HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK PADA
SMA NEGERI 2 BANDAR BARU KABUPATEN PIDIE JAYA
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Didalam kehidupan masyarakat dimanapun juga, keluarga merupakan unit
terkecil, yang peranannya sangat besar dalam pembinaan anggota masyarakat.
Peranan yang sangat besar itu disebabkan oleh karena keluarga mempunyai fungsi yang penting didalam kelangsungan hidup bermasyarakat.
Dengan demikian juga halnya dalam pendidikan. Pendidikan dalam
keluarga memegang peranan penting pula. Oleh karena keluarga merupakan
sarana untuk menyiapkan atau membina warga masyarakat yang benar dan baik.
S. Nasution (1982 : 126) mengatakan:
Badan yang terpenting dalam pendidikan anak ialah rumah tangga.
Disitulah anak itu mula-mula mempelajari bahasa. Disitulah ia mempelajari hubungan-hubungan social serta menerima norma-norma
tentang yang buruk dan yang baik. Pengaruh rumah tangga tidak terhenti
walaupun anak itu telah bersekolah.
Setiap anak telah memperoleh sejumlah pendidikan dan
pengalaman-pengalaman tertentu ia menduduki bangku sekolah.
Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa keluarga itu merupakan
tempat yang pertama dan utama dalam membina dan mendidik anak. Harmonis tidaknya sebuah keluarga, dapat dilihat antara lain dari besar kecilnya perhatian
keluarga tersebut terhadap pendidikan anaknya.
Seringkali karena adanya berbagai masalah yang dihadapi oleh sebuah
masalah prestasi belajar anak. Mareka baru terkejut ketika memeriksa rapor anaknya yang nilainya kurang, dan mareka akan langsung menyalahkan anaknya
karena menurunnya prestasi belajar, tanpa menyadari bahwa selama ini mareka
telah mengabaikan perhatian terhadap perkembangan belajar anak.
Secara umum dapat dikatakan bahwa Ibu merupakan orang yang paling
dekat dalam kehidupan seorang anak. Hardjito Notopuro (1984 : 46) mengatakan
bahwa “Ibu rumah tangga memegang peranan penting, terutama dalam rangka membimbing dan mendidik anak-anak”. Selanjutnya pada bagian lain, Hardjito
Notopuro (1984 : 45) mengatakan:
Seorang Ibu adalah pemeliharaan rumah tangga, dan juga ia sebagai
pengasuh serta pendidik terhadap anak-anaknya mulai bayi itu
dikandungkan sampai usia dewasanya, bahkan sampai pada waktu
kawinnya, sampai beranak cucu. Cinta seorang Ibu pada anaknya tak akan
kunjung henti dan habisnya.
Berdasarkan pendapat diatas jelaslah bahwa seorang ibu mempunyai
tanggung jawab yang besar dalam mensukseskan pendidikan anak-anaknya
termasuk dalam hal memberikan perhatian terhadap prestasi belajarnya.
Sehingga apabila seorang anak mengalami masalah dalam hal belajrnya, ibu
dapat segera mengambil langkah-langkah tertentu untuk menanggulanginya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa ada beberapa factor yang
mempengaruhi perhatian seorang ibu rumah tangga terhadap pendidikan anaknya. Antara lain adalah factor tingkat sosial ekonomi keluarga dan tingkat
pendidikan ibu rumah tangga tersebut tingkat pendidikan seseorang ibu rumah
tangga yang relative baik tentunya memperluas kesempatan bagi anak untuk
diterimanya di sekolah. Hal ini disebabkan oleh karena ibunya mampu memahami dan menanggapi segala permasalahan yang dihadapi anak khususnya
yang berkenaan dengan pendidikannya.
Disamping itu, dengan tingkat pendidikan ibu yang relative baik, biasanya
ibu dapat mencurahkan perhatiannya yang lebih mendalam kepada pendidikan
anaknya khususnya dalam hal membimbing anak menanggulangi segala
permasalahan yang timbul disekolah dan juga membantu anak untuk menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikan oleh gurunya disekolah.
Walaupun demikian didalam kenyataan keadaan pendidikan seorang ibu
rumah tangga dapat merupakan suatu jaminan bahwa seorang anak dapat berhasil
dalam pendidikannya atau dapat berprestasi maksimal disekolah. Oleh karena
pada hakekatnya kemampuan dan kesanggupan anak itu sendiri merupakan
factor yang sangat menentukan pula bagi sukses tidaknya pendidikan anak.Oleh
karena itu faktor tingkat pendidikan ibu dapat merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak. Disamping faktor lainnya baik yang
berasal dari anak maupun yang berasal dari luar diri anak.
Faktor yang berasal dari diri anak antara lain adalah kesehatan, bakat,
kemampuan, minat, intelegensi dan lain-lain. Sedangkan faktor yang berasal dari
luar diri anak dapat dari sekolah, masyarakat maupun orang tua anak sendiri. Hal
ini berbeda antara satu anak dengan anak lainnya akan tetapi keseluruhan itu
dapat mempengaruhi pendidikan anak termasuk prestasi belajrnya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa dan termasuk di dalamnya adalah faktor
tingkat pendidikan ibu. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan
Prestasi Belajar Anak Pada SMA Negeri 2 Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya”
B. MASALAH PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan diatas yang menjadi rumusan masalah adalah : “Apakah ada hubungan antara tingkat
pendidikan ibu dengan prestasi belajar anak pada SMA Negeri 2 Bandar Baru
Kabupaten Pidie Jaya”.
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan prestasi belajar anak
pada SMA Negeri 2 Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai berikut :
a. Manfaat penelitian ini selain akan diperoleh suatu data objektif
mengenai prestasi belajar anak. Maka akan diketahui pula bagaimana
hubungan antara tingkat pendidikan itu dengan prestasi belajar anak. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas bahan bacaan.
c. Memberi sumbangan pemikiran bagi orang tua dan pendidik dalam
rangka usaha membantu meningkatkan prestasi belajar anak pada masa-masa
selanjutnya.
E. ANGGAPAN DASAR
Menurut Suhardi (2009 : 43), Anggapan dasar atau postulat adalah
penulis merumuskan anggapan dasar untuk penelitian ini sebagai berikut : “Bahwa tingkat pendidikan ibu memberi konstribusi bagi kelangsungan dan
pencapaian anak didik dalam meningkatkan prestasi belajarnya”.
F. HIPOTESIS
Hipotesis menurut Suhardi (2009 : 49) adalah “Dugaan sementara yang
masih harus dibuktikan kebenarannya melalui penelitia”. Berpijak dari definisi
diatas maka penulis merumuskan hipotesis terhadap penelitian ini sebagai berikut
: “Bahwa ada hubungan positif antara tingkat pendidikan ibu dengan prestasi
belajar anaknya di sekolah”.
G. LANDASAN TEORITIS
Seorang anak adalah permata hati dan penyejuk mata kedua orang tuanya.
Orang tua merupakan tempat utama dan pertama bagi seorang anak memperoleh
sesuatu khususnya pendidikan sebelum ia memperoleh dari orang lain. Dengan demikian orang tua sangat diharapkan peranannya dalam membimbing dan
mengarahkan anak kedalam dunia pendidikan.
Pada hakekatnya anak belajar hanya beberapa jam saja disekolah, yang
berarti bahwa pengalaman belajarnya banyak diperoleh diluar sekolah khususnya
didalam keluarga. Oleh karena itu keluarga dituntut peranan dan perhatiannya
untuk mengawasi semua kegiatan anak termasuk kegiatan belajar. Dengan
demikian akan dapat melakukan usaha-usaha untuk lebih meningkatkan prestasi belajar pada masa-masa selanjutnya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa ibu merupakan orang yang paling
dekat dalam kehidupan seorang anak. Hal ini antara lain disebabkan oleh karena
disamping memenuhi segala kebutuhan anak di rumah, sedangkan Bapak biasanya lebih sering menghabiskan waktu diluar rumah untuk bekerja mencari
nafkah dan sebagainya.
Keterikatan seorang anak dengan ibunya khususnya pada masa-masa awal
perkembangan seorang anak sangat berpengaruh pada masa dewasanya kelak.
Seorang anak yang kurang mendapat perhatian dari ibu, kemungkinan besar akan
tumbuh secara tidak normal baik fisik maupun mentalnya. 1. Pengertian Belajar
Dari beberapa literature yang diteliti, maka ada beberapa pengertian
belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan yang dapat berbeda
antara satu sama dengan lainnya, tergantung dari sudut mana para ahli
tersebut melihat permasalahan belajar tersebut.
Menurut Uzer Usman Moh (1995 : 2), belajar adalah perubahan tingkah
laku pada diri individu bakat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya.
Selanjutnya Soejanto Agoes (1995 : 19) memberikan dua definisi
tentang belajar yaitu:
a. Belajar adalah suatu proses perkembangan. Artinya oleh karena secara
kodrati jiwa raga anak mengalami perkembangan sedang perkembangan
itu sendiri memerlukan sesuatu. Sesuatu itu terdapat dalam diri anak dan
dalam alam sekitarnya.
b. Belajar adalah sesuatu proses yang berlangsung terus menerus. Artinya
sepanjang hayatnya manusia akan mengalami proses belajar.
Demikian telah dikemukakan beberapa definisi belajar dan dari definisi
merupakan proses kegiatan penerimaan informasi yang berakhir pada terjadinya perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengetahuan dan
pengalaman yang diproses. Belajar merupakan suatu usaha yang disengaja
oleh individu untuk mengisi diri dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan
tetentu, yang akan mengarahkannya untuk hidup secara dewasa, bertanggung
jawab, mandiri dan serasi dengan lingkungannya.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Anak
Prestasi belajar adalah segala usaha yang dicapai manusia secara
maksimal dengan hasil yang memuaskan. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh W.J.S. Purdawadarniato (1987 : 767) bahwa:
“Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut
kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang
dikerjakan atau dilakukan:.
Secara umum dapat dikatakan bahwa berbagai factor-faktor dapat mempengaruhi kemampuan anak dalam berprestasi dengan baik disekolah.
Faktor-faktor tersebut, dapat dibagi kedalam dua bagian utama yaitu factor
internal yaitu factor yang berasal diri anak itu sendiri dan factor eksternal
yaitu factor yang berasal luar diri anak.
2.1 Faktor internal
Adapun yang termasuk kedalam factor internal anatara lain:
a. Kecerdasan (intelegensi)
Kecerdasan merupakan suatu aspek yang penting dalam
menentukan keberhasilan studi seseorang. Seseorang anak yang
dibandingkan dengan anak yang mempunyai intelegensi rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Segal (1997 : 14) sebagai berikut:
“Prestasi belajar disekolah sangat mempenagaruhi oleh
kemampuan umum kita miliki yang diukur oleh IQ. IQ yang
tinggi meramalkan sukses terhadap prestasi belajar, namun IQ
yang tinggi ternyata tidak menjamin sukses di masyarakat”.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa intelegensi anak menentukan apakah anak akan mampu atau tidak untuk berprestasi
secara baik disekolah. Disamping itu, intelegensi itu sangat
dipengaruhi oleh keadaan kehidupan dalam keluarga, oleh karena itu
maka kehidupan sebuah keluarga yang dipenuhi atau diwarnai dengan
nilai-nilai pendidikan, akan memberikan dampak yang positif bagi
peningkatan kemampuan intelegensi dan prestasi anak.
b. Bakat
Bakat merupakan suatu potensi atau kemampuan dasar yang
apabila diberi kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar maka
akan mendapat hasil yang nyata. Setiap individu akan mempunyai
bakat yang berbeda-beda antara satu individu dengan individu lainnya.
Sumadi Suryabrata (1984 : 170), “bakat adalah kemampuan individu
untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali tergantung kepada
latihan mengenai hal tersebut”.
Pendapat diatas menunjukkan bahwa seorang anak yang tidak
mempunyai bakat dalam suatu pelajaran tertentu, maka anak itu tidak
Karena pelajaran tersebut bertentangan dengan bakat dan kemampuannya.
c. Minat dan perhatian
Minat merupakan keinginan yang dapat menimbulkan perhatian
akibat adanya hal yang menarik. Dalam hal ini minat merupakan factor
yang memungkinkan seseorang untuk dapat mengkonsentrasikan
dengan baik dalam belajar, maka ia akan mendapat prestasi belajar yang baik. Mengenai minat ini Suyono (1981 : 9) bahwa:
“murid mempunyai minat besar terhadap belajar akan merasa
senang dan penuh perhatian mengikuti pelajar, ia akan belajar
dengan sepenuh hati. Dengan demikian murid tersebut akan
mencapai hasil yang baik”.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa minat dan perhatian
memegangkan peranan penting dalam meningkatkan prestasi belajar murid, dengan adanya minat belajar bagi seseorang maka ia dengan
sepenuh hati akan belajar tanpa membutuhkan pengawasan dalam
belajar.
d. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan yang dating
dalam diri maupun dari luar diri seseorang yang menyebabkan
seseorang ingin berbuat sehingga tercapainya tujuan yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Merson U. Sangalang
“motivasi merupakan dorongan yang didasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan”.
Dengan adanya dorongan atau motivasi ini seseorang akan lebih
giat dalam melaksanakan kegiatannya. Sebab tanpa adanya dorongan
atau mitivasi dengan sendirinya kemauan untuk melakukan kegiatan
akan berkurang/kurang semangat. 2.2 Faktor Eksternal
Adapun yang termasuk dalam faktor-faktor eksternal adalah :
a. Faktor Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam rangka memberikan dorongan belajar pada anak. Keluarga
merupakan tempat pertama seseorang menemukan pendidikan,
dalam keluarga itupula seorang anak dibesarkan.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Winarno
Surachmad (1977 : 31) yaitu:
“Situasi keluarga tenang, damai, gembira, atau keluarga yang sering cek-cok bersikap keras, ini semua akan mewarnai sikap anak. Jumlah orang yang tinggal dalam rumah tersebut juga turut mempengaruhi perkembangan anak, pengaruh baik juga pengaruh buruk dipelajari dalam keluarga”.
b. Faktor Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan salah satu factor yang turut mempengaruhi proses belajar anak, melalui masyarakat anak
akan berkembang sikap sosialnya, juga kemampuan dalam
berkomunikasi, bergaul dengan orang lain. Menurut Ariantosani
“Lingkungan masyarakat global juga mempengaruhi lingkungan pendidikan dan berbagai luar dalam dinamika berbagai aspek kehidupan, lingkungan global yang mengandung tereksposnya kita oleh kita oleh kehidupan komunitas global menuntut adaptasi individu untuk bisa bertahan dimasyarakat dimana dia hidup”.
Dalam hal ini dibutuhkan bimbingan dari orang tua dan pendidik dalam upaya membina dan mengawasi anak sehingga dapat
berkembang kearah yang positif.
c. Faktor Lingkungan Sekolah
Faktor yang dating dari lingkungan sekolah dimana seseorang
menempuh pendidikannya yang termasuk dalam kelompok ini antara
lain : interaksi antara guru dan murid, media pendidikan, kurikulum,
hubungan dengan sesame siswa, gedung, waktu belajar, pelaksanaan disiplin, metode belajar, tugas rumah dan lain sebagainya. Menurut
Arianto Sani (2008) :
Guru sebagai tenaga berpendidikan memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, membimbing, melatih, mengolah serta mengembangkan pelajar, oleh karena itu guru harus memiliki wewenang dan kemampuan professional, kepribadian dan kemasyarakatan”.
3. Peranan Keluarga Dalam Meningkatkan prestasi Belajar Anak
Secara umum dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan salah satu
faktor yang menentukan keberhasilan pendidikan seorang anak. Hal ini
adalah wajar apabila dilihat dari kenyataan bahwa kehidupan seorang anak
sebagian besar dihabiskan ditengah-tengah keluarganya. Oleh karena itu
segala yang terjadi dalam kehidupan keluarga tersebut dapat memberi bekas
Suasana hubungan didalam keluarga yang meliputi dengan rasa saling menyanyangi akan memberikan pengaruh yang positif kepada anak.
Kebalikan dari suasana rasa cinta, kasih saying suasana yang kaku atau
kurang intim yang dapat menyebabkan kurangnya semangat anak untuk
belajar, sebagaimana dikatakan oleh Roestiyah, N.K (1986 : 155) yaitu :
“Hubungan antara anggota keluarga yang kurang intim, menimbulkan
suasana kaku, tegang didalam keluarga menyebabkan anak kurang semangat untuk belajar”.
Sebuah keluarga yang baik perlu pula mengatur waktu yang tepat
untuk belajar anak, sebagaimana dikemukakan oleh Zakiah Daradjat (1985 :
30) yaitu sebagai berikut:
Diantara hal yang dapat membantu untuk mulai belajar adalah
tersedianya waktu secara teratur pada murid yang dihargai oleh
keluarga, teman-teman dan murid-murid itu sendiri sebelum orang lai. Waktu yang terbaik bagi anak tergantung kepada peraturan keluarga
dan anak sendiri.
Demikianlah telah diuraikan beberapa peranan yang dapat dilakukan
oleh keluarga dalam meningkatkan prestasi belajar anak. Dimana dengan
adanya rasa cinta kasih, pengertian orang tdan keluarga, dorongan semangat
serta keteraturan dan ketenangan belajar anak, dapat membantu peningkatan
prestasi belajar pada masa-masa yang akan datang.
4. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Prestasi Belajar Anak
Tidak dapat dipungkiri suatu kenyataan bahwa ibu adalah orang yang
paling dekat dengan kehidupan seorang anak yaitu sejak anak masih dalam
dewasa. Ibu adalah lingkungan utama dan pertama bagi anak, sebagaimana dikatakan oleh Sikun Pribadi (1987 : 47) yaitu sebagai berikut :
Waktu anak masih janin dalam kandungan, ibunya, sudah ada
faktor-faktor lingkugan, yaitu yang bersumber dari sang ibu sendiri waktu
mengandung baik dalam bentuk makanan dari bahan ibu terdiri atas
berbagai zat makanan (cukup bergizi ataupun tidak), serta
faktor-faktor psikologis ibu, terutama unsure-unsur emosional ibu (gembira atau sedih, tenang atau cemas, sabar atau marah, penerima atau agresif
dan sebagainya).
Sejalan denga uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa dengan
sendirinya seorang ibu perlu memiliki pendidikan yang memadai sehingga ia
akan mampu membina dan mendidik anaknya dengan baik dan benar. Dalam
hal ini, Hardjito Notopuro (1984 : 51) menjelaskan tentang pentingnya
pengetahuan bagi seorang ibu, yaitu sebagai berikut:
Sudah barang tentu bekal-bekal pengetahuan intelektual baik melalui
pendidikan formal maupun non formal serta keterampilan didalam
berbagai cabang usaha merupakan tuntutan pula untuk menjadi
seorang ibu yang ideal, ibu yang shalehah, berbudi pekerti yang luhur,
cakap serta sehat badan jasmaninya guna mengantar putra-putrinya
menjadi bunga harapan bangsa dan tanah air.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa seorang ibu yang pendidikannya terbatas akan menghadapi berbagai hambatan dalam
memberikan pendidikan yang terbaik bagi anaknya dirumah termasuk
didalamnya berusaha untuk meningkatkan prestasi belajar anaknya. Hambata
perkembangan ilmu pengetahuan yang akan mengakibatkan timbulnya kesulitan bagi ibu untuk menjawab berbagai pertanyaan dari anak dirumah
yaitu mengenai berbagai hal yang terjadi disekelilingnya yang belum
dipahami dengan baik.
H. LOKASI DAN JADWAL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Bandar Baru Kabupaten
Pidie Jaya yang akan direncanakan pada tanggal 16 Mei sampai dengan tanggal
21 Mei 2011.
I. OPERASIONAL VARIABEL
Untuk menghindari kesalah pahaman pembaca, maka penulis perlu
memberikan penjelasan yang terdapat dalam judul ini, yaitu:
1. Hubungan adalah berkaitan, berkenaan.
2. Tingkat adalah jenjang.
3. Pendidikan Ibu adalah pendidikan yang telah ditempuh ibu
dalam pendidikan formal yaitu sekolah serta ditunjukkan dengan adanya
ijazah, yang dimiliki sebagai bukti bahwa telah menempuh jenjang
pendidikan tertentu.
4. Prestasi belajar adalah segala usaha yang dicapai manusia
secara maksimal dengan hasil yang memuaskan.
J. POPULASI DAN SAMPEL
Sebelum menerapkan populasi, perlu kiranya dikemukakan terlebih
dahulu pengertian populasi. Menurut Nawawi (1993 : 141) menyatakan, bahwa :
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik yang tertentu didalam
suatu penelitian”.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas menunjukkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang ada dalam wilayah penelitian yang mempunyai karakteristik sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 2 Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya yang berjumlah 475 orang siswa. Berhubungan jumlah populasinya relative besar, maka akan diambil 15% sebagai sample. Sebagaimana dapat dilihat pada table dibawah ini.
Kelas Populasi Sampel (15%)
Sumber data : Tata Usaha SMA Negeri 2 Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Mei 2011
K. TEKNIK PENGUMPUL DATA
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh untuk
mendapatkan data tentang masalah yang diselidiki. Untuk mendapatkan data
yang konkrit dari suatu objek yang diteliti, teknik pengumpul data harus tepat.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data dengan
maksud agar suatu metode satu dengan yang lain dapat saling melengkapi, Hadari Nawawi (1993 : 94) mengatakan bahwa : “Teknik dan alat pengumpul
pemecahan masalah secara valid dan variable, yang pada gilirannya akan memungkinkannya generalisasi yang objektif”. Adapun metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : metode angket dengan skala
likert, metode dokumentasi.
L. TEKNIK ANALISA DATA
Dalam penelitian ini, untuk menganalisa data menggunakan metode
deskriftif. Menurut Sukardi (2003 : 86), yang dimaksud dengan metode deskriftif
adalah suatu metode penelitian yang menggambarkan data yang berguna untuk
memperoleh bentuk nyata dari objek penelitian. Sehingga lebih mudah
dimengerti peneliti kualitatif. Menurut Margono (2004 : 36) prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriftif yang berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-orang atau pelaku yang dapat diamati.
Dengan menggunakan metode deskriftif dengan pendekatan kualitatif
yang memusatkan pada masalah yang terjadi pada masa sekarang yang
dibandingkan dengan hasil penelitian maka akan diperoleh suatu kesimpulan dari