• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemu liaan Tanaman bunga. pdf 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemu liaan Tanaman bunga. pdf 2"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

VI. PENGGUNAAN METODE STATISTIKA DALAM PEMULIAAN TANAMAN

Ir. Wayan Sudarka, M.P.

6.1. Pendahuluan

Pemuliaan tanaman memerlukan bantuan statistika untuk menduga ragam dalam populasi awal ataupun populasi setelah selekasi, serta digunakan untuk menghitung kemajuan genetik Statistika melengkapi kita dengan alat agar kita dapat menggunakan prosedur resmi dan baku dalam menarik kesimpulan terbaik atas suatu himpunan data. Sebaliknya agar proses statistika yang kita gunakan adalah benar, maka kita harus menyusun rencana percobaan dengan tepat.

Tujuan utama statistika adalah membantu kita melakukan pengukuran dan penilaian terhadap kajian suatu gejala yang sedang kita lakukan. Oleh karena itu apabila kita menggunakan suatu proses statistik, maka kita harus mampu mengetengahkan kajian-kajian berikut ini:

1). Perbandingan antar parameter, yang dapat berarti perbedaan atau persamaan. 2). Penyimpulan sifat populasi dengan tepat meski hanya mempelajari contohnya saja, yang tentunya harus dipilih dengan tepat.

3). Menentukan ukuran contoh terbaik dalam suatu studi kasus

4). Memastikan bahwa suatu contoh tertentu benar-benar berasal atau tidak berasal. dari suatu populasi tertentu.

(2)

yang terpisah-pisah (peubah diskontiyu), dan c). atau nilai manapun pada selang tersebut (apabila peubah tersebut kontinyu).

Ragam /varian, heritabilitas, dan kemajuan genetik merupakan komponen penting dalam pemuliaan tanaman, sehingga dalam Bab ini akan dibahas lebih mendalam.

6.2. Ragam dan Komponen Ragam

Bila suatu populasi tanaman kita perhatikan dan dicermati , akan dilihat bahwa setiap individu tanaman akan memiliki perbedaan antara tanaman yang satu dan tanaman lainnya berdasarkan sifat yang dimiliki. Keragaman sifat individu setiap

populasi tanaman tersebut dinamakan variabilitas. Manfaat variabilitas dalam pemuliaan tanaman adalah akan menentukan keberhasilan program pemuliaan tanaman. Sebagai contoh bila kita hendak mengadakan pemuliaan tanaman untuk mendapatkan suatu varietas baru berproduksi tinggi, maka sebagai populasi dasar (populasi awal) haruslah mempunyai variabilitas besar dengan rata-rata produksi yang relatif tinggi pula.

Keragaman dalam spesies tanaman dapat dibedakan menjadi dua, yaitu keragaman yang disebabkan faktor lingkungan dan keragaman yang disebabkan oleh faktor genetik. Ragam lingkungan dapat diketahui, dengan menumbuhkan tanaman yang memiliki genetik sama, pada lingkungan berbeda. Ragam genetik disebabkan karena diantara tanaman memiliki sifat genetik yang berbeda. Ragam genetik dapat diamati dengan menanam galur atau vaerietas berbeda pada lingkungan yang sama.

Keragaman genetik dari tanaman dapat disebabkan oleh rekombinasi gen setelah hibridisasi, mutasi dan poliploidi. Proses tersebut dapat berlangsung secara alami selama fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Peningkatan keragaman genetik pada populasi dasar disamping ditentukan oleh genotipe penyusunnya, juga ditentukan oleh sifat perkawinan setiap individu anggota populasi dasar itu.

(3)

(cm), produksi (kg), jumlah anakan (batang), luas daun dan lain-lain. Perbedaan sifat kuantitatif dengan kualitatif disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 1. Perbedaan sifat kualitatif dan kuantitatif pada mahluk hidup

Kriteria Kualitatif Kuantitatif

1. Bentuk sebaran 2. Penilaian 3. Gen pengendali 4. Pengaruh lingkungan

5. Cara pemilihan

Tegas (Discrete) Pengamatan visual Satu atau dua Sedikit Secara visual

Berlanjut (continue) Pengamatan pengukuran Banyak (polygenic) Mudah terpengaruh Berdasarkan analisis data

Pewarisan sifat kepada keturunannya dapat merupakan sifat kualitatif dan

kuantitatif. Pengelompokan berdasarkan sifat kualitatif atau kuantitatif. Pengelompokan berdasarkan sifat kualitatif lebih mudah karena sebarannya discrete dan dapat dilakukan dengan melihat apa yang tampak. Sebaliknya untuk sifat kuantitatif dengan sebaran

continue, pengelompokannya relatif lebih sulit karena dengan kisaran-kisaran tetentu. Pengujian untuk sifat kualitatif dilakukan dengan menggunakan Chi-Square Test,

sedangkan untuk sifat kuantitatif dilakukan dengan analisis varian dan modifikasinya. Pengujian untuk sifat kualitatif atau di antara sifat kualitatif nyata atau tidak nyata digunakan rumus berikut:

X2 = [ (O – E)2 ] E

Dimana: X2 = Chi-Square, O = data hasil pengamatan (observation) dan E = nilai dugaan (expected). Selanjutnya hasil perhitungan (X2 hitung) dibandingkan dengan (X2 tabel) nyata atau tidak.

Dalam pemuliaan tanaman, penilaian secara visual ataupun dengan pengukuran semuanya didasarkan apa yang dilihat atau tampak. Perwujudan yang tampak disebut fenotipe yang merupakan penampilan genotipe pada suatu lingkungan tertentu dimana tanaman tersebut tumbuh. Jadi fenotipe merupakan interaksi genotipe dengan

lingkungan, oleh karena itu untuk memproleh tanaman yang genotipenya baik, pemulia harus berusaha memperkecil faktor luar (lingkungan) tersebut, seperti:

(4)

2). Ukuran plot, dapat besar atau kecil tergantung jumlah geotipe yang diuji dan biaya yang tersedia. Ukuran plot kecil sekitar 1,5 m x 5,5 m dengan tiga baris tanaman, dan ukuran plot besar 40- 50 m 2 untuk pengujian jumlah kecil genotipe.

3). Ulangan (blok), berfungsi untuk meningkatkan ketelitian dan juga untuk menghitung experimental error (kesalahan yang menyebabkan dua perlakuan berbeda. Bila hetrogenitas lahan diketahui, maka pembuatan blok sebaiknya seragam (uniform). Bila heterogenitas lahan tidak diketahui, maka blok dapat dibuat berbebtuk bujur sangkar.

4). Jarak tanam, sebaiknya digunakan jarak tanam yang biasa digunakan oleh petani. Tanaman pinggir sebaiknya tidak diikutkan dalam pengamatan, sebab kemungkinan mendapatkan unsur hara dan sinar lebih banyak karena mendapat ruang lebih luas. 5). Keragaman tanaman dalam plot, hal ini dapat dihindari dengan melakukan pengujian daya kecambah sebelum ditanam, dan stiap lobang jumlah tanamannya sama.

6). Virietas kontrol, sebagai kontrol sebaiknya digunakan varietas yang biasa ditanam oleh petani.

Jadi jelas bahwa fenotipe sangat tergantung pda faktor genetik dan pengaruh lingkungan. Pernyataan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: P = G + E, dimana P = fenotipe, G = genotipe, dan E = lingkungan.

Pengaruh atau efek yang disebabkan oleh faktor genetik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: pengaruh aditif (A), pengaruh dominan (D), dan pengaruh epistasis (I). A1A1 A1A2 A2A2

._______________________________. < d >

< > < > - a + a

Bila A1A2 merupakan nilai rerata dari A1A1 dan A2A2, maka pengaruhnya adalah

aditif. Bila A1A2 bergeser kearah A1A1 atau A2A2 maka pengaruhnya adalah dominan. Jika pengaruh dominan bergeser dengan nilai d, dinamakan dominan sebagian (partial

atau incomplete dominance). Bila A1A2 mempunyai nilai sama dengan A2A2 dikatakan pengaruhnya adalah dominan sempurna (complete dominan). Bila A1A2 mempunyai nilai lebih besar dari A2A2 atau lebih besar dari + a maka pengaruhnya dominan lebih

(5)

Pengaruh epistasis adalah pengaruh gen pada suatu lokus yang menutupi gen pada lokus yang lain. Jadi ada interaksi antara gen-gen pada dua lokus atau lebih. Misalnya pasangan gen A1A2 akan menampakkan pengaruh aditif bila ada B1B1, tetapi

menunjukkan pengaruh dominan bila ada B2B2.

Dalam penghitungan ukuran ragam (variasi) dinyatakan dengan ragam (σ2 ) yang berdasarkan efek bahwa P = G + E, sehingga σ2P = σ2G + σ2E, dalam hal ini 2σ2GE = 0. Perlu diketahui bahwa 2σ2GEtidak sama dengan σ2GE. Ragam genetik terdiri atas

ragam aditif (σ2

A), ragam dominan (σ2D), dan ragam epistasis (σ2I). σ2G = σ2A + σ2D +

σ2

I , dan σ2P = σ2A + σ2D + σ2I + σ2E, dan σ2E merupakan ragam lingkungan.

6.3. Heritabilitas

Besar kecilnya peranan faktor genetik terhadap fenotipe dinyatakan dengan heritabilitas (heritability) atau sering disebut dengan daya waris. Heritabilitas merupakan perbandingan atau proporsi ragam genetik terhadap ragam total (varian fenotipe), yang biasanya dinyatakan dengan persen (%). Pendugaan heritabilitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1). perhitungan dengan ragam keturunan, dan 2). perhitungan dengan analisis ragam.

a. Pendugaan heritabilitas dengan perhitungan ragam keturunan Bila kita mempunyai model persilangan sebagai berikut:

P1 x P2

F1

(6)

Hasil pengamatan tanaman induk dan turunan dapat dihitung:

∑ X ∑ (X – X.)2 Rerata pengamatan X. = --- Ragam (σ2) = --- n n-1

∑ (X – X.)2 Standar deviasi (σ) = √ --- n -1

σ

Coefisien variabilitas (C.V.) = --- x 100 % X.

σ2

P = σ2G + σ2E

σ2P1 + σ2P2 σ2P1 + σ2P2 + σ2F1 σ2EF1 = --- atau σ2E F2 = --- 2 3

Heritabilitas dituliskan dengan huruf H atau h2 , dibedakan menjadi: heritabilitas dalam arti luas (broad sense heritability) dan heritabilitas dalam arti sempit (narrow sense hertitabiliy).

Heritabilitas dalam arti luas merupakan perbandingan antara ragam genetik total dengan ragam fenotipe, dengan rumus sebagai berikut.

σ2G σ2G H atau h2 = --- = --- σ2P σ2EG + σ2E

Heritabilitas dalam arti sempit merupakan perbandingan antara ragam aditif dengan ragam fenotipe, dengan rumus sebagai berikut.

σ2A σ2A

(7)

b. Pendugaan heritabilitas dengan analisis ragam

Metode pendugaan ragam genetik dengan analisis ragam dilakukan dengan melihat komponen Kuadrat Tengah Harapan atau Expected Mean Square (EMS).

1). Rancangan percobaan dengan satu faktor

Bila beberapa galur tanaman diuji dalam satu lokasi dan satu musim, dengan rancangan lingkungan Rancangan Acak Kelompok (RAK), maka analisis sidik ragamnya sebagai berikut:

Tabel 2. Analisis ragam beberapa variabel yang diamati dari beberapa varietas (genotipe) dalam satu lokasi dan satu musim tanam.

1) σ2e adalah keragaman karena adanya kesalahan percobaan 2) σ2r adalah keragaman karena adanya perbedaan blok

3) σ2g adalah keragaman karena adanya perbedaan galur atau varietas.

Dari analisis ragam tersebut dapat dihitung σ2e, σ2g, σ2p

Karena dalam percobaan setiap galur diulang beberapa kali, maka perhitungan untuk ragam fenotipenya menjadi: σ2p = σ2g + (σ2e / r)

(8)

2). Rancangan percobaan dengan dua faktor

Bila beberapa galur tanaman diuji pada beberapa lokasi dengan rancangan lingkungan Rancangan Acak Kelompok (RAK), maka analisis sidik ragamnya sebagai berikut:

Tabel 3. Analisis ragam beberapa variabel yang diamati dari beberapa varietas (genotipe) yang ditanam pada lokasi berbeda

Keterangan: G x L = merupakan interaksi genotipe dengan lokasi

Dari analisis ragam tersebut dapat dihitung 2 e, 2gl, 2g , 2

g dan h2 sebagai berikut: 2

e = M 1, 2gl = (M2 - M1/ r, dan 2g = (M3 - M2/ rl

Karena pada setiap lokasi setiap galur diulang beberapa kali, maka penghitungan ragam fenotipe sebagai berikut. 2p = 2g + 2gl/ l + 2

e/ rl Heritabilitas = H = 2g / 2

(9)

3). Rancangan percobaan dengan tiga faktor

Bila beberapa galur tanaman diuji pada beberapa lokasi dan musim berbeda dengan rancangan lingkungan Rancangan Acak Kelompok (RAK), maka analisis sidik ragamnya sebagai berikut:

Tabel 4. Analisis ragam beberapa variabel yang diamati dari beberapa varietas (genotipe) yang ditanam pada lokasi dan musim berbeda

Karena setiap galur diulang beberapa kali pada setiap lokasi dan setiap musim, maka penghitungan ragam fenotipe sebagai berikut.

(10)

Nilai heritabilitas dibedakan menjadi: 1). Heritabilitas tinggi bila nilai H > 50 %

2). Heritabilitas sedang bila nilai H terletak antara 20 % - 50 % 3). Hertabilitas rendah bila nilai H < 20 %

Ragam genetik (2

g) yang dicari untuk pendugaan nilai heritabilitas. Dengan melihat Kuadrat Tengah (KT) dan Ekspetasi Kuadrat Tengah (EKT), 2

g dapat dihitung. Dengan rancangan yang telah diuraikan, heritabilitas yang dapat dihitung adalah

heritabilitas dalam arti luas, sedangkan untuk menghitung heritabilitas dalam arti sempit diperlukan rancangan perkawinan (mating design) tertentu untuk dapat menduga

besarnya 2A, 2 D dan 2

I.

6.4. Kemajuan genetik

Bila suatu populasi tanaman tetentu dengan sejumlah m individu digunakan sebagai populasi dasar / awal (initial population) dengan rerata hasil(fenotipe) P1. Rerata hasil /fenotipe P1. dapat dianggap merupakan penampilan rerata genotipe G1. Bila dari populasi dasar tadi dilakukan seleksi sejumlah n individu dengan rerata hasil S., maka selisih nilai rerata S. - P1. disebut selection differential(∆P).

Tanaman terpilih dengan rerata S.. ditanam dan mengalami perkawinan acak dengan rerata hasil P2. yang diasumsikan merupakan penampilan rerata genotipenya (G2.). Penampilan rerata G2. ini dianggap sebagai penampilan rerata fenotipe S. dan Genotipe S. . Perbedaan hasil antara populasi tanaman terpilih dengan populasi awal disebut kemajuan seleksi. Perbandingan antara kemajuan seleksi dengan selection differential disebut heritabilitas nyata (relealized heritability) yaitu H =(∆G)/ (∆P). Besarnya kenaikan hasil yang akan diperoleh dapat diperkirakan dengan menghitung kemajuan genetiknya. Nilai heritabilitas dapat digunakan untuk menduga kemajuan seleksi (genetic gains) dalam suatu program pemuliaan tanaman. Kemajujan genetik

(∆G) dirumuskan:: ∆G = ( k) ( (σP) (H) = (k) ( (σP) (2g / 2p), dimana: k = intensitas seleksi, σP = simpangan baku fenotipe populasi dasar, dan H = nilai heritabilitas populasi tersebut.

(11)

dasar. Misalnya populasi dasar tanaman (m) mengikuti sebaran normal. Rerata tanaman terpilih (Xs.) tergantung dari besarnya populasi tanaman terpilih (n), sehingga akan mempengaruhi besarnya nilai (n/m) dan perbandingan antara daerah ordinat dan absis daerah yang di arsir. Besarnya (n/m) dinamakan tekanan seleksi ( t ). Bila tekanan seleksi 1 %, nilai k adalah 2,64 dan seterusnya. Besarnya nilai k akan menurun seiring dengan meningkatnya tekanan seleksi.seperti berikut.

t (%) : 1 2 5 20 30

k : 2,64 2,42 2,06 1,76 1,16

DAFTAR PUSTAKA

Allard, R.W. 1960. Principles of Plant Breeding. John Willey& Sons, Inc. New York, London, Sydney.

Haluer, A. R. and J.B. Miranda. Quantitative Genetics in Maize Breeding, Second Edition. Iowa State University Press/ Ames. 462 p.

Mangoendijdojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta. 182 h.

Poehlman, J.M. 1977. Breeding Field Crops. The AVI Publishing Company, Inc. Westport Connecticut, USA.

Singh, R.K. and B.D. Chaudary. 1977. Biometrical Methods in Quantitative Genetic Analysis. Kalyani Publishers, Ludhiana, New Delhi. 3004 p.

(12)

Gambar

Tabel 1.   Perbedaan sifat kualitatif dan kuantitatif pada mahluk hidup

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tulisan ini disampaikan berbagai hal terkait dengan acuan standar yang digunakan dalam proses penilaian keandalan dan praktik pemeriksaan bangunan gedung,

Beberapa benda uji dengan kasus yang berbeda yaitu Beam J4 (Burns and Siess 1962), Beam OA (Bresler dan Scordelis 1963) dan Beam A4 (Ahmad et al. dianalisis untuk memvalidasi

Kelarutan dalam alkohol dapat dihitung dari banyaknya alkohol yang ditambahkan pada minyak daun kayu manis, sehingga terlarut secara sempurna yang ditandai dengan

Oleh karena itu pemanfaatan media gambar yang diadaptasi dari media animasi dapat membantu siswa memahami materi gerak tumbuhan yang tidak bersifat abstrak

Suku dayak merupakan salah satu suku terbesar yang mendiami Provinsi Kalimantan Tengah.. Beberapa subetnis Dayak yang terdapat di kalimantan Tengah yaitu Ngaju,

Persentase terbesar keragaan UKS yang tergolong baik dimiliki oleh sekolah yang juga telah melaksanakan pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sehat dengan sangat

Karena probabilitas jauh lebih kecil dari nilai signifikan 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kualitas hasil kerja auditor atau dapat dikatakan