyak rem, tali kipas dll).

- Alat inventaris (kunci roda, ban serap, dongkrak, skop, cangkul dll). - Administrasi (buku tugas harian, carlog dll).

b) Memastikan kendaraan harus sudah mulai bergerak menuju lokasi yang telah di

tentukan sesuai buku tugas pada pukul 06.00 WIB.

c) Memastikan bahwa seluruh angkutan lain-lain di divisi harus sudah selesai pukul

08.00 WIB dan segera menuju ketempat pemotongan buah.

(26)

- Brondolan harus bersih di TPH.

- Muatan tidak melebihi kapasitas angkut. - Wajib memuat buah jatuh dijalan. - Tidak ada buah restan.

- Tidak menjalankan kendaraan dengan kecepatan tinggi.

Melaksanakan pengangkutan lain-lain dengan memperhatikan :

a) Peletakan barang dilokasi tujuan dilakukan dengan benar (pupuk, janjangan

kosong dengan tidak menutup jalan dan sebagainya).

b) Volume barang yang diletakkan sesuai dengan SPB/tanda terima.

c) Mengisi carlog secara benar dan tepat waktu

d) Melakukan penyucian kendaraan pada sore hari selesai beroperasi tanpa ada

perintah dari mandor/asisten.

e) Menjaga dan merawat kendaraan dan dilarang memasang aksesoris tanpa seizin

pihak management.

f) Bertanggung jawab terhadap kemungkinan kendaraan rusak terlebih bila di

(27)

Rustam Effendi Lubis lahir sebagai anak kedua

dari tujuh bersaudara (1 laki-laki dan 6 perempuan)

dari buah perkawinan Bp. Daud B. lubis dengan Ibu

L Boru Sianipar disebuah Desa Mandalasena

Kotapinang Sumatera Utara. Mereka adalah keluarga

yang bersahaja sejak leluhur, potret

manusia-manusia sederhana dan tergolong tidak pernah

bermimpi tentang kemulukan, memicingkan mata

agar tidak terkesima dengan kemewahan juga melarang diri terhadap kelayakan.

Penulis dilahirkan disuatu desa yang diapit dua anak sungai, sungai Mahuam

dengan arus sungai yang tenang dan juga sungai Air Kulim dengan arus cukup

deras. Pernah berkali-kali penulis merenungkan apakah sifat gejolak jiwanya

tergambar sama dengan dua macam arus ini ?, mungkin ada benarnya karena

pada aktualnya setiap sesuatu yang datangnya deras bagaikan lantai dasar

sungai yang sekeras batu, maka jiwanya akan berubah sekeras batu seperti

dasar sungai Air Kulim dan sebaliknya penulis dapat otomatis berubah jadi

tenang setenang air sungai Mahuam dengan dasar pasir yang halus dan lumpur .

Faktor didikan dari seorang Ayah tentara yang berpangkat sersan yang dengan

keras mengomandoi fisik dan batinnya, serta didikan seorang Ibu yang dicintai

mendidiknya dengan kelembutan sehingga terbentuklah watak penulis yang

keras bagaikan batu namun seketika dapat berubah lembut bagaikan air yang

tenang.

Penulis bercita-cita menjadi Planter, sebuah cita-cita sederhana yaitu menjadi

Asisten Kebun yang gagah ketika mengendarai sepeda motor Trail Yamaha

Enduro pada saat itu. Untuk mewujudkan cita-citanya penulis kuliah di Fakultas

Pertanian UNSRI tahun 1974, namun mimpi itu buyar seketika karena pada

(28)

tahun 1977 penulis memutuskan berhenti kuliah untuk pulang ke kampung

halaman.

Tahun 1977 penulis meniti karir sebagai warnen mandor, selang tiga bulan

diangkat menjadi krani EM, kemudian menjadi Asisten Kebun pada PT. Satya

Kisma Usaha (Kebun Normark) sampai pada Juli 1984 kebun tersebut diambil

alih oleh PT. Sadangmas (kini terpecah menjadi Salim & Sinar Mas Group).

Tahun 1985 penulis dimutasikan ke PT. Kebun Padang Halaban dan pada tahun

1988 penulis dipromosikan menjadi Askep di kebun yang sama. Tahun 1990

penulis dimutasikan ke Manggala Estate dan pada Januari 1991 diusia 34 tahun

penulis dipromosikan menjadi Estate Manager di kebun yang sama. Setelah

empat tahun menjadi Manager di Manggala Estate yang didominasi Areal

Gambut, pada tahun 1995 penulis dipercaya mengelola Sungai Bangko Estate

hingga tahun 2001. Tahun 2001 – 2005 penulis memegang Kebun Cibaliung

dengan komposisi areal yang majemuk, mulai areal tergenang, rawa, rawa

gambut, darat dan areal berbukit. Setelah sukses mengelola Kebun Cibaliung dan

membuka Sungai Bangko 2, pada Juni 2005 penulis dipercaya untuk membuka

proyek Sumatera Selatan yang awalnya penulis memegang 6 PT (2 PT Proyek

MSA & SBN, 1 PT. PSDA non pengembangan) sedangkan untuk 3 PT. CBS, IBP

dan PIP hanya sampai tahapan survey sosial saja hingga September 2008.

Sampai dengan Maret 2010 selama 5 tahun Proyek Sumsel telah terbuka

seluas + 33.000 Ha dan telah tertanam 18.333 Ha dengan dominasi areal pasang

surut yang berbeda dari kebun-kebun sebelumnya. Pengalaman membuka areal

pasang surut inilah yang menjadikan inspirasi bagi penulis untuk membuat satu

bentuk tulisan pengalaman pengelolaan kelapa sawit di areal pasang surut

sebagai bahan masukan bagi kalangan perkebunan dan masyarakat luas untuk

(29)

Agus Widanarko lahir pada tanggal 20 Agustus 1983 sebagai anak pertama dari lima bersaudara (2 laki-laki

dan 3 perempuan) sebagai buah perkawinan Bp.

Supartono dengan Ibu Artiningsih 27 tahun yang lalu.

Penulis menjalani masa kecil di pinggiran Ibukota Jakarta

tepatnya di Kampung Wadassari Bintaro, Jakarta Selatan.

Penulis menempuh pendidikan di SDN 03 Pesanggerahan, SLTP 177 & SMU 47

Tanah Kusir Jakarta Selatan. Pada tahun 2000 penulis hijrah ke Bogor untuk

melanjutkan studi S1 Agronomi di Institut Pertanian Bogor dan menyelesaikan

studinya selama 3 tahun 8 bulan. Selama menjalani masa studinya, penulis

aktif dalam beberapa organisasi kemahasiswaan seperti HIMAGRON, ROHIS

dan IAS3. Penulis mengawali karirnya di PT. Salim Ivomas Pratama & Subs

pada tahun 2005 yaitu sebagai Asisten Afdeling di Cibaliung Estate. Di

Cibaliung Estate, penulis dipercaya menangani Areal Kelapa Sawit Tanaman

Menghasilkan seluas 1000 Ha. Disinilah penulis belajar secara detil dan

mendalam tentang Kelapa Sawit mulai Panen, Pengangkutan hingga

pembuatan anggaran tahunan (Budget) hingga pada tahun 2009 penulis

dihunjuk sebagai Staf Area Manager Area I Sumsel mendampingi Bp. Rustam

E. Lubis untuk membantu beliau membuka proyek Sumsel. Di Proyek Sumsel

dengan bimbingan Bp. Rustam sebagai Atasan, Mentor dan Orang Tua, penulis

belajar membuka kebun kelapa sawit khususnya di lahan pasang surut mulai

dari Survey, LC, Tanam, Pemeliharaan hingga Pengelolaan Air di lahan pasang

surut. Berdasarkan pengalaman beliau selama 33 tahun di dunia perkebunan,

penulis menyusun buku Bedah Awal Teknik Budidaya Kelapa Sawit di Areal

Gambar

Gambar 137. Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan
Gambar 138. Potong Buah
Gambar 139. Antrian Karyawan Panen
Gambar 141. Pengerasan Main Road & Pembuatan Pasar Pikul
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menguji hipotesis yang diaju- kan dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data kuantitatif dengan menguna- kan metode analisis regresi berganda tiga prediktor

Ini tentunya berdampak pada resiko mengalami gangguan kesehatan salah satunya penyakit yang sering dijumpai pada lansia yaitu hipertensi dengan alasan inilah

Hasan Sadikin Bandung penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang  pemeriksaan  Ankle joint  pada kasus trauma dan patah tulang terbuka yang akan disajikan dalam

Solusi yang Dilakukan Dalam Meningkatkan Efektivitas Kebijakan Pendidikan Budi Pekerti Pada Komunitas Homeschooling Sekolah Dolan Kota Malang

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata hitung kemampuan menulis cerpen sebelum menggunakan model Project Based Learning berbantuan media gambar

Selain penelitian-penelitian tersebut, penulis juga melakukan penelitian tentang cara pengambilan data dengan menggunakan sensor pendeteksi urutan dalam mengaplikasikan salah

Metode Forward Selection berbasis Naive Bayes terbukti akurat dalam klasifikasi status kelulusan mahasiswa dari dataset yang bersifat class imbalance dengan dimensi data

Jika Carry Flag = 0, maka program akan melompat ke alamat yang disebutkan dalam perintah; jika tidak, maka program akan melanjutkan ke baris berikutnya (tidak terjadi