• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDRI NINGTYAS 01031181419041 PENGANTAR (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INDRI NINGTYAS 01031181419041 PENGANTAR (1)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PENGANTAR EKONOMI

PEMBANGUNAN

DISUSUN OLEH :

01031181419041 Indri Ningtyas

Universitas Sriwijaya

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi

(2)

Makalah Perkotaan(Pembangunan Masyarakat

Kota)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah kemiskinan di Indonesia saat ini dirasakan sudah sangat mendesak untuk ditangani, khususnya di wilayah perkotaan. Salah satu ciri umum dari kondisi masyarakat yang miskin adalah tidak memiliki sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman yang

memadai, kualitas lingkungan yang kumuh, tidak layak huni. Kemiskinan merupakan persoalan struktural dan multidimensional, mencakup politik, sosial, ekonomi, aset dan

lain-lain. Sehingga secara umum “Masyarakat Miskin” sebagai suatu kondisi masyarakat yang berada dalam situasi kerentanan, ketidak berdayaan, keterisolasian, dan ketidak mampuan untuk menyampaikan aspirasinya. Situasi ini menyebabkan mereka tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan minimal kehidupannya secara layak (manusiawi). Program

penanggulangan kemiskinan yang dievaluasi meliputi, Program Pengembangan Kecamatan (PPK), dan Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), yang dikategorikan sebagai Program Kerja Mandiri (Self Employment Program),dan Proyek Pembangunan Fisik dalam program PPK yang dikategorikan sebagai Program Padat Karya (Public Work

Progam).

(3)

Di samping itu, ada hal lain yang mendorong untuk mengkaji kemiskinan penduduk, yaitu mencari jalan untuk mengentaskan kelompok miskin tersebut. Sejauh ini usaha untuk itu sudah cukup banyak, namun hasilnya masih belum memuaskan. Ada beberapa hal yang menyebabkan kurang berhasilnya usaha-usaha itu. Salah satu di antaranya adalah kurang tepatnya mengidentifikasi kemiskinan dalam arti menelaah berbagai hal yang berkait dengan kemiskinan. Tanpa ada data yang akurat yang berkaitan dengan kemiskinan itu maka akan sulit untuk mengusahakan pengentasan kemiskinan secara baik.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah : Bagaimana pelaksanaan program yang di gulirkan untuk memberdayakan masyarakat serta melaksanakan partisipasi masyarakat dalam pengentasan kemiskinan?

C. TUJUAN

Tujuan yang ingin dicapai dengan pembuatan makalah ini yaitu memberikan informasi mengenai permasalahan perkotaan dalam bidang perekonomian, sehingga masyarakat menyadari begitu banyak permasalahan yang terjadi pada masyarakat perkotaan yang harus segera diatasi dan dicari pemecahannya.

D. MANFAAT

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma adat yang sama-sama di taati dalam lingkungannya.Tatanan

kehidupan, norma-norma yang mereka miliki itulah yang menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki cirri kehidupan yang khas.

Masyarakat itu timbul dalam setiap kumpulan individu, yang telah lama hidup dan bekerja sama dalam waktu yang cukup lama.

Masyarakat perkotaan sering disebut juga Urban Community. Pengertian masyarakt kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.

Perhatian masyarakat perkotaan tidak terbatas pada aspek-aspek seperti pakaian, makanan dan perumahan, tetapi mempunyai perhatian yang lebih luas lagi. Masyarakat perkotaan sudah memandang kebutuhan hidup, artinya tidak hanya sekedarnya atau apa adanya. Hal ini disebabkan karena pengaruh pandangan warga kota sekitarnya. Misalnya dalam hal

menghidangkan makanan, yang di utamakan adalah bahwa makanan yang di hidangkan tersebut memberikan kesan bahwa yang menghidangkannya memiliki kedudukan sosial yang tinggi. Demikian pula masalah pakaian masyarakat kota memandang pakaian pun sebagai alat kebutuhan sosial. Bahkan pakaian yang di pakai merupakan perwujudan dari kedudukan sosial si pemakai.

(5)

Di kota besar terdapat banyak perkerjaan-pekerjaan yang menuntut keahlian khusus, sehingga tidak semua warga kota dapat melakukannya. Misalnya : Arsitektur, Insinyur - mesin, sarjana politik, pemegang buku dan sebagainya. Walaupun demikian tidaklah berarti bahwa

pekerjaan di kota adalah pekerjaan hanya menekankan pada keahlian yang tersepesialisasi dan pekerjaan otak saja. Tetapi ada juga pekerjaan-pekerjaan yang menekankan kemampuan tenaga kasar saja. Misalnya : kuli bangunan, tukang becak.

Mobilitas sosial di kota jauh lebih besar dari pada di desa. Di kota, seseorang memiliki kesempatan lebih besar untuk mengalami mobilitas sosial, baik vertical maupun horizontal. Bagi masyarakat kota kepercayaan kepada Tuhan YME (kehidupan magis religius) biasanya cukup terarah dan di tekankan pada pelaksanaan ibadah. Upacara-upacara keagamaan sudah berkurang, demikian pula upacara-upacara adat sudah menghilang. Hal ini di sebabkan bahwa msyarakat kota sudah menekankan pada rasional pikir dan bukan pada emosionalnya. Semua kegiatan agama, adat berlandaskan pada pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Mobilitas sosial di kota jauh lebih besar dari pada di desa. Di kota, seseorang memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengalami mobilitas sosial, baik vertical maupun

horisontal. Dari uraian di atas maka dapatlah di simpulkan secara singkat bahwa dari ciri-ciri masyarakat kota adalah sebagai berikut :

1. Heterogenitas sosial

2. Kota merupakan metting pot bagi aneka suku maupun ras, sehingga masing-masing kelompok berusaha di atas kelompok lain. Maka dari itu sering terjadi usaha untuk memperkuat kelompoknya untuk melebihi kelompok yang lain.

3. Hubungan sekunder

4. Dalam masyarakat kota pergaulan dengan sesama anggota (orang lain) 5. Toleransi sosial

(6)

Kontrol sekunder

Anggota masyarakat kota secara fisik tinggal berdekatan, tetapi secara pribadi atau sosial berjauhan. Dimana bila ada anggota masyarakat yang susah, senang, jahad, dan lain sebagainya, anggota masyarakat yang lain tidak mau mengerti.

Mobilitas sosial

Di kota sangat mudah sekali terjadi perubahan maupun perpindahan status, tugas maupun tempat tinggal.

Individual

Akhibat hubungan sekunder, maupun kontrol sekunder, maka kehidupan masyarakat di kota menjadi individual. Apakah yang mereka inginkan dan rasakan, harus mereka rencana dan laksanakan sendiri. Bantuan dan kerja sama dari anggota masyarakat yang lainsulit untuk di harapkan.

Ikatan suka rela

Walaupun hubungan sosial bersifat sekunder, tetapi dalam organisasi tertentu yang mereka sukar. (kesenian, olahraga, politik) secara sukarela ia menggabungkan diri menggabungkan dan berkorban.

Segregasi kekurangan

(7)

B. SIFAT-SIFAT MASYARAKAT KOTA

Masyarakat kota adalah masyarakat yang anggota-anggotanya terdiri dari manusia yang bermacam-macam lapisan/tingkatan hidup, pendidikan, kebudayaan, perekonomian, dan lain-lain. Mayoritas penduduknya hidup berjenis-jenis usaha yang bersifat non agraris. Yang dapat dirasakan sistem kehidupan masyarakat kota mempunyai corak-corak kehidupan tertentu yang jauh berbeda apabila dibandingkan dengan masyarakat desa.

Sifat-sifat yang tampak menonjol pada masyarakat kota ialah: 1. Sikap Kehidupan

Sikap hidupnya cenderung pada individuisme/egoisme. Yaitu masing-masing anggota masyarakat berusaha sendiri-sendiri tanpa terikat oleh anggota masyarakat lainnya, hal mana yang menggambarkan corak hubungan yang terbatas, di mana setiap individu mempunyai otonomi jiwa atau kemerdekaan pribadi sebagaimana yang disebut oleh Prof. Djojodiguno, S. H. dengan istilahnya masyarakat Patembayan atau sama dengan yang dimaksud oleh

Sosiologi Jerman Ferdinand Tonnies yang terkenal dengan istilahnya Gesselschaft. 2. Tingkah Laku

Tingkah lakunya bergerak maju mempunyai sifat kreatif, radikal, dan dinamis. Dari segi budaya masyarakat kota umumnya mempunyai tingkatan budaya yang lebih tinggi, karena kreativitas dan dinamikanya kehidupan kota lebih cepat mengadakan reaksi, lebih cepat menerima mode-mode dan kebiasaan-kebiasaan baru.

3. Perwatakan-perwatakan

(8)

C. SIKAP HIDUP DAN TINGKAH LAKU MASYARAKAT KOTA

Untuk memberikan gambaran secara tertib dan jelas tentang kehidupan masyarakat kota sebagaimana yang tercantum dalam pasal-pasal terdahulu/tinjauan umum, berikut ini akan diuraikan sebagai berikut.

1. Sikap Hidup Masyarakat Kota

Sikap hidup masyarakat kota pada umumnya mempunyai taraf hidup yang lebih tinggi daripada masyarakat desa. Hal ini menuntut lebih banyak biaya hidup sebagai alat pemuas kebutuhan yang tiada terbatas yang mana menyebabkan orang berlomba-lomba mencari usaha/kesibukan, mencari nafkah demi kelangsungan hidup pribadi/keluarganya.

Akibatnya, timbullah sikap pembatasan diri di dalam pergaulan masyarakat dan terpupuklah faham mementingkan diri sendiri yang akhirnya timbullah sikap individualism/egoisme. 2. Tingkah Laku

Tingkah lakunya sebagaimana yang telah diuraikan, bahwa untuk mencapai usaha ke arah pemmenuhan materi dibutuhkan adanya daya upaya yang menuntut akal pikiran atau rasio yang mantap. Di dalam masyarakat kota, mengingat banyaknya fasilitas-fasilitas yang

tersedia, memungkinkan masyarakat kota meningkatkan pengetahuan mereka dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang perekonomian.

3. Pandangan Hidupnya

Pandangan hidupnya menjurus pada materialistis. Nampak jelas dari sikap hidup maupun tingkah laku masyarakat kota menjurus kepada mementingkan diri pribadi, yang mana

mengakibatkan mereka untuk mengabaikan faktor-faktor sosial dalam lingkungan masyarakat sekitarnya.

(9)

D. MASALAH-MASALAH PERKOTAAN

1. Pengangguran, terutama disebabkan oleh derasnya arus urbanisasi. Sebagian besar mereka yang urbanisasi tidak memiliki keterampilan, sehingga mereka hanya bekerja sebagai buruh kasar

2. Degradasi moral dan kejahatan, degradasi moral yang sering terjadi adalah berkumpul sebelum menikah, pelacuran, narkotika, seakan-akan mempunyai legalitas tertentu bagi masyarakat kota. Menegur dan memberi nasihat satu sama lain sudah dianggap mencampuri urusan orang lain, sehingga sangat jarang terjadi reaksi terhadap pelanggaran-pelanggaran moral tersebut.

3. Keadaan ekonomi yang sampai sekarang belum dapat disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia.

4. Ada beberapa orang yang terus-menerus mengumpulkan harta bendanya tanpa

memikirkan keadaan yang miskin. Lambat laun perbedaan antara yang miskin dan yang kaya makin lama makin besar, sehingga pemikiran-pemikiran seperti kaum sosialis berpendapat seperti Karl Marx, bahwa yang kaya menjadi lebih kaya, dan yang miskin menjadi lebih miskin.

E. TINJAUAN MENGENAI PERKEMBANGAN STRATEGI PEMBANGUNAN

Pembangunan ekonomi mula-mula menggunakan tahap “strategi pertumbuhan” dengan berusaha mengejar kenaikan produksi nasional setinggi mungkin. Strategi tersebut mula-mula

(10)

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan distribusi pendapatan yang adil dan merata, karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini hanya dinikmati oleh sekelompok kecil masyarakat, seperti masyarakat perkotaan, sedangkan masyarakat pedesaan atau pinggiran mendapat porsi yang kecil dan tertinggal. Kesenjangan di daerah ini semakin diperburuk karena adanya kesenjangan dalam pembangunan antar sektor, terutama antara sektor pertanian (basis ekonomi pedesaan) dan non-pertanian (ekonomi perkotaan). F. UPAYA UNTUK MENGATASI MASALAH EKONOMI

Ekonomi masyarakart biasanya lebih baik dari pada msyarakat desa. Namun masih perlu di kembangkan dan tumbuhkan.misalnya masalah kerajinan rumah tangga, industri kecil mapun masalah perkoperasian.

Untuk mengembangkan kota secara terus-menerus perlu dijaga dan dikembangkan sarana dan prasarana kota itu sendiri dengan baik. Misalnya pembangunan jalan pengaturan lalu lintas dan trnaportasi, pengaturan sekolah-sekolah serta penghijauan kota.

Membantu memberikan kredit investasi kecil bagi para pedangang berkapital lemah, sehingga dapat diharapkan menignkatkan usaha (ekonomi) mereka, dan peningkatan pembangunan pasar-pasar baru (Inpres) agar dapat diusahakan menampung aspirasi permasalahan pedagang kaki lima dan lain sebagainya.

1. Partisipasi

Menurut Menurut Adams Charles (1993), partisipasi masyarakat dalam pembangunan mutlak diperlukan, tanpa adanya partisipasi masyarakat pembangunan hanyalah menjadikan

(11)

Partisipasi masyarakat berarti eksistensi manusia seutuhnya. Tuntutan akan partisipasi masyarakat semakin menggejala seiring kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara. Kegagalan pembangunan berperspektif modernisasi yang mengabaikan partisipasi negara miskin (pemerintah dan masyarakat) menjadi momentum yang berharga dalam tuntutan peningkatan partisipasi negara miskin, tentu saja termasuk di dalamnya adalah masyarakat. Menurut Adams Charles (1993), tuntutan ini semakin kuat seiring semakin kuatnya negara menekan kebebasan masyarakat. Post-modernisme dapat dikatakan sebagai bentuk

perlawanan terhadap modernisme yang dianggap telah banyak memberikan dampak negatif daripada positif bagi pembangunan di banyak negara berkembang. Post-modernisme bukan hanya bentuk perlawanan melainkan memberikan jawaban atau alternatif model yang dirasa lebih tepat. Pembangunan dengan basis pertumbuhan ekonomi yang diusung oleh paradigma modernisme memiliki banyak kekurangan dan dampak negatif. Kesenjangan antar penduduk mungkin saja terjadi sehingga indikator pertumbuhan ekonomi hanya mencerminkan

keberhasilan semu saja. Akumulasi modal yang berhasil dihimpun sebagian besar merupakan investasi asing yang semakin memuluskan jalannya kapitalisme global.

2. Pemberdayaan

Sunyoto Usman (2003) mengungkapkan bahwa pembangunan yang dilakukan oleh suatu negara pada saat ini tidak akan dapat lepas dari pengaruh globalisasi yang melanda dunia. Persolan politik dan ekonomi tidak dapat lagi hanya dipandang sebagai persoalan nasional. Keterkaitan antar negara menjadi persoalan yang patut untuk diperhitungkan. Masalah ekonomi atau politik yang dihadapi oleh satu negara membawa imbas bagi negara lainnya dan permasalahan tersebut akan berkembang menjadi masalah internasional.

Menurut Soejadi (2001), kemiskinan merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi oleh manusia. Kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang

(12)

tergolong sebagai orang miskin. Di negara-negara sedang berkembang, wacana

pemberdayaan muncul ketika pembangunan menimbulkan disinteraksi sosial, kesenjangan ekonomi, degradasi sumber daya alam, dan alienasi masyarakat dari faktor produksi oleh penguasa (Prijono, 1996).

Menurut Maria Fraskho, (2000), konsep pemberdayaan lahir sebagai antitesis terhadap model pembangunan dan model industralisasi yang kurang memihak pada rakyat mayoritas. Konsep ini dibangun sebagai kerangka logik sebagai berikut; (1). Proses pemusatan kekuasaan terbangunan dari pemusatan penguasaan faktor produksi; (2). Pemusatan kekuasaan faktor produksi akan melahirkan masyarakat pekerja dan masyarakat pengusaha pinggiran; (3). Keuasaan akan membangun bangunan atas atau sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan ideologi yang manipulatif, untuk memperkuat legitimasi; (4). Kooptasi sistem pengetahuan, sistem hukum sistem politik dan ideologi, secara sistematik akan menciptakan dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat berdaya dan masyarakat tunadaya. Akhirnya yang terjadi adalah dikotomi, yaitu masyarakat yang berkuasa dan disisi lain manusia dikuasai. Untuk membebaskan situasi menguasai dan dikuasai, maka harus dilakukan pembebesan melalui proses pemberdayaan bagi yang dikuasai (empowerment of the powerless).

Menurut John Friedman (1991), Pemberdayaan dapat diartikan sebagai perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya untuk mencari nafkah. Bahkan dalam perspektif ilmu politik, kekuatan menyangkut pada kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Istilah

pemberdayaan sering dipakai untuk menggambarkan keadaan seperti yang diinginkan oleh individu, dalam keadaan tersebut masing-masing individu mempunyai pilihan dan kontrol pada semua aspek kehidupannya. Menurut Sastroputo Santoso, (1998), konsep ini merupakan bentuk penghargaan terhada manusia atau dengan kata lain “memanusiakan manusia”.

Melalui pemberdayaan akan timbul pergeseran peran dari semula “korban pembangunan” menjadi “pelaku pembangunan”. Perpektif pembangunan memandang pemberdayaan sebagai

(13)

3. Partisipasi dan Pemberdayaan

Menurut Hadiwinata dan Bob S (2003), Partisipasi dan pemberdayaan merupakan dua buah konsep yang saling berkaitan. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat diperlukan upaya

berupa pemberdayaan. Masyarakat yang dikenal “tidak berdaya” perlu untuk dibuat “berdaya” dengan menggunakan berbagai model pemberdayaan. Dengan proses

pemberdayaan ini diharapkan partisipasi masyarakat akan meningkat. Partisipasi yang lemah dapat disebabkan oleh kekurangan kapasitas dalam masyarakat tersebut, sehingga

peningkatan kapasitas perlu dilakukan.

Sedangkan menurut Evers Hans-Dieter (1993), pemberdayaan yang memiliki arti sangat luas tersebut memberikan keleluasaan dalam pemahaman dan juga pemilihan model

pelaksanannya sehingga variasi di tingkat lokalitas sangat mungkin terjadi. Menurut

Moeljarto (1997), konsep partisipasi dalam pembangunan di Indonesia mempunyai tantangan yang sangat besar. Model pembangunan yang telah kita jalani selama ini tidak memberikan kesempatan pada lahirnya partisipasi masyarakat. Menurut Purnaweni Hartuti oleh karenanya

diperlukan upaya “membangkitkan partisipasi” masyarakat tersebut. Solusi yang bisa

dilakukan adalah dengan memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat akan berpartisipasi secara langsung terhadap pembangunan.

Membangun Ekonomi Kerakyatan dan Penyerapan Tenaga Kerja

(14)

Upaya menekan angka pengangguran dan penyaluran angkatan kerja perlu dilakukan dengan menggalang kerjasama yang baik dengan sektor swasta dan masyarakat, diantaranya dengan pembukaan Balai Latihan Kerja (BLK) dan pengembangan sekolah-sekolah kejuruan dengan konsep link and match dengan pasar tenaga kerja, serta melakukan kerjasama dengan

(15)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pendekatan dan bantuan yang sifatnya pengembangan, umumnya berbentuk pembentukkan dan pemberdayakan kelompok usaha ekonomi masyarakat baik yang berskala kecil maupun mikro. Garis besarnya, pemerintah menyuntikkan modal dan memberi pendampingan. Suatu program biasanya mencakup pula pelatihan ketrampilan, kewirausahaan, manajemen, yang disertai pula dengan pendampingan. Asal sumber dananya yang dari APBN maupun hutang dari lembaga donor seperti Bank Dunia.

Komitmen Pemerintah Kota untuk mengembangkan ekonomi rakyat tidak diragukan lagi. Setiap masyarakat dibentuk kelompok, diberi modal, motivasi berwirausaha, kapasitas manajerialnya ditingkatkan, aktivitasnya didampingi, serta dikontrol kinerjanya. masyarakat yang berkuasa dan disisi lain manusia dikuasai. Untuk membebaskan situasi menguasai dan dikuasai, maka harus dilakukan pembebesan melalui proses pemberdayaan bagi yang dikuasai (empowerment of the powerless).

B. SARAN

(16)

Analisi Tentang Perkotaan (Masalah Masyarakat Kota)

Seperti yang kita tahu daya tarik perkotaan memang memliki magnet tersendiri dimana, banyak orang beramai-ramai mencoba pergi ke kota untuk sekedar mencoba atau dengan tekad yang kuat untuk mencari nafkah dikota, dengan banyaknya arus urbanisasi dari desa kekota ini yang mengakibatkan masalah dimana saat sampai banyak masyarakat yang tidak memiliki tempat tinggal sehingga membuat rumah-rumah semi permanen dibawah

jembatan,dipinggir rell, atau dipinggir sungai yang menjadikannya lingkungan kumuh sehingga. Selain itu, sistem sosial masyarakat perkotaan yang bersifat lebih terbuka terhadap

budaya luar mengakibatkan “anomi” atau cultural shock di kalangan masyarakat. Hal tersebut biasanya berujung pada tingkah laku penyimpangan sosial yang pada umumnya sering

dilakukan oleh generasi muda. Dengan social masyarakat yang lebih terbuka terjadinya kemerosotan moral yang terjadi pada masyarakat kota, dan menurut saya ini lah masalah yang selalu timbul dalam masyarakat perkotaan :

1. Urbanisasi dan Krisis Lingkungan Hidup

Urbanisasi adalah proses perpindahan penduduk dari desa ke kota. Kota merupakan pusat kegiatan politik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat dimana kota memiliki berbagai fasilitas yang memungkinkan kegiatan tersebut berjalan dengan lancar efisien. Di lain pihak, desa yang notabene dihuni oleh masyrakat tradisional mempunyai kondisi sosial yang berbanding 180 derajat dengan kondisi sosial perkotaan. Fasilitas umum yang tidak lengkap, wilayah pertanian yang terus menyempit, sistem sosial yang cenderung tertutup, dan

gemerlapnya dunia perkotaan membuat sebagian dari mereka berkeinginan untuk melakukan mobilitas sosial vertikal dengan mengadu nasib di perkotaan. Pertambahan jumlah penduduk dalam jumlah besar yang berlangsung secara terus-menerus mengakibatkan munculnya sejumlah permasalahan di perkotaan. Salah satunya adalah krisis lingkungan hidup. Populasi manusai yang terlalu banyak mengakibatkan terjadinya alih fungsi daerah resapan air menjadi wilayah pemukiman. Akibatnya muncul krisis lingkungan hidup di perkotaan. Mereka yang tidak mampu membeli lahan-lahan perumahan yang mahal terpaksa harus membuat

(17)

2. Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang sangat kompleks. Kemiskinan sendiri terjadi akibat adanya ketidakmampuan bersaing dalam usahanya memenuhi kebutuhan

ekonomisnya. Kemiskinan juga bisa terjadi akibat tidak adanya peluang untuk melakukan mobilisasi sosial. Kemiskinan sendiri terbagi kedalam dua macam, yaitu kemiskinan struktural dan kemiskinan budaya. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang

diakibatkan oleh buruknya struktur sosial yang berlaku dimasyarakat sehingga ada sebagian kalangan yang tidak mendapat kesempatan untuk memperbaiki nasibnya. Sementara

kemiskinan budaya adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh kebiasaan mereka sendiri yang malas bekerja, tidak punya keinginan yang tinggi dan berfikir pesimis.

Kota memiliki jumlah penduduk yang banyak, sehingga tentu saja persaingan dalam melakukan mobilitas sosialnya pun ketat. Mereka yang tidak mempunyai social capital (modal sosial) yang tinggi akan tersingkirkan dari arena pergulatan ekonomi kota yang sangat ketat. Akhirnya bagi mereka yang tersingkir harus rela hati menerima kehidupan dalam naungan kemiskinan.

3. Kriminalitas

Semakin banyak orang dengan latar belakang budaya dan kepentingan yang berbeda yang disatukan dalam kehidupan sosial masyarakat kota, maka semakin banyak pula persaingan, pertentangan serta perbenturan kentingan diantara mereka. Tak jarang, mereka yang kalah bersaing terpaksa harus melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum dan norma sosial yang berlaku. Kriminalitas merupakan sebuah bentuk tindakan yang tidak selaras dengan aturan hukum dan norma sosial yang berlaku.

4. Kemacetan dan Sektor Ekonomi Informal Kota

Masalah kemacetan merupakan masalah sosial yang sudah tidak asing lagi di wilayah perkotaan, khususnya dikota-kota besar yang berada di Indonesia. Kemacetan merupakan sebuah fenomena antrian panjang kendaraan di ruas jalan raya yang diakibatkan oleh volume kendaraan yang terlalu banyak dan tidak diimbangi dengan luas badan jalan. Masalah

(18)
(19)

Makalah Kebijakan Impor Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Kebijakan Perdagangan internasional adalah suatu aturan yang dibentuk oleh

badan badantertentu dalam melakukan perdagangan dunia yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan Internasionalmenjadi salah satu faktor utama untuk

meningkatkan GDP. Di Indonesia perdagangan Internasional juga terjalin dengan negara negara luar termasuk yang satu kawasan dengan Indonesia.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan impor ?

2. Apa yang dimaksud dengan kebijakan impor ? 3. Apa saja produk impor?

4. Kondisi impor beras di Indonesia? 1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian impor

(20)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Impor

Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain disebut impor, kegiatan demikian itu akan menghasilkan devisa bagi negara. Devisa merupakan masuknya uang asing kenegara kita yang dapat digunakan untuk membayar pembelian atas impor dan jasa dari luar negeri. Kegiatan impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Produk impor merupakan barang-barang yang tidak dapat dihasilkan atau negara yang sudah dapat dihasilkan,tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan rakyat.

2.2 Kebijakan Impor

Untuk melindungi produksi dalam negerinya dari ancaman produk sejenis yang diproduksi di luar negeri, maka pemerintah suatu negara biasanya akan menerapkan atau mangeluarkan suatu kebijakan perdagangan internasional di bidang impor . kebijhakan ini, secara langsung maupun tidak langsung pasti akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan kelancaran usaha untuk mendorong / melindungi pertumbuhan industri dalam negeri (domestik) dan

penghematan devisa negara.

Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kebijakan hambatan tarif (tariff barrier) dan kebijakan hambatan non-tarif (non-tariff barrier).

2.2.1 Hambatan Tarif (Tariff Barrier)

Hambatan tarif (tariff barrier) adalah suatu kebijakan proteksionis terhadap barang – barang produksi dalam negeri dari ancaman membanjirnya barang – barang sejenis yang diimpor dari luar negeri, dengan cara menarik / mengenakan pungutan bea masuk kepada setiap barang impor yang masuk untuk dipakai /dikomsumsi habis di dalam negeri.

2.2.2 Hambatan Non-Tarif (Non-Tariff Barrier)

(21)

A.M. Rugman dan R.M. Hodgetts mengelompokkan hambatan non-tarif (non-tariff barrier) sebagai berikut :

1. Pembatasan spesifik (specific limitation) : a. Larangan impor secara mutlak

b. Pembatasan impor (quota system)

Kuota adalah pembatasan fisik secara kuantitatif yang dilakukan atas pemasukan barang (kuota impor) dan pengeluaran barang (kuota ekspor) dari / ke suatu negara untuk melindungi kepentingan industri dan konsumen.

c. Peraturan atau ketentuan teknis untuk impor produk tertentu d. Peraturan kesehatan / karantina

e. Peraturan pertahanan dan keamanan negara f. Peraturan kebudayaan

g. Perizinan impor (import licence) h. Embargo

i. Hambatan pemasaran / marketing

2. Peraturan bea cukai (customs administration rules) a. Tatalaksana impor tertentu (procedure)

b. Penetapan harga pabean

c. Penetapan forex rate (kurs valas) dan pengawasan devisa (forex control) d. Consulat formalities

e. Packaging / labelling regulations f. Documentation needed

(22)

3. Partisipasi pemerintah (government participation) a. Kebijakan pengadaan pemerintah

b. Subsidi dan insentif ekspor

Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan perlindungan atau bantuan kepada indusrti dalam negeri dalam bentuk keringanan pajak, pengembalian pajak, fasilitas kredit, subsidi harga, dan lain – lain.

c. Countervaling duties

d. Domestic assistance programs e. Trade-diverting

4. Import charges a. Import deposits b. Supplementary duties c. Variable levies

2.3 Produk Impor

Indonesia mengimpor barang-barang konsumsi bahan baku dan bahan penolong serta bahan modal. Barang-barang konsumsi merupakan barang-barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,seperti makanan, minuman, susu, mentega, beras, dan daging. Bahan baku dan bahan penolong merupakan barang- barang yang diperlukan untuk kegiatan industri baik sebagai bahan baku maupun bahan pendukung, seperti kertas, bahan-bahan kimia, obat-obatan dan kendaraan bermotor.

Barang modal adalah barang yang digunakan untuk modal usaha seperti mesin, suku cadang, komputer, pesawat terbang, dan alat-alat berat. Produk impor Indonesia yang berupa hasil pertanian, antara lain, beras, terigu, kacang kedelai dan buah-buahan. Produk impor Indonesia yang berupa hasil peternakan antara lain daging dan susu.

(23)

2.4 Kondisi Impor Beras Di Indonesia

Indonesia merupakan Negara yang sebagian besar masyarakatnya bertopang pada sektor pertanian sebagai mata pencaharian. Akan tetapi, petani Indonesia bukanlah merupakan mereka yang tingkat kesejahteraannya tinggi. Mereka merupakan orang-orang yang masih miskin dan terpinggirkan. Mereka sering dirugikan oleh masalah kebijakan perberasan yang dilakukan oleh pemerintah. Belum lagi masalah sosial ekonomi lain yang mereka hadapi sebagai petani. Permasalahan beras dan petani menjadi sebuah ironi bagi negeri ini. Sebuah ironi karena negara ini merupakan negara peghasil beras, akan tetapi melakukan impor beras dalam jumlah yang tidak sedikit. Pada umumnya sebagian masyarakat menganggap bahwa impor beras dipicu oleh produksi atau suplai beras dalam negeri yang tidak mencukupi. Akan tetapi, pada kenyataannya impor beras dilakukan ketika data statistik menunjukkan bahwa Indonesia sedang mengalami surplus beras. Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Angka Ramalan II (ARAM II) memperkirakan produksi padi pada tahun 2011 mencapai 68,06 juta ton gabah kering giling (GKG), naik 2,4 persen dibandingkan tahun 2010. Jika dikonversi ke beras, artinya pada tahun ini produksi beras nasional sebesar 38,2 juta ton. Apabila

dibandingkan dengan konsumsi beras Indonesia sebanyak 34 juta ton per tahun, Indonesia sedang mengalami surplus beras sebanyak kurang lebih 4 juta ton beras. Jadi, mengapa pemerintah masih melakukan impor beras pada tahun ini ?

Kebijakan usaha pertanian di Indonesia

Menurut Surono (2001), berbagai kebijakan dalam usaha pertanian (beras) yang telah ditempuh pemerintah pada dasarnya kurang berpihak kepada kepentingan petani. Pertama, terdapat kebijakan tariff impor yang sangat rendah sehingga mendorong semakin mudahnya beras impor masuk dan melebihi kebutuhan dalam negeri. Kedua, penghapuan subsidi pupuk yang merupakan sarana produksi utama petani dapat mengurangi produktifitas petani.

(24)

Kebijakan impor beras dari tahun ke tahun Tahun 1998

Pada tahun 1998, terdapat kebijakan tarif impor nol persen. Kebijakan ini dilakukan karena kondisi krisis ekonomi yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga barang dan keadaan iklim yang tidak mendukung produksi gabah.

Tahun 2000

Pada tahun 2000, pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan poteksi terhadap pertanian padi nasional. Kebijakan tariff nol persen pun dihapuskan. Hal ini dikarenakan impor beras dari Negara asing makin membanjiri pasar domestik Indonesia semenjak diberlakukannya Perjanjian Pertanian Organisasi Perdagangan Dunia (Agreemet of Agriculture, World Trade Organization) pada tahun 1995. Akhirnya kebijakan proteksi berupa tariff ad-valorem sebesar 30 persen ditetapkan. Selain kebijakan tariff, terdapat juga kebijakan proteksi non-tarrif. Pada saat itu, kedua kebijakan proteksi, yaitu tariff dan non tariff berjalan sangat efektif. Petani lokal sangat terlindungi serta harga beras cenderung stabil. Akan tetapi, kebijakan proteksi seperti ini sudah tidak relevan lagi jika diterapkan sekarang. Saat ini kebijakan tersebut memang sudah tidak populer dan sudah sangat jarang dipakai oleh Negara-negara di dunia. Hal ini dikarenakan globalisasi yang semakin memaksa Negara-negara untuk terbuka terhadap Negara lain. Kalaupun Negara Indonesia menerapkan tariff terhadap impor beras, tariff itu sangatlah rendah sehingga harga beras impor menjadi lebih murah dari beras lokal. Dengan kualitas beras impor yang berada di atas kualitas beras lokal, beras lokal pun menjadi kalah saing dengan beras impor.

Tahun 2011

Berdasarkan data BPS, sejak tahun 2008 produksi beras nasional selalu surplus. Tetapi sejak tahun 2008 hingga kini, Impor beras terus dilakukan. Sampai Juli 2011, Pemerintah telah melakukan pengadaan beras melalui impor sebanyak 1,57 juta ton.

(25)

Mengapa Impor

Pertama, bulog mengklaim bahwa mereka mengimpor dengan tujuan mengamankan stok beras dalam negeri. Bulog berargumen bahwa data produksi oleh BPS tidak bisa dijadikan pijakan sepenuhnya. Perhitungan produksi beras yang merupakan kerjasama antara BPS dan Kementrian Pertanian ini masih diragukan keakuratannya, terutama metode perhitungan luas panen yang dilakukan oleh Dinas Pertanian yang megandalkan metode pandangan mata. Selanjutnya, data konsumsi beras juga diperkirakan kurang akurat. Data ini kemungkinan besar merupakan data yang underestimate atau overestimate. Angka konsumsi beras sebesar 139 kg/kapita/tahun sebenarnya bukan angka resmi dari BPS. Jika merujuk pada data BPS yang didasarkan pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), konsumsi beras pada tahun ini mencapai 102 kg/kapita/tahun. Angka iniunderestimate, karena SUSENAS memang tidak dirancang untuk menghitung nilai konsumsi beras nasional.

Sebenarnya kebijakan impor beras ini juga bisa menjadi tantangan tersendiri bagi petani untuk meningkatkan produksi dan kualitas beras. Para petani dituntut untuk berproduksi bukan hanya mengandalkan kuantitas tetapi juga kualitas. Tentunya hal ini sedikit sulit terjadi tanpa adanya dukungan dari pemerintah. Hal ini dikarenakan petani lokal relatif tertinggal dari petani luar negeri terutama dalam bidang teknologi. Pemerintah harus memberi kepastian jaminan pasar sebagai peluang mengajak petani bergiat menanam komoditas tanaman

pangan.

Mengapa Tidak Impor

Kebijakan yang dipilih pemerintah untuk membuka kran Impor juga mendatangkan kontra. Pada satu sisi, keputusan importasi beras tersebut berlangsung ketika terjadi kenaikan harga beras saat ini. Selain itu, produksi padi dalam negeri dinyatakan cukup, dan masa panen masih berlangsung di banyak tempat. Bahkan berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi nasional tahun ini diperkirakan mencapai 68,06 juta ton gabah kering giling, meningkat 1,59 juta ton (2,40%) dibandingkan tahun 2010 lalu. Kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena peningkatan luas panen seluas 313,15 ribu hektar (2,36%), dan produktivitas sebesar 0,02 kuintal per hektar

(26)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima.

Kebijakan membuka kran impor yang dilakukan oleh pemerintah ketika data menunjukkan bahwa Indonesia sedang mengalami surplus beras memang mendatangkan pro dan kontra. Untuk mengamankan stok beras, seharusnya Bulog melakukan manajemen stok yang lebih baik, bulog harus memaksimalkan penyerapan beras dari para petani lokal. Hal ini selain dapat mengamankan stok beras juga dapat menghasilkan pendapatan bagi petani sehingga kesejahteraan petani dapat naik. Bulog harus lebih agresif menyerap gabah dari petani agar mereka tidak dirugikan.

3.2 Saran

(27)

Analisis Kebijakan Impor Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang sangat luas yang jumlah penduduknya mencapai 220 juta jiwa. Luas lahan untuk pertanian sekitar 107 juta hektar dari total luas daratan Indonesia sekitar 192 juta hektar, tidak termasuk Maluku dan Papua, sekitar 43,19 juta hektar telah digunakan untuk lahan sawah, perkebunan, pekarangan, tambak dan ladang, sekitar 2,4 juta hektar untuk padang rumput, sekitar 8,9 juta hektar untuk tanaman kayu-kayuan, dan lahan yang tidak diusahakan seluas 10,3 juta ha. Pemerintah dalam kaitannya dengan program RPPK (Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan), telah bersedia menyediakan 15 juta hektar untuk lahan pertanian abadi. Karena keberadaaanya sebagai makanan pokok bagi hampir seluruh masyarakat Indonesia, beras memiliki sejarah panjang dalam kebijakan ekonomi politik Indonesia. Pada masa sebelum kemerdekaan, campur tangan pemerintah kolonial Belanda untuk menjamin keberadaan beras dengan harga yang terjangkau selalu dilakukan. Pemerintah kolonial Belanda mengintervesi kecukupan pasokan beras dengan harga terjangkau bagi komoditi ini melalui berbagai cara. Pada sisi stabilitas harga, pemerintah kolonial dari waktu ke waktu membuka keran impor bila dibutuhkan dan mentransportasikannya lebih lanjut pada daerah kepulauan yang membutuhkan, serta mendirikan satu lembaga yang berperan menstabilisasi harga beras pada tahun 1939, yang sesungguhnya cikal bakal dari BULOG saat ini. Setelah kemerdekaan dan sampai saat ini pun beras terus menjadi komoditi sosial politik strategis bangsa Indonesia. (M Ikhsan Modjo, Kajian Monash Indonesian Islamic Student Westall: 2006) Namun, kenyataannya hal tersebut sulit terjadi di Indonesia. Setiap panen justru yang terdengar adalah keluhan petani soal harga gabah yang selalu murah. Jangankan untung, bisa mengembalikan biaya penggarapan sawah saja sudah bersyukur. Hal ini terjadi karena pemerintah tidak mampu menjaga berlakunya harga dasar yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden (Keppres) No 32/1998, sehingga petani menerima harga gabah jauh di bawah harga dasar. Tujuan dari kebijakan harga pembelian pemerintah (HPP) adalah agar petani padi menerima harga gabah yang layak, sehingga mereka menerima insentif untuk meningkatkan produktivitasnya. Namun ternyata hal itu tidak dijalankan dengan baik oleh pemerintah.

Dengan keberadaan tengkulak, seharusnya bisa membantu para petani. Karena petani tidak perlu susah-susah memasarkan padinya. Para tengkulak akan mendatangi mereka dan membeli hasil panenannya. Dengan begitu para petani bisa terbantu masalah penjualan, karena dengan hasil panen yang tidak terlalu besar tidak mungkin bagi para petani untuk memasarkan sendiri hasil panennya. Selain itu tengkulak juga sangat mengutungkan para pengusaha padi mitra BULOG dan BULOG itu sendiri, karena sistem distribusi padi menjadi lebih efisien. Namun walaupun demikian, ternyata para tengkulak ini bisa dan sering

(28)

Dalam hal ini, BULOG yang seharusnya bertugas dalam pembelian gabah hasil panen dari petani ternyata kurang menjalankan fungsinya. Selama ini, pemerintah melalui BULOG membeli gabah dan beras bukan dari petani. Akan tetapi dari pedagang beras, yang

terkonsentrasi di tangan beberapa distributor besar (atau tengkulak), yang bertindak sebagai oligopolis pasar. Jumlah penjual yang sangat terkonsentrasi ini menyebabkan setiap kenaikan harga gabah/beras, yang merupakan peningkatan defisit APBN, akan lebih banyak jatuh bukan pada petani akan tetapi sekedar dinikmati segelintir pedagang. Masalah besar muncul kembali ketika harga pasar naik, konsumen kebingungan, tetapi petani pun ikut bingung karena kenaikan harga tidak berimbas pada kenaikan harga gabah. Dan menurut saya dengan adanya oligopoly yang dilakukan tidak efektif impor yang terjadi pun harusnya bisa

Referensi

Dokumen terkait

Menurut warga, dengan tidak adanya bangunan liar, kawasan yang selama ini sering menimbulkan kemacetan dan kumuh kini mulai lancar dan bersih.. Ke depan warga juga minta

Remaja yang menghayati disiplin power assertive, 66,7% memiliki motif prososial yang kuat yaitu dengan merasakan empati dan guilt pada saat mereka melihat orang

Secara garis besar olah raga futsal hampir sama dengan olah raga sepak bola hal itulah yang membuat olahraga futsal dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat

Penyumbatan arteri yang menyebabkan stroke iskemik dapat terjadi akibat trombus (bekuan darah di arteri serebri) atau embolus (bekuan darah yang berjalan ke otak dari tempat

Pada table 1 dapat dilihat beberapa contoh reagen yang sesuai dengan gugus fungsional reaktif yang..

Solusinya adalah guru harus mempelajari karakter dari setiap siswa dalam satu kelas memiliki heterogenitas yang tinggi sehingga guru perlu melakukan pendekatan secara psikologis

10 Selain itu Rafianti, dkk dengan jud ul “ Profil Kemampuan Literasi Kuantitatif Calon Guru Matematika ” yang menunjukkan bahwa kemampuan literasi kuantitatif

achievement division; untuk meningkatkan motivasi belajar siswa; untuk meningkatkan hasil belajar yang optimal. Penelitian ini dilatar belakangi oleh metode penyampaian