• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Petani Terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (Ppip) Di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penilaian Petani Terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (Ppip) Di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN INFRASTRUKTUR PEDESAAN (PPIP) DI KECAMATAN TENGARAN

KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan/ Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian

Oleh : NURYANTI

H0407010

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

(2)

ii

Penilaian Petani Terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

yang dipersiapkan dan disusun oleh Nuryanti

H 0407010

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 23 Desember 2011 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Surakarta, Desember 2011 Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1001 Ketua

Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS NIP. 19470713 198103 1 001

Anggota I

Widiyanto, SP, M Si

NIP. 19810221 200501 1 003

Anggota II

Agung Wibowo, SP, MSi NIP.19760226 200501 1 003

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat, Hidayah, Nikmat, serta Karunia yang diberikan, sehingga penulis dapat

melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

”Penilaian Petani Terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang”. Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlelepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dwiningtyas Padmaningrum, SP, MSi selaku Ketua Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, Pembimbing Utama sekaligus Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skipsi ini.

4. Widiyanto, SP, MSi selaku Pembimbing Pendamping yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi.

5. Seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas segala bantuan dan kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi. 6. Kepala kantor KESBANG POL dan LINMAS Kabupaten Semarang, atas izin

penelitian di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang yang telah diberikan. 7. Camat beserta petugas Kecamatan Tengaran dan Pengurus BPP Kecamatan

Tengaran (Ibu Partini, dll) yang telah memberikan perizinan penelitian, informasi, serta bantuan dalam pengumpulan data di Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.

(4)

iv

Tengaran (Bp. Moh Son), Kader Desa PPIP (Bp Pitoyo dan Bp. Subandel), OMS PPIP (Bp. Sukandar dan Bp. Supriyadi) yang telah memberikan banyak informasi yang dibutuhkan penulis.

9. Kedua orang tuaku tercinta (Bp. Sumali dan Ibu Samsiti), kakek nenek tercinta, adik dan kakakku tercinta (Adi Prasetyo, Deni Antony, Mas Joko Handoko, David Anugrah, Mas Yudi) serta seluruh keluarga besar Danuri atas kasih sayang, kepercayaan, dukungan, doa, perhatian, dan nasehatnya.

10. Sahabat terindahku ”Asnika Bawah Asyik Punya” (Nur Lailani, Eka Nur Arifah, Nur Aliyah, Gundah Vita, Putri Pamungkas) atas segala hal indah yang telah diberikan dan kenangan berharga yang kita lalui bersama.

11. Sahabat terbaikku, (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina, Octaviarini, Arum, Ratih, Galih, Ari, Istiqomah, Santini, Ika, Fais, wahid, Sixtuz, Nanang) dan seluruh keluarga besar PKP 2007 yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala dukungan dan perjuangan bersama kita. 12. Yuan Harnawan Pamungkas dan seluruh teman-teman KSI yang telah banyak

memberikan motivasi dan inspirasi.

13. Keluarga besar GAMAKOMTA’08, FUSI’07-08 yang memberikan banyak kesempatan dan pengalaman berharga, serta kakak-kakak PKP’05, PKP’06, dan teman-teman SMANIS yang telah banyak memberikan dukungan.

14. Budy Pratama dan Thosin Djong Java yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan baru bagi yang membaca.

Surakarta, September 2011

Penulis

(5)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

RINGKASAN ... xi

SUMMARY ... xii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 4

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 5

B. Kerangka Berfikir ... 28

C. Hipotesis Penelitian ... 29

D. Pembatasan Masalah ... 29

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30

III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ... 39

B. Lokasi Penelitian... 39

C. Populasi dan Sampel ... 40

D. Jenis dan Sumber Data ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen... 42

F. Metode Analisis Data ... 43

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Alam ... 45

B. Keadaan Penduduk ... 47

C. Kondisi Infrastruktur Jalan di Kecamatan Tengaran ... 51

D. Keadaan Pertanian ... 51

E. Keadaan Lembaga Penyuluhan Pertanian ... 53

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyelenggaraan PPIP ... 54

B. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Desa Duren dan Regunung ... 61

C. Penilaian Petani terhadap PPIP ... 68

(6)

vi

D. Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani

terhadap PPIP ... 74 E. Ulasan Kritis tentang Program Peningkatan Infrastruktur

Pedesaan (PPIP) ... 96

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 101 B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(7)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pengukuran Variabel Faktor yang Mempengaruhi Penilaian Petani .. 32

Tabel 2.2. Pengukuran Variabel Penilaian Petani terhadap Perencanaan ... 34

Tabel 2.3. Pengukuran Variabel Penilaian Petani Terhadap Pelaksanaan ... 35

Tabel 2.4. Pengukuran Variabel Penilaian Petani Terhadap Evaluasi ... 36

Tabel 2.5. Pengukuran Variabel Penilaian Petani Terhadap Hasil ... 37

Tabel 2.6. Pengukuran Variabel Penilaian Petani Terhadap Manfaat ... 38

Tabel 3.1 Jumlah Anggota Kelompok Tani Desa Duren dan Desa Regunung ... 40

Tabel 3.2. Jumlah Anggota Kelompok Tani dan Sample ... 41

Tabel 3.3. Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan ... 42

Tabel 3.4. Teknik dan Data yang Dikumpulkan ... 43

Tabel 4.1. Penggunaan Lahan di Kecamatan Tengaran Tahun 2011 ... 46

Tabel 4.2. Jenis Pengairan di Kecamatan Tengaran Tahun 2011 ... 46

Tabel 4.3.Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Tengaran Tahun 2011 ... 47

Tabel 4.4.Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Tengaran Tahun 2011 ... 48

Tabel 4.5.Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Tengaran Tahun 2011 ... 49

Tabel 4.6. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan di Kecamatan Tengaran Tahun 2011 ... 50

Tabel 4.7 Panjang Jalan yang Melalui Desa di Kecamatan Tengaran ... 51

Tabel 4.8. Luas areal Panen, Produksi Padi dan Palawija di Kecamatan Tengaran Tahun 2011 ... 52

(8)

viii

Tabel 5.3. Keaktifan Petani Menngikuti Penyuluhan dan Pelatihan... 64

Tabel 5.4. Tingkat Pendapatan ... 65

Tabel 5.5. Luas Usahatani ... 66

Tabel 5.6. Tingkat Kekosmopolitan ... 67

Tabel 5.7. Penilaian Petani terhadap Penyelenggaraan PPIP ... 69

Tabel 5.8. Penilaian Petani terhadap Perencanaan PPIP ... 70

Tabel 5.9. Penilaian Petani terhadap Pelaksanaan PPIP ... 70

Tabel 5.10. Penilaian Petani terhadap Evaluasi PPIP ... 71

Tabel 5.11. Penilaian Petani terhadap Hasil PPIP ... 72

Tabel 5.12. Penilaian Petani terhadap Manfaat PPIP... 73

Tabel 5.13. Analisis Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani terhadap Perencanaan PPIP ... 74

Tabel 5.13. Analisis Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani terhadap Perencanaan PPIP ... 79

Tabel 5.13. Analisis Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani terhadap Perencanaan PPIP ... 83

Tabel 5.13. Analisis Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani terhadap Perencanaan PPIP ... 87

Tabel 5.13. Analisis Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani terhadap Perencanaan PPIP ... 93

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir Penilaian Petani terhadap Program

Peningkatan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. ... 29

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kuisioner Penelitian ... 110

Lampiran 2: Tabulasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penilaian Petani ... 118

Lampiran 3: Tabulasi Penilaian Petani Terhadap PPIP ... 120

Lampiran 4: Nonparametric Correlations ... 122

Lampiran 5: Frequency Table ... 124

Lampiran 6: Foto-foto Kegiatan Penelitian ... 128

Lampiran 7: Peta Daerah Penelitian ... 130

Lampiran 8: Surat Perijinan Penelitian... 131

(11)

xi

RINGKASAN

Nuryanti, H 0407010 “PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN INFRASTRUKTUR PEDESAAN (PPIP) DI KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG”. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS dan Widiyanto, SP, MSi.

Besarnya jumlah penduduk miskin daerah pedesaan di Indonesia, salah satunya diakibatkan permasalahan ekonomi lokal yang dipicu kurang tersedianya infrastruktur yang memadai. Pemerintah berupaya menanggulangi permasalahan tersebut dengan meluncurkan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Keberhasilan penyelenggaraan program dapat diketahui melalui penilaian petani yang terlibat dalam kegiatan program. Petani akan memberikan penilaian sesuai dengan apa yang dirasakan dan dipengaruhi karakteristik sosial ekonomi masing-masing.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui penyelenggaraan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang (2) Mengkaji bagaimana karakteristik petani daerah sasaran Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang (3) Mengkaji bagaimana penilaian petani daerah sasaran terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang (4) Mengkaji sejauh mana hubungan antara karakteristik petani daerah sasaran dengan penilaian petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Metode dasar penelitian ini adalah Metode deskriptif kuantitatif dengan teknik survei. Penelitian berlokasi di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dengan responden sebanyak 41 orang yang diambil secara proporsional. Karakteristik petani dan penilaian petani terhadap program diukur dengan analisis Median Score, untuk mengetahui hubungan antara variabel penelitian digunakan analisis korelasi Rank Spearman (rs).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian petani terhadap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dalam kategori sangat baik, sedangkan penilaian petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) tergolong baik. Umur petani dalam kategori 40-50 tahun, pendidikan formal petani dalam kategori rendah (tamat SD), pendidikan nonformal tergolong dalam kategori rendah, pendapatan petani dalam kategori kadang-kadang kurang, luas usahatani tergolong sempit, sedangkan tingkat kekosmopolitan tergolong antara sangat rendah dan rendah. Hubungan antara variabel penelitian pada tingkat kepercayaan 95% adalah terdapat hubungan yang signifikan antara luas usahatani dengan penilaian petani terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan manfaat program, terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan pelaksanaan, evaluasi, dan manfaat program, terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan penilaian terhadap pelaksanaan program, serta pendidikan dan kekosmopolitan dengan penilaian petani terhadap hasil program.

(12)

xii

SUMMARY

Nuryanti, H 0407010, “THE ASSESSMENT OF FARMERS TO RURAL INFRASTRUCTURE IMPROVEMENT PROGRAM (PPIP) IN SUB

DISTRICT TENGARAN, OF SEMARANG REGENCY”. Faculty of

Agriculture, Sebelas Maret University. Under the guidance of Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS and Widiyanto, SP, MSi.

The large number of rural poor population in Indonesia, one of which caused the economic problems triggered by lack of available local infrastructure. Government attempts to tackle these problems by launching the Rural Infrastructure Improvement Program (PPIP). The successful implementation of the program can be determined through assessment of farmers involved in program activities. Farmers will provide an assessment in accordance with what is perceived and influenced by socio-economic characteristics of each.

This study aims to (1) Knowing the implementation of Rural Infrastructure Improvement Program (PPIP) Sub District Tengaran of Semarang Regency (2) Assess how the characteristics of the target area farmers Rural Infrastructure Improvement Program (PPIP) Sub District Tengaran of Semarang Regency (3) Assess how the assessment of local farmers targeted towards Rural Infrastructure Improvement Program (PPIP) in Sub District Tengaran of Semarang Regency (4) Assess the extent to which the relationship between the characteristics of the target area with the peasant farmers' assessment of the Rural Infrastructure Improvement Program (PPIP) Sub District Tengaran of Semarang Regency. The basic method of this research is descriptive quantitative method with survey techniques. Research is located Sub District Tengaran of Semarang Regency with the respondents as many as 41 people taken in proportion. Characteristics of farmers and farmers' assessment of the program is measured by analysis of median scores, to determine the relationship between research variables used Spearman Rank correlation analysis (rs).

Results showed that farmers' assessments of the planning, implementation, evaluation, and the benefits of Rural Infrastructure Improvement Program (PPIP) in the category of very good, while farmers' assessments against the Rural implementation, and benefit of PPIP. A significant relationship exists between between the income on the implementation, evaluation, and benefit of PPIP. A significant relationship exists between between age on the implementation of PPIP, and also a education and cosmopolitan on the result of PPIP.

(13)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan adalah upaya sadar dan terencana untuk melaksanakan perubahan-perubahan yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga masyarakat untuk jangka panjang, yang dilaksanakan oleh pemerintah dan didukung oleh partisipasi masyarakatnya, dengan menggunakan teknologi yang terpilih (Mardikanto, 1993). Sumber daya alam yang sangat besar dan posisi geografis yang strategis, serta iklim yang memungkinkan untuk pendayagunaan lahan sepanjang tahun merupakan modal utama pembangunan untuk mewujudkan kemakmuran rakyat Indonesia, akan tetapi hingga saat ini potensi yang sangat besar tersebut belum berhasil secara nyata meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bersama.

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2006 mengalami peningkatan dari bulan Februari 2005 yang berjumlah 35,10 juta (15,97 persen) menjadi 39,05 juta (17,75 persen). Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk miskin sebesar 3,95 juta. Pertambahan penduduk miskin di daerah pedesaan lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah perkotaan. Selama periode Februari 2005 sampai dengan Maret 2006, penduduk miskin di daerah pedesaan bertambah 2,06 juta, sementara di daerah perkotaan bertambah 1,89 juta orang (BPS, 2006).

Besarnya jumlah penduduk miskin di Indonesia terutama di daerah pedesaan tersebut salah satunya diakibatkan karena di daerah pedesaan menghadapi permasalahan ekonomi lokal yang dipicu kurang tersedianya infrastruktur yang memadai. Upaya pemerintah menanggulangi permasalahan tersebut adalah meluncurkan Program Peningkatan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) melalui Departemen Pekerjaan Umum dengan sumber pendanaan program berasal dari pinjaman Asian Development Bank (ADB) 2221-INO. (Departemen PU, 2006).

(14)

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) merupakan program pemerintah yang memfasilitasi masyarakat desa tertinggal dalam membangun infrastruktur untuk mengurangi kemiskinan desa sebagai tindak lanjut dari Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM (PKPS BBM). Sasaran pembangunan prasarana desa meliputi transportasi pedesaan, irigasi pedesaan, air bersih pedesaan dan sanitasi pedesaan untuk meningkatkan akses masyarakat desa pada pemenuhan kebutuhan dasar yang akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat desa (Purcahyo, 2010).

Penyelenggaraan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) didukung tim koordinasi dari tingkat pusat sampai dengan masyarakat desa dengan melibatkan komponen-komponen pelaksana dan institusi terkait lainnya. Kecamatan Tengaran merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Semarang yang didalamnya terdapat beberapa desa tertinggal serta memiliki infrastruktur seperti jalan, jembatan, penyediaan air yang masih terbatas. Keterbatasan infrastruktur tersebut menjadi penghambat kegiatan sosial maupun ekonomi, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama petani, sehingga Kecamatan Tengaran menjadi salah satu daerah sasaran pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Perdesaan (PPIP).

Setiap kegiatan atau program yang dilaksanakan di suatu tempat pasti akan mendapatkan penilaian dari masyarakat sasaran program atau kegiatan yaitu penilaian baik atau buruk. Penilaian tersebut sedikit banyak akan dipengaruhi karakteristik pribadi masyarakat sasaran yang tidak lain adalah masyarakat miskin desa tertinggal yang sebagian besar di Kecamatan Tengaran bermatapencaharian sebagai petani. Oleh karena itu penelitian ini akan mengkaji penilaian petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pembangunan yang diadakan oleh pemerintah di daerah tersebut.

(15)

B. Perumusan Masalah

Peningkatan ekonomi lokal pedesaan mengalami hambatan karena kurangnya ketersediaan infrastruktur seperti jalan, jembatan pedesaan, irigasi pedesaan, air minum, dan sanitasi pedesaan. Hal ini menyebabkan semakin meningkatnya kerentanan dan ketidakmampuan penduduk untuk mendapatkan akses serta peluang yang sama dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik. Pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum mengambil strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan meluncurkan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui perbaikan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan infrastruktur dasar pedesaan.

Daerah sasaran Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) adalah daerah yang sebagian besar masyarakat didalamnya merupakan masyarakat miskin, serta memiliki sarana infrastruktur yang kurang memadai. Kecamatan Tengaran merupakan salah satu daerah penerima Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tahun 2008, namun penyelengaaran program pembangunan di daerah tersebut belum diketahui konsep, proses pelaksanaan, serta manfaat yang diterima masyarakat sekitar yang kemudian dapat mencerminkan baik buruknya program. Penilaian petani yang terlibat dalam program perlu dikaji untuk mengetahui berhasil tidaknya Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di daerah setempat. Penilaian masing-masing petani tersebut juga akan berbeda berdasarkan karakteristik pribadi yang dimiliki. Oleh karena itu dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, antara lain:

1. Bagaimana penyelenggaraan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang?

2. Bagaimana karakteristik petani daerah sasaran Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten semarang?

(16)

Semarang?

4. Bagaimana hubungan antara karakteristik petani daerah sasaran dengan penilaian petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana penyelenggaraan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

2. Mengkaji bagaimana karakteristik petani daerah sasaran Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kaupaten semarang

3. Mengkaji bagaimana penilaian petani daerah sasaran terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

4. Mengkaji sejauh mana hubungan antara karakteristik petani daerah sasaran dengan penilaian petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini untuk menambah wawasan peneliti serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian UNS

2. Bagi pemerintah kecamatan dan desa diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan motivasi dalam memfasilitasi masyarakat untuk program-program pembangunan pedesaan selanjutnya

3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

(17)

5

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan Pertanian Pedesaan a. Pengertian

Menurut Todaro dalam Tarmidi (1992), pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang menyangkut perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, kelembagaan nasional, maupun percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan dan penghapusan dari kemiskinan mutlak. Menurut Mardikanto (1993), dalam kaitannya dengan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah untuk mendapat dukungan dan partisipasi masyarakat, harus diperhatikan beberapa hal, antara lain:

1) Setiap warga masyarakat, harus diberitahu supaya mereka mengetahui rencana pembangunan yang telah ditetapkan pemerintah, serta mengetahui cara-cara yang dipilih pemerintah untuk melaksanakan pembangunan yang direncanakan

2) Setiap warga negara harus menyiapkan diri untuk berpartisipasi didalam proses pembangunan sesuai dengan kedudukan dan kemampuan masing-masing

3) Setiap perencanaan pembangunan harus memperhatikan kebutuhan masyarakat dan mau mendengarkan suara-suara yang yang disampaikan oleh masyarakat.

Pembangunan nasional menurut Prayitno (1985), digambarkan sebagai sebuah lingkaran, dimana pembangunan pedesaan sebagai pusatnya, analogi tersebut didasarkan atas beberapa hal antara lain: 1) Kurang lebih 80% penduduk berdiam di pedesaan, sehingga

(18)

2) Potensi Sumber Daya Alam (SDA) sebagian besar terdapat didaerah pedesaan, diantaranya beberapa lahan pertanian, sumber air, hutan dan tenaga kerja.

3) Basis pertahanan dan keamanan terletak di desa.

Pembangunan pertanian menurut Mosher (1981) juga merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum. Pembangunan pertanian memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi serta menjamin bahwa pembangunan menyeluruh (overall development) akan benar-benar bersifat umum, dan mencakup penduduk yang hidup dari bertani yang jumlahnya besar. Sebelum melakukan pembangunan pertanian, terdapat empat hal dasar yang berhubungan dengan perkembangan pertanian menurut Schultz (1953) yang harus diperhatikan, diantaranya peningkatan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, cara mengkonsumsi, dan output yang dilakukan untuk meningkatkan pertanian.

Menurut Mardikanto (2007), pembangunan pertanian merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh manusia untuk memperbesar atau menggiatkan turutnya campur tangan manusia didalam proses pertumbuhan tanaman dan atau hewan dengan tujuan untuk selalu dapat memperbaiki kesejahteraan atau kualitas hidup petani pengelolanya. Prasarat pembangunan pertanian menurut Milikan dan Hapgood (1972) dalam Mardikanto (2007) meliputi:

1) Stabilitas politik dan keamanan

2) Kemauan politik pemerintah untuk membangun pertanian

3) Tersedianya tenaga administrator dan kader-kader pembangunan di tingkat lokal.

(19)

petugas teknik pertanian. Beberapa faktor peubah lain yang menentukan keberhasilan pembangunan pertanian menurut Lion berger (1983) dan Axxin (1993) dalam Mardikanto (1993) adalah: tersedianya inovasi, kemudahan kredit, penyediaan sarana produksi, pengolahan dan pemasaran produk, serta beragam lembaga sosial dan kelembagaan ekonomi yang diperlukan.

Selaras dengan berbagai pengertian diatas pembangunan pedesaan dan pembangunan pertanian merupakan dua hal yang sangat penting dalam pencapaian pembangunan nasional. Pembangunan nasional secara umum akan dipengaruhi oleh adanya pembangunan pertanian yang secara otomatis didalamnya melibatkan masyarakat yang berada di pedesaan. Untuk mencapai pembangunan nasional pemerintah juga harus memperhatikan strategi pembinaan yang menyangkut perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, kelembagaan, ketersediaan administrator dan kader desa maupun percepatan pertumbuhan ekonomi petani dan masyarakat desa. b. Tujuan

Tujuan utama dari pembangunan pertanian menurut Munarfah dalam Basuki (2006) adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi. Adanya peningkatan produksi diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya baik untuk konsumsi maupun untuk kebutuhan lainnya. Menurut Pearson (2004), pemerintah juga menetapkan rangka kerja kebijakan pertanian yang didalamnya meliputi objektif atau tujuan yang hendak dicapai, pembatasan realita ekonomi, kebijakan pemerintah terkait produsen, kebijakan terkait konsumen, kebijakan terkait pasar, serta strategi yang berhubungan dengan teknologi, penawaran dan permintaan untuk memperbaikan kondisi pertanian.

(20)

dengan berbagai prioritas, antara lain:

1) Mengurangi tingkat kekurangan bahan pangan di beberapa tempat yang terus meningkat

2) Mengurangi tingkat kekurangan lapangan pekerjaan di pedesaan 3) Meningkatkan tingkat pendapatan dan tingkat kehidupan umum di

daerah pedesaan

Pelaksanaan program pembangunan pedesaan menurut Heinz (1998) juga harus didasarkan pada berbagai hal, antara lain:

1) Program bersifat politis, setiap proyek akan menderita kegagalan kecuali ada kemauan yang teguh

2) Harus dipandang sebagai strategi anti kemiskinan yang diarahkan untuk kelompok sasaran

3) Harus dilihat sebagai model pendekatan dan berorientasi pada produk menyeluruh, yang bertujuan mengintegrasikan masyarakat pedesaan kedalam proses pembangunan.

Berdasarkan berbagai hal yang menjadi dasar adanya pembangunan pedesaan, program pembangunan pertanian harus merupakan bagian dari pembangunan pedesaan yang menyeluruh dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi.

2. Kemiskinan dan Program Pengentasan Kemiskinan a. Konsep

(21)

kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.

Menurut Badan Pengembangan SDM (2003) dalam Basuki (2006) kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana individu, sekelompok orang atau segolongan orang tidak mampu dari sisi sosial ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun non pangan yang bersifat mendasar (sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan) atas jerih payah sendiri. Terdapat tiga jenis indikator yang digunakan oleh BPS menurut Soemitro (2002), mencakup:

1) Kemiskinan absolut, yaitu kondisi dibawah pendapatan yang menjamin kebutuhan dasar pangan, pakaian, dan perlindungan 2) Indeks jurang kemiskinan, yang merupakan rata-rata antara

pendapatan kaum miskin dengan garis kemiskinan

3) Indeks kesulitan, yang merupakan indeks jurang kemiskinan yang sensitif didistribusikan.

Sayogyo dalam Sumardi (1985) membedakan kemiskinan antara daerah desa dan kota, mereka disebut miskin kalau penghasilannya kurang dari 320 kg beras di desa dan kurang dari 480 kg beras di kota setiap tahun per jiwa. Golongan berpenghasilan rendah digolongkan pula pada kelompok miskin, miskin sekali,dan sangat miskin. Collin clark, Papanek dalam Sumardi (1985), menyebutkan pula ukuran kemiskinan dari ukuran nilai gizi yang dibutuhkan, yaitu setiap orang per hari memerlukan 1821 kalori, untuk itu diperlukan beras 320 kg per tahun atau 0,88 kg per hari.

Bank Dunia dalam Sumardi (1985), mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan mencapai standar hidup minimum. Berdasarkan hal tersebut dibuat 2 macam indeks berdasarkan tingkat konsumsi dan standar hidup minimum, yang meliputi:

1) Indeks pertama, kemiskinan yang spesifik di setiap negara

(22)

tinggi dan rendah.

Sejalan dengan berbagai pengertian diatas, kemiskinan merupakan suatu kondisi atau keadaan yang dialami seseorang, dimana terjadi kekurangan kebutuhan dasar hidup seperti makanan, tempat, dan pakaian, maupun akses pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan juga merupakan kondisi ketidakmampuan memanfaatkan tenaga mental maupun fisik sebagaimana mestinya.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan

Menurut Shiller (1998), terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kemiskinan diantaranya:

1) Aspirasi dan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menjalankan maupun memperbaiki hidupnya

2) Tidak terdapatnya akses pendidikan yang tinggi, yang akan berpengaruh pada kesempatan perolehan maupun posisi pekerjaan dan pendapatan yang diperoleh

3) Banyaknya saudara yang ada dalam suatu keluarga, yang menjadi beban tanggungan

4) Keinginan dari diri seseorang terkait peningkatan status yang dimiliki

5) Pengaruh kebijakan yang ada, dapat berpengaruh pada kemampuan masyarakat menemukan pekerjaan yang layak serta tidak adanya sanksi bagi masyarakat yang malas

6) Sejarah, dari keturunan sebelumnya.

Menurut Suyanto (1995), penyebab kemiskinan di dunia termasuk Indonesia, meliputi:

1) Kemiskinan alami yang disebabkan karena keadaan alam yang tidak subur serta tidak mempunyai potensi sumber alam lain

2) Kemiskinan karena kolonialisme akibat penjajahan dalam waktu yang lama

(23)

5) Kemiskinan struktural karena kekuasaan ekonomi dan persaingan yang berat

Suyanto (1995), menjelaskan pula program-program yang ditujukan untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat pedesaan jauh lebih banyak, karena ada berbagai faktor penyebab kemiskinan di pedesaan, antara lain:

1) Adanya pemusatan pemilikan tanah dibarengi proses fragmentasi pada arus bawah masyarakat pedesaan

2) Nilai tukar hasil produksi warga pedesaan khususnya sektor pertanian yang semakin tertinggal dengan hasil produksi lain 3) Lemahnya posisi masyarakat desa, khususnya petani dalam mata

rantai perdagangan

4) Karakter struktur sosial masyarakat pedesaan yang terpolarisasi. Berdasarkan beberapa faktor yang mempengaruhi, kemiskinan dapat disebabkan karena faktor internal seperti kemampuan dan keinginan dari diri sendiri, maupun eksternal dari lingkungan tempat tinggal seperti pendidikan, jumlah saudara, dan pengaruh kebijakan pemerintah. Biasanya kemiskinan banyak terjadi di daerah pedesaan disebabkan lemahnya posisi masyarakat desa sendiri, dan sektor pertanian pedesaan yang semakin tertinggal.

c. Program Pengentasan Kemiskinan

Menurut Suyanto (1995), beberapa kebijakan yang dapat dilaksanakan sebagai upaya pengentasan kemiskinan di dunia antara lain:

1) Pembangunan manusia secara fisik dan rohani untuk menanggulangi kemiskinan alami

2) Pembebasan bangsa dari penjajahan

3) Penerangan, penyuluhan, pembangunan proyek percontohan 4) Membuka isolasi daerah

(24)

6) pemberian Inpres Pemberantasan Kemiskinan (IPK).

Menurut Sumardi (1985), pemerintah Indonesia berusaha mengurangi kemiskinan dan memeratakan pendapatan melalui 8 jalur pemerataan, diantaranya:

1) Pemerataan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat banyak khususnya pangan, sandang,dan perumahan.

2) Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.

3) Pemerataan kesempatan kerja. 4) Pemerataan kesempatan berusaha.

5) Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan wanita.

6) Pemerataan penyebaran pembangunan di selurus wilayah tanah air 7) Pemerataan memperoleh keadilan.

Menurut Soemitro (1992) pada awal 1990an pemerintah Indonesia membuat beberapa kebijakan dan program penggalakan penanggulangan kemiskinan sperti: Indeks Desa Tertinggal (IDT), tabungan keluarga sejahtera, kredit keluarga sejahtera, dan kemitraan bersama antara skala usaha kecil, menengah, besar, serta perbaikan kuantitas dan kualitas pergerakan koperasi. Pemerintah juga mencanangkan beberapa program selama krisis ekonomi untuk menanggulangi kemiskinan seperti: program keamanan pangan, program pendidikan perlindungan sosial, program kesehatan perlindungan sosial, serta program pekerjaan umum padat karya.

Menurut Prahalad (2004), selain berbagai upaya dan strategi yang ada, pengurangan kemiskinan dapat dilakukan melalui pendekatan yang melibatkan kemitraan antara masyarakat miskin, organisasi kemasyarakatan, pemerintah, dan perusahaan besar dengan menciptakan pasar-pasar dan wirausaha melalui sistem Bottom of Phyramid (BOP). Perusahaan besar akan berhasil membangun

(25)

sebagai wirausaha yang tangguh dan kreatif sekaligus sebagai konsumen.

3. Penyuluhan Pertanian

a. Pengertian Penyuluhan Pertanian

Menurut Mardikanto (2009), penyuluhan pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembangunan/ pengembangan masyarakat dalam arti luas dan bukanlah kegiatan karikatif (bantuan cuma-cuma atas dasar belas-kasihan) yang menciptakan ketergantungan. Kartasapoetra (1994) dalam Setiana (2005), memberikan penjelasan bahwa penyuluhan pertanian merupakan usaha merubah perilaku petani dan keluarganya agar mereka mengetahui, menyadari, dan mempunyai kemampuan dan kemauan serta tanggung jawab untuk memecahkan masalahnya sendiri dalam rangka kegiatan usahatani dan kehidupannya.

Mardikanto (2009) memberikan penjelasan pula bahwa penyuluhan sebagai proses pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kapasitas demi kemandirian. Kegiatan penyuluhan menjadi sangat mutlak sebagai pemicu sekaligus pemacu pembangunan pertanian atau lebih sering dikatakan sebagai ujung tombak pembangunan pertanian.

Menurut Schramm dan Lerner (1976) dalam Mardikanto (1996) penyuluhan adalah sebagai jembatan antara dunia ilmu dan pemerintah, kegiatan penyuluhan mempunyai peranan penting sebagai proses komunikasi pembangunan dalam sistem pembangunan nasional. Dilakukan baik untuk menjembatani kesenjangan perilaku antara sesama aparat pemerintah maupun untuk menjembatani kesenjangan perilaku antara aparat pemerintah dengan masyarakat (petani) sebagai pelaksana utama pembangunan.

(26)

dilakukan melalui penambahan pengetahuan, keterampilan baru, dan perubahan perilaku yang didapat karena ada kesadaran untuk mengubah diri pada kondisi yang lebih baik.

b. Tujuan Penyuluhan Pertanian

Menurut Kartasapoetra (1987), tujuan penyuluhan pertanian dibedakan antara tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan penyuluhan pertanian jangka pendek yaitu untuk menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah dalam kegiatan usahatani petani di pedesaan. Perubahan-perubahan yang dimaksud adalah dalam bentuk pengetahuan, kecakapan, sikap, dan motif tindakan petani. Tujuan penyuluhan pertanian jangka panjang yaitu untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat tani, atau agar kesejahteraan hidup petani lebih terjamin.

Harold Dusentara dalam Kartasapoetra (1987), menyebutkan beberapa tujuan dari kegiatan penyuluhan, mencakup:

1) Penambahan pengetahuan kepada petani

2) Memotivasi petani agar mengarahkan usahataninya kepada bahan pangan yang banyak diperlukan

3) Menambah pengetahuan petani tentang keadaan dan kesempatan yang sedang berlangsung di luar daerah pedesaan

4) Menambah pengetahuan petani untuk mengembangkan bakat dan kemampuan

5) Membentuk masyarakat petani yang bangga akan usaha-usaha yang dikerjakan, bebas dalam cara berfikir, dan konstruktif dalam pandangannya.

c. Ruang Lingkup Penyuluhan Pertanian

Menurut Lippit (1961) dalam Mardikanto (2009), lingkup kegiatan penyuluh sebagai agen pembaruan diantaranya :

(27)

kondisi lingkungannya yang menyangkut lingkungan fisik/teknis, sosial-budaya, ekonomi, dan politik.

2) Menunjukkan adanya masalah, menunjukkan kondisi yang tidak diinginkan yang berkaitan dengan keadaan sumberdaya, lingkungan fisik/teknis, sosial budaya, dan politis.

3) Membantu pemecahan masalah, melakukan analisis akar masalah, alternatif pemecahan masalah, serta pemilihan alternatif pemecahan terbaik yang dapat dilakukan sesuai dengan kondisi internal maupun kondisi eksternal.

4) Menunjukkan pentingnya perubahan, menunjukkan pentingnya perubahan yang sedang dan akan terjadi di lingkungannya, baik lingkungan organisasi dan masyarakat, serta mengantisipasi perubahan melalui kegiatan perubahan yang terencana.

5) Melakukan pengujian dan demonstrasi, pengujian dan demonstrasi sebagai bagian dan implementasi perubahan terencana yang berhasil dirumuskan.

6) Memproduksi dan publikasi informasi, memproduksi dan publikasi informasi, baik yang berasal dari luar (penelitian, kebijakan, produsen/pelaku bisnis) maupun yang berasal dari dalam (pengalaman, indegenuous technology, maupun kearifan tradisional dan nilai-nilai adat yang lain).

7) Melaksanakan pemberdayaan/penguatan kapasitas, pemberian kesempatan kepada kelompok lapisan bawah untuk bersuara dan menentukan sendiri pilihannya.

d. Keberhasilan penyuluhan pertanian

Menurut Setiana (2005), tujuan jangka panjang penyuluhan pertanian yaitu, terjadinya peningkatan taraf hidup masyarakat dapat dicapai apabila para petani dalam masyarakat telah melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

(28)

2) Better business, berusaha yang lebih baik menguntungkan, mau, dan mampu menjauhi para pengijon, lintah darat, dan melakukan teknik pemasaran yang tepat

3) Better living, hidup lebih baik dengan mampu menghemat, tidak berfoya-foya, menabung, dan mencari alternatif lain dalam berusaha.

Menurut Kartasapoetra (1987), dengan tercapainya hasil penyuluhan pertanian tentang better farming, better business, dan better living maka para petani akan mampu mengelola usahataninya

dengan baik. Keberhasilan pengelolaan ini dapat mewujudkan kemampuan-kemampuan untuk bersama-sam:

1) Berswasembada memperbaiki dan membangun prasarana (irigasi, jalan, jembatan, tempat ibadah, keamanan) di desa atau lingkungan masyarakat yang akan membantu memperlancar keberhasilan usahataninya.

2) Melakukan partisipasi dengan pemerintahan setempat dalam mewujudkan hal-hal diatas.

Proses pencapaian adopsi inovasi dalam kegiatan penyuluhan menurut Kartasapoetra (1987), dapat dilakukan melalui pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan mencakup:

1) Pendekatan pada petani golongan I (innovator), dengan menggali informasi masalah yang dihadapi

2) Pendekatan pada petani golongan II (early adopter), III (early majority), dengan berkomunikasi lebih baik

3) Pendekatan pada petani golongan IV (late majority), dengan berkomunikasi dengan baik, secara gamblang, dan tekun

(29)

Menurut Mardikanto (1993) adopsi merupakan hasil dari kegiatan penyampaian pesan penyuluhan berupa “inovasi”, melalui tahapan-tahapan sebelum masyarakat mau menerima atau menerapkan dengan keyakinannya sendiri diantaranya: kesadaran (awareness), tumbuhnya minat (interest), menilai (evaluation), mencoba (trial), dan menerapkan (adoption). Evaluation merupakan salah satu tahapan, dimana dilakukan kegiatan penilaian terhadap baik buruk atau manfaat inovasi yang telah diketahui informasinya secara lebih lengkap. Pada penilaian ini masyarakat sasaran tidak hanya melakukan penilaian terhadap aspek teknisnya saja, tetapi juga aspek ekonomi, maupun aspek-aspek social budaya, bahkan seringkali juga ditinjau dari aspek politis atau kesesuaiannya dengan kebijakan pembangunan nasional dan regional.

4. Penilaian Petani Terhadap Program a. Pengertian Penilaian

Penilaian menurut Salim dan Yenny Salim (1991), merupakan suatu kegiatan sungguh-sungguh mengamati, mengoreksi, menimbang baik buruknya suatu masalah yang dilakukan oleh perorangan dengan dasar-dasar tertentu. Selanjutnya memberi penghargaan seberapa bobotnya, kualitasnya, dan kemampuannya. Menilai menurut Arikunto (2001), adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk, sebelum menentukan pilihan perlu mengadakan penilaian terhadap terhadap benda-benda yang akan dipilih.

Menurut Remmers et al (1965), pengukuran dan penilaian memiliki hubungan yang saling berkaitan, dimana penilaian berangkat dari adanya pengukuran yang menunjukkan suatu proses membandingkan dengan ukuran kuantitatif. Lynch (1997) memberikan penjelasan pula bahwa, penilaian didefinisikan sebagai langkah-langkah mengumpulkan informasi untuk mengambil suatu keputusan.

(30)

proses pengumpulan bukti, dengan beberapa urutan kegiatan operasional yang mencakup:

1) Menetapkan persyaratan atau sasaran penilaian 2) Mengumpulkan bukti

3) Mencocokkan bukti dengan persyaratan atau sasaran

4) Membuat keputusan berdasarkan kegiatan pencocokan tersebut. Anderson dalam Arikunto (2005) juga memberikan penjelasan bahwa, penilaian adalah sesuatu yang menyangkut proses pertimbangan manusia tentang hasil suatu program. Usaha-usaha penilaian terhadap suatu program tersebut hendaknya mempertimbangkan tujuan-tujuan program, baik tujuan jangka panjang maupun tujuan jangka pendek. Tidak boleh dilupakan juga timbulnya hasil-hasil yang mungkin tidak dirancang sebelumnya. Selaras dengan berbagai pengertian , penilaian merupakan suatu tindakan mengambil keputusan yang didasarkan atas pandangan dan pertimbangan baik buruknya sesuatu.

b. Pengertian Petani

Pengertian petani menurut Hernanto (1993) adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya dibidang pertanian. Pertanian dalam arti luas meliputi usaha pertanian, peternakan, perikanan, dan pemungutan hasil hutan. Menurut Sadjad (2003), petani disebutkan pula sebagai pelaku usahatani, pada umumnya tidak hanya secara langsung melaksanakan pekerjaan tani di lahan produksi, tetapi juga mengusahakan atau mengelola lahan hingga produktif tanpa menggarapnya sendiri.

(31)

akan sangat dipengaruhi oleh faktor diluar dan didalam pribadi petani itu sendiri yang sering disebut karakteristik sosial ekonomi

Pada dasarnya ada empat golongan petani berdasarkan tanahnya yang akan berpengaruh terhadap sumber dan distribusi pendapatannya menurut Hernanto (1993), yaitu:

1) Golongan petani luas ( lebih dari 2 Ha) 2) Golongan petani sedang (0,5 – 2 Ha) 3) Golongan petani sempit (0,5 Ha) 4) Golongan buruh tani tidak bertanah

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa petani adalah penduduk atau orang-orang yang untuk sementara secara tetap memiliki dan atau menguasai sebidang tanah, mengerjakannya sendiri, baik dengan tenaganya sendiri (beserta keluarganya) maupun dengan menggunakan tenaga orang lain atau orang upahan. Petani didalam mengelola usahatani akan sangat dipengaruhi oleh faktor diluar dan didalam pribadi petani yang sering disebut karakteristik sosial ekonomi.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penilaian Petani

Menurut Bakuwita (1985) dalam Faridha (2005) petani dalam menanggapi suatu ide atau informasi yang baru berbeda-beda menurut ciri-ciri kepribadian yang dimiliki dari masing-masing individu. Faktor-faktor personal oleh Rakhmat (1998) digambarkan sebagai faktor sosiopsikologis antara lain yaitu karakteristik sosial ekonomi.

Menurut Hernanto (1984) karakteristik sosial ekonomi petani meliputi:

1) Umur, umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal baru dalam menjalankan usahataninya. 2) Pendidikan, tingkat pendidikan petani baik formal maupun

(32)

3) Pendapatan keluarga, secara umum penadapatan petani memang rendah.

Menurut Lion Berger dalam Mardikanto (2007), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan seseorang dalam mengadopsi inovasi, antara lain:

1) Luas usahatani, semakin luas usahatani biasanya semakin cepat mengadopsi karena memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik 2) Tingkat pendapatan, petani dengan tingkat pendapatan tinggi

biasanya akan lebih cepat mengadopsi

3) Keberanian mengambil resiko, individu yang memiliki keberanian mengambil resiko biasanya lebih inovatif

4) Umur, semakin tua (diatas 50 tahun) biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh warga masyarakat setempat.

5) Tingkat partisipasi dalam kelompok, warga masyarakat yang suka bergabung dengan orang-orang di luar system sosialnya umumnya lebih inovatif dibandingkan yang melakukan kontak pribadi dengan warga setempat.

Ciri-ciri sosial ekonomi anggota sistem yang lebih inovatif, dalam artian mampu menerima dan menanggapi hal-hal yang baru menurut Hanafi (1987) antara lain:

1) Lebih berpendidikan, termasuk lebih menguasai kemampuan baca tulis.

2) Mempunyai status sosial lebih tinggi, status sosial ditandai dengan pendapatan, tingkat kesehatan, kehidupan, prestise, pekerjaan, dan pengendalian diri.

3) Mempunyai tingkat mobilitas sosial keatas lebih besar. 4) Mempunyai ladang lebih luas.

(33)

dengan alam, teman dan alam semesta. Pendidikan formal merupakan jenjang pendidikan dari terendah sampai tertinggi yang biasanya diterima di bangku sekolah, sedangkan pendidikan non formal biasanya diartikan sebagai penyelenggaraan pendidikan terorganisir diluar sistem pendidikan sekolah dengan isi pendidikan yang terprogram.

Slamet (1993) menambahkan tingkat pendidikan responden yang dikelompokkan menjadi 3 yaitu kelompok berpendidikan rendah yaitu SD kebawah, kelompok berpendidikan sedang diatas SD sampai dengan tamat SLTA dan berpendidikan tinggi diatas SLTA, sedangkan menurut Samsudin dalam Kartasapoetra (1991) mengatakan bahwa penyuluhan merupakan suatu cara atau usaha pendidikan yang bersifat non formal untuk para petani dan keluarganya di pedesaan. Menurut Soekartawi (1988), mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam menerima hal baru, begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah akan agak sulit untuk menerima hal baru dengan cepat.

Menurut Mubyarto (1979), hasil bruto produksi pertanian dihitung dengan mengalikan luas lahan tanah dan hasil persatuan luas. Semakin luas tanah garapan, hasil produksi pertanian pun semakin tinggi. Menurut Soekartawi (1988), petani dengan tingkat pendapatan tinggi juga ada hubungannya dengan penggunaan suatu inovasi. Petani dengan tingkat pendapatan tinggi akan lebih mudah melakukan sesuatu yang diinginkan, sehingga akan lebih cepat mengadopsi inovasi, dan kemampuan untuk melakukan percobaan perubahan.

Menurut Kartasapoetra (1991), petani yang berusia lanjut yaitu berumur 50 tahun keatas biasanya fanatik, cenderung bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru.

(34)

sistem sosialnya. Kosmopolitan dicirikan oleh frekuensi dan jarak perjalanan yang dilakukan serta pemanfaatan media massa. Menurut Mardikanto (1996), bagi masyarakat yang yang relatif kosmopolit, adopsi inovasi dapat berlangsung lebih cepat, tetapi bagi yang lebih localite (tetap terkungkung dalam sistem sosialnya sendiri) proses

adopsi inovasi akan berlangsung sangat lamban. Hal ini disebabkan karena tidak adanya keinginan-keinginan baru untuk hidup lebih baik seperti yang telah dinikmati oleh orang-orang diluar sistem sosialnya.

Berdasarkan keterkaitan berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor pendidikan mempengaruhi cara pandang seseorang dan pengetahuan petani sehingga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan baik buruk sesuatu. Pendapatan yang diterima petani akan mempengaruhi keterlibatan dalam suatu kegiatan, sehingga mampu memberikan tanggapan terhadap sesuatu hal baru. Penguasaan lahan mempengaruhi petani dalam pengelolaan dan mengoptimalkan produktivitas usahatani dengan lahan yang tersedia, sehingga akan mempengaruhi cara berfikir atau tanggapan terhadap hal baru untuk meningkatkan usahataninya. Umur juga mempengaruhi cara berfikir, cara kerja, dan cara hidup petani dalam menanggapi adanya sesuatu hal yang baru. Kemampuan petani dalam melakukan hubungan diluar sistem sosial dan pemanfaatan media massa akan membuka pandangan petani akan hal-hal baru diluar yang mendukung pengambilan keputusan terhadap hal baru yang datang dalam kehidupan sekitar. d. Pengukuran Penilaian Terhadap Program

(35)

Sudjana (2006), memberikan pengertian bahwa program merupakan kegiatan yang disusun secara terencana dan memiliki tujuan, sasaran, isi, dan jenis kegiatan, pelaksana kegiatan, proses kegiatan, waktu, fasilitas, alat-alat, biaya dan sumber pendukung lainnya. Kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui apakah tujuan yang ditetapkan tercapai, pelaksanaan program sesuai dengan rencana, dan bagaimana dampak setelah program.

Menurut Davis (1992) dalam Faridha (2005) pada tahap penilaian program, ditelaah faktor-faktor penghambat apabila ternyata dijumpai kesulitan yang menyebabkan tujuan yang ditetapkan tidak tercapai. Hal tersebut dapat dijadikan panduan dikemudian hari jika program yang sama dilakukan agar tidak dijumpai lagi hambatan sama.

Arikunto (2005) menambahkan, bahwa penilaian terhadap program dapat didasarkan atas jasa, nilai, atau manfaat dari program. Penilaian juga dilakukan untuk mengetahui efektivitas suatu program, dengan cara mengukur hal-hal yang berkaitan dengan keterlaksanaan program tersebut. Berdasarkan berbagai pengertian penilaian program dalam penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pembantu, pengontrol pelaksanaan program agar dapat diketahui tindak lanjut dari program berikutnya.

(36)

5. Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan a. Konsep Dasar

Menurut Purcahyo (2010) Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) merupakan suatu program yang diluncurkan melalui Departemen Pekerjaan Umum (PU) sebagai suatu langkah nyata pemerintah dalam pengentasan kemiskinan di desa-desa tertinggal dengan target penurunan angka kemiskinan yang sudah ditetapkan. Sasaran program berupa pembangunan prasarana desa untuk meningkatkan akses masyarakat desa pada pemenuhan kebutuhan dasar yang akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat desa, yang diharapkan dapat menyerap pekerja dan mengangkat perekonomian desa sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh warga desa setempat.

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) menurut Departemen PU (2006), memiliki fokus utama kegiatan dalam program rehabilitasi dan peningkatan infrastruktur di perdesaan yang dilaksanakan dengan beberapa pendekatan pada masyarakat melalui: 1) Pemberdayaan Masyarakat, dengan menekankan partisipasi aktif

masyarakat dalam seluruh aspek implementasi kegiatan.

2) Keberpihakan kepada yang miskin, hasil ditujukan kepada penduduk miskin.

3) Otonomi dan desentralisasi, artinya masyarakat memperoleh kepercayaan dan kesempatan yang luas dalam kegiatan.

4) Partisipatif, artinya masyarakat terlibat secara aktif dalam kegiatan. 5) Keswadayaan, artinya masyarakat menjadi faktor utama dalam

keberhasilan pembangunan.

6) Keterpaduan program pembangunan, artinya program yang dilaksanakan memiliki sinergi dengan program pembangunan yang lain.

(37)

penanganan permasalahan kemiskinan.

Pendekatan pemberdayaan masyarakat dan peningkatan peran stakeholder serta pemerintah daerah dilaksanakan untuk mendorong

kemandirian dan sinergi berbagai pihak dalam menanggulangi permasalahan kemiskinan di pedesaan dan sebagai upaya keberlanjutan program. Hal ini juga akan mendorong penyelarasan dengan program lain, meningkatkan rasa kepemilikan masyarakat dan meningkatkan prospek pencapaian tujuan bersama dalam meningkatkan pelayanan, khususnya kepada masyarakat miskin, pencapaian tujuan pembangunan millenium dan pengurangan kemiskinan.

b. Tujuan

Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya (2006) Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) merupakan program pemerintah yang ditujukan untuk melanjutkan keberhasilan program kompensasi pengurangan subsidi bahan bakar minyak untuk infrastruktur pedesaan (PKPS BBM IP) pada tahun 2005. Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui perbaikan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan infrastruktur dasar pedesaan.

Program Peningkatan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) juga memiliki tujuan jangka panjang dan jangka menengah, yaitu:

1) Tujuan jangka panjang adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

2) Tujuan jangka menengah adalah untuk meningkatkan akses masyarakat miskin dan yang mendekati miskin ke infrastruktur dasar di wilayah pedesaan.

Sasaran Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) menurut departemen PU (2006) terdiri dari:

(38)

2) Meningkatnya kemampuan masyarakat pedesaan dalam penyelenggaraan infrastruktur pedesaan.

3) Meningkatnya lapangan kerja bagi masyarakat pedesaan.

4) Meningkatnya kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam memfasilitasi masyarakat melaksanakan pembangunan pedesaan. 5) Mendorong terlaksananya penyelenggaraan pembangunan prasrana

pedesaan yang partisipatif, transparan, akuntabel, dan berkelanjutan.

c. Ruang Lingkup dan Kegunaan

Ruang lingkup Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Menurut Departemen PU (2006), meliputi:

1) Peningkatan infrastruktur yang mendukung aksesibilitas, yaitu: jalan dan jembatan perdesaan.

2) Peningkatan infrastruktur yang mendukung produksi pangan, yaitu: irigasi perdesaan.

3) Peningkatan infrastruktur yang mendukung pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, seperti: penyediaan air minum, dan sanitasi perdesaan.

Kegiatan yang dilakukan dapat berbentuk satu infrastruktur atau lebih serta dapat dilaksanakan secara terpadu. Serta untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran Program Peningkatan Infrastruktur Perdesaan, program dilaksanakan dalam 2 (dua) komponen yaitu : 1) Peningkatan Infrastruktur

(39)

sosial dan lingkungan. Setiap desa sasaran yang berpartisipasi akan mendapatkan dana bantuan untuk meningkatkan infrastruktur prioritas yang dibutuhkan sebesar Rp. 250 juta.

2) Dukungan Implementasi, Monitoring dan Koordinasi

Secara umum, komponen ini mendukung implementasi kegiatan dari komponen peningkatan infrastruktur.Kegiatan utama di dalam komponen ini meliputi:

a) Penetapan mekanisme manajemen program dan mekanisme koordinasi.

b) Pengembangan kapasitas pada tingkat kabupaten dan kecamatan.

c) Penyediaan bantuan teknis di kabupaten dan kecamatan untuk pendampingan.

d) perencanaan, pelaksanaan fisik, supervisi dan pengelolaan infrastruktur.

e) Penetapan mekanisme monitoring dan pelaporan yang efektif. f) Pelaksanaan safeguards sosial dan lingkungan.

g) Audit keuangan independen pada rekening dan keuangan Program dan Pokmas.

h) Pembelajaran pelaksanaan PKPS-BBM IP. d. Penerima Manfaat

Menurut Departemen PU (2006) Program Peningkatan Infrastruktur Perdesaan merupakan program pembangunan yang berbasis pada masyarakat, yaitu sasaran dan penerima manfaat adalah masyarakat miskin yang ada di daerah pedesaan, dengan menekankan partisipasi aktif masyarakat dalam seluruh aspek implementasi kegiatan (tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan). Selain itu juga terdapat keberpihakan kepada masyarakat miskin, artinya orientasi kegiatan baik dalam proses maupun pemanfaatan, hasil ditujukan kepada penduduk miskin.

(40)

B. Kerangka Berfikir

Pemerintah melakukan upaya percepatan pencapaian tujuan pembangunan millenium (Millenium Development Goals) dan peningkatkan jangkauan penerima manfaat program Kompensasi Pengurangan Subsidi-Bahan Bakar Minyak bidang Infrastruktur Perdesaan (PKPS-BBM IP) yang menanggulangi permasalahan kemiskinan di pedesaan dengan meluncurkan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) melalui Departemen Pekerjaan Umum. Program ini menitikberatkan pada desa-desa terpencil dan terisolasi di wilayah tertinggal serta memiliki tingkat pelayanan infrastruktur yang rendah, dengan harapan dapat mendukung terjaminnya peningkatan dan keberlanjutan kegiatan perekonomian di pedesaan.

Masyarakat, terutama petani yang berada di daerah tertinggal, sebagai penerima program yang terlibat dalam pelaksanaan program akan memberikan penilaian sesuai dengan apa yang dirasakan dan dapat dipengaruhi oleh karakteristik dari masing-masing individu, terutama karakteristik ekonomi dan sosial yang meliputi umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pendapatan, luas usahatani, dan kekosmopolitan. Seseorang akan memberikan penilaian terhadap sesuatu sesuai dengan apa yang memenuhi kebutuhannya. Program Peningkatan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) akan diterima sasaran secara efektif apabila terdapat kesesuaian antara keinginan masyarakat dengan penyelenggaraan program terkait perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta hasil dan manfaat dari program. Baik buruknya penilaian sasaran dapat mencerminkan keberhasilan dari program tersebut dan akan berimplikasi pada keberlanjutan program.

Skema kerangka berfikir Penilaian Petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:

(41)

Variabel X Variabel Y

Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir Penilaian Petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.

C. Hipotesis

Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik petani dengan penilaian petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

D. Pembatasan Masalah

Penelitian yang akan dilakukan dibatasi dengan berbagai permasalahan yang akan dikaji,meliputi:

1. Karakteristik petani yang diteliti meliputi umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pendapatan, luas usahatani, dan kekosmopolitan. 2. Penilaian petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP) dibatasi pada penilaian terhadap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi program, serta penilaian terhadap hasil dan manfaat program.

Penilaian Petani terhadap PPIP: 1.Perencanaan

PPIP

2.Pelaksanaan PPIP 3.Evaluasi PPIP 4.Hasil PPIP 5.Manfaat PPIP Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Karakteristik Petani yang berhubungan dengan penilaian: 1.Umur

2.Pendidikan 3.Pendapatan 4.Luas Usahatani 5.Kekosmopolitan

1.Sangat Baik 2.Baik

3.Cukup Baik 4.Buruk

5.Sangat Buruk

(42)

3. Responden dalam penelitian ini adalah petani di daerah sasaran yang menerima Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran, Kabupaten semarang.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Definisi operasional

a. Variabel Bebas (faktor karakteristik petani)

1) Umur, yaitu usia petani yang bersangkutan pada saat dilakukan penelitian, diperhitungkan dalam satuan tahun. Diukur dengan skala ordinal

2) Pendidikan formal, yaitu tingkat pendidikan terakhir yang dicapai petani pada bangku sekolah atau lembaga pendidikan formal diperhitungkan berdasarkan ijazah terakhir yang dimiliki. Diukur dengan skala ordinal.

3) Pendidikan non formal, yaitu pendidikan yang diperoleh petani diluar bangku sekolah atau pendidikan formal, diperhitungkan dengan seberapa sering petani mengikuti kegiatan penyuluhan maupun pelatihan yang dinyatakan sebagai salah satu pendidikan formal untuk petani selama satu musim tanam terakhir. Diukur dengan skala ordinal.

4) Pendapatan adalah seluruh penghasilan dari kegiatan usahatani dan non usahatani dinyatakan dengan kecukupan memenuhi kebutuhan keluarga per bulan. Diukur dengan skala ordinal.

5) Luas usahatani adalah luas lahan yang diusahakan petani untuk kegiatan usahatani, diperhitungkan dengan batasan luas lahan petani dalam Ha termasuk milik sendiri, sewa dan menyakap. Diukur dengan skala ordinal.

6) Kekosmopolitan adalah yaitu tingkat hubungannya dengan dunia luar diluar sistem sosialnya, diperhitungkan dengan frekuensi perjalanan ke luar kabupaten yang dilakukan untuk mencari

(43)

informasi serta frekuensi pemanfaatan media massa. Diukur dengan skala ordinal.

b. Variabel Terikat (Penilaian petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP))

Penilaian petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) terdiri dari penilaian terhadap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, hasil, dan manfaat program. Diukur dengan skala ordinal.

1) Penilaian terhadap perencanaan program adalah pemahaman dan keputusan petani terhadap persiapan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), hal ini dapat dilihat dari:

a) Pihak yang terlibat dalam perencanaan program PPIP b) Proses perencanaan program PPIP

c) Hasil perencanaan program PPIP

2) Penilaian terhadap pelaksanaan program adalah pemahaman dan keputusan petani terhadap keberlangsungan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), hal ini dapat dilihat dari:

a) Efisiensi pelaksanaan kegiatan pembangunan b) Kegiatan pendampingan dan pemantauan

c) Pemberdayaan dan kswadayaan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan

3) Penilaian terhadap evaluasi program adalah pemahaman dan keputusan petani terhadap koreksi pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), hal ini dapat dilihat dari:

a) Frekuensi kegiatan evaluasi b) Proses kegiatan evaluasi c) Manfaat kegiatan evaluai

(44)

masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari: adanya infrastruktur pedesaan

5) Penilaian terhadap manfaat program adalah pemahaman dan keputusan petani mengenai kegunaan hasil pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) yang dirasakan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari:

a) Peningkatan akses petani ke infrastruktur b) Peningkatan hubungan sosial

2. Pengukuran variabel

a. Pengukuran variabel faktor yang mempengaruhi penilaian petani Tabel 2.1 Pengukuran Variabel Faktor yang Mempengaruhi Penilaian

Petani

Variabel Indikator Kriteria Skor

1. Umur Usia petani pada saat penelitian

(45)

4. Pendapatan Kemampuan mencukupi

5. Luas usahatani Luas usahatani yang digarap termasuk milik sendiri, sewa 6. Kekosmopolitan Frekuensi perjalanan ke luar

daerah kabupaten untuk mencari informasi

a. Tidak pernah

(46)

b. Penilaian petani terhadap program PPIP 1) Penilaian terhadap perencanaan program

Tabel 2.2 Pengukuran Variabel Penilaian Petani Terhadap Perencanaan

Indikator Kriteria Skor

1. Pihak yang terlibat 2. Proses perencanaan

program

3. Hasil perencanaan

a. Sangat tidak kooperatif (hanya ada 1 pihak yang terlibat)

b. Tidak kooperatif (ada 2 pihak yang terlibat) c. Cukup kooperatif (ada 3 pihak yang terlibat) d. Kooperatif (ada 4 pihak yang terlibat) e. Sangat kooperatif (seluruh pihak terlibat)

a. Sangat tidak jelas (tidak ada sosialisasi dan musyawarah perencanaan sebelumnya)

b. Tidak jelas (hanya ada sosialisasi secara umum, tanpa ada penjelasan dan pengertian detail mengenai rencana pembangunan)

c. Cukup jelas (ada sosialisasi, dilanjutkan penunjukan panitia pelaksana, tetapi tidak ada pembahasan kesiapan masyarakat)

d. Jelas ( Ada sosialisasi, pembentukan panitia pelaksana, dilanjutkan pembahasan kesiapan masyarakat)

e. Sangat Jelas ( Ada sosialisasi, pembentukan panitia pelaksana, pembahasan kesiapan masyarakat , dan disertai perencanaan desain kegiatan)

a. Sangat tidak sesuai (panitia dibentuk tidak berdasarkan pilihan masyarakat, lokasi pembangunan bukan daerah yang memerlukan, jenis kegiatan bukan yang paling mendesak) b. Tidak sesuai (panitia terbentuk dari plihan

masyarakat, tetapi lokasi tidak tepat, dan jenis kegiatan bukan yang mendesak)

c. Cukup sesuai (panitia terbentuk dari plihan masyarakat, lokasi pembangunan di daerah tertinggal, tetapi jenis kegiatan bukan yang paling mendesak)

d. Sesuai (panitia terbentuk dari plihan masyarakat, lokasi pembangunan di daerah tertinggal, jenis kegiatan yang dipilih yang paling mendesak, tetapi belum ada pemplotan tugas untuk masyarakat setempat)

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir Penilaian Petani terhadap Program
Tabel 3.1 Jumlah Anggota Kelompok Tani Desa Duren dan Desa
Tabel 3.2 Jumlah Anggota Kelompok Tani dan Sample
Tabel 3.3 Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi (Berpikir kritis, kreatif, bekerjasama dan saling berkomunikasi dalam kelompok (4C), dengan rasa ingin tahu, tanggung jawab

PMATP Darul Falah Air Angek Koto Gadang Hilir Padang Ganting Tanah Datar Sumbar Ashriyah 16 28 Rusydi As.. Mudo, S.Sosi, M.Ag

Tujuan analisis verifikatif yaitu untuk mengetahui hasil penelitian yang berkaitan dengan hubungan atau pengaruh stress kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan di PT.Pupuk

Bab II adalah tinjauan pustaka, yang berkaitan dengan tinjauan tentang alat deteksi kebohongan, tanda emosi kebohongan di wajah, ekstraksi ciri wajah, pengenalan

Prasarana yang terbebani oleh volume lalu lintas yang tinggi dan berulang-ulang akan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas jalan sebagaimana indikatornya

Misalnya kosakata r or ehe ( per ahu).. Sam pai sekar ang sebagian kom unit as Kao m asih m em iliki keper cayaan r eligius/ anim ism e.. Ber apa banyak iklan yang m

Identitas Petani Wortel di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Berdasarkan Tingkat Pendidikan .... Identitas Petani Wortel di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian mencakup seluruh siswa kelas VII SMPN 1 Sekampung yang terbagi dalam lima kelas sedangkan sampel