• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Berbantuan Media Puzzle untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas V SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Berbantuan Media Puzzle untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas V SD"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share Berbantuan Media Puzzle untuk

Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa

pada Mata Pelajaran IPS Kelas V SD

Siti Musawaroh, M.Pd

e-mail: musawarohsiti@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share berbantuan media puzzle kelas V SDN Soge Kandang haur Indramayu. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis dan Mc. Taggart. Model penelitian ini terdiri dari tahap perencanaan,

tahap pelaksanaan dan observasi serta tahap refleksi. Metode

penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa 1) aktivitas siswa baik pada siklus

I, II maupun siklus III menunjukkan peningkatan yang signifikan

(2)

disimpulkan bahwa keaktifan dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan.

Kata Kunci: Aktivitas Siswa, Hasil Belajar, Think Pair Share, Media Puzzle

ABSTRACK

This research aims to describe of execution of social studies by using cooperative learning model think pair share with media puzzles of class of V SDN Soge Kandanghaur Indramayu. This research design uses Classroom Action Research (CAR) model of Kemmis and Mc.Taggart. The research model consist of plan, act and observe, and

reflect. Method of descriptive research qualitative.. Data collecting

used by method observation and tes. This research showed result that 1) activity of students reach 75% at cycle I, 85,23% at cycle II and 89% at cycle III. 2) result of student learning outcomes of cycle I and cycle II by using cooperative learning model think pair share with media puzzles show improvement that 56,25% at cycle I and 75% at cycle II and 89% at cycle III. Based on these results it can be concluded that student learning activities and student learning outcomes has increased.

Keywords: Activity, Learning Outcomes, Think Pair Share With Media Puzzles

A. PENDAHULUAN

Kita ketahui bersama bahwasanya tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pelaksanaannya, hal yang paling utama untuk mencapai tujuan tersebut adalah dalam proses kegiatan pembelajaran, sesuai dengan lampiran Permendikbud No 81A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum pedoman umum pembelajaran yang dijelaskan bahwa kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi dalam hal sikap, pengetahuan dan keterampilannya. Hal ini didukung oleh (Kosasih, 2014, p. 6) yang mengungkapkan bahwa kualitas

(3)

kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup siswa yang berguna untuk membentuk watak serta peradaban martabat bangsa. Maka dari itu proses belajar mengajar merupakan hal yang paling penting dalam pencapaian perubahan perilaku untuk meningkatkan kompetensi yang ada pada diri siswa.

Akan tetapi pentingnya proses pembelajaran sering kali tidak dibarengi

dengan inovasi serta kreatifitas guru. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan

(Sanjaya, 2016, p. 5) bahwa lemahnya proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas sesuai dengan kemampuan dan selera guru. Hal tersebut kemudian menjadi masalah karena pada saat ini kurikulum yang berlaku yaitu kurikulum 2013 menuntut adanya perubahan dan pengembangan teknologi yang harus dikuasai oleh guru.

Di Sekolah Dasar Negeri Soge Kecamatan Kandanghaur Indramayu, proses belajar mengajar masih dirasa kurang dalam hal inovasi pembelajaran, hal ini belum sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 seperti yang diungkapkan oleh (Kosasih, 2014, p. 7) bahwa guru harus dapat mengembangkan kesempatan belajar siswa untuk meniti anak tangga membawa ke pemahaman yang lebih tinggi, yang semula berpusat pada guru (teacher center) dilakukan dengan bantuan guru menjadi semakin mandiri (student center). Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 22 September 2016 dengan persentase 70% siswa masih belum dapat menguasai materi yang bersifat faktual, yang terlihat dari hasil belajar mereka masih belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditargetkan, hal lainnya yang menjadi persoalan kurangnya tingkat pemahaman dan keaktifan siswa terhadap mata pelajaran khususnya IPS masih belum optimal, yang dirasakan pada saat guru melakukan apersepsi.

Hal ini tidak sesuai dengan tujuan dari Undang-Undang No 20 tahun 2013 tentang sistem pendidikan nasional yang mengemukakan bahwa lulusan harus memiliki kemampuan yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang akan menjadi pengembangan serta acuan pendidikan nasional, maka dari itu proses pengembangan model pembelajaran diperlukan untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa.

Khususnya pengembangan kurikulum IPS yang mengkaji seperangkat fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Depdiknas,

(4)

ekonomi dan sejarah. Melalui pembelajaran IPS siswa diarahkan untuk menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Hal tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan IPS menurut (Suhanadji, 2012, p. 18) tujuan utama pengajaran IPS adalah untuk membentuk dan mengembangkan pribadi warga negara yang baik (good citizen).

Secara teoritis, kurikulum Pendidikan IPS pada hakikatnya bertujuan mendidik siswa agar menjadi warga negara yang kritis serta peka terhadap lingkungan sosialnya. Namun realitasnya peserta didik masih sangat lemah dalam mengamati dan menganalisa isu-isu sosial kontekstual yang sedang mereka hadapi di lingkungan, berbagai persoalan sosial pada remaja sekolah seperti tawuran, narkoba, seks bebas, alkoholisme, kejahatan seksual pada anak dan menjamurnya sinetron-sinetron yang kurang mendidik yang membuat anak-anak memuja dan mengidolakan artis hal ini berdampak pada krisis kebangsaan di mana anak tidak mengetahui dan tidak mengenal tokoh pahlawan perjuangan oleh sebab itu perlu ditanamkan jiwa patriotisme, nasionalisme dan cinta tanah air melalui pembelajaran IPS pada materi perjuangan melawan penjajahan kelas V yang tersirat bahwasanya kemerdekaan bukan atas pemberian atau hadiah tetapi dengan perlawanan dan tetesan darah para pahlawan, sehingga penanaman karakter dimana rasa menghargai jasa para pahlawan, cinta tanah air, patriotisme dan nasionalisme harus melekat pada peserta didik.

Dalam dunia pendidikan inilah sebenarnya peranan guru memegang posisi kunci (key of position) atas pengembangan nilai-nilai sosial budaya bahkan karakter kebangsaan di lingkungan sekolah. Pengembangan pendidikan IPS tidak lagi berorientasi pada kecerdasan individual, melainkan pada penumbuh kembangan kecerdasan sosial peserta didik (Birsyada, 2014, p. 27).

(5)

muda dalam mengembangkan kemampuan dan membuat keputusan demi kebaikan umum, sebagai warga yang secara kultural berbeda, di dalam masyarakat yang demokratis di dunia yang saling bergantung.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model Kemmis dan Mc.Taggart. Menurut (Kemmis dan Mc. Taggart, 1988, p, 11) yang setiap siklusnya terdiri atas tiga komponen, meliputi: (1) perencanaan (plan), (2) tindakan dan observasi (act and observe), dan (3) refleksi (reflect).

Gambar 1 Siklus Model PTK Kemmis dan Mc.Taggart

Menurut (Arikunto, 2015, p. 42) Kegiatan tersebut disebut dengan siklus kegiatan pemecahan masalah. Apabila satu siklus belum menunjukkan tanda-tanda perubahan ke arah perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan penelitian dilanjutkan pada siklus kedua, dan seterusnya sampai menunjukkan peningkatan yang diinginkan oleh peneliti.

(6)

dalam penelitian ini adalah: Siklus I dilaksanakan untuk mencobakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share berbantuan media puzzle. Siklus II dilaksanakan untuk melakukan pembenahan apabila dalam penyajian model pembelajaran yang dilakukan belum berhasil dengan baik. Siklus III dilaksanakan untuk memantapkan model pembelajaran yang sedang dicobakan agar memperoleh gambaran yang lebih jelas.

Berikut ini gambaran tahapan penelitian yang akan dilakukan:

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah: a. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri atas silabus,

RPP, lembar kerja siswa, lembar evaluasi, materi yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan media puzzle.

b. Menyusun lembar observasi aktivitas siswa. c. Menyusun lembar penilaian siswa.

d. Menyiapkan sarana, prasarana dan media puzzle yang digunakan dalam pembelajaran.

e. Mengatur jadwal penelitian.

2. Pelaksanaan tindakan (Acting) dan pengamatan (observing)

Tahap ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Dalam tahap ini dilakukan tindakan dan observasi oleh observer/partisipan pada aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan media puzzle. Observasi/penilaian difokuskan untuk mengobservasi kemampuan peneliti dalam melaksanakan pembelajaran serta keaktifan siswa terlibat dalam menggunakan media puzzle.

(7)

Tabel 1 Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal (± 10 menit)

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

1. Mengkondisikan siswa dengan mengu capkan salam, berdoa, mela-kukan presensi, dan menyiap kan bahan ajar

2. Melakukan apersepsi dengan mem-be rikan pertanyaan kepada siswa. 3. Memberikan motivasi dengan

menya nyikan lagu wajib bersama-sama.

4. Menyampaikan tujuan pembe la-jaran

5. Menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan selama proses pem-belajaran

1. Menjawab salam, berdoa, dan menyimak presensi yang dilakukan guru.

2. Siswa mempersiapkan diri untuk mengi kuti pembelajaran

3. Siswa menjawab pertanyan aper-sepsi dari guru.

4. Guru bersama siswa menyanyikan lagu wajib nasional.

5. Siswa menyimak tujuan pembe-lajaran yang disampaikan oleh guru 6. Siswa menyimak kegiatan yang akan

dilakukan selama pembelajaran.

Kegiatan Inti (± 50 menit) A. Fase Think

1. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang alasan Bangsa Belanda datang ke Indonesia 2. Guru menampilkan gambar salah

satu tokoh Bangsa Belanda dalam bentuk utuh.

3. Kemudian guru menampilkan gam-bar salah satu tokoh dalam bentuk potongan berupa media puzzle dan meminta siswa mengamatinya 4. Guru menjelaskan bagaimana

pe-tun juk menyusun puzzle

5. Guru mengaitkan gambar dengan peris tiwa yang terjadi pada saat itu.

1. Siswa secara individu berfikir untuk

mencari jawaban atas pertanyaan mengenai alasan kedatangan Bang-sa Belanda di Indonesia.

2. Siswa memperhatikan gambar da-lam bentuk utuh.

3. Siswa memperhatikan gambar be-ru pa puzzle yang diperlihatkan oleh guru

4. Siswa memperhatikan petunjuk yang disampaikan guru dalam meng -gunakan media puzzle.

(8)

B. Fase Pair

1. Guru membagi siswa menjadi berpasangan

2. Guru meminta siswa untuk mendis-kusikan dan mencari jawa ban dari permasalahan dengan pasa ngan-nya.

3. Guru membagikan LKS dan satu buah puzzle kepada masing-masing pasa ngan

4. Guru menjelaskan cara mengerjakan LKS

5. Dalam menyusun puzzle diharuskan kerja sama dengan pasangannya 6. Guru membimbing kegiatan diskusi

berpasangan

7. Guru memantau aktivitas setiap pasa ngan

1. Siswa duduk berpasangan dalam kelompok

2. Siswa berdiskusi dengan pasangan tentang permasalahan yang diberi-kan guru.

3. Siswa aktif bertanya selama kegiatan pembe lajaran terkait materi pelaja-ran

4. Siswa menerima LKS yang dibagikan. 5. Siswa menerima satu buah amplop

yang berisi potongan gambar 6. Siswa memperhatikan petunjuk dari

guru.

7. Siswa bekerja sama menyusun puzzle dengan pasangannya

8. Siswa melakukan diskusi kelompok dengan pasangannya

9. Siswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok

10. Menulis hasil diskusi kelompok pada lembar kerja siswa

Fase Share

1. Setelah siswa selesai mengerjakan LKS dan menyusun gambar, guru meminta beberapa pasangan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas

2. Kelompok yang lain memberikan tanggapan atas jawaban yang disampaikan temannya.

3. Guru meminta siswa untuk men-catat informasi penting

4. Guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi tentang materi yang terdapat pada LKS

1. Siswa mempresentasikan hasil disku sinya di depan kelas

2. kelompok yang lain menyimak penje lasan dari kelompok yang presentasi

3. Siswa bersama pasangannya menang gapi jawaban yang disam pai -kan temannya

4. Siswa mencatat dan merangkum informasi penting dari guru

(9)

Kegiatan Akhir (± 10 menit)

1. Guru melatih kemampuan pemaha-man siswa dengan memberikan soal latihan/tes formatif

2. Guru memeriksa hasil tes siswa dan membahasnya

3. Guru meminta siswa untuk menya-lin tugas yang diberikan guru 4. Guru mengajak siswa menyimpulkan

pembelajaran yang telah dilakukan 5. Guru memberikan reward berupa

bintang kepada kelompok yang melakukan kineja yang baik.

6. Guru menutup pembelajaran dengan memberikan motivasi bela-jar dan pesan moral.

7. Guru menutup pembelajaran de-ngan salam dan berdoa

1. Siswa mengerjakan soal latihan/ tes formatif.

2. Siswa menyimak dan membahas soal bersama dengan guru.

3. Siswa menyalin tugas pada buku tugas siswa

4. Siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan.

5. Siswa dengan pasangan kelompo-knya yang memiliki kinerja yang baik mendapat reward dari guru. 6. Siswa menyimak motivasi dan pesan

moral yang disampaikan oleh guru. 7. Siswa menjawab salam dan berdoa.

1. Refleksi (Reflection)

Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi terhadap keberhasilan penerapan model kooperatif tipe TPS berbantuan media puzzle. Dalam

refleksi ini guru bersama dengan siswa dan observer melakukan diskusi

membahas temuan yang diperoleh selama proses pembelajaran. hasil

akhir pada tahap refleksi dan evaluasi pada siklus 1 merupakan acuan

bagi peneliti untuk menyimpulkan bagaimana pengaruh penerapan model kooperatif tipe TPS berbantuan media puzzle terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Kekurangan pada siklus 1 akan diperbaiki pada siklus/ tahap selanjutnya.

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Soge Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat, dengan jumlah siswa sebanyak 16 anak yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan.

(10)

Instrumen penelitian yang digunakan peneliti adalah instrumen validasi perangkat, instrumen pengamatan aktivitas siswa, dan lembar evaluasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen berupa:

1. Instrumen validasi perangkat meliputi: (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) Silabus, (3) Lembar kerja Siswa, (4). Lembar tes hasil belajar siswa, (5). Lembar observasi aktivitas siswa, (6). Media puzzle.

2. Lembar pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar

Lembar pengamatan ini digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan kerja kelompok. Aktivitas siswa ditentukan oleh pengamat/observer dengan melihat kecocokan hasil pengamatan.

Berikut ini aktivitas siswa yang akan diobservasi selama proses pembelajaran berlangsung.

Tabel 1 Aktivitas Siswa

No Aktivitas yang diamati

Skor penilaian

1 2 3 4

Visual Activities

1. Memperhatikan penjelasan atau informasi yang disampaikan guru

2. Memperhatikan media puzzle yang digunakan dalam proses pembelajaran

3. Memperhatikan petunjuk yang disampaikan guru dalam menggunakan media puzzle

4. Memperhatikan informasi yang disampaikan temannya

Oral Activities

5. Siswa aktif bertanya selama kegiatan pembelajaran terkait materi pelajaran

(11)

7. Siswa menyampaikan hasil diskusi dengan kelompoknya

8. Siswa aktif membaca materi pelajaran

Listening Activities

9. Mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru

10. Mendengarkan saran dan pendapat yang disampaikan oleh temannya

11. Mendengarkan pertanyaan yang disampaikan oleh guru maupun oleh temannya

12. Mendengarkan kesimpulan pembelajaran yang disampaikan oleh guru maupun oleh temannya

Writing Activities

13. Mencatat informasi yang penting dari guru 14. Menyalin tugas yang diberikan guru

15. Menulis hasil diskusi kelompok pada lembar kerja siswa

16. Menulis jawaban pada lembar jawaban tes hasil belajar

Motor Activities

17. Siswa aktif menyusun kepingan puzzle dalam kelompok

18. Siswa bekerja sama dalam kelompoknya 19. Siswa berpartisipasi dalam menyusun puzzle

20. Siswa berdiskusi dengan teman satu bangkunya berdasarkan jawaban kelompok

Mental Activities

21. Siswa aktif berpikir menyelesaikan potongan puzzle dalam kelompok

22. Siswa aktif memikirkan jawaban mandiri sebelum berdiskusi dengan temannya

(12)

24. Bersama dengan pasangannya memikirkan jawaban terbaik kelompoknya

Emotional Activities

25. Siswa berani tampil di depan kelas untuk menyam-paikan hasil diskusinya

26. Siswa bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembe-lajaran

27. Siswa merasa senang dan gembira dalam pembelajaran 28. Siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran

3. Lembar tes hasil belajar

Tes hasil belajar dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar kognitif, tes ini mengukur kemampuan siswa menguasai materi. Tes ini digunakan untuk melihat ketuntasan indikator pencapaian hasil belajar yang berupa tes formatif yang berbentuk soal pilihan ganda, isian singkat dan uraian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

a. Analisis Data aktivitas siswa

Analisis lembar observasi yang berupa aktivitas siswa digunakan rumus:

Keterangan :

P = Persentase aktivitas

fx = Jumlah skor yang diperoleh

N = Jumlah skor maksimal (Bungin, 2011, p. 182)

Hasil observasi dikonversikan dengan kriteria penilaian:

81 - 100 % = sangat baik 61 - 80 % = baik

41 – 60 % = cukup 21 – 40 % = kurang

(13)

b. Analisis Hasil belajar

Jenis soal yang diberikan berupa tes pilihan ganda, isian singkat dan uraian untuk setiap siswa. Jumlah butir tes yang digunakan adalah 20 nomor soal untuk masing-masing pertemuan pada siklusnya. Untuk menghitung nilai yang diperoleh oleh siswa, digunakan rumus:

Setelah memperoleh skor pada setiap aspeknya, maka tahap selanjutnya adalah menghitung rata-rata nilai kelas. Rata-rata tersebut menggunakan rumus:

Keterangan :

Me = Rata-rata

Σx = Jumlah nilai seluruh siswa

Ns = Jumlah seluruh siswa (Sudjana, 2016, p. 109)

Tahap selanjutnya adalah menghitung ketuntasan belajar mereka dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar, yaitu:

Keterangan :

P = Persentase ketuntasan

x = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 70 N = Jumlah seluruh siswa (Arikunto, 2012, p. 299)

Setiap langkah pengumpulan data selesai pada setiap siklusnya, maka dikelompokkan berdasarkan rentangannya, yaitu: Rentangan 80 – 100% = baik sekali

Rentangan 66 – 79% = baik Rentangan 56 – 65% = cukup Rentangan 40 – 55% = kurang

(14)

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe think pair share berbantuan media puzzle dapat diketahui bahwa nilai aktivitas siswa tidak merata pada setiap aspek yang diamati. Namun secara keseluruhan pelaksanaan aktivitas dengan disertai sintaks model kooperatif tipe think pair share berbantuan media puzzle dapat menyebabkan siswa aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, skor terendah pada aktivitas berbicara (oral activities) dengan persentase 65,75%. Kedua pada aktivitas mendengarkan (listening activities) dengan persentase 73,50%. Ketiga aktivitas mental (mental activities) dengan persentase 75,25%. Keempat aktivitas menulis (writing activities) dengan persentase 76,56%. Kelima aktivitas melihat/memperhatikan (visual activities) dengan persentase 77,38%. Keenam aktivitas emosional (emotional activities) dengan persentase 78,25%. Selanjutnya skor tertinggi pada kegiatan aktivitas gerak (motor activities) dengan persentase 79,75%. Nilai rata-rata aktivitas pada siklus I sebesar 75,00% dengan kategori “baik”. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh informasi ketuntasan indikator keberhasilan belum tercapai pada siklus I dan perlu diperbaiki pada siklus berikutnya.

2. Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

(15)

Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus II, menunjukkan peningkatan dari siklus I dengan rata-rata aktivitas 85,23% dengan kategori “sangat baik”. Apabila dibandingkan dengan rata-rata aktivitas siklus I yaitu 75,00% berarti terjadi peningkatan sebesar 10,23% dari siklus I. Aktivitas siswa pada siklus II ini juga dinyatakan belum tuntas, karena masih ada dua aktivitas yang diamati yang belum memenuhi

kriteria indikator keberhasilan yang telah ditentukan peneliti yaitu ≥

80%. Untuk itu perlu adanya perbaikan pada siklus berikutnya terutama pada kegiatan aktivitas mendengarkan (listening activities) dan kegiatan aktivitas berbicara (oral activities).

3. Aktivitas Belajar Siswa Siklus III

Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan materi pokok perjuangan melawan penjajahan Belanda, Jepang dan pergerakan nasional pada siklus III menunjukkan bahwa aktivitas yang paling tinggi adalah kegiatan melihat/memperhatikan (visual activities) dengan persentase 91,50 %. Kedua kegiatan aktivitas menulis (writing activities) dengan persentase 90,75%. Ketiga adalah kegiatan aktivitas mendengarkan (listening activities) dengan persentase 89,50%. Keempat adalah kegiatan aktivitas emosional (emotional activities) dengan persentase 89,00%. Kelima adalah kegiatan aktivitas gerak (motor activities) dengan persentase 88,50%. Keenam adalah kegiatan aktivitas berbicara (oral activities) dengan persentase 88,25%. Ketujuh adalah kegiatan aktivitas mental (mental activities) dengan persentase 86,00%.

Berdasarkan data tersebut maka diperoleh rata-rata sebesar 89,00% dengan kategori “baik sekali”. Hal ini terjadi peningkatan sebesar 3,77% dari siklus II. Aktivitas pada siklus III dinyatakan telah tuntas, karena telah melampaui persentase kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan peneliti sebesar 80%, sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa telah berhasil meningkat, baik dari segi proses maupun persentase yang diperoleh.

4. Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus I – III

(16)

kenaikan hasil pada setiap siklus. Berdasarkan hasil pengamatan observer, maka diperoleh informasi tentang aktivitas siswa dari siklus I sampai dengan siklus III.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I-III

No Aspek yang diamati

Siklus

I II III

P % P % P %

1 Visual Activities 3,095 77,38 3,585 89,63 3,66 91,50

2 Oral Activities 2,63 65,75 2,855 71,38 3,53 88,25

3 Listening Activities 2,94 73,50 3,095 77,38 3,58 89,50

4 Writing Activities 3,06 76,56 3,585 89,63 3,63 90,75

5 Motor Activities 3,19 79,75 3,53 88,25 3,54 88,50

6 Mental Activities 3,01 75,25 3,405 85,13 3,44 86,00

7 Emotional Activities 3,13 78,25 3,53 88,25 3,56 89,00

Jumlah 21,055 526,44 23,863 589,65 24,94 623,5 Persentase 3,00 75,00 3,409 85,23 3,56 89,00 Sumber: data sekunder diolah, 2017

Tahap kedua Design and Develompment (perencanaan dan pengembangan) yang terdiri dari empat aktivitas antara lain: (1) pemilihan lingkungan pengembangan yaitu produk LKPD ini dipakai oleh guru kelas IV di Sekolah Dasar dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. (2) Pemilihan format media yaitu format yang dipilih adalah pembelajaran berbasis proyek. Sedangkan media yang dipilih untuk pengembangan produk LKPD adalah media cetak. (3) Prosedur Evaluasi yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui pemahaman peserta didik setelah melakukan proses kerja dan belajar. Alat pengumpul data yang diperlukan menggunakan metode tes dan observasi penilaian proyek. (4) Desain dan pengembangan produk yaitu aktivitas yang berupa perancangan produk LKPD. Setelah LKPD sudah jadi, maka tahap selanjutnya divalidasi oleh para pakar ahli yaitu Drs. Suprayitno, M.Si sebagai ahli materi dan Julianto, M.Pd sebagai

(17)

Bagian-bagian yang perlu direvisi yaitu kesalahan tahapan petunjuk belajar, kesalahan tata letak desain background, tidak ada sumber gambar, kesalahan penulisan kata dan kalimat, kesalahan penulisan kegiatan. Selanjutnya produk LKPD dilakukan revisi dan menghasilkan draf baru. Draf baru ini dilakukan uji coba perorangan yang terdiri dari 3 peserta didik kelas IV SD Negeri Gampeng 2, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk. Dari uji coba perorangan bagian yang perlu

direvisi merupakan penulisan kata “produk” yang kurang spesifik pada

LKPD. Selanjutnya dilakukan revisi dan dihasilkan draf baru. Draf baru dilakukan uji coba kelompok kecil yang terdiri dari 9 peserta didik kelas IV SD Negeri Gampeng 2, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk. Masing-masing peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda. Hasil uji coba kelompok kecil yaitu pada tahapan penjadwalan proyek terlalu rumit, sehingga pengembang mengganti menjadi sederhana. Draf dilakukan pembenaran, dan selanjutnya hasil draf yang baru dilakukan uji coba kelompok besar. Uji coba kelompok besar berjumlah 24 peserta didik SD Negeri Ngluyu, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk. Pada hasil uji coba kelompok besar ini dapat diketahui bahwa LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek layak, praktis, efektif.

Pada tahap selanjutnya desimination (penyebarluasan). Tahap ini tidak digunakan dalam penelitian ini. Hal tersebut dikarenakan hasil data yang dikumpulkan lebih banyak bersifat kontekstual, sehingga tidak dapat digeneralisasikan untuk semua tempat. Selain itu juga LKPD yang dikembangkan tidak hanya diterima secara individu, melainkan juga institusi melalui proses adopsi.

Hasil uji kelayakan LKPD diperoleh dari lembar validasi dan angket respon peserta didik. Komponen yang divalidasi adalah LKPD, perangkat pembelajaran, dan instrumen penelitian. Sedangkan angket respon siswa pada uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil.

(18)

Tabel 3. Hasil Angket Respon Peserta Didik

Uji Coba Jumlah

Siswa

Jawaban

Responden % Interpretasi

Ya Tidak

Uji Coba

Perorangan 3 12 3 80 Baik

Uji Coba Kelompok Kecil

9 43 3 93,5 Sangat Baik

Sumber: data sekunder diolah, 2017

Hasil angket respon peserta didik menyatakan bahwa LKPD layak sesuai persentase pada uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil.

Kepraktisan LKPD dapat dilihat dari hasil lembar observasi keterlaksanaan LKPD. Lembar observasi keterlaksanaan LKPD ada 2 yaitu untuk guru dan untuk peserta didik. Dimana masing-masing ada 4 kali pertemuan dengan indikator yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran berbasis proyek dilakukan pada 4 kali pertemuan. Hasil persentase keterlaksanaan LKPD pada peserta didik sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Persentase Keterlaksanaan LKPD pada peserta didik

Pertemuan ke- Persentase Keterlaksanaan

1 80,5%

2 79,8%

3 81,7%

4 77,5%

Rata-Rata Persentase Keterlaksanaan

79,9%

Sumber: data sekunder diolah, 2017

(19)

Tabel 5. Persentase Keterlaksanaan Pada Guru

Pertemuan ke- Persentase Keterlaksanaan

1 100%

2 90%

3 100%

4 100%

Rata-Rata Persentase Terlaksana

97,5%

Sumber: data sekunder diolah, 2017

Dari tabel 4 menyatakan bahwa rata-rata persentase keterlaksanaan LKPD adalah 97,5. Oleh karena itu, keterlaksanaan LKPD pada guru dapat dikategorikan sangan tinggi.

Keefektifan LKPD dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik. Soal tes hasil belajar terlebih dulu dilakukan validasi ahli oleh kedua pakar ahli. Selanjutnya uji validasi konstruk dengan 36 peserta didik dan di hitung validasi dengan menggunakan Product Moment. Uji validasi ini menggunakan bantuan SPSS for Windows Version 16.0. Hasil dari uji validasi sebagai berikut:

Tabel 6. Hasil Uji Validitas Soal

Simpulan Butir Soal

Valid 1, 3,4, 6,7,8,9,10,12,13,15,17,18,19, 21,23,24,26,27,28,30 Tidak Valid 2,5,11,14,16,20,22,2529

Sumber: data sekunder diolah, 2017

(20)

Tabel 7. Hasil Uji Realibilitas Soal

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.743 30

Sumber: SPSS Version 16.0

Menurut (Kasmadi & Sunariah, 2013, p.79) pengambilan keputusan reliabilitas jika rhitung > rtabel maka dapat dikategorikan reliabel, sedangkan jika rhitung < rtabel maka dapat dikategorikan tidak reliabel. Berdasarkan tabel diatas menyatakan bahwa nilai reliabilitas 0,743, sedangkan

rtabel 0,329. Pengambilan keputusan jika rhitung (0,743) > rtabel (0,329),

maka dikategorikan reliabel. Nilai reliabilitas 0,743 pada uji reliabilitas termasuk kategori sangat tinggi. Selanjutnya dilakukan uji tingkat kesukaran soal. Hasil uji tingkat kesukaran soal sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal

Mudah Sedang Sukar

2 26 2

Sumber: data sekunder diolah, 2017

Dari tabel diatas menyatakan bahwa tingkat kesukaran soal yaitu mudah sebanyak 2 butir soal, sedang 26 butir soal, dan sukar sebanyak 2 butir soal. Selanjutnya dilakukan uji daya pembeda. Hasil uji daya pembeda sebagai berikut:

Tabel 9. Hasil Uji Daya Pembeda

Sangat Jelek Jelek Cukup Baik Sangat Baik

4 5 2 19

-Sumber: data sekunder diolah, 2017

(21)

urutnya. Sebelum dan sesudah pembelajaran, peserta didik diberikan soal untuk dikerjakan. Hasil pre test dan post test pada masing-masing kelas dilakukan uji normalitas. Hasil uji normalitas sebagai berikut:

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig. PreTest_Kont .131 21 .200* .957 21 .449

PostTest_Kont .119 21 .200* .951 21 .356

PreTest_Eks .150 21 .200* .944 21 .263

PostTest_Eks .175 21 .093 .952 21 .365

Sumber: SPSS Version 16.0

Berdasarkan tabel diatas terdapat dua hasil uji normalitas yaitu Kalmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk. Kalmogorov-Smirnov digunakan jika jumlah sampel > 50, sedangkan Shapiro Wilk digunakan jika jumlah sampel <50. Sampel dari penelitian ini kurang dari 50, maka pengembang menggunakan Shapiro-Wilk. Dari data Shapiro-Wilk menyatakan bahwa P value >0,05 dengan df 21 dengan demikian semua data berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Untuk mengetahui data yang diperoleh berdistribusi homogen atau tidak, maka digunakan uji homogen dengan statisticBased on Mean dengan menggunakan SPSS for Windows Version 16.0. Pengolahan uji homogen ini dari data pre test kelas kontrol dan pre test kelas eksperimen.

Tabel 11. Hasil Uji Homogenitas Pre Test

Test of Homogeneity of Variances

Nilai

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.002 1 43 .961

(22)

Menurut (Kasmadi & Sunariah, 2013, p. 119) kriteria homogenitas varians yaitu apabila p value Sig > 0,05. Nilai p value Sig merupakan nilai perhitungan hasil pengujian homogenitas. Sedangkan nilai 0,05 merupakan nilai probabilitas yang biasa digunakan. Berdasarkan tabel diatas,uji homogenitas pre test melalui SPSS for Windows Version 16.0 diketahui bahwa hasil pada p value Sig. O,961. Oleh karena itu, berdasarkan hasil uji homogenitas p value Sig. 0,961> 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data pre test kelas kontrol dan kelas eksperimen dinyatakan homogen. Sedangkan hasil uji homogenitas pada post test kelas kontrol dan kelas eksperimen sebagai berikut:

Tabel 12. Hasil Uji Homogenitas Post Test

Test of Homogeneity of Variances

Nilai

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.877 1 43 .097

Sumber: SPSS Version 16.0

Menurut (Kasmadi & Sunariah, 2013, p. 119) kriteria homogenitas varians yaitu apabila p value Sig > 0,05. Nilai p value Sig merupakan nilai perhitungan hasil pengujian homogenitas. Sedangkan nilai 0,05 merupakan nilai probabilitas yang biasa digunakan. Berdasarkan tabel diatas, uji homogenitas post test melalui SPSS for Windows Version 16.0 diketahui bahwa hasil pada p value Sig. 0,097.. Oleh karena itu, berdasarkan hasil uji homogenitas p value Sig. 0,097 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data post test kelas kontrol dan kelas eksperimen dinyatakan homogen.

(23)

Tabel 13. Hasil Uji Independent Sample Test Pre Test

t-test for Equality of Means

F Sig. t Df

Interval of the

Difference

.008 .927 .885 42 .381 3.375 3.814 -4.322 11.072

Equal variances not assumed

.882 40.067 .383 3.375 3.826 -4.356 11.106

Sumber: SPSS Version 16.0

Berdasarkan uji t pada Independent Sample t Test menunjukkan bahwa thitung 0,885. Pada taraf 5% dengan df (derajat kebebasan) 43

(24)

Tabel 14. Hasil Uji Independent Sample Test Post Test

Independent Samples Test Levene's

Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Interval of the

Difference

2.877 .097 -5.347 43 .000 -17.440 3.262 -24.019 -10.862

Equal variances not assumed

-5.257 37.553 .000 -17.440 3.318 -24.160 -10.721

Sumber: SPSS Version 16.0

Berdasarkan pada output Independent Sample T-test nilai –thitung

<-ttabel (-5,427<-2,016) dan P value (0,000<0,05), maka sesuai dasar

pengambilan keputusan dalam Uji Independent Sample T-Test maka Ho di tolak, dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek efektif digunakan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV di Sekolah Dasar.

(25)

N-Gain secara keseluruhan dapat dikategorikan tinggi.

Penilaian proyek ini dinilai setiap kegiatan kelompok pada kegiatan pembuatan produk. Penilaian proyek ini juga dinilai setiap kelompok. Setelah nilai proyek kelompok sudah di dapatkan, maka nilai proyek kelompok akan dipisah-pisahkan menjadi nilai individu. Setelah dihitung dan dianalisis interpretasi rata-rata penilaian proyek pada kategori tinggi dengan nilai rata-rata 77,7.

Data hasil tes semua peserta didik dikumpulkan dan dianalisis untuk mengetahui seberapa banyak peserta didik yang berhasil dalam pembelajaran ini. Secara klasikal peserta didik dikatakan tuntas belajar

jika keberhasilan peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 75 mencapai

80%. Penilaian klasikal ini terdiri dari nilai post test dan nilai proyek. Berdasarkan perhitungan, peserta didik yang mendapatkan nilai akhir > 75 sebanyak 15 peserta didik. Setelah dilakukan penghitungan secara klasikal maka diperoleh persentase klasikal 62,5%. Oleh karena itu, hasil data secara klasikal dapat diinterpretasikan tinggi.

Kelayakan LKPD yang disusun sesuai dengan Peraturan Pemerintahan No. 19 tahun 2005 pasal 42 poin 5 yaitu kelayakan isi, bahasa, penyajian,

dan kegrafikaan buku teks. LKPD ini disusun dengan menggunakan

model pembelajaran berbasis proyek. Jadi LKPD yang dikembangkan ini di dalamnya terdapat tahapan model pembelajaran berbasis proyek sehingga pada akhir pembelajaran peserta didik menghasilkan proyek berupa miniatur perkembangan teknologi. Kelayakan LKPD dilihat dari validasi dan angket respon peserta didik. Validasi yang dinilai oleh pakar yaitu LKPD, perangkat pembelajaran, dan instrumen penelitian. Semua komponen yang divalidasi oleh pakar ahli dinyatakan layak digunakan dalam pembelajaran. Sedangkan angket respon peserta didik pada uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil juga dikategorikan baik dan layak digunakan. Dari hasil analisis kelayakan, maka dapat disimpulkan bahwa LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek layak untuk meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV di Sekolah Dasar.

(26)

masing-masing pertemuan indikator yang diamati berbeda. Keterlaksanaan LKPD diamati oleh 2 observer yakni Ervina Lilis O.C, S.Pd sebagai observer 1 dan Imam Sholikin, S.Pd sebagai Observer 2. Masing-masing observer mengamati keterlaksanaan LKPD pada peserta didik dan guru. Dari hasil keterlaksanaan LKPD, LKPD terlaksana dengan baik sehingga LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek praktis digunakan dalam proses pembelajaran.

Keefektifan LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dapat dilihat dari tes hasil belajar. Pembelajaran menggunakan LKPD. Menurut Prastowo (2012: 204) berpendapat bahwa LKPD merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek yang dikembangkan ini dikemas sedemikian rupa, sehingga peserta didik dapat mempelajari materi ajar secara mandiri. LKPD ini berisikan mengenai pembelajaran yang mengacu dengan pembuatan sebuah proyek. Peserta didik mengikuti pembelajaran dan mengerjakan LKPD sesuai dengan langkah-langkah dari model pembelajaran berbasis proyek.

Tujuan pengemasan LKPD ini sebagai berikut.

a. Menyajikan tugas-tugas berupa kegiatan yang dapat membantu peserta didik menemukan konsep dan mengintegrasikan pengetahuan yang di dapatkan.

b. Melatih jiwa kemandirian peserta didik dalam suatu pembelajaran.

c. Melatih peserta didik dalam mengekspresikan pengetahuan yang dimiliki.

Pada penerapan LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek ini dapat melihat hasil belajar. Hasil belajar yang dinilai dalam penelitian ini terdapat 2 yaitu hasil belajar individu dan hasil belajar proyek. Hasil belajar individu berupa soal pre test dan soal

post test. Pada masing-masing kelas diberikan soal pre test dan soal

(27)

Sebelum soal tes hasil belajar diberikan kepada subjek penelitian, masih dilakukan validasi kepada para pakar ahli dan dilakukan uji coba konstruk. Uji coba konstruk ini dilakukan kepada peserta didik kelas V di SD Negeri Ngluyu. Hasil dari uji coba dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran soal, dan uji daya pembeda. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa terdapat 21 butir soal yang valid dan 9 butir soal yang tidak valid. Dari 21 butir soal yang valid, pengembang mengambil 20 butir soal yang valid sebagai intrumen tes hasil belajar individu.

Setelah soal tes hasil belajar siap digunakan, maka penelitian pada uji coba kelompok besar siap dilaksanakan. Peneliti menggunakan bentuk penelitian adalah quasi exsperimental design menggunakan teknik pre test-post test control group design. Desain ini merupakan desain eksperimen yang dilakukan pre test sebelum perlakuan untuk mengetahui keadaan awal pada masing-masing kelas. Hasil pre test kelas kontrol tidak jauh berbeda dengan pre test kelas eksperimen, maka hasil pre test dinyatakan baik. Setelah dilakukan perlakuan (treatment) yang berupa penggunaan LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dan LKPD siap pakai. Setelah perlakuan selesai, maka dilakukan post test pada masing-masing kelas.

Penelitian ini dilakukan pada peserta didik kelas IV di SD Negeri Tempuran 2, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk sebagai kelas kontrol dan peserta didik kelas IV di SD Negeri Ngluyu, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk sebagai kelas eksperimen. Kedua sekolah tersebut memiliki karakteristik yang sama. Pada penelitian ini, masing-masing kelas sama-sama belajar menggunakan LKPD. Tetapi, pada kelas kontrol menggunakan LKPD siap pakai yang sudah dibeli oleh instansi sekolah. Sedangkan pada kelas eksperimen menggunakan LKPD yang telah dibuat oleh pengembang.

Pembagian kelas tersebut sesuai penelitian yang dilakukan Celikler dan Aksan (2012) dengan judul “The Effect of the Use of Worksheets

About Aqueous Solution Reaction on Pre-Service Elementary Science

Teacher Academic Succes”. Penelitian ini menggunakan dua kelas

(28)

Untuk mengetahui keefektifan LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek yang dikembangkan, maka dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis menggunakan uji independent sample t-test. Hasil uji independent sample t-test pada pre test menjabarkan bahwa sig. 0,381 dimana lebih besar dari 0,05, maka tidak ada perbedaan antara pre test kontrol dan kelas eksperimen. Selanjutnya data post test kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan uji independent sample t-test. Berdasarkan pada output Independent Sample T-test nilai –t hitung<-t tabel (-5,427<-2,016) dan P value (0,000<0,05), maka sesuai dasar pengambilan keputusan dalam Uji Independent Sample T-Test maka Ho di tolak, dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek efektif digunakan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV di Sekolah Dasar.

Pada penerapan LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek terdapat kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dalam penerapan LKPD ini sebagai berikut.

a. Peserta didik lebih aktif dalam segala kegiatan yang dilakukan sesuai LKPD.

b. Peserta didik lebih rajin dan berusaha keras agar terselesaikan proyek ini, sehingga peserta didik termotivasi untuk menyelesaikan proyek ini.

Sedangkan kelemahan dalam penerapan LKPD ini sebagai berikut. a. Penerapan model pembelajaran berbasis proyek yang

membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga penyelesaian produk kurang efektif.

b. Kondisi kelas agak sulit dikontrol dan mudah menjadi rebut saat pelaksanaan proyek, karena adanya kebebasan pada peserta didik sehingga memberi peluang untuk rebut dan untuk itu diperlukannya kecakapan guru dalam penguasaan dan pengelolaan kelas yang baik.

D. SIMPULAN

(29)

Sosial kelas IV di Sekolah Dasar. Hal tersebut didasarkan pada hasil validasi dan angket respon siswa yaitu layak digunakan dalam pembelajaran. (2) LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek praktis digunakan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV di Sekolah Dasar. Hal tersebut didasarkan pada perhitungan persentase keterlaksanaan, rata-rata persentase keterlaksanaan LKPD pada aktivitas peserta didik secara keseluruhan adalah 79,7. Hasil persentase tersebut pada kategori tinggi. Rata-rata keterlaksanaan LKPD pada aktivitas guru secara keseluruhan adalah 97,5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru sangat tinggi. (3) LKPD dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek efektif digunakan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV di Sekolah Dasar. Hal tersebut didasarkan pada output Independent Sample T-test nilai –t hitung<-t tabel (-5,427<-2,016) dan P value (0,000<0,05), maka sesuai dasar pengambilan keputusan dalam Uji Independent Sample T-Test maka Ho di tolak, dan Ha diterima.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Bakirci, H.,Bilgin, A.K., Simsek, A. (2011). The effect of simulation technique

and worksheets on formal operational atage in science and technology lesson. Precedia-Social and Beharioral Science, Volume 15, 2011, Pages 1462-1469. Retrieved from http://www.sciencedirect. com/science/article/pii/S1877042811004903

Bicer, N. (2015). An evaluation of pre-service turkish teachers’ skills and knowledge regarding preparation of worksheets to teaching Turkish to foreigners. Educational Research and Reviews. 11(5), pp. 164-173.

Retrieved from https://eric.ed.gov/?id=EJ1094362

Cakici, Y., Torkmen, N. (2013). An investigation of the effect of

project-based learning approach on children’s achievement and attitude in science. The Online Journal of Science and Technologi. Vol 3, Issue 2. Retrieved from https://etd.lib.metu.edu.tr/upload/3/12607166 Celikler, Dilek., Aksan, Zeynep. (2012). The effect of use of worksheet

about aqueous solution reaction on pre-service elementary science teacher’ academic success.Precedia-Sosial and Behavioral Science. 46(2012), 4611-4614. Retrieved from http://www.sciencedirect.com/ science/article/pii/S1877042812020423

Depdiknas. (2006). Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jakarta: Dapertemen Pendidikan Nasional.

Kasmadi, Sunariah, N.S. (2013). Panduan modern penelitian kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Kibar, Z.B.., Ayas, A. (2010). Developing worksheet about physical and chemical event. Procedia Social and Behavioral Science, 2(2010), 739-743. Retrieved from http://www.sciencedirect.com/science/ article/pii/S1877042810001345

Kibar, Z. B., Ayas, A. 2010. Implementing of a Worksheet Related to Physical and Chemical Change Concept. Procedia-Social and Behavioral, Volume 2, Issue 2, Pages 733-738. Retrieved from http://www. sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042810001333

(31)

Mustaji., Sugiarso. (2005). Pembelajaran berbasis konstruktivistik. Surabaya: Unesa University Press

Mustaji. (2009). Desain Pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press Ngalimun. (2014). Strategi dan model pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja

Pressindo

Podolak, K. (2013). Interactive modern physics worksheets methodology and assessment. European J of Physics Education pp, 4(2), 27-31.

Retrieved from https://eric.ed.gov/?id=EJ1052310

Prastowo, A. (2012). Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif. Jogjakarta: Diva Press

Roos. (2012). The R2D2 model of instruction design. Retrived from http:// etec.ctlt.ubc.ca

Solihatin, E. (2013). Strategi pembelajaran PPKN. Jakarta: Bumi Aksara Trianto. (2011). Model-model pembelajaran inovatif berorientasi

konstruk-tivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

Gambar

Gambar 1 Siklus Model PTK Kemmis dan Mc.Taggart
Tabel 1 Kegiatan Pembelajaran
Tabel 1 Aktivitas Siswa
Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I-III
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nikmat waktu, pikiran, dan tenaga yang tiada terukur di berikan-Nya sehingga skripsi dengan judul Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(2) Pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dengan berpedoman pada SPIP sebagaimana diatur dalam Peraturan

Namun, yang menjadi perhatian adalah ternyata budaya ghasab tidak hanya terjadi di pesantren salaf, namun di pesantren khalaf atau pesantren modern tetap mewabah (Nabila,

Penggambaran nilai pendidikan aqidah akhlak dalam film Ketika Cinta Bertasbih mengarah pada penciptaan manusia yang selalu mendekatkan diri kepada Allah dalam perjalanan hidupnya

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut: (1) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu,

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka diperoleh simpulan sebagai berikut: 1) Keadilan organisasi memiliki pengaruh negatif dan

Dengan mempertimbangkan pentingnya jaminan ketepatan pemberian terapi antibiotik pada kelompok pasien yang memiliki perbedaan profil farmakokinetik tersebut, besarnya

Studi Korelasi Antara Kompetensi Pemrograman Dasar Dan Hasil Studi Dengan Menggunakan Aplikasi Berbasis Web.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |