• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL KAJIAN PERUBAHAN FORMAT KARTU KELU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HASIL KAJIAN PERUBAHAN FORMAT KARTU KELU"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL KAJIAN PERUBAHAN FORMAT KARTU KELUARGA

Berkaitan dengan progress penyusunan kajian perubahan format kartu keluarga, terdapat beberapa hal yang patut untuk diketahui sebagai berikut : 1. Bahwa ketentuan tentang format Kartu Keluarga diatur dalam Pasal 61 ayat

(1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013, yang mengamanatkan bahwa Kartu Keluarga (KK) memuat keterangan mengenai kolom nomor KK, nama lengkap kepala keluarga dan anggota keluarga, NIK, jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal lahir, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam keluarga, kewarganegaraan, dokumen imigrasi dan nama orang tua.

Sedangkan format Kartu Keluarga sudah diatur terlebih dahulu melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 94 Tahun 2003 tentang Spesifikasi, Pengadaan dan Pengendalian Blangko Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk, Buku Register Akta dan Kutipan Akta Pencatatan Sipil.

2. Kartu Keluarga merupakan salah satu dokumen kependudukan yang diterbitkan setelah penduduk mencatatkan biodatanya dalam database kependudukan. Adapun permasalahan yang terjadi dalam penerbitan Kartu Keluarga, antara lain meliputi status perkawinan, tanggal perkawinan, status hubungan dengan kepala keluarga, nama orang tua serta beberapa elemen data lainnya yang seharusnya dicantumkan dalam Kartu Keluarga, tetapi dalam format Kartu Keluarga yang berlaku sekarang tidak dicantumkan. 3. Menyikapi permasalahan yang ada serta untuk mensinergikan dengan

(2)

I. GAMBARAN UMUM

Sesuai ketentuan yang diatur dalam Pasal 61 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013, mengamanatkan bahwa Kartu Keluarga (KK) memuat keterangan mengenai kolom nomor KK, nama lengkap kepala keluarga dan anggota keluarga, NIK, jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal lahir, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam keluarga, kewarganegaraan, dokumen imigrasi dan nama orang tua.

Menindaklanjuti amanat dimaksud, maka format Kartu Keluarga adalah sebagai berikut :

(3)

Format Kartu Keluarga yang sudah diisi :

(4)

II. PERMASALAHAN

Kartu Keluarga merupakan salah satu dokumen kependudukan yang diterbitkan setelah penduduk mencatatkan biodatanya dalam database kependudukan, sebagaimana digambarkan dalam bagan alur di bawah ini :

Beberapa permasalahan yang terjadi dalam penerbitan Kartu Keluarga dapat duraikan sebagai berikut :

1. Status Perkawinan

Kolom status perkawinan dalam KK diisi berdasarkan hasil input-an elemen data Formulir F1.01 mengenai status perkawinan. Dalam Formulir F.1-01, pilihan status perkawinan terdiri dari :

1 Belum Kawin 2 Kawin

(5)

Permasalahan terjadi ketika penduduk mengisikan kolom status perkawinan dengan "Kawin", akan tetapi bukti perkawinan berupa Buku Nikah ataupun Akta Perkawinan tidak dimiliki oleh penduduk tersebut, karena perkawinannya tidak dicacatkan. Jadi dalam hal ini penduduk tersebut hanya melakukan perkawinan secara agama atau secara adat.

Dalam kondisi tersebut, maka di dalam Kartu Keluarga yang diterbitkan, untuk kolom status perkawinan tidak terdapat perbedaan pengisian status perkawinan antara perkawinan yang dicacatkan dengan perkawinan yang tidak dicatatkan, semuanya ditulis dengan "KAWIN".

Sebagaimana diketahui bahwa Kartu Keluarga merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengurusan dan penerbitan Dokumen Kependudukan lainnya, termasuk dalam hal ini adalah penerbitan KTP-el maupun Akta Pencatatan Sipil.

Jadi apabila dalam KK status perkawinannya ditulis "Kawin", maka seharusnya dalam KTP-el maupun Akta Pencatatan Sipil juga ditulis "Kawin" atau menunjukkan bahwa terdapat pasangan suami isteri yang telah melangsungkan perkawinan.

Namun pada kenyataannya, sebelum terbitnya Permendagri Nomor 9 Tahun 2016 tentang Percepatan Peningkatan Cakupan Kepemilikan Akta Kelahiran, maka biarpun status perkawinan dalam Kartu Keluarga ditulis kawin, tetapi penduduk yang bersangkutan tidak memiliki akta nikah/kutipan akta perkawinan, maka dalam register maupun kutipan akta kelahiran anaknya hanya dicantumkan nama ibunya saja.

Dilatarbelakangi bahwa Kartu Keluarga merupakan dokumen negara yang juga diterbitkan dan ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang, tentu saja status perkawinan dalam Kartu Keluarga merupakan bentuk pengakuan dan pencatatan oleh negara atas status perkawinan seseorang penduduk. Dalam hal ini, sesuai ketentuan yang diatur dalam Permendagri Nomor 9 Tahun 2016.

(6)

Supaya sinergi dengan pelaksanaan Permendagri Nomor 9 Tahun 2016, maka kolom status perkawinan mendesak untuk segera dilakukan perubahannya, dengan cara menambah pilihan status perkawinan menjadi :

1 Belum Kawin 2 Kawin Dicatatkan

3 Kawin Belum Dicatatkan 4 Cerai Hidup

5 Cerai Mati

2. Penambahan Kolom Tanggal Perkawinan

Tanggal perkawinan ditulis sesuai dengan tanggal pelaksanaan perkawinan menurut hukum agama dan kepercayaannya. Kolom tanggal perkawinan perlu dicantumkan dalam Kartu Keluarga, karena perkawinan merupakan bagian dari peristiwa penting kependudukan yang harus diketahui dan dicatatkan oleh negara, sehingga hasil pencatatan berupa bukti perkawinan penduduk akan diterbitkan setelah tanggal perkawinannya yang dapat diketahui dari Kartu Keluarga penduduk yang bersangkutan.

3. Perubahan pilihan dalam Kolom Status Hubungan Dengan Kepala Keluarga (SHDK)

Kolom status hubungan dengan Kepala Keluarga diisi "sesuai dengan status hubungan setiap anggota keluarga dalam hubungannya dengan Kepala Keluarga", yang diisi berdasarkan hasil input-an elemen data Formulir F1.01 mengenai status hubungan dengan Kepala Keluarga. Dalam Formulir F.1-01, pilihan status hubungan dengan Kepala Keluarga terdiri dari:

(7)

Permasalahan sering terjadi berkenaan dengan penulisan SHDK adalah :

a) Statusnya "Anak Tiri" maupun "Anak hasil Pengangkatan Anak" Pilihan Anak dalam kolom "SHDK" tidak dibedakan antara "Anak Kandung", "Anak Tiri" maupun "Anak hasil Pengangkatan Anak". Permasalahan akan timbul, apabila anak tersebut merupakan "Anak Tiri" maupun "Anak hasil Pengangkatan Anak", yang tentu saja akan ditulis dengan "Anak" walapun anak yang bersangkutan bukan "Anak Kandung".

Permasalahan ini juga akan timbul ketika akan menuliskan "Nama Ayah" dan "Nama Ibu" pada kolom Nama Orang Tua. Sesuai dengan petunjuk pengisian Formulir F.1-01, maka "Nama Ayah" dan "Nama Ibu" harusnya ditulis dengan nama ayah kandung dan nama ibu kandung penduduk ybst. Karena pilihan untuk status anak hanya "Anak", maka pengisian kolom nama orang tua untuk "Anak Tiri" maupun "Anak hasil Pengangkatan Anak" seringkali terjadi kekeliruan, yaitu ditulis dengan nama "ayah" dan "nama "Ibu" yang tertulis di dalam Kartu Keluarga tersebut. Untuk itu pilihan status "Anak" dirubah menjadi "Anak Kandung", "Anak Tiri" dan "Anak hasil Pengangkatan AnaK'.

b)Penjelasan tentang status untuk "Famili Lain" dan "Lainnya" perlu diperjelas

Apabila dalam Kartu Keluarga terdapat anggota keluarga di luar "keluarga inti", seringkali menimbulkan kebingungan pada saat penduduk mengisi Formulir F.1-01.

Misalnya :

1) Terdapat sopir yang masih ada hubungan saudara (keponakan, saudara sepupu, adik/kaka ipar) dengan Kepala Keluarga, maka pilihan SHDK akan ditulis apa? "Famili Lain" atau "Lainnya"? Untuk kasus seperti ini tentu saja anggota keluarga tersebut harus dituliskan dalam kolom SHDK dengan "Famili Lain", karena masih mempunyai hubungan saudara dengan Kepala Keluarganya.

(8)

Untuk kasus seperti ini tentu saja anggota keluarga tersebut harus dituliskan dalam kolom SHDK dengan "Lainnya", karena tidak mempunyai hubungan saudara dengan Kepala Keluarganya. Pilihan "Lainnya" juga untuk mengakomodir asisten rumah tangga yang menumpang dalam Kartu Keluarga tersebut. Dengan demikian, pilihan "Pembantu" dalam SHDK yang ada sekarang diusulkan untuk dihapus saja.

3) Demikian juga, apabila terdapat adik kandung, kakak kandung, adik ipar dan kakak ipar dari Kepala Keluarga menjadi anggota keluarga dalam Kartu Keluarga, maka pilihan SHDK akan ditulis apa ? "Famili Lain" atau "Lainnya" ? Atau "Famili" yang dalam pilihan SHDK belum ada. Untuk kasus adik kandung, kakak kandung, adik ipar dan kakak ipar dari Kepala Keluarga, maka untuk membedakan dengan status "Famili Lainnya" tersebut, maka sebaiknya ditambahkan pilihan "Famili" untuk adik kandung, kakak kandung, adik ipar dan kakak ipar dari Kepala Keluarga.

Dalam kaitannya dengan hak keperdataan maupun hak waris, penulisan SHDK dalam Kartu Keluarga tidak boleh salah, karena akan menentukan apakah anggota keluarga tersebut mempunyai hak keperdataan ataupun hak waris dengan Kepala Keluarganya.

(9)

3. Penambahan Kolom Golongan Darah

Golongan darah merupakan elemen data yang sangat penting yang menunjukkan golongan darah yang dimiliki oleh penduduk. Kolom golongan darah perlu dicantumkan dalam Kartu Keluarga supaya data golongan darah dari kepala keluarga beserta seluruh anggota keluarganya dapat diketahui sekaligus dalam satu dokumen yaitu Kartu Keluarga".

4. Penghapusan kata "NIKS" dalam kolom "NIK/NIKS"

Nomor Induk Kependudukan Sementara (NIKS) tidak dikenal lagi dalam sistem administrasi kependudukan yang sudah terhubung (online) antara tempat pelayanan dengan Data Center Kependudukan, karena setelah biodata penduduk tersimpan dalam database kependudukan, maka akan langsug diterbitkan Nomor Induk Kependudukan (NIK).

5. Penghapusan kata "KITAS" dalam kolom "Dokumen Imigrasi"

(10)

III.USULAN PERUBAHAN FORMAT KARTU KELUARGA

Berdasarkan hasil kajian terhadap permasalahan yang terjadi dalam penerbitan Kartu Keluarga maupun Dokumen Kependudukan lainnya, maka perubahan usulan format Kartu Keluarga yang diusulkan adalah sebagai berikut :

No .

Nama Kepala Keluarga : Kecamatan :

Alamat : Kabupaten/Kota :

LEMBAR : I : Kepala Keluarga II : RT

III : Desa/Kelurahan Nama Lengkap : Nama Lengkap : IV : Kecamatan Tanda Tangan/Cap Jempol NIP :

Dokumen Keimigrasian

Tempat Lahir Tanggal Lahir Agama

4 5 6 7

Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil No.

11 14 15 16 18

Referensi

Dokumen terkait

(2) Bentuk dan wama Kartu Tanda Penduduk (KTP) dltetapkan oleh Kepala Daerah Tingkat I I dengan memperhatlkan pe- tunjuk darl Instansi atasan t.. Jcxa Tetangga dan Kepala

Bagi PTK dengan status sekolah BUKAN INDUK diisi dengan nomor SURAT PEMBAGIAN TUGAS MENGAJAR yang terbit setiap tahun atau semester...

Kolom 3 (jumlah rupiah) diisi dengan jumlah uraian rincian objek. Setiap jumlah uraian rincian obyek belanja bagi hasil dan bantuan keuangan dijumlahkan menjadi jumlah rincian obyek

Tanyakan hubungan masing-masing anggota dengan kepala rumah tangga dan isikan kode yang sesuai pada Kolom (3). Kode hubungan dengan kepala rumah tangga tercantum di

Tanyakan hubungan masing-masing anggota dengan kepala rumah tangga dan isikan kode yang sesuai pada Kolom (3). Kode hubungan dengan kepala rumah tangga tercantum di

kurangnya dua orang yang terdiri dari seorang kepala keluarga dan satu atau.. lebih anggota keluarga lain yang mempunyai hubungan dengan

Ditulis nama kepala keluarga yang akan diikuti secara lengkap sesuai dengan Surat Kenal Lahir atau Akte Kelahiran atau sesuai dengan nama pemberian orang tua, tanpa gelar

( a) " kepala misi" adalah orang yang dibebankan oleh mengirimkan Status dengan tugas bertindak sebagai kapasitas itu; ( b) " anggota misi" adalah kepala misi