• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERIODE VERNALISASI TERHADAP PEMBUNGAAN DAN HASIL BIJI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) JurusanProgram Studi Agronomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PERIODE VERNALISASI TERHADAP PEMBUNGAAN DAN HASIL BIJI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) JurusanProgram Studi Agronomi"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH PERIODE VERNALISASI TERHADAP PEMBUNGAAN

DAN HASIL BIJI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH

(Allium ascalonicum L.)

Jurusan/Program Studi Agronomi

Oleh :

WINARKO

H 1107021

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGARUH PERIODE VERNALISASI TERHADAP PEMBUNGAAN

DAN HASIL BIJI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH

(Allium ascalonicum L.)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan/Program Studi Agronomi

Oleh :

WINARKO

H 1107021

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH PERIODE VERNALISASI TERHADAP PEMBUNGAAN

DAN HASIL BIJI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH

(Allium ascalonicum L.)

Yang dipersembahkan dan disusun oleh

WINARKO H 1107021

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 2012

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

ü Bapak, Ibu, Kakek, Nenek, dan semua keluargaku tercinta dan tersayang

yang tak pernah henti memanjatkan doa-doanya dan senantiasa

memberikan dukungan serta restunya dikala kuliah dan menimba ilmu.

ü Bapak Sugiono sekeluarga, atas semua ilmu dan fasilitasnya selama

penelitian di Ngargoyoso, Karanganyar.

ü Rekan-rekan “Keluarga Besar Ekstensi (Agrobisnis dan Agronomi)”

ü Rekan-rekan seperjuangan Agronomi Non Reguler ’07 yang telah banyak

membantu baik tenaga, pikiran dan do’a (Andhis, Yana, Khusnul, Nia,

Aryo, Oky, Rosi, Yuli, Delta, Radit, Septi, Isma, Hespry, Rio, Widy dan

Tanto).

ü Rekan-rekan Agronomi reguler ‘07 (Wahyu, Didit, Bahrul, Dony, Budi,

Taufik, Meidly, Taufan, Arif , dkk. ).

ü Sahabat-sahabat dekat (Dian, Helda, Didit, Budi, Endra, Supri, Willy,

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan segala rahmat, hidayah, petunjuk serta berbagai kemudahan-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan

judul “PENGARUH PERIODE VERNALISASI TERHADAP

PEMBUNGAAN DAN HASIL BIJI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)” dengan baik dan lancar. Penyusunan skripsi

ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat

Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan,

arahan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1.Prof. Dr. Ir. H. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2.Dr. Ir. Pardono, MS selaku Ketua Jurusan Agronomi FP UNS.

3.Ir. Dwi Harjoko, MP selaku pembimbing utama, Dr. Samanhudi, SP, MSi

selaku pembimbing pendamping dan Prof. Dr. Ir. H. Ahmad Yunus, MP selaku

dosen pembahas yang telah memberikan evaluasi dan masukannya dalam

penyusunan skripsi ini.

4.Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, MP selaku pembimbing akademik.

5.Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian sampai skripsi ini

selesai yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis selalu berusaha membuat karya ini dengan baik, saran dan

masukan selalu diharapkan untuk membuat karya ini lebih baik lagi. Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

memberikan wawasan untuk memajukan dunia pertanian pada umumnya.

Surakarta, Januari 2012

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Pelaksanaan Penelitian ... 14

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

F. Analisis Data ... 19

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 20

A. Tinggi Tanaman Bawang Merah ... 20

B. Jumlah Anakan Bawang Merah ... 22

C. Umur Mekar Bunga ... 24

D. Jumlah Bunga per Tanaman ... 26

E. Jumlah Umbi per Tanaman ... 28

F. Berat Umbi per Tanaman ... 30

G. Jumlah Polong per Tandan ... 32

H. Jumlah Biji per Polong ... 34

I. Jumlah Biji per Tandan ... 36

J. Berat 100 Biji ... 37

K. Daya Kecambah ... 40

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

A. Kesimpulan ... 42

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Rata-rata tinggi tanaman bawang merah pada 10 MST (cm) ... 20

2. Rata-rata jumlah anakan bawang merah pada 10 MST ... 22

3. Rata-rata umur mekar bunga (hari) ... 24

4. Rata-rata jumlah bunga per tanaman ... 26

5. Rata-rata jumlah umbi per tanaman ... 28

6. Rata-rata berat umbi per tanaman (gram) ... 30

7. Rata-rata jumlah polong per tandan ... 32

8. Rata-rata jumlah biji per polong ... 34

9. Rata-rata jumlah biji per tandan ... 36

10.Rata-rata berat 100 biji (gram) ... 38

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Grafik pengamatan tinggi tanaman bawang merah pada berbagai

kombinasi perlakuan setiap minggu (cm) ... 21

2. Grafik pengamatan jumlah anakan tanaman bawang merah berbagai

kombinasi perlakuan setiap minggu (satuan tunas) ... 23

3. Histogram pengamatan rata-rata umur tanaman bawang merah saat

berbunga mekar pada berbagai kombinasi perlakuan ... 24

4. Histogram pengamatan rata-rata jumlah bunga bawang merah pada

berbagai kombinasi perlakuan ... 26

5. Histogram pengamatan jumlah umbi bawang merah per tanaman

pada berbagai kombinasi perlakuan ... 29

6. Histogram pengamatan rata-rata berat umbi bawang merah per

tanaman pada berbagai kombinasi perlakuan ... 31

7. Histogram pengamatan rata-rata jumlah polong per tandan pada

beberapa varietas bawang merah ... 33

8. Histogram pengamatan jumlah biji per polong pada berbagai

kombinasi perlakuan ... 35

9. Histogram pengamatan rata-rata jumlah biji per tandan pada

berbagai kombinasi perlakuan ... 37

10. Histogram pengamatan rata-rata berat 100 biji pada berbagai

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Denah lokasi penelitian ... 48

2 Hasil analisis sidik ragam semua variabel pengamatan ... 49

3 Tabel hasil pengamatan tinggi tanaman bawang merah pada 10 MST (cm) ... 50

4 Analisis ragam tinggi tanaman bawang merah ... 50

5 Tabel hasil pengamatan jumlah anakan bawang merah ... 51

6 Analisis ragam jumlah anakan tanaman bawang merah ... 51

7 Tabel hasil pengamatan umur mekar bunga ... 52

8 Analisis ragam umur mekar tanaman bawang merah ... 52

9 Tabel hasil pengamatan jumlah bunga per tanaman ... 53

10 Analisis ragam rata-rata jumlah bunga per tanaman ... 53

11 Tabel hasil pengamatan jumlah umbi per tanaman ... 54

12 Analisis ragam jumlah umbi per tanaman pada bawang merah ... 54

13 Tabel hasil pengamatan berat umbi per tanaman ... 55

14 Analisis ragam berat umbi per tanaman pada bawang merah ... 55

15 Tabel hasil pengamatan jumlah polong per tanaman ... 56

16 Analisis ragam jumlah polong per tandan pada bawang merah ... 56

17 Hasil analisis Uji DMRT 5% jumlah polong per tandan ... 56

18 Tabel hasil pengamatan jumlah biji per polong ... 57

19 Analisis ragam jumlah biji per polong ... 57

20 Hasil analisis uji DMRT 5% jumlah biji per polong ... 57

21 Tabel hasil pengamatan jumlah biji per tandan ... 58

22 Analisis ragam jumlah biji per tandan ... 58

23 Hasil uji DMRT 5% biji per tandan ... 58

24 Tabel hasil pengamatan berat 100 biji ... 59

25 Analisis ragam berat 100 biji pada bawang merah ... 59

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

27 Tabel hasil pengamatan daya kecambah biji bawang merah yang

berkecambah dari 25 biji ... 60

28 Analisis ragam daya kecambah biji bawang merah ... 60

29 Foto pengolahan lahan ... 61

30 Foto umbi bibit dan penanaman umbi ... 62

31 Foto penyiraman dan penyemprotan ... 62

32 Foto bunga dan biji bawang merah... 63

33 Foto hama dan penyakit ... 65

34 Foto umbi bawang merah hasil panen ... 66

35 Foto hasil perkecambahan biji ... 67

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

PENGARUH PERIODE VERNALISASI TERHADAP PEMBUNGAAN

DAN HASIL BIJI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH

(Allium ascalonicum L.)

WINARKO H 1107021

RINGKASAN

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu jenis

sayuran yang mempunyai nilai ekonomis penting. Seiring meningkatnya permintaan umbi bibit bawang merah tiap tahunnya, maka perlu suatu alternatif untuk mengatasi keterbatasan umbi bibit, yakni dengan menyediakan biji bawang merah. Semua bawang merah sebenarnya bisa berbunga dan menghasilkan biji, namun persentasenya masih rendah. Oleh karena itu, perlu adanya suatu rangsangan untuk meningkatkan pembungaan dan pembijian pada bawang merah yaitu dengan perlakuan vernalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh vernalisasi terhadap hasil bunga dan pembijian bawang merah, serta mengetahui berapa lama waktu yang tepat untuk mengoptimalkan pembungaan dan hasil biji pada bawang merah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-September 2011 di desa Girimulyo, kecamatan Ngargoyoso, kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang disusun secara faktorial atas dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama terdiri dari empat varietas bawang merah yaitu bima brebes, super philip, bima curut dan bangkok. Faktor kedua adalah lama periode vernalisasi pada umbi bibit yang terdiri dari empat taraf yaitu 1, 2 dan 3 minggu. Data dianalisis dengan uji F 5%. Apabila terdapat beda nyata dilakukan uji Duncan pada taraf 5%. Variabel pengamatan meliputi pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah tunas), hasil (jumlah umbi, berat umbi), pembungaan (umur mekar, jumlah bunga), dan pembijian (jumlah polong, jumlah biji, berat 100 biji). Hasil penelitian menunjukkan periode vernalisasi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pertumbuhan dan hasil tanaman serta daya kecambah hasil biji, namun periode vernalisasi lebih berpengaruh sangat nyata terhadap pembungaan dan pembijian bawang merah. Varietas bima brebes, bima curut dan bangkok menghasilkan rerata jumlah biji tertinggi dan umur mekar tercepat pada periode vernalisasi selama 3 minggu, sedangkan super philip pada periode selama 2 minggu. Pada berat 100 biji justru perlakuan periode vernalisasi selama 3 minggu menunjukkan rerata berat terendah terhadap empat varietas bawang merah.

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

EFFECT OF VERNALIZATION PERIOD ON FLOWERING

AND SEED YIELD OF SEVERAL SHALLOT VARIETIES

(Allium ascalonicum L.)

WINARKO H 1107021

SUMMARY

Shallot is one kind of vegetables that has significant economic value. With the increasing demand for shallot seed bulbs annually, it needs an alternative to overcome the limitations of seed bulbs, namely by providing onion seed. All shallots can actually flowered and produce seeds, but the percentage is still low. Therefore, there is need for a stimulus to improve the results of flower and seed in the shallot with the vernalization treatment. This research aims to determine the effect on the results of flower and vernalization shallot seeding, as well as to know how long the right time to optimize flowering and seed yield of shallot. Research was conducted in May-September 2011 in the Girimulyo village, Ngargoyoso, Karanganyar, Central Java.

This research used Randomized Complete Block Design (RCBD) which is factorially arranged on two factors with three replications. The first factor consists of four varieties of shallot namely Bima Brebes, Super Philip, Bima Curut and Bangkok. The second factor is the long period vernalization on seed bulbs which consists of four degree: 1, 2 and 3 weeks. The Data were analyzed with F test 5%. If there is a real difference Duncan test conducted at the level of 5%. The observation variables include of plant growth (plant height, number of seedlings), yield (number of bulbs, bulbs weight), flowering (blooming age, number of flowers), and seeding (number of peas, number of seeds, weight of 100 seeds). The results showed the vernalization period does not significantly influenced on growth variables and yield plant as well as germination of seeds, but the vernalization period more effect on flowering and seeding shallot. Variety Bima Brebes, Super Philip, Bima Curut and Bangkok produce the highest average seed number and the fastest blooming age in the vernalization period for 3 weeks, while the Super Philip in period for 2 weeks. In weighing 100 seed treatment instead vernalization period for 3 weeks showed the lowest average weight of the four varieties of shallot.

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mempunyai nilai ekonomis penting yang dapat diandalkan sebagai sumber

penghasilan petani dan pendapatan negara, penyumbang besar terhadap

keanekaragaman bahan pangan dan kecukupan gizi. Seiring meningkatnya

permintaan pasar, membuat ketersediaan jumlah umbi bibit semakin

berkurang setiap tahunnya. Maka perlu adanya suatu alternatif lain untuk

mengatasi permasalahan tersebut.

Penanaman umbi secara terus-menerus suatu kultivar pada suatu

lahan dapat mempengaruhi produktivitas kultivar tersebut dan pada

umumnya produktivitas tanaman turun. Hal tersebut dapat disebabkan

terbawanya bibit hama dan penyakit di dalam umbi dalam setiap

penanaman sehingga menurunkan kualitas benih umbi. Kenyataan di

lapangan terlihat pada penanaman bawang merah di Brebes Jawa Tengah.

Pada tahun 1960-1970 an produktivitas tanaman bawang merah rata-rata

mencapai 15 ton/ha namun tahun 2002 turun mencapai 8 ton/ha (Anonim,

2002).

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas

bawang merah yang sesuai dengan permintaan pasar adalah penggunaan

bibit berupa benih atau biji. Keuntungan usaha tani bawang merah dengan

biji antara lain dapat menurunkan biaya produksi, harganya murah,

penyimpanan dan distribusinya mudah, serta dapat menciptakan varietas

unggul baru (Rukmana,1994). Dalam menghasilkan biji bawang merah

tentunya harus melewati proses pembungaan.

Tanaman bawang merah pada umumnya dapat berbunga dan

menghasilkan biji, akan tetapi presentase pembungaannya relatif rendah.

Menurut Sumiati (1995), rendahnya persentase pembungaan bawang

merah disebabkan oleh keadaan lingkungan cuaca Indonesia, terutama

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

cukup tinggi (>18°C), tidak mendukung terjadinya pembungaaan.

Pembungaan adalah suatu gejala adanya peralihan dari masa vegetatif ke

masa generatif yang sebagian ditentukan oleh faktor genotipe yang

sifatnya turun-temurun dan sebagian lagi oleh sifat faktor lingkungan.

Syarat terjadinya pembungaan pada suatu tumbuhan tergantung

pada beberapa hal yaitu kemampuan fisiologis (telah melewati masa

juvenil) serta kontrol pembungaan yang dikendalikan oleh beberapa

struktur gen (Blázquez, 2000) dalam (Rahayu et al., 2007). Pada tanaman

Arabidopsis, gen-gen pengatur pembungaan dipengaruhi oleh beberapa

faktor lingkungan seperti kualitas cahaya, suhu, hara (sukrosa) dan

giberelin yang saling berintegrasi dalam mengatur kontrol pembungaan

(Komeda, 2004). Tanaman bawang merah membutuhkan temperatur

rendah (7-12°C) dan fotoperiodisitas panjang (>12 jam) untuk keperluan

inisiasi pembungaan (Brewster, 1994).

Vernalisasi merupakan salah satu cara menimbulkan pembungaan

yang lebih awal pada tanaman yang diberikan pada umbi-umbi tanaman

tersebut pada suatu suhu yang rendah. Jadi dengan kata lain, sebelum

tanaman ini ditanam, umbi yang merupakan bibit tanaman tersebut

disimpan dengan suhu yang rendah dengan tujuan menghasilkan atau

menginduksi hormon yang berperan dalam pembungaan. Efek vernalisasi

dapat hilang dengan adanya suhu tinggi.

B. Perumusan Masalah

Pada umumnya bawang merah biasa dibudidayakan menggunakan

umbi bibit, namun masalah utama yang sering dihadapi petani adalah

semakin menurunnya ketersediaan umbi bibit setiap tahun. Penanaman

menggunakan bibit umbi secara terus-menerus bisa menyebabkan

menurunnya produktivitas hasil umbi, karena bibit hama, virus dan

penyakit mudah masuk kedalam umbi bibit.

Cara lain untuk perbanyakan bawang merah adalah menggunakan

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

bibit, menghasilkan umbi dengan kualitas lebih baik, menghasilkan

tanaman yang sehat dan biji bebas virus serta bisa menciptakan

keanekaragaman varietas baru.

Kendala yang dihadapi untuk produksi biji adalah rendahnya

presentase pembungaan bawang merah di Indonesia. Panjang hari serta

temperatur merupakan faktor penting yang dikehendaki oleh bawang

merah untuk menginduksi bunga. Tanaman bawang merah membutuhkan

temperatur rendah (7-12°C) dan fotoperiodisitas panjang (>12 jam) untuk

keperluan inisiasi pembungaan. Untuk membantu hal tersebut digunakan

perlakuan vernalisasi, yaitu proses perlakuan dingin pada umbi selama

periode tertentu dengan tujuan untuk menginduksi pembungaan tanaman.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk :

1. Mengetahui pengaruh vernalisasi terhadap pembungaan dan hasil biji

bawang merah.

2. Mengetahui lama periode vernalisasi yang tepat untuk meningkatkan

pembungaan dan hasil biji pada tanaman bawang merah.

D. Hipotesis

1. Perlakuan vernalisasi dapat mempercepat proses pembungaan dan

meningkatkan hasil biji pada bawang merah.

2. Diduga semakin lama perlakuan vernalisasi, akan semakin banyak

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Taksonomi dan Morfologi Bawang Merah

Bawang merah asal mulanya merupakan perubahan bentuk dari

bawang Bombay yang mengadakan adaptasi dengan membentuk klo-klon

yang spesifik, dengan jumlah kromosom 2n = 16. Perkembangan tanaman

bawang merah didaerah iklim sedang tidak normal, tetapi cukup potensial

untuk dikembangkan didaerah tropis. Kedudukan tanaman bawang merah

dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut

(Rukmana, 2005):

Division : Spermathophyta

Sub division : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae / Liliopsida

Ordo : Asparagales (Liliflorae)

Famili : Alliaceae (Amarayllidaceae)

Genus : Allium

Spesies : Allium ascalonicum L. (bawang merah biasa)

Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut

dengan perakaran dangkal dan bercabang terpencar menyebar ke semua arah

pada kedalaman antara 15-20 cm. Secara individu jumlah perakaran tanaman

bawang dapat mencapai 20-200 akar. Diameter akar bervariasi antara 0,5-2

mm. Akar-akar ini berfungsi antara lain menghisap air dan zat makanan dari

dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Samadi dan

Bambang, 2003).

Bawang merah memiliki batang semu atau disebut “discus” yang

bentuknya seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat akar dan

mata tunas (titik tumbuh). Di bagian atas discus terbentuk batang semu yang

tersusun dari pelepah-pelepah daun. Batang semu yang berada di dalam tanah

akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi lapis (bulbus). Diantara

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

baru atau anakan, terutama pada spesies bawang merah biasa (Wibowo,

2007).

Secara umum tanaman bawang merah mempunyai daun berbentuk

bulat kecil dan memanjang antara 50-70 cm, berwarna hijau muda sampai

hijau tua, berlubang seperti pipa, tetapi ada juga yang membentuk setengah

lingkaran pada penampang melintang daun. Bagian ujung daun meruncing,

sedang bagian bawahnya melebar dan membengkak (Rahayu dan Nur, 2007).

Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan

yang bertangkai yang keluar dari ujung tanaman yang panjangnya antara

30-90 cm, dan diujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun

melingkar seolah-olah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri dari 5-6

helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau

kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga. Bakal

buah ini sebenarnya terbentuk dari 3 daun buah (carpel) yang membentuk 3

buah ruang dan dalam tiap ruang tersebut terdapat 2 bakal biji (Wibowo,

2007).

Sebagai bunga sempurna (hermaprodit), bawang merah dapat

menyerbuk sendiri ataupun silang. Adanya kematangan benang sari yang

berbeda menyebabkan bunga bawang merah dapat melakukan penyerbukan

antar bunga dalam satu tandan atau antar bunga dari tandan yang berbeda.

Penyerbukan dapat terjadi dengan bantuan angin, serangga lebah atau lalat

hijau, dapat juga melalui penyerbukan buatan oleh bantuan tangan manusia

(Rukmana, 2005).

Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji

berjumlah 2-3 butir. Letak bakal biji dalam ruang bakal buah (ovarium)

terbalik atau dikenal dengan istilah anatropus. Oleh karenanya, bakal biji

bawang merah dekat dengan plasentanya. Bentuk biji bawang merah agak

pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua

menjadi hitam. Biji-biji bawang merah dapat dipergunakan sebagai bahan

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

B. Deskripsi Varietas

1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Bima Brebes

Varietas ini merupakan varietas lokal dari Brebes , Jawa Tengah

yang cocok untuk ditanam didataran rendah dan dalam satu rumpun

memiliki 7-12 buah anakan. Di Brebes tanaman ini jarang berbunga.

Varietas ini memiliki umbi lonjong kecil dengan cincin kecil pada cakram

dan umbi berwarna merah muda. Varietas Bima Brebes resisten terhadap

penyakit busuk umbi (Botrytis alili), tetapi peka terhadap penyakit busuk

daun (Phytoptora porii). Umur panen varietas ini 60 hari dengan produksi

mencapai 10 ton/ha umbi kering dengan bobot susut panen mencapai 22%.

2. Deskripsi Bawang Merah Varietas Super Philip

Bawang merah varietas ini berasal dari Filipina, memiliki warna

daun hijau tua dengan berbentuk silindris seperti pipa. Untuk warna bunga

sama dengan bawang merah lainnya yakni putih dengan bentuk biji bulat,

gepeng berkeriput dan berwarna hitam. Bentuk umbi dari varietas super

philip bulat, bagian leher agak besar. Produksi umbinya bisa mencapai

6-21 ton/ha dengan susut bobot (basah-kering) 10%, serta tahan terhadap

penyakit Fusarium. Umur panen sekitar 60-70 HST, dengan tinggi

tanaman berkisar 30-40 cm.

3. Deskripsi Bawang Merah Varietas Bangkok

Bawang bangkok adalah bawang merah varietas impor yang

akhir-akhir ini banyak ditanam di dataran rendah dengan ketinggian berkisar 30

m dpl dan pH tanah berkisar 5,5-7,0. Jenis bawang ini tidak tahan terhadap

air. Oleh karena itu, cocok ditanam pada awal musim kemarau. Bawang

bangkok dapat dipanen pada umur 60-70 hari setelah tanam dengan

produksi rata-rata 7 ton/ha umbi kering. Umbinya berbentuk agak bulat,

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

4. Deskripsi Bawang Merah Varietas Bima Curut

Salah satu kultivar bawang merah yang dibudidayakan petani

adalah kultivar Bima Curut. Kultivar Bima Curut termasuk kultivar lokal

Brebes. Bima Curut mempunyai penampakan warna daun hijau kebiruan.

Setiap kultivar bawang merah mempunyai ciri lengkungan daun yang

berbeda satu sama lain. Lengkungan daun tidak terlihat pada Bima Curut.

Pertumbuhan daun Bima Curut lurus ke atas dengan kekar. Bentuk umbi

merupakan karakteristik yang dapat dibedakan antara beberapa kultivar

bawang merah. Umbi Bima Curut berbentuk datar dengan warna umbi

merah cerah. Bima Curut memiliki anakan berkisar antara 3 anakan

sampai 22 anakan (Rukmana, 2008).

C. Syarat Tumbuh

Bawang merah termasuk tanaman yang memiliki perakaran dangkal,

tidak berkayu, dan sukulen. Karena memiliki sistem perakaran yang dangkal,

pertumbuhan tanaman sangat ditentukan oleh tingkat kesuburan lapisan olah

atas. Dalam rangka budidaya tanaman untuk memproduksi benih yang berupa

umbi maupun biji, diperlukan kesesuaian wilayah adaptasi yang meliputi

kesesuaian iklim dan tanah. Faktor-faktor pendukung iklim terdiri atas radiasi

matahari, panjang hari, suhu, curah hujan, kelembapan udara dan angin.

Kesesuaian tanah meliputi faktor letak lahan, sifat fisik dan sifat kimia tanah,

serta ketersediaan air dilokasi budidaya (Pitojo, 2007).

Menurut Kartosapoetra (1988), tanaman bawang merah dapat tumbuh

dengan baik pada tanah lempung berpasir atau tanah alluvial. Jika tanahnya

masam berikan kapur (lime) agar hasilnya dapat diperbaiki/ditingkatkan.

Tanaman bawang merah memiliki daya adaptasi luas karena dapat ditanam

mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi (1000 m di atas permukaan

laut) dan baik diusahakan pada lahan bekas sawah maupun di tanah darat atau

lahankering seperti tegalan, kebun dan pekarangan. Tanaman bawang merah

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

sampai 250 m dpl, tetapi tanaman bawang merah ini dapat pula diusahakan di

daerah dataran tinggi (Sunarjono et al., 1984).

Tanaman bawang merah dapat tumbuh di dataran rendah sampai

ketinggian 800 m dpl. Namun demikian tanaman akan berumur lebih panjang

dan hasil umbinya lebih rendah daripada di dataran rendah. Tanaman bawang

merah termasuk tanaman hari panjang, menyukai tempat yang terbuka dan

cukup mendapat sinar matahari (70%) terutama bila lamanya penyinaran

lebih dari 12 jam (Sumarni dan Rosliani, 1997). Untuk dapat tumbuh dengan

baik, tanaman bawang merah memerlukan kondisi lingkungan yang cocok

untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Grubben (1990) dalam

Rosliani et al., (2005), suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan bawang

merah yaitu antara 20-30°C dengan curah hujan 100-200 mm/bulanTanaman

bawang merah memiliki daya adaptasi luas karena dapat ditanam mulai dari

dataran rendah sampai dataran tinggi (1.000 m dpl) dan baik diusahakan pada

lahan bekas sawah maupun di tanah darat atau lahan

Menurut Sumarni dan Soetiarso (1998), waktu tanam yang baik untuk

pembungaan bawang merah adalah musim kemarau, dimana perbedaan

temperature siang-malam cukup tinggi dan curah hujan rendah.

D. Pembungaan

Tumbuhan semusim atau tanaman semusim merupakan istilah

agrobotani bagi tumbuhan yang dapat dipanen hasilnya dalam satu musim

tanam. Dalam pengertian botani, pengertiannya agak diperlonggar menjadi

tumbuhan yang menyelesaikan seluruh siklus hidupnya dalam rentang

setahun. Istilah dalam bahasa Inggris, annual plant, menunjukkan bahwa

yang dimaksud "satu musim" adalah satu tahap dalam setahun. Bagi pertanian

di daerah beriklim sedang seringkali yang dimaksud semusim adalah apabila

tanaman yang dimaksud tidak perlu mengalami musim dingin bagi

pembungaannya (vernalisasi). Sejumlah tumbuhan dari daerah beriklim

sedang atau tumbuhan gurun memiliki perilaku musiman yang sangat

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

singkat (4 hingga 8 minggu). Tumbuhan seperti narsisus, yang dikenal

sebagai spring plants (tumbuhan musim semi), mengeluarkan daun di akhir

musim dingin (musim salju) lalu berbunga dan kemudian layu kembali hanya

dalam waktu sekitar 3 bulan, untuk kemudian kembali beristirahat dalam

bentuk umbi. Perilaku musiman ini diatur secara hormonal dan dipengaruhi

oleh suhu udara, panjang hari, serta ketersediaan air ditanah (Irawan, 2010).

Pembungaan merupakan awal dari keberhasilan untuk berbuah.

Pembungaan mengalami proses kompleks. Masa reproduksi seksual

(pembungaan) tanaman semusim, dipicu oleh perubahan panjang hari

(fotoperiod), sehingga dikenal adanya tanaman hari panjang (long day plant)

dan tanaman hari pendek (short day plant). Transisi pertumbuhan vegetatif ke

generatif pada tanaman semusim, terjadi sekali dalam siklus hidup tanaman.

Transisi meliputi perubahan meristem pucuk yang tumbuh menjadi bunga.

Kebanyakan pohon buah-buahan merupakan tanaman polikarpik, yang harus

mempertahankan pertumbuhan vegetatif pada sebagian pucuknya. Musim

berperan dalam perkembangan bunga. Induksi bunga dan diferensiasi tunas

bunga terjadi sebelum pohon dorman di musim dingin, sehingga proses

munculnya bunga dapat terjadi musim semi. Waktu yang diperlukan sejak

dari induksi sampai bunga muncul lebih 10 bulan. Sinyal fotoperiod mengatur

dormansi tanaman di daerah dingin, dan tidak terlibat langsung dalam

mengendalikan induksi bunga pada pohon tahunan. Stimulus lingkungan

(suhu sejuk dan kering) berperan dalam induksi bunga di daerah tropis dan

sub-tropis. Di akhir suhu sejuk dan kering, pembungaan makin intensif

(anonimc, 2012).

Hormon gibberellins (GAs) berperan dalam pertumbuhan bunga dan

buah pada tumbuhan tingkat tinggi. GAs mengontrol tahap pertumbuhan

vegetatif dan generatif. GAs menghambat diferensiasi tunas bunga dan

pertumbuhan vegetatif serta mendorong pembungaan yang lebih intensif

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

E. Vernalisasi

Pada umumnya tanaman bawang merah dapat berbunga dan

menghasilkan biji, namun di Indonesia bawang merah agak sulit berbunga

dengan sempurna, itulah sebabnya mengapa petani tidak mengetahui

perkiraan dengan benar penggunaan biji bawang merah, terutama bagaimana

cara penanamannya. Menurut Thomas (1993), Pembungaan suatu tanaman

dipengaruhi oleh faktor internal, seperti genetik, hormon, dan nutrisi, dan

faktor eksternal (lingkungan), seperti air, cahaya dan suhu. Perubahan

lingkungan tersebut dapat mengubah respon pembungaan suatu tanaman.

Setiap spesies tanaman dapat mempunyai respon yang berbeda terhadap

lingkungan untuk berbunga.

Cahaya dan suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi

perkembangan reproduktif suatu tanaman. Fotoperiode dan vernalisasi

merupakan contoh respon langsung tanaman terhadap cahaya dan suhu dalam

proses pembungaan yang menghasilkan induksi pembungaan melalui

mekanisme sinyal transduksi yaitu penerimaan sinyal cahaya oleh daun atau

sinyal suhu rendah oleh kuncup apikal yang ditransmisikan ke daerah apek

(pucuk) sehingga merangsang terjadinya perubahan ekspresi gen atau transisi

pembungaan pada daerah tersebut (Lumsden, 1993 dalam Rahayu et al.,

2007).

Fotoperodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran

(panjang pendeknya hari) yang dapat merangsang pembungaan. Istilah

fotoperodisme digunakan untuk fenomena dimana fase perkembangan

tumbuhan dipengaruhi oleh lama penyinaran yang diterima oleh tumbuhan

tersebut. Beberapa jenis tumbuhan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh

lamanya penyinaran, terutama dengan kapan tumbuhan tersebut akan

memasuki fase generatifnya,misalnya pembungaan. Beberapa tumbuhan akan

memasuki fase generatif (membentuk organ reproduktif) hanya jika

tumbuhan tersebut menerima penyinaran yang panjang >14 jam dalam setiap

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

memasuki fase generatif jika menerima penyinaran singkat <10 jam

(Anonimc, 2012).

Bawang merah dapat menghasilkan bunga setelah mencapai

kedewasaan. Untuk merangsang berbunganya bawang merah diperlukan

beberapa hari perlakuan suhu rendah antara 5-10°C. Hasil penelitian Balai

penelitian Sayuran menunjukkan bahwa varietas bawang merah yang mudah

berbunga secara alami pada ketinggian 1.600 m dpl (Rukmana, 2008).

Menurut Sumarni et al. (2001), pembungaan dan pembijian bawang

merah masih dapat ditingkatkan dengan memberikan beberapa perlakuan

khusus. Telah diketahui bahwa perlakuan vernalisasi suhu 10°C selama 5

minggu pada umbi bibit bawang merah berumur 1 bulan dapat meningkatkan

pembungaan dan pembijian bawang merah.

Vernalisasi biasanya terjadi antara suhu 5-16°C dengan pengaruh

maksimum antara 0-8°C. Lamanya perlakuan bervariasi mulai beberapa hari

hingga 60 hari atau bahkan lebih lama lagi. Istilah vernalisasi pertama kali

digunakan pada perlakuan suhu dingin pada benih berimbibisi atau semai

kecambah, kemudian meluas kepada semua perlakuan yang mempunyai efek

yang sama terhadap tanaman seperti perlakuan terhadap umbi sebelum

ditanam. Tujuan perlakuan vernalisasi biasanya adalah mempercepat

keluarnya bunga karena suhu dapat merangsang inisiasi bunga (Anonim,

2011).

Menurut Soedomo (1999), dalam penelitiannya mengatakan bahwa

induksi umbi bawang merah dengan menggunakan cara vernalisasi dapat

menstimulir pembungaan bawang merah. Pengaruh pembungaan dinilai

dalam bentuk kandungan umum primodia bunga, pertama kali klaster nilai

mekar, pertama kali terbentuknya buah dan peningkatan persentase tanaman

berbunga, jumlah tandan bunga per tanaman, jumlah bunga per tandan,

jumlah buah yang terbentuk per tandan. Antar kultivar umumnya tidak

menunjukkan pengaruh perbedaan yang nyata.

Pembungaan bawang merah dapat diinduksikan dengan perlakuan

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

suhu rendah selama pertumbuhannya (ditanam di dataran tinggi). Vernalisasi

merupakan proses perlakuan dingin pada umbi atau benih yang sudah

terimbibisi, selama periode tertentu dengan tujuan untuk menginduksi

pembungaan tanaman. Perlakuan vernalisasi efektif bila dikenakan pada

organ tertentu yakni embrio. Pada tanaman bawang meah perlakuan

vernalisasi dilakukan terhadap umbi pada refrigerator, selama periode sekitar

6 minggu. Efek vernalisasi akan hilang dengan adanya stres suhu tinggi

(devernalisasi). Tetapi setelah beberapa waktu dibiarkan pada suhu netral dan

kondisi aerob maka vernalisasi menjadi stabil (permanen) sehingga efek

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

2011 bertempat di Desa Girimulyo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten

Karanganyar, Jawa Tengah.

B. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Cangkul, tugal, tali rafia, alat tulis, alat ukur, alat semprot,

ember/gembor, papan nama, timbangan, kulkas, petridish dan label.

2. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah :

a) Umbi bibit bawang merah

b) Dolomite, seresah pohon pisang

c) Urine sapi

d) Pestisida Decis 2.5 EC dan Marshal 200 EC

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

rancangan dasar RAKL (Rancangan Acak Kelompok Lengkap) yang

disusun secara faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor

pertama adalah varietas dan faktor kedua lama periode vernalisasi.

Faktor perlakuan macam varietas (V) sebagai main plot, terdiri atas 4 taraf:

V1 : Varietas Bima Brebes V3 : Varietas Bima Curut

V2 : Varietas Super Philip V4 : Varietas Bangkok

Faktor perlakuan periode vernalisasi dengan suhu 6°C (P) sebagai sub plot,

terdiri atas 3 taraf :

P1 : Vernalisasi selama 1 minggu

P2 : Vernalisasi selama 2 minggu

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Sehingga di dapat 12 kombinasi perlakuan sebagai berikut ;

V1P1 : Varietas Bima Brebes dan vernalisasi 1 minggu

V1P2 : Varietas Bima Brebes dan vernalisasi 2 minggu

V1P3 : Varietas Bima Brebes dan vernalisasi 3 minggu

V2P1 : Varietas Super Philip dan vernalisasi 1 minggu

V2P2 : Varietas Super Philip dan vernalisasi 2 minggu

V2P3 : Varietas Super Philip dan vernalisasi 3 minggu

V3P1 : Varietas Bima Curut dan vernalisasi 1 minggu

V3P2 : Varietas Bima Curut dan vernalisasi 2 minggu

V3P3 : Varietas Bima Curut dan vernalisasi 3 minggu

V4P1 : Varietas Bangkok dan vernalisasi 1 minggu

V4P2 : Varietas Bangkok dan vernalisasi 2 minggu

V4P3 : Varietas Bangkok dan vernalisasi 3 minggu

Dari 12 perlakuan tersebut, masing-masing diulang sebanyak 3 kali

sehingga didapatkan 36 satuan percobaan.

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan

a) Persiapan Benih

Bibit kualitas baik adalah berukuran sedang, sehat, keras dan

permukaan kulit luarnya licin/mengkilap. Bibit yang terlalu kecil

pertumbuhannya kurang vigor dan hasilnya sedikit. Ukuran umbi

bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi. Setelah itu dilakukan

perlakuan vernalisasi, yaitu disimpan dalam ruangan dengan suhu

6°C dengan lama tergantung dari taraf perlakuan.

b) Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dimaksudkan untuk menciptakan lapisan

olah yang cocok dan gembur untuk budidaya bawang merah.

Pengolahan tanah umumnya diperlukan untuk menggemburkan

tanah sehingga pertumbuhan umbi dari bawang tidak terhambat

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

dilakukan untuk memperbaiki drainase, meratakan permukaan tanah

dan mengendalikan gulma.

Pengolahan lahan sebelum penanaman dilakukan pada saat

musim penghujan, sehingga lahan yang diolah berupa lahan basah.

Pertama tanah cangkul dengan kedalaman secukupnya dan

dimasukkan seresah pohon pisang yang sudah dipotong-potong,

kemudian ditimbun dengan tanah lagi. Setelah pohon pisang ini

ditimbun sekitar 2 minggu, selanjutnya tanah dibajak atau dicangkul

sedalam 20 cm, kemudian dibuat bedengan dengan lebar 1,2 meter

tinggi 25 cm sedangkan panjangnya sekitar 6-7 meter. Bedeng dibuat

mengikuti arah timur dan barat agar persebaran cahaya optimal,

setelah itu diberi dolomite dengan dosis 1-1,5 ton/ha/tahun.

c) Pemberian Pupuk Dasar

Pemberian pupuk dasar dilakukan setelah pengolahan tanah.

Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik yang sudah

matang seperti urine sapi. Pengaplikasian urine sapi dilakukan 2

minggu sebelum tanam dengan menyemprotkan diatas permukaan

tanah.

2. Penanaman

Setelah dilakukan vernalisasi, benih ditanam pada lahan

dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Benih tanaman bawang merah

dimasukkan ke dalam lubang yang sebelumnya dibuat dengan tugal.

Lubang tanam dibuat agak dangkal karena menghindari pembusukan.

Setelah proses penanaman selesai dilakukan penyiraman.

Penggunaan jarak tanam 20 x 20 cm memberikan hasil yang

terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah,

sedang jarak tanam 20 x 10 cm memberikan hasil yang kurang baik

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah. Hal ini

menunjukkan bahwa jarak tanam yang rapat akan menimbulkan

persaingan yang tinggi dalam pengambilan unsur hara, air, dan juga

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

3. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan tindakan-tindakan

untuk menjaga pertumbuhan tanaman.

a) Penyiraman

Tanaman bawang merah tidak menghendaki banyak hujan

karena umbi dari bawang merah mudah busuk, akan tetapi selama

pertumbuhannya tanaman bawang merah tetap membutuhkan air

yang cukup. Oleh karena itu, lahan tanam bawang merah perlu

penyiraman secara intensif apalagi jika pertanaman bawang merah

terletak di lahan bekas sawah. Pada musim kemarau tanaman

bawang merah memerlukan penyiraman yang cukup, biasanya satu

kali sehari sejak tanam sampai menjelang panen.

Pada penelitian ini, proses pemberian air dilakukan dengan

cara penggenangan pada tepi-tepi bedengan sebanyak satu kali

dalam seminggu.

b) Penyulaman

Penyulaman dilakukan secepatnya bagi tanaman yang mati

atau sakit dengan mengganti tanaman yang sakit dengan bibit yang

baru. Hal ini dilakukan agar produksi dari suatu lahan tetap

maksimal walaupun akan mengurangi keseragaman umur tanaman.

c) Pembumbunan

Pembubunan dilakukan bersama-sama dengan penggemburan

tanah. Penggemburan tanah dilakukan dengan mencangkul

menggunakan alat sederhana seperti cangkul. Pembubunan adalah

kegiatan menambah tanah yang berada ditepi guludan, sehingga

tanah tidak terlarut atau longsor pada saat penyiraman tanaman.

Pembubunan juga mencegah agar pupuk tidak larut dalam air

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

d) Pemupukan

Pemupukan yang dilakukan disini merupakan pemupukan

susulan setelah tanaman tumbuh. Pada penelitian kali ini

pemupukkan hanya menggunakan urine sapi, dengan cara

menyemprotkan pada bagian atas tanaman dan pada tanah dekat

pangkal tumbuhnya bawang merah. Pemupukkan dilakukan dalam

waktu 2 minggu sekali, yakni pada sore hari. Hal ini dilakukan agar

pupuk cair yang disemprotkan dapat langsung diserap oleh tanaman,

kebiasaan tanaman lebih banyak menyerap unsur hara pada saat pagi

hari dan sore hari.

e) Penyiangan

Penyiangan dilakukan pada periode pembentukan anakan,

yaitu saat umur tanaman berkisar antara 10-21 hari; pada fase

generatif yaitu pada umur tanaman 30-35 hari; dan pada fase

pemasakkan umbi pada saat umur tanaman 50-55 hari. Penyiangan

dilakukan dengan cara mencabut gulma atau rumput-rumput liar

yang terdapat pada bedengan pertanaman bawang merah.

Penyiangan dilakukan secara hati-hati agar tidak mengganggu

perkaran bawang merah, mengingat sitem perakaran bawang merah

cukup dangkal.

f) Pengendalian hama dan penyakit

Hama penyakit yang sering menyerang tanaman bawang

merah antara lain ulat grayak (Spodoptera litura), trips, ulat bawang,

bercak ungu (Alternaria porri), busuk umbi fusarium dan busuk

putih sclerotum, busuk daun Stemphylium dan virus. Untuk

mengendalikan hama dan penyakit dilakukan penyemprotan dengan

pestisida Decis 2.5 EC. Penyemprotan dilakukan satu kali seminggu

dengan melihat gejala yang ditimbulkan sampai tanaman berumur 60

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Kenyataannya ada gangguan hama lain yang menyerang, yakni

serangan cabuk (kutu) hitam. Hama ini menyerang seluruh bagian

tanaman bawang merah dari daun, bunga dan biji, kecuali umbi.

Serangan cabuk hitam dapat dikendalikan dengan penggunaan

pestisida Marshall 200 EC, hal ini sesuai dengan anjuran dari para

petani-petani di sekitar lahan penelitian. Penyemprotan Marshal

dilakukan 2 minggu sekali, namun pada saat serangan akut

dtingkatkan menjadi 1 minggu sekali.

4. Panen

Bawang merah umunya dapat dipanen umbinya pada umur

60-70 hari. Ciri-ciri bawang merah yang siap dipanen yaitu pangkal daun

mengempis,daun tampak menguning, daun rebah 75% dan buah

mengambang warna merah dan keras.

Pemanenan bawang merah pada panelitian kali ini

dilaksanakan pada umur sekitar 120 hari setelah tanam. Lamanya waktu

pemanenan ini disebabkan masih menunggu proses pematangan biji

bawang merah. Hal ini menyebabkan sebagian besar dari umbi bawang

merah juga mengalami pembusukan dan penyusutan ukuran diameter

pada umbi.

Cara pemanenannya dengan memotong pangkal bunga yang

bijinya sudah tua atau matang dan dipisahkan berdasarkan perlakuan

yang diberikan. Kemudian mencabut pohon bawang merah beserta

umbinya. Setelah pemanenan, semua bagian dari tanaman bawang

merah mulai dari bunga sampai umbi dikeringkan.

E. Variabel Pengamatan

Variabel pengamatan yang diamati dalam penelitian ini adalah :

1) Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur dari leher akar sampai titik tumbuh

terakhir pada batang utama. Pengukuran dilakukan umur 2 minggu

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Mencatat umur tanaman saat bunga mulai mekar.

4) Jumlah bunga per tanaman

Menghitung rata-rata jumlah bunga tiap tanaman. Dilakukan

beberapa hari sebelum panen.

5) Jumlah umbi per tanaman

Menghitung rata-rata jumlah umbi per tanaman, dilakukan setelah

panen.

6) Berat umbi per tanaman

Menimbang berat umbi dan dihitung berat rata-rata per tanaman.

7) Jumlah polong per tandan

Menghitung rata-rata jumlah polong di setiap tandan bunga yang

dipanen.

8) Jumlah biji per polong

Menghitung rata-rata jumlah biji yang terdapat pada tiap polong.

9) Jumlah biji per tandan

Mengitung total biji per polong, sehingga didapat jumlah rata-rata

biji setiap tandannya.

10) Berat 100 biji

Menimbang berat dari 100 biji bawang merah.

11) Daya kecambah

Melakukan uji perkecambahan untuk mengetahui berapa besar

persentase daya kecambah dari biji bawang merah.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F dengan taraf 5%.

Apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinggi Tanaman

Pertumbuhan tanaman adalah suatu proses pada tanaman yang

mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar. Sebagai salah satu

indikator dalam pertumbuhan, tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman

yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai

parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau

perlakuan yang diterapkan. Sebagai parameter pengukur pengaruh

lingkungan, tinggi tanaman sensitif terhadap faktor lingkungan.

Tinggi tanaman bawang merah akan meningkat seiring

bertambahnya umur tanaman. Pada penelitian ini pengamatan tinggi tanaman

dilakukan mulai umur 2 minggu setelah tanam, dengan cara mengukur

tanaman bawang merah dari permukaan tanah sampai ujung daun yang

terpanjang.

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman bawang merah pada 10 MST (cm)

Varietas Periode vernalisasi (minggu) Rata-rata

1 2 3 menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%

(-) = tidak terjadi interaksi antar varietas dan perlakuan vernalisasi

Hasil analisis ragam menunjukkan hanya perlakuan macam varietas

yang memberikan pengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman.

sementara perlakuan periode vernalisasi dan interaksi kedua perlakuan tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman. Pada Tabel 1, dapat

dilihat rata-rata tinggi tanaman tertinggi adalah varietas bima curut, tingginya

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

pada varietas Bima Brebes yakni 37,73 cm. Perbedaan varietas pada tanaman

bawang merah memberikan respon yang berbeda terhadap tinggi tanaman.

Hal ini terlihat dari data yang didapat setelah pengamatan tinggi tanaman

beberapa minggu, perlakuan periode vernalisasi tidak mempengaruhi tinggi

tanaman semua varietas. Namun bila dilihat dari rata-rata perlakuan periode

vernalisasi, periode selama 3 minggu menunjukan rata-rata tertinggi

dibanding dengan periode vernalisasi 1 dan 2 minggu. Penyebab utama

berbedanya rata-rata tinggi tanaman adalah berbedanya ciri-ciri yang dimiliki

setiap varietas, seperti tinggi maksimum pada setiap varietas.

Gambar 1. Grafik pengamatan tinggi tanaman bawang merah pada berbagai kombinasi perlakuan setiap minggu (cm)

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat pertambahan tinggi tanaman

bawang merah selalu menunjukkan grafik meningkat setiap minggunya,

namun setelah umur 10 MST, grafik tinggi tanaman mengalami grafik yang

konstan. Hal ini dikarenakan bawang merah mengalami proses pembungaan

rata-rata pada umur 10 MST. Menurut Putrasamedja et al. (1994),

pertumbuhan vegetatif bawang merah yang ditanam didataran tinggi (± 1400

meter) akan berhenti pada umur 10 minggu setelah tanam. Pada saat ini

tanaman sudah membentuk tangkai bunga (bolting), dimana umbi juga mulai

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

B. Jumlah Anakan

Anakan bawang merah merupakan pangkal dari daun bawang merah,

seiring bertambahnya umur banyak daun bawang merah yang kering.

Berdasarkan hasil analisis ragam, perlakuan macam varietas dan pemberian

perlakuan vernalisasi memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah anakan

bawang merah. Sementara interaksi kedua perlakuan menunjukkan tidak

adanya pengaruh nyata.

Tabel 2. Rata-rata jumlah anakan bawang merah pada 10 MST

Varietas Periode vernalisasi (minggu) Rata-rata

1 2 3 menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%

(-) = tidak terjadi interaksi antar varietas dan perlakuan vernalisasi

Hasil pengamatan jumlah anakan menunjukkan perbedaan jumlah

anakan yang tidak nyata pada setiap perlakuan. Dari Tabel 2 diketahui

rata-rata jumlah anakan terbanyak dari semua varietas terdapat pada perlakuan

vernalisasi selama 3 minggu yakni sebanyak 8,75 anakan/tanaman. Varietas

Super Philip juga menunjukkan hasil rata-rata paling tinggi dibanding

varietas lainnya, yakni 8,67 tunas/tanaman. Salah satu penyebabnya adalah

berbedanya sifat genetik setiap varietas. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Jones (1957), yang menyebutkan kemampuan tumbuh anakan bawang merah

berbeda-beda karena adanya sifat kultivar dari masing-masing perlakuan juga

berbeda. Menurut Hidayati dan Saefudin (2000), walaupun vernalisasi

berpengaruh nyata terhadap perbaikan bunga gladiol, tetapi pengaruhnya

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Gambar 2. Grafik pengamatan jumlah anakan tanaman bawang merah berbagai kombinasi perlakuan setiap minggu

Jumlah anakan dari minggu ke minggu selalu menunjukan kenaikan

hingga minggu ke-10. Berdasarkan Gambar 2, grafik menunjukkan jumlah

anakan mengalami kenaikan angka mulai dari minggu awal penanaman

sampai minggu ke 8. Namun, setelah melewati minggu ke 8 grafik

menujukkan jumlah anakan semua varietas mengalami angka yang konstan

sampai minggu terakhir. Pertumbuhan anakan yang terjadi pada bawang

merah dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kandungan air dari dalam

umbi bawang merah. Menurut Goldsworthy et al. (1992), proses pembungaan

mengakibatkan adanya persaingan internal untuk asimilat lebih besar, dengan

demikian asimilat kurang tersedia untuk pertumbuhan vegetatif baru dan ini

mengakibatkan adanya sifat fisiologi semusim, dimana prioritas diberikan

untuk perkembangan buah dan biji dengan mengorbankan luas daun menurun

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

C. Umur Mekar

Saat mekar bunga adalah peubah pengamatan untuk menunjukkan

jumlah hari yang dibutuhkan tanaman untuk menghasilkan bunga mekar

pertama. Pengamatan peubah saat mekar bunga dilakukan dengan cara

mencatat tanggal pada saat minimal terdapat satu bunga majemuk yang sudah

mekar, pengamatan dilakukan untuk setiap tanaman. Jumlah hari sejak benih

tanaman tersebut ditanam sampai bunga pertama mekar dihitung kemudian

menjadi jumlah hari yang dibutuhkan tanaman untuk mengahasilkan bunga

mekar pertama.

Dikatakan bunga mekar disini yakni pada saat tandan bunga sudah

mengeluarkan polongnya lebih dari 90% bagian. Berdasarkan hasil analisis

ragam menunjukkan bahwa interaksi perlakuan periode vernalisasi dengan

varietas beberapa varietas bawang merah tidak memberikan pengaruh nyata

terhadap umur tanaman bawang merah saat bunga mekar. Justru perlakuan

macam varietas yang menunjukkan pengaruh nyata terhadap variabel umur

mekar.

Tabel 3. Rata-rata umur mekar bunga (hari)

Varietas Periode vernalisasi (minggu) Rata-rata

1 2 3 menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%

(-) = tidak terjadi interaksi antar varietas dan perlakuan vernalisasi

Pembungaan pada tanaman budidaya dan peristiwa-peristiwa

reproduktif yang mengikutinya sampai selesainya pertumbuhan biji dan

masaknya butir biji, harus terjadi pada waktu-waktu yang tepat selama musim

pertumbuhan. Ini di dicapai melalui sejumlah cara penyesuaian termasuk

dormansi, pengaruh suhu rendah seperti vernalisasi dan kepekaan maupun

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

dasarnya vernalisasi dapat mempercepat semua varietas bawang merah,

namun respon antar varietas terhadap periode vernalisasi berbeda-beda. Tabel

3 menunjukkan rata-rata waktu bunga mekar tercepat adalah pada varietas

bima brebes yaitu 62,67 hari, sedangkan rata-rata waktu bunga mekar paling

lambat adalah varietas Super Philip yaitu 80 hari. Sementara rata-rata periode

vernalisasi 3 minggu menunjukkan umur berbunga tercepat dibanding periode

vernalisasi 1 dan 2 minggu, yakni berumur 67,50 hari.

Peningkatan periode vernalisasi hanya berpengaruh nyata pada

varietas Bima Brebes, Super Philip dan Bangkok. Semakin lama vernalisasi

maka semakin cepat pula bunga akan mekar. Sedangkan pada varietas Bima

Curut menunjukkan periode vernalisasi 2 minggu menghasilkan umur mekar

bunga paling cepat dibanding 1 dan 3 minggu. Salah satu faktor dari

lingkungan yang berpengaruh penting untuk mengendalikan induksi bunga

adalah panjang hari dan suhu.

Gambar 3 Histogram pengamatan rata-rata umur tanaman bawang merah

saat berbunga mekar pada berbagai kombinasi perlakuan

Gambar 3 menunjukkan hasil dari beberapa varietas tanaman

bawang merah yang diberi perlakuan vernalisasi, hanya varietas Bima Curut

yang tidak menunjukkan peningkatan kecepatan umur berbunga pada

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

dilahan terbuka dan tanpa naungan sama sekali, sehingga seluruh tanaman

mendapatkan penyinaran cahaya matahasi yang merata. Menurut Rahayu et

al. (2007), pada umumnya tanaman yang mendapatkan cahaya lebih banyak

dalam pertumbuhannya akan lebih mudah berbunga daripada tanaman yang

kekurangan cahaya dan setiap jenis tanaman mempunyai kebutuhan cahaya

yang berbeda agar dapat berbunga secara normal.

D. Jumlah Bunga per Tanaman

Proses pembungaan mengandung sejumlah tahap penting, yang

semuanya harus berhasil dilangsungkan untuk memperoleh hasil akhir yaitu

biji. Proses pembungaan tanaman terutama pada tanaman tahunan adalah

sangat kompleks. Secara fisiologis proses pembungaan ini masih sulit

dimengerti, hal ini disebabkan kurangnya informasi yang tersedia. Dalam

perkembangannya, proses pembungaan ini meliputi beberapa tahap dan

semua tahap harus dilalui dengan baik agar dapat menghasilkan panen tinggi

(Ashari, 1998).

Tabel 4. Rata-rata jumlah bunga per tanaman

Varietas Periode vernalisasi (minggu) Rata-rata

1 2 3 menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%

(-) = tidak terjadi interaksi antar varietas dan perlakuan vernalisasi

Hasil analisis ragam menujukkan perlakuan macam varietas tidak

memberikan pengaruh nyata terhadap variabel jumlah bunga per tanaman,

sementara perlakuan periode vernalisasi justru menunjukkan pengaruh nyata

terhadap jumlah bunga per tanaman. Namun, interaksi antara kedua perlakua

tersebut menunjukkan tidak adanya pengaruh nyata terhadap variabel jumlah

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

dihasilkan varietas Bima Curut yakni 3,33 bunga dan periode vernalisasi 3

minggu sebanyak 3,50 bunga. Hasil penelitian menunjukkan jumlah bunga

yang dihasilkan tiap tanaman antara 2-4 bunga. Menurut Heddy et al.,(1994)

dalam Harjoko (2001), menjelaskan jumlah tandan bunga yang muncul lebih

dipengaruhi ukuran umbi bibit bawang merah yang ditanam. Tandan bunga

muncul dari tunas apikal. Apabila umbi bibit bawang merah yang ditanam

mampu membentuk tunas lebih banyak, akan memungkinkan muncul tunas

dan tandan bunga lebih banyak, karena semakin banyak lapisan umbinya,

tunas yang tumbuh juga akan semakin banyak.

Gambar 4. Histogram pengamatan rata-rata jumlah bunga bawang merah pada berbagai kombinasi perlakuan

Jumlah bunga per tanaman kebanyakan dapat di optimalkan dengan

perlakuan vernalisasi 3 minggu. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 4,

perlakuan vernalisasi 3 minggu dapat memperbanyak jumlah bunga tertinggi

pada 3 varietas bawang merah yaitu varietas Bima Brebes, Bima Curut dan

Bangkok. Namun, varietas Super Philip mendapatkan jumlah bunga optimal

pada vernalisasi selama 2 minggu.

Seperti yang dibahas sebelumnya, untuk menghasilkan produksi

bunga lebih tinggi dan pertumbuhan anakan lebih cepat adalah dengan

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

1975). Namun perkembangan bunga juga dipengaruhi oleh lingkungan.

Menurut Tyler (2001), Perkembangan bunga dari kuncup hingga mekar juga

dipengaruhi oleh lingkungan. Air hujan dapat menyebabkan kuncup bunga

membusuk sebelum mekar. Selain pengaruh lingkungan, ritme pembungaan

ini mungkin juga disebabkan ketersediaan dan pemulihan energi serta sumber

lain yang digunakan dalam proses pembungaan.

E. Jumlah Umbi per Tanaman

Umbi bawang merah sebenarnya merupakan pangkal daun yang

berubah bentuk dan fungsi yakni membentuk umbi lapis. Umbi tersebut dapat

membentuk tunas baru yang kemudian tumbuh membesar dan dewasa

membentuk umbi kembali. Karena sifat pertumbuhannya yang demikian

maka dari satu umbi membentuk rumpun tanaman yang berasal dari hasil

peranakan umbi (Rahayu dan Berlian, 2002). Menurut Putrasamedja (1990),

jumlah umbi diduga berkolerasi dengan jumlah anakan. Semakin banyak

anakan, maka jumlah umbi yang dihasilkan juga semakin banyak.

Tabel 5. Rata-rata jumlah umbi per tanaman

Varietas Periode vernalisasi (minggu) Rata-rata

1 2 3 menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%

(-) = tidak terjadi interaksi antar varietas dan perlakuan vernalisasi

Bawang merah mempunyai sifat yang berbeda-beda berdasarkan

varietasnya, baik dilihat dari segi warna umbi dan jumlah umbi. Berdasarkan

hasil analisis ragam diketahui bahwa perlakuan macam varietas memberikan

pengaruh nyata terhadap variabel jumlah umbi per tanaman. Sementara

perlakuan periode vernalisasi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi,

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

pengaruh nyata terhadap jumlah umbi per tanaman. Tabel 5 menunjukan

rata-rata jumlah umbi paling banyak adalah varietas Bima Curut yakni 10,33

umbi, sedangkan varietas yang menunjukan rata-rata jumlah umbi terendah

adalah Bima Brebes. Bila dilihat dari rata-rata pengaruh ketiga macam

periode vernalisasi, semua periode menunjukan hasil rata-rata jumlah umbi

yang sama, yakni sebanyak 8,75 umbi.

Gambar 5 Histogram pengamatan jumlah umbi bawang merah per tanaman

pada berbagai kombinasi perlakuan

Dari Gambar 5 yang mampu menunjukkan jumlah rata-rata umbi

terbanyak adalah Bima Curut dengan lama periode vernalisasi 3 minggu

yakni sebanyak 12 umbi per tanaman. Sedangkan rata-rata jumlah umbi

paling sedikit adalah varietas Bima Brebes dan Bangkok dengan lama periode

vernalisasi selama 3 minggu yakni 7 umbi per tanaman. Hal ini dikarenakan

ukuran diameter varietas Bima Curut umumnya berukuran kecil, berbeda

dengan ukuran bawang merah varietas lainnya. Sehingga jumlah umbinya

bisa mencapai hasil paling banyak tiap tanaman.

Umumnya semakin banyak jumlah anakan, semakin kecil umbinya

dan sebaliknya. Jadi, semakin sedikit jumlah anakan cenderung semakin

besar ukuran umbi per anakan. Kultivar bawang merah menentukan proses

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

tanam mempengaruhi jumlah anakan per tanaman, ukuran umbi dan hasil

umbi (Cohat, 1982; Ryu et al., 1998 dalam Rabinowitch, 2002). Menurut

Kusmana (2009), untuk mendapatkan jumlah umbi maksimum pada

varietas-varietas yang jumlah anakannya sedikit, dapat dilakukan pengaturan jarak

tanam. Perlakuan jarak tanam rapat akan menghasilkan jumlah anakan

banyak per satuan luas, sehingga akan meningkatkan hasil per satuan luas.

F. Berat Umbi per Tanaman

Hasil analisis ragam menunjukkan interaksi perlakuan periode

vernalisasi dan macam varietas bawang merah tidak memberikan pengaruh

yang nyata terhadap variabel berat umbi per tanaman pada bawang merah.

Hal ini diikuti oleh pengaruh macam varietas dan perlakuan periode

vernalisasi yang keduanya juga menujukkan hasil yang tidak nyata terhadap

jumlah umbi per tanaman.

Tabel 6. Rata-rata berat umbi per tanaman (gram)

Varietas Periode vernalisasi (minggu) Rata-rata

1 2 3 menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%

(-) = tidak terjadi interaksi antar varietas dan perlakuan vernalisasi

Dapat diketahui dari Tabel 6, yang menunjukkan berat rata-rata

bawang merah tiap perlakuan berbeda-beda hasilnya. Dari perlakuan

vernalisasi 2 minggu menghasilkan berat rata-rata tertinggi yakni 9,53 g.

Untuk perbedaan varietas, rata-rata tertinggi ditunjukkan oleh varietas Bima

Curut yakni 9,45 g. Hal ini juga ditentukan oleh faktor sifat dari

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Menurut Sumarni dan Rosliani (2005), tanaman bawang merah dapat

menghasilkan umbi yang baik, pada suhu udara agak panas, yaitu antara

20-30°C dengan suhu udara rata-rata yang optimal sekitar 24°C. Di daerah yang

bersuhu 22°C, tanaman bawang merah dapat membentuk umbi, tetapi hasil

umbinya tidak sebaik di daerah yang bersuhu udara antara 25-32°C, dan yang

paling baik di daerah yang mempunyai suhu udara rata-rata tahunannya 30°C.

Gambar 6. Histogram pengamatan rata-rata berat umbi bawang merah per tanaman pada berbagai kombinasi perlakuan

Bila dilihat dari Gambar 6, berat tertinggi adalah 10,94 g/tanaman

yang dihasilkan dari bawang merah varietas Super Philip dengan perlakuan

vernalisasi 2 minggu. Berat terendah dihasilkan oleh bawang merah varietas

Bima Brebes dengan perlakuan vernalisasi selama 1 minggu. Jika pada

penelitian ini hasil rata-rata jumlah umbi antara 7-12 per tanaman, maka berat

per satuan umbi bisa sekitar 1 g. Hasilnya sangat jauh dari berat normal.

Padahal rata-rata umbi bawang merah normal adalah sekitar 4-6 g/umbi.

Berat umbi yang rendah biasanya dimiliki oleh tanaman yang memiliki tunas

lebih banyak, karena adanya distribusi asimilat yang menyebar ke setiap umbi

yang terbentuk. Hal ini dikarenakan proses pemanenan bawang merah

dilakukan pada umur lebih dari 100 hari, sehingga kebanyakan umbi

Gambar

Tabel hasil pengamatan tinggi tanaman bawang merah pada  10 MST (cm)
Tabel hasil pengamatan daya kecambah biji bawang merah yang
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman bawang merah pada 10 MST (cm)
Gambar 1. Grafik pengamatan tinggi tanaman bawang merah pada berbagai kombinasi perlakuan setiap minggu (cm)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata pada peubah amatan jumlah anakan, berat basah per sampel, berat kering per sampel, diameter umbi, tinggi umbi

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah siung tertinggi terdapat pada varietas Maja yang belum berbeda nyata dengan Medan, sedangkan jumlah siung terendah

Hasil menunjukkan penggunaan konsentrasi ZPT GA3 tidak dapat meningkatkan pembungaan pada bawang merah varietas Philipine dan Bali karet sehingga belum didapatkan konsentrasi GA3

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ZPT jenis BAP dan GA3 dengan cara aplikasi perendaman dan perendaman+ penyemprotan tidak mampu menstimulasi pembungaan pada

Perbedaan varietas menunjukkan tinggi tanaman yang berbeda secara nyata pada semua umur tanaman, dimana varietas Bima memiliki tinggi tanaman yang lebih baik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa varietas yang terunggul adalah varietas Super Philip, dimana varietas tersebut menunjukkan hasil produksi dari bobot kering

Sidik Ragam Pengaruh Dosis Pupuk Kandang dan Varietas Terhadap Rerata Bobot Kering Konsumsi Umbi per Petak Bawang Merah (Kg)

EVA MAWARNI, Respon Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Varietas Bima Brebes terhadap Media Tanam Biochar Cangkang Kelapa Sawit dan Pemberian Pupuk NPK