• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI IKLIM INDONESIA PADA MASA INTERG (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONDISI IKLIM INDONESIA PADA MASA INTERG (1)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Paleoceanografi | Desember 2016 1 KONDISI IKLIM INDONESIA PADA MASA INTERGLASIAL (HOLOSEN)

Ibrahim Kholilullah

Departemen Ilmu Dan Teknologi Kelautan

Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor NRK : C551160231 e-mail: kholilullahibrahim@gmail.com

ABSTRAK

Indonesia berada pada perbatasan lempeng Eurasia dan lempeng Australia mengkibatkan banyak menyimpan catatan fosil yang membuatnya sangat menarik untuk diteliti bagaimana kondisinya pada zaman purba. Rekontruksi iklim purba menggunakan rasio kandungan 18O/16O dalam sedimen dasar laut, fosil dan ice core. Masa interglasial atau holosen adalah masa paling muda dari usia bumi.

Kondisi iklim

Indonesia saat interglasial

10.000 tahun lalu mengalami peningkatan suhu yang sangat tajam,

hingga

pada puncak zaman

interglasial

diperkirakan  6.000 tahun yang lalu

permukaan air laut

mencapai  3 m lebih tinggi dari muka laut sekarang

.

Kata kunci : Iklim, Interglasial, Holosen,

PENDAHULUAN

Paleoseanografi adalah ilmu yang mempelajari sejarah lautan yang meliputi aspek oseanografi, klimatologi, biologi, kimia dan geologi (Meissner et al., 2008). Dimana yang kita ketahui kondisi laut sangat mempengaruhi banyak kehidupan dan kejadian yang terjadi di bumi, salah satunya adalah iklim.

Paleoklimatologi memainkan peranan penting dalam ilmu iklim, karena memberikan landasan dalam menjawab pertanyaan penting dalam membuat model iklim dan menjadi sumber informasi tentang akibat yang mungkin terjadi akibat perubahan suhu terhadap ekosistem di masa depan (Reid et al., 2009).

Sejak bumi ini terbentuk, keadaan lingkungan di bumi telah mengalami perubahan sehingga menjadi keadaan lingkungan seperti yang terlihat sekarang ini. Pada zaman kuarter yang terbagi atas kala plestosen dan holosen telah terjadi beberapa kali perubahan iklim. Sejak awal kehadiran manusia plestosen di muka bumi ini senantiasa diikuti oleh peristiwa

alam yang tentu saja berpengaruh terhadap ekologi manusia prasejarah yang menghuni pada kala tersebut (Sujud, 2013).

Masa interglasial atau holosen adalah masa paling muda dari usia bumi. Dimana lempengan-lempengan bumi tidak lagi mengalami pergerakan secara besar-besaran. Hali ini memungkinkan pengkajian akan kondisi bumi dimasa lampau bisa dilakukan lebih akurat dari pada masa-masa sebelumnya.

Catatan sejarah suhu dan kondisigas atmosfer masalalu tersimpan dalam struktur cincin pohon, karang es, danau, koral dan sedimen laut (Reid et al., 2009). Sedimen laut dalam memberikan data yang relatif lengkap dan tidak terganggu hingga jutaan tahun, sedangkan koral dapat memberikan data dengan resolusi tinggi tetapi terbatas hanya di daerah tropis dan umur maksimal ribuan tahun.

(2)

Makalah Paleoceanografi | Desember 2016 2 itu paleoseanografi sangat terkait erat dengan

paleoklimatologi.

Gambar 1. Sedimen dasar laut

Sumber : (Larerveiledning)

Gambar 2. ice core

Sumber : (google.com)

Oksigen dalam bentuk gas memiliki dua bentuk yaitu oksigen isotopnya berbobot 16 (16O) dan 18(18O). konsentrasi dari seiap bentuk ini ditentukan oleh suhu air laut. Kadar Oksigen yang tinggi menunjukkan suhu yang lebih sejuk, sementara suhu yang menghangat menunjukan penurunan jumlah osigen (Reid et al., 2009).

Selain suhu air laut, komposisi rasio

18

O/16O air laut juga mempengaruhi komposissi rasio 18O/16O dalam fosil. Sehingga kandungan rasio 18O/16O fosil karbonat dalam strata sedimen laut, akan mencerminkan urut-urutan perubahan suhu air laut dimana organisme tersebut pernah hidup. Isotop oksigen dapat membuat korelasi antara hasil pengukuran rasio isotop 18O/16O dengan kurva 18O/16O standar untuk menentukan umur sedimen laut, serta membuat rekonstruksi perubahan temperatur air permukaan laut (Wahyudi, 2001).

Indonesia yang merupakan negara kepulawan, dulunya mempunyai Paparan Sunda dan Sahul yang sekarang menjadi lautan. Indonesia memiliki biodiversitas laut paling banyak didunia, serta merupakan salah satu negara segitiga coral, menyumbangkan 18% dari luas coral di dunia (Reid at al., 2009). Indonesia juga berada pada perbatasan lempeng Eurasia dan lempeng Australia yang menyababkan banyak menyimpan catatan fosil, membuatnya sangat menarik untuk diteliti bagaimana kondisinya pada zaman purba.

Berdasarkan urayan diatas, permasalahan yang muncul adalah

1. bagaimana kondisi iklin Indonesia pada saat interglasial.

PEMBAHASAN

Untuk mengetahui kondisi iklim Indonesia pada saat interglasial harus dilakukan penelitian tentang kandungan oksigen isotop

18

O/16O pada sedeman dasar laut di indonesia. Salah satu penelitian yang di lakukan oleh Gustiantini dkk, di laut Halmahera pada tahun 2015.

Gambar 3. Posisi bor sedimen MD3339 (titik merah) dan jalur Arus lintas Indonesia (Gordon, 2005)

(3)

Makalah Paleoceanografi | Desember 2016 3 Hasil Analisa penelitian oleh Gustiantini

dkk, (2015) menyatakan oksigen isotop diperoleh nilai δ18O G. ruber bervariasi dari

-1,15‰ sampai -2,92‰, dengan nilai ratarata -1,8‰. Pola fluktuasi nilai oksigen isotop mengidentifikasi perubahan periode glasiasi di Laut Halmahera. Glasial akhir terjadi sampai kedalaman sekitar 1.110 cm (sekitar 20.000 tahun lalu), dicirikan oleh nilai oksigen isotop relatif lebih berat yang biasanya mencirikan suhu dingin dan/atau salinitas tinggi. Nilai isotop yang dianggap sangat berat mencerminkan peristiwa glasial akhir maksimum (LGM, Last Glacial Maximum). Selanjutnya nilai δ18O G. ruber relatif berkurang

secara cepat, menandakan terjadinya kenaikan suhu tiba-tiba akibat mencairnya es dan menandakan berakhirnya saat glasial. Periode ini disebut masa transisi (deglasiasi) sebelum memasuki iklim hangat (interglasial disebut juga Holosen). Perubahan suhu yang tiba-tiba ini terus berlangsung sampai kedalaman 510cm, dan selanjutnya δ18

O G. ruber tidak lagi memperlihatkan penurunan yang drastis menandakan telah memasuki kala Holosen yang cenderung beriklim hangat sampai sekarang (Gambar 4).

Gambar 4. Nilai oksigen isotop cangkang

foraminifera G. ruber yang

menunjukkan peristiwa perubahan glasiasi, yaitu glasial akhir, LGM, deglasiasi dan interglasial (Holosen).

Nomor dengan tanda panah

menunjukkan umur berdasarkan analisis

dating14C dari cangkang foraminifera planktonik.

Sumber : (Gustiantini etal., 2015)

Puncak zaman es ditandai oleh susut laut yang mencapai – 145 m dibawah muka laut sekarang, zaman ini berakhir pada  14.000 tahun lalu, diikuti dengan mulai naiknya paras muka laut (Hantoro W.S, 1992). Kala holosen berlangsung kira-kira antara 10.000 tahun yang lalu hingga sekarang. Pada kala ini kegiatan gunung api, gerakan pengangkatan, dan pelipatan masih berlangsung terus. Sekalipun pengendapan sungai dan letusan gunung api masih terus membentuk endapan aluvial, bentuk topografi kepulauan Indonesia tidak banyak berbeda dengan topografi sekarang. Perubahan penting yang terjadi pada awal kala holosen adalah berubahnya iklim (Sujud, 2013).

Berakhirnya masa glasial kira-kira 20.000 tahun yang lalu menyebabkan berakhirnya musim dingin dan berakhir pula zaman es. Iklim kemudian menjadi panas dan terjadilah zaman panas dengan akibat semua daratan yang semula terbentuk karena turunnya muka air laut, kemudian tertutup kembali, termasuk paparan Sunda dan Sahul seperti dikenal sekarang (Sujud, 2013).

Pengaruh fenomena itu terhadap kehidupan di antaranya berupa terputusnya hubungan kepulauan Indonesia dari daratan Asia Tenggara dan Australia. Akibat terputusnya wilayah Indonesia dari daratan Asia dan Australia pada masa akhir masa glasial terputus pula jalan hubungan manusia dan hewan di wilayah tersebut. (Sujud, 2013).

(4)

Makalah Paleoceanografi | Desember 2016 4 di Indonesia (Hantoro, 2001). Paras mukaan laut

diduga terus meningkat hingga pada puncak zaman holosen diperkirakan  6.000 tahun yang lalu mencapai  3 m lebih tinggi dari muka laut sekarang (Hantoro, 2001).

lokasi-lokasi pemukiman juga bergeser ke tempat yang lebih tinggi masuk ke dalam hilir sungai. Berkembangnya budaya manusia, pola berpindah, berburu dan meramu (hasil) hutan lambat laun berubah menjadi penetap, beternak dan berladang serta menyimpan dan bertukar hasil dengan kelompok lain. Kemampuan berlayar dan menguasai navigasi samudra sudah lebih baik, memungkinkan beberapa suku bangsa Indonesia mampu menyeberangi Samudra Hindia ke Afrika dengan memanfaatkan pengetahuan cuaca dan astronomi.

Pemukiman di darat (pedalaman) lebih cepat berkembang dan menjadi penting karena pertanian merupakan kegiatan terpenting disaat itu serta lebih aman dan nyamannya pedalaman (kering), sementara pemukiman pantai masih belum dianggap penting karena sifatnya hanya sebagai pemukiman sementara atau titik bertolak atau berniaga dan tidak nyaman dihuni.

Hewan-hewan yang hidup di pulaupulau kecil kemudian hidup terasing, dan terpaksa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, dan beberapa diantaranya kemudian mengalami evolusi lokal.

Perbedaan unik yang terdapat di antara fauna vertebrata di wilayah tersebut menyebabkan disarankannya oleh para ahli tentang adanya garis-garis yang memisahkan berbagai keompok fauna veterbrata, yaitu kelompok yang mirip dengan fauna daratan Australia. Garis pemisah fauna tersebut adalah garis Wallace, garis Weber, dan garis Huxley. Pada kala Holosen, iklim di daerah tropik dan di Indonesia khususnya telah menunjukkan persamaan dengan iklim sekarang. Iklim sekarang ini merupakan tingkat awal dari masa glasial dan pluvial kelima (Leaky, 1960).

KESIMPULAN

Kondisi iklim Indonesia saat interglasial  10.000 tahun lalu mengalami peningkatan suhu yang sangat tajam, hingga pada puncak zaman interglasial diperkirakan  6.000 tahun yang lalu permukaan air laut mencapai  3 m lebih tinggi dari muka laut sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

Gustiantini L,. Maryunani, K. A., Zuraida, R,. Kissel, C. Bassinot, F., Zaim, Y. 2015. Distribusi Foraminifera di Laut Halmahera Dari Glasial Akhir ampai Resen. Jurnal Geologi Kelautan. 13(1): 25-36.

Hantoro W.S.,1992. Etude des terrasses récifales quaternaires soulevées entre le détroit de la landform changes: climatic changes consequence to epicontinental shelf and

fauna migration through Indonesian Archipelago. In Preceeding of: “The environmental and Cultural History and Dynamics of the Australian-Southeast Asian Region [seminar]. Melbourne. December 10-12, 1996.

Hantoro W.S. Pengaruh Laut dan Pantai Terhadap Perkembangan Kawasan Kota Pantai. Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI. 1(1):1-20.

Larerveiledning. Spor et av vortidens klima. Universitetet I Thomso, Universitetet I Bergen Belanda.

(5)

Makalah Paleoceanografi | Desember 2016 5 Meissner A, Mikkelsen TS, Gu H, Wernig M, Hanna

J, Sivachenko A, Zhang X, Bernstein BE, Nusbaum C, Jaffe DB et al. 2008, Genome-scale DNA methylation maps of pluripotent and differentiated cells: Nature. 7:454(7205):766-70.

Reid Craing, Marshall Justin, Logan Dave and Kleine

Diana. 2009. Terumbu Karang dan

Perubahan Iklim Pandu Pendidikan dan Pembangunan Kesadaran. Volume ke -1. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kelautan dan Perikanan Kementrian

Kelautan dan Perikanan Indonesia,

penerjemah. Jakarta (ID): Pancajaya. Terjemahan dari: Coral Reefs and Climate Change. The Guide for Education and waareness.. Coral ath, The University of

Queensland. Ustralia PB, “hal 174-175”

Sujud SPJ. 2013. Prasejarah Indinesia Tinjauan Kronologi dan Morfologi. .Sejarah dan Budaya. 7(2):20-30.

Wahyudi. 2001. Penentuan Umur Sedimen Laut dan Paleo-Temperatur Air Permukaan Laut Berdasarkan Perubahan Rasio Isotop 18

O/16O Dalam Foraminifera. JTPK. 5(2): 71

Gambar

Gambar 1. Sedimen dasar laut

Referensi

Dokumen terkait

 Pengurangan kas di bendahara pengeluaran adalah belanja operasi sebesar Rp. Rincian sisa UYHD dan penyetorannya dapat dilihat pada Lampiran 1a. Tidak ada penerimaan

Mengajarkan materi atau bahan ajar tentang penyajian dan pengolahan data pada sisiwa (mahasiswa) yang merupakan bagian dari pelajaran matematika tentu memiliki

A uf diese W eise gibt sich SpiegelhUtte als Fiktion zu erkennen, wobei der Leser bemerkt, dass Hermann Lenz keine Absicht hat, eine direkte Representation der Wirklichkeit

El análisis de esta investigación también permitió establecer y sistematizar en lo posible las características botánicas tradicionales de cada planta utilizadas para la prevención

Selain digunakan sebagai obat herbal, daun pandan wangi juga bisa dimanfaatkan untuk perawatan kecantikan rambut.. Oke, berikut ini beberapa contoh manfaat daun pandan wangi

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH PROMOSI,

Dengan berlakunya Peraturan i n i , maka Peraturan Bupati Pacitan Nomor 12.A Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Program Jaminan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMAN 3 Kota Bima, penulis dapat mengumpulkan data kenakalan remaja dan aktivitas belajar siswa dalam bidang