48 APLIKASI TEORI COMFORT KOLCABA DALAM PENANGANAN RESIKO GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA ANAK PASCA
PEMBEDAHAN DI RUANG BCH RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Fauziah Rudhiati1, Nani Nurhaeni2, Siti Chodidjah3
1) Keperawatan Anak, Program StudiIlmu Keperawatan (S-2), STIKes Jenderal Achmad Yani, Cimahi,
2) Keperawatan Anak, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, 3) Keperawatan Anak, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok,
ABSTRACT
Nausea vomiting is comfort disorder which is experienced by most of post-operative children. Nausea vomiting can cause fluid imbalance is risk that can happen to almost all children who have undergone surgery. Fluid and electrolyte imbalance of post surgery could result worsening on children condition which was in the end obstructed recovery process of surgical wounds. The aim of the final scientific writing was to give description of application of Comfort Theory concept in nursing care on post-operative children who had needs over fluid and electrolyte. The usage of comfort theory could improve nurse’s awareness over clients needs of comfort of every aspect physical, psycho-spiritual, environment, and socio-cultural complained by clients nor result of nurse analysis through theory application that had been applied by nurse could discover changes of comfort level before and after nursing intervention was applied. It is suggested implementation of comfort theory application can be maintained at hospital of nursing care.
49 A. Pendahuluan
Di Indonesia, pada tahun 2010 jumlah anak-anak penderita penyakit tidak menular usia 1-4
tahun sebesar 4,03%, usia 5-14 tahun sebesar 8,29%, dan semakin meningkat pada kelompok usia
15-24 tahun sebesar 12,55% (Kemenkes, 2012). Pada beberapa kasus penyakit tidak menular,
diperlukan tindakan pembedahan untuk mengatasinya, sehingga hospitalisasi pada anak tidak bisa
terhindarkan. Hospitalisasi pada anak dan orang tua dapat menjadi salah satu pemicu stress dan
pada akhirnya akan berdampak pada kondisi fisik anak sebelum atau setelah operasi dan
meningkatkan angka kesakitan akibat penyakit tidak menular (Hockenberry, 2010).
Efek stress akibat hospitalisasi dan angka kesakitan akibat penyakit tidak menular dapat
diminimalisasi dengan penerapan konsep atraumatic care dan family center care. Pemenuhan
kebutuhan dasar anak oleh keluarga dapat membantu mengurangi stress anak akibat hospitalisasi.
Salah satu kebutuhan dasar yang penting diperhatikan pada klien anak dengan kasus pembedahan
adalah pemenuhan kebutuhan akan cairan dan elektrolit karena anak biasanya harus puasa
sebelum operasi. Alasan lain adalah anak-anak sangat rentan terhadap dehidrasi (Nair &
Balachandran, 2004).
Pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit sebelum operasi ditujukan untuk mencegah
dehidrasi sebelum operasi dan selama klien puasa, mendukung manajemen cairan dan elektrolit
saat operasi, serta menjaga kondisi klien pasca operasi (Newton, Banieghbal & Lakhoo, 2010).
Upaya pemenuhan kebutuhan cairan pada klien anak dengan kasus pembedahan saat sebelum
dan sesudah operasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan rasa nyaman klien dan
keluarga. Diharapkan dengan fokusnya asuhan keperawatan pada rasa nyaman, klien dan keluarga
dapat mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan yang ingin dicapai. Lebih luasnya jika
kesehatan dan kesejahteraan anak dengan kasus bedah dapat tercapai maka angka morbiditas anak
dengan penyakit tidak menular dapat ditekan. Oleh karena itu uji coba penerapan konsep Comfort
Theory yang digagas Kolcaba dalam praktik asuhan keperawatan anak dengan kasus bedah patut
dilaksanakan dalam rangka pengembangan dan peningkatan kualitas asuhan keperawatan bedah
anak.
Berdasarkan penerapanteori selama 17 minggu di Ruang Bedah Anak (BCh) RSCM, penulis
telah mengelola 10 klien anak dengan beberapa diagnosa medis seperti malformasi anorektal,
hirschsprung, appendiksitis, undescenden testis, fraktur, intesusepsi, tumor, hypospadia dan
50 kebutuhan akan pemenuhan cairandanelektrolit, baik itu saat sebelum maupun sesudah tindakan
operasi. Dengan demikian penerapan konsep Comfort Theory diharapkan dapat membantu perawat
dalam meningkatkan kenyamanan klien anak dengan kasus bedah yang memiliki kebutuhan akan
pemenuhan cairan dan elektrolit.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah akhir ini adalah studi kasus. Dimana
penulis menyampaikan gambaran secara mendetail berkenaan dengan aplikasi Comfort Theory
Katherine Kolcaba pada suhan keperawatan anak pasca bedah.
C. Hasil dan Pembahasan
Setelah dilakukan penerapan Comfort Theory pada lima kasus anak pasca bedah, terdapat
peningkatan rasa nyaman yang berkaitan dengan resiko gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Dari lima kasus, empat diantaranya mengalami peningkatan kenyamanan dari tingkat
terendah atau relief ketingkat kenyamanan sedang atau ease. Sedangkan satu kasus lagi telah
berada pada tingkat kenyamanan sedang atau ease dan dapat dipertahankan sampai dengan akhir
perawatan.
Terdapat lima kasus kelolaan yang akan menjadi pembahasan. Lima kasus tersebut terdiri dari
kasus invaginasi /intussusception, apendisitis, malformasi anorektal pro tutup kolostomi,
hirschsprung desease, dan maflormasi anorektal pro pembuatan PSA dan repair colostomy.
Meskipunmemilikidiagnosamedis yang berbeda, persamaan yang ada pada lima kasus tersebut
adalah sama mengalami pembedahan pada abdomen dan mendapatkan prosedur tindakan anastesi
umum.
Tindakan pembedahan dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
melalui mekanisme stress, nyeri, mekanisme imunologi, dan tindakan anastesi yang menstimulasi
sekresi ADH sehingga terjadi retensi cairan dan elektrolit 48 jam pasca pembedahan (Ganong,
2003 dalam Kim van Wissen & Breton, 2004). Pemberian anastesi umum pada prosedur
pembedahan abdomen juga dapat menimbulkan keluahan mual dan muntah (Rose& Watcha, 1999;
Pierre& Whelan, 2012). Oleh karena itu meskipun berbeda-beda prosedur pembedahannya, kelima
kasus yang diangkat dalam laporan ini beresiko mengalami gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit.Pembahasan aplikasi teori Comfort Kolcaba pada lima kasus kelolaan berdasarkan
proses keperawatan, yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan
51 Pengkajian: rentang usia klien pada kasus kelolaan ada pada rentang bayi sampai dengan
usia sekolah, oleh karena itu pada saat memulai pengkajian, residen keperawatan anak
menggunakan teknik komunikasi sesuai degnan tahap perkembangan anak. Teknik komunikasi
non verbal seperti membelai, tersenyum, menggendong lebih banyak diterapkan pada anak F
karena klien belum dapat berkomunikasi secara verbal. Respon egosentris pada anak NP, anak
MA, dan anak A masih dominan. Oleh karena itu residen keperawatan anak melakukan pendekatan
dengan cara mengizinkan anak untuk menyentuh dan menggunakan alat-alat pemeriksaan. Fokus
pengkajian adalah berfokus pada pengkajian status hidrasi klien yang berada pada aspek fisik,
hanya tingkat kenyamanan pada tiap-tiap kasus berbeda. Menurut Ball, Blinder, & Blinder (2008)
usia mempengaruhi komposisi cairan di dalam tubuh dalam hal ini anak F, perempuan, usia 5 bulan
yang mengalami invaginasi merupakan klien yang paling rentan mengalami gangguan
keseimbangan cairan.
Pada saat dilakukan pengkajian terdapat 2 klien yang memiliki masalah dalam berat
badannya. Yang pertama adalah anak F mengalami penurunan berat badan sebanyak 2,5 % selama
3 hari. Anak F mengalami BAB lendir beracampur darah dan muntah berwarna kehijauan serta
malas minum. Pasca pembedahan laparatomi reseksi ileo-colon ascenden + anastomosis
ielo-colica anak F dipuasakan dan dipasang NGT untuk mengalirkan cairan lambung. Klien
mendapatkan terapi cairan intra vena berupa N5 + KCl (10 mEq/L) sebanyak 26,3 ml/jm dan terapi
aminofusin 5% 3 ml/jam. Dalam struktur taksonomi, kondisi ini ada pada kolom aspek fisikease
karena berdasarkan analisis perawat klien memerlukan pengawasan dan monitoring cairan yang
ketat agar kebutuhan cairan tubuh klien tetap terpenuhi dengan tepat. Kebutuhan klien berdasarkan
analisa perawat masuk ke dalam tingkat kenyamanan ease.
Anak A, usia 16 bulan, mengalami prolaps kolostomi memiliki berat badan 8,2 Kg.
Gambaran berat badan dapat juga menjadi gambaran jumlah cairan dalam tubuhnya, oleh karena
itu anak A juga beresiko mengalami gangguan keseimbangan cairan. Di samping berat badan
kondisi yang dapat meningkatkan resiko gangguan keseimbangan cairan pada anak A adalah
prolaps pada kolostomi yang dapat menambah penguapan cairan tubuh.
Pada kasus anak RA, laki-laki usi 8 tahun yang mengalami apendisitis kronis, telah
mengalami BAB berdarah sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Pada tanggal 25 maret
dilakukan pemeriksaan lab, didapatkan bahwa Hb rendah 10,9 g/dL dan nilai hematokrit dalam
52 Menurut struktur taksonomi Kolcaba kebutuhan fisik anak RA ada pada tingkat kenyamanan
relief, yang bertarti kebutuhan penyelesaian gangguan harus segera diselesaikan.
Resiko gangguan keseimbangan cairan pun dialami oleh anak NP, perempuan usia 36 bulan
diketahuimengalamiSindroma Down danpasca pembedahan laparatomi + anastomosis kolon. Saat
klien masuk kembali ke ruang BCh setelah menjalani 1 hari perawatan di PICU, kesadaran klien
belum seutuhnya kembali normal karena klien berada dalam pengaruh obat midazolam 1
cc/jamdengan tujuan agar klien dapatberistirahatdanmenurunkan resiko terlepasnya jahitan pasca
pembedahan. Akan tetapi sebagai akibatnya klien dipuasakan dan program minum pun ditunda.
Untuk itu klien diberikan terapi N5 + KCL (10 mEq/L) sebanyak 38 ml/jam dan AF 5% sebanyak
8 ml/jam. Klien tampak mengalami mual dan mengalir cairan hijau sebanyak 15 cc dari NGT saat
dikaji. Bibir klien tampak kering.
Intervensi keperawatan: yang dilakukan untuk gangguan keseimbangan cairan adalah jenis
intervensi standard comfort yaitu memonitor masukan dan keluaran cairan, menghitung
keseimbangan cairan, menghitung kebutuhan cairan per hari, memonitor tanda-tanda terjadinya
dehidrasi atau gangguan keseimbangan elektrolit, memonitor tanda-tanda vital seperti frekuensi
napas, denyut nadi, suhu, dan memantau hasil laboratorium terkait cairan seperti Hb, Ht, Ur/Cr,
elektrolit darah Na/K/Cl, Untuk mengatasi mual muntah yang terjadi pasca pembedahan, telah
diupayakan untuk memberikan terapi akupressur pada titik selaput jantung 6, dimana titik tersebut
dapat menghambat rangsang mual/muntah pada klien pasca pembedahan.
Intervensi untuk mengatasi masalah nyeri yang merupakan intervensi standard comfort
adalah melakukan pengkajian skala nyeri dan berkolaborasi memberikan terapi analgesik sebagai
penghilang rasa nyeri. Akan tetapi kita juga dapat melakukan tindakan keperawatan coaching yaitu
dengan mengajarkan ibu bagaimana cara melakukan teknik distraksi seperti yang diajarkan pada
ibu anak F. Teknik distraksi yang diajarkan adalah dengan bernyanyi, membelai, memberikan
maiananpadaklien yang berusia 16 bulan, 24 bulan, dan 36 bulan atau memberikan teknik
non-nutritive sucking pada klien bayi yang berusia 5 bulan. Disampingitudapat pula
digunakanteknikimaginary guidance pada klien yang berusia 8 tahun.Comfort food four the soul
merupakan tindakan keperawatan untuk memberikan rasa nyaman tanpa klien memintanya, seperti
memberikan anak F kain basah untuk membasahi bibir klien, melakukan pijat ringan pada saat
53 Evaluasi: menurut teori comfort Kolcaba, evaluasi tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dapat dilakukan melalui struktur taksonomi kembali, dimana akan terlihat bagaimana
pencapaian sebelum dan sesudah diintervensi.Secara umum evaluasi tingkat kenyamanan masalah
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada empat kasus, yaitu kasus 1,2,3 dan 4 mengalami
peningkatan. Indikator yang digunakan penulis dalam menentukan perubahan tingkat kenyamanan
pada gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit setiap klien adalah dengan melihat pada
keberhasilan pencapaian kriteria hasil rencana tindakan keperawatan. Jika masalah gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit terjadi secara aktual maka kategori tingkat kenyamanannya
adalah relief. Setelah intervensi keperawatan dilakukan dan kriteria-kriteria hasil yang ditetapkan
dapat tercapai, maka masalah keperawatan pada gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
54 D. Kesimpulan dan Saran
Simpulan
Aplikasi teori comfort Kolcaba dalam penanganan resiko ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit pada anak pasca pembedahan merupakan hal baru yang belum pernah diterapkan.
Perubahan yang lebih terasa dengan diterapkannya teori comfort dalam asuhan keperawatan
resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah meningkatnya kesadaran perawat
dalam memonitor keluaran dan masukan cairan pada klien anak pasca pembedahan.
Saran
Aplikasi teori comfort Kolcaba telah terbukti meningkatkan kesadaran perawat akan
pentingnya monitoring cairan setelah pembedahan dilakukan, akan tetapi keefektifan aplikasi
teori ini belum terlihat sehingga perlu dilakukan aplikasi lebih lanjut lagi pada banyak kasus
55 Daftar Pustaka
Ball, J., Blinder, R., & Blinder, RM. (2008).Pediatric nursing:Caring for children. California:
Prentice Hall.
Ganong, W.F. (2003). Review of medical physiology. 20thed. New York: Appleton & Lange.
Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2010).Wong’s essentials of pediatric nursing.(8thed). St.
Louis: Mosby Elseiver
Kolcaba, K. (2001). Evolution of the mid range theory of comfort for outcome
research.Nursing Outlook, 49(2), 86-92.
Kolcaba, KY., &Kolcaba, RJ. (1991). An analysis of the concept of comfort. Journal of
Advance Nursing, 16, 1301-1310.
Nair, SG.,&Balachandran, R. (2004). Perioperative fluid and electrolyte management in
paediatric patients.Indian J. Anaesth, 48(5), 355-364.
Newton, MW.,Banieghbal, B., &Lakhoo, K. (2010). Fluids and electrolyte therapy
In the paediatric surgical patient.www.globalhelp.org/.../ help_ pedsurgery africa05
diunduh tanggal 18 Juni 2014
Pierre, S., & Whelan, R. (2012).Nausea and vomiting after surgery.Continuing Education in
Anaesthesia, Critical Care & Pain Advance, 2012.
Rose, JB., &Watcha, MF. (1999). Postoperative nausea and vomiting in paediatric
patient.British Journal of Anaesthesia, 83(1), 104-117.
Wilson, L., &Kolcaba, K. (2004).Practical application of comfort theory in the perianesthesia