• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agama Dan Hak Azasi Manusia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Agama Dan Hak Azasi Manusia"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama oleh para pemeluknya, diyakini diwahyukan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pemurah kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman hidup, guna mencapai kebahagian di dunia dan akhirat. Agama mengajarkan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan suci, manusia diciptakan sebagai makhluk yang indah. Banyak ayat Al-Qur,an yang menyatakan bahwa apa yang diciptakan Allah dilangit dan bumi itu diperntukkan bagi kepentingan manusia, Terhadap makhluk-makhluk yang lain, manusia diposisikan oleh Allah sebagai khalifah, wakil Allah dibumi, sebagai pemegang amanah yang akan diminta pertanggung jawabannya di akhirat.

Sedangkan hak Asasi Manusia (HAM) bertujuan untuk memelihara harkat dan martabat manusia. Agama disebut sebagai fenomena abadi yang bersifat komplek. Ia telah lahir sejak awal keberadaan umat manusia dan tetap bertahan hingga hari kiamat. Dengan demikian seakan-akan agama tidak mengenal perubahan zaman, karena berbagai peristiwa sosial yang dialami oleh manusia tetapi tidak menghilangkan eksistensi agama. Meskipun keabadian agama sampai kini tidak terbantahkan, bahkan belum ada definisi yang dapat menjelaskan fenomena agama secara tuntas.

Disamping berkaitan dengan kenyataan-kenyataan, agama juga terutama yang berkaitan dengan keyakinan/kepercayaan, penghayatan dan perasaan kepada supra natural, Tuhan (dan sebutan-sebutan lainnya), sehingga agama merupakan sesuatu hal yang sangat luas, komplek, diluar pengamatan, dan peka. Demikian pula masalah hak asasi manusia (HAM) meurpakan “makhluk” yang multidimensi: politik, hukum, moral, bahkan juga budaya, dan hal yang luas, banyak makna dan peka. Karena luasnya itu, Abdul Aziz Said menyatakan bahwa hak asasi manusia pada saat ini telah menjadi sesuatu yang sulit didefinisikan, namun sebaliknya tidak mungkin diabaikan.1

Ide tentang hak asasi manusia (HAM) sudah merupakan “universal wisdom” atau kearifan universal yang diterima oleh perserikatan bangsa-bangsa, sebuah lembaga dunia yang menghimpun seluruh negara-negara merdeka jauh sebelum munculnya fenomena kebangkitan agama-agama. Namun ada sejumlah negara-negara yang masih menyimpan rasa keberatan untuk menerima subtansi HAM secara penuh dan utuh.

(2)

Masyarakat memandang bahwa agama mempunyai wilayah kerja, demikian pula hak asasi manusia (HAM) juga mempunyai wilayah kekuasaan sendiri. Apabila dipandang asal usulnya, agama pedoman hidup yang diyakini berasal dari Tuhan, sedangkan hak asasi manusia merupakan pedoman hidup hasil pengalaman dan pemikiran manusia (humanis ethics). Sebahagian masyarakat menilai bahwa tidak tepat, atau bahkan berbahaya mencampuradukkan agama dengan hak asasi manusia. Disamping perbedaan wilayah kerja, antara agama dan HAM juga memiliki perbedaan pendekatan, agama menempatkan manusia sebagai makhluk Tuhan bersama makhluk-makhluk lainnya. Sedangkan HAM lebih mengedepankan hak dari pada kewajiban, sehingga menjadi label, “setiap orang berhak”, sehingga hubungan, persentuhan, dan perbenturan antara agama dan hak asasi manusia tidak dapat di elakkan.2 Hubungan tersebut dapat berupa penolakan total, penolakan sebagian, namun juga dapat berupa klaim-klaim yang saling bertolak belakang antara agama dan HAM.

B. Rumusan Masalah

Oleh karena pentingnya memahami Agama dan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam kajian ilmu Agama dan kemanusian, maka dalam makalah ini akan disajikan beberapa permasalahan yang terkait dengan Agama dan hak Asasi Manusia (HAM), dan kemudian dikaitkan dengan konteks kekinian.

1. Bagaiman yang dimaksud dengan HAM

2. Bagaiman kedudukan Agama dalam Konsep HAM

3. Bentuk-bentuk kontroversi hukum dan pelanggaran HAM terhadap agama

BAB II

PEMBAHASAN

(3)

A. Hak Asasi Manusia (HAM)

Dalam ABC Teaching Human Right, United Nation, dirumuskan “ Human rights could be generally defined as those rights which are inherent in our nature and without which we can not live as human being” (Hak-hak asasi manusia secara umum dapat didefinisikan sebagai hak-hak yang menyatu dalam alam diri kita dan tanpa hak hak-hak tersebut, kita tidak hidup sebagai manusia).

Pengertian HAM seperti yang dikemukakan oleh Materson dari Komisi Hak Asasi Manusia PBB adalah hak-hak yang melekat pada manusia, yang tanpa dengannya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.3

Menurut Baharuddin Lopa, kalimat “mustahil dapat hidup sebagai manusia” hendaknya diartikan dengan “mustahil dapat hidup sebagai manusia yang bertanggung jawab”4

Sementara menurut John Locke, Hak Asasi Manusia adalah hak yang dibawa sejak lahir yang secara kodrati melekat pada setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat. John Locke menjelaskan bahwa HAM merupakan hak kodrat pada diri manusia yang merupakan anugrah atau pemberian langsung dari tuhan YME.

Dari pengertian dasar tentang hak asasi manusia ini, selanjutnya dirumuskan dalam 30 pasal Universal Declaration of Human Right (DUHAM). Deklarasi ini disetujui pada tahun 1948 oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa. Subjek dari masing pasal tersebut antara lain adalah:5

1. Pasal 1 Deklarasi Universal ini menyatakan bahwa manusia dilahirkan bebas dan semua manusia mempunyai martabat dan martabat yang sama.

2. Larangan diskriminasi, larangan membedakan satu orang dengan orang yang lainnya karena ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik atau pendapat lain, asal usul kebangsaan bangsa atau social, harta milik, status kelahiran atau status lain.

3. Hak atas penghidupan, kemerdekaan dan keselamatan seseorang. Termasuk dalam hak ini adalah larangan genosida, pengurangan kemerdekaan dan keselamatn seseorang.

4. Larangan perbudakan. Seseorang tidak boleh diperbudak

3 Peter Baehr, Instrumen International Pokok Hak-hak Asasi Manusia, (Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 1997, hlm, 15

4 Baharuddin Lopa, Al-Qur,an dan Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: PT. Dana Bakti Prima

Jasa, 1998),hlm, 3

(4)

5. Larangan penganiayaan. Seseorang tidak boleh dianiaya, diperlakukan secara kejam tidak berprikemanusian atau pengkuman yang menghinakan

6. Hak atas pengakuan sebagai manusia pribadi di muka hikum

7. Hak atas kemerdekaan seseorang. Tidak seorang pun boleh ditangkap, ditahan atau dibuang secara sewenang-wenang.

8. Hak atas kebebasan pikiran, hati nurani dan agama. Hak atas kebebasan agama ini mencakup kebebasan mengajarkan, melakukan, beribadah dan menepatinya, baik sendiri maupun bersama-sama, baik ditempat tersendiri maupun ditempat umum. 9. Hak untuk mencari. Setiap orang. Setiap orang berhak mendapatkan suaka

kenegeri lain, kecuali karena pidana yang tidak ada hubungannya dengan politik.

Pasal-pasal tersebut diatas merupakan hanya sebahagian dari 30 pasal yang dirumuskan dalam Deklarasi DUHAM. Untuk lebih lengkap lihat pokok-pokok hak asasi manusia.

B. Agama

Pengertian dan definisi agama menurut para ahli. Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.6

Sedang yang dimaksud dengan agama dalam hak asasi manusia dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, yang menempatkan kebebasan pikiran, hati nurani dan agama dalam satu baris, dalam satu kalimat. Dengan penempatan demikian, dapat dipahami bahwa antara ketiga unsur, yaitu pikiran, hati nurani dan agama dalam konteks hak asasi manusia dinilai memiliki tingkat kepentingan yang sejajar, memiliki unsur-unsur yang mirip atau berdekatan antara satu dengan yang lain. Namun apabila tentang pikiran dan hati nurani tidak ada penjelasan sama sekali, maka agama dalam pasal tersebut memberikan penjelasan penjelasan yang panjang dan rinci, yaitu7: “Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani dan

agama; hak ini termasuk kebebasan menyatakan agama atau kpercayaan dengan cara mengajarkannya, melakukannya, beribadah dan menepatinya, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, dan tempat umum maupun tersendiri”

Adapun materi tentang kebebasan agama dalam pasal Deklarasi Universal dapat diurai sebagai berikut.8;

a) Kebebasan menyatakan agama atau kepercayaan b) Kebebasan cara mengajarkan

6Departemen RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka: Edisi II, cet. IV 1995

7Slamet HW, Hak Asasi Manusia dalam Hukum dan Politik, (Jakarta:Tajuk Republika,

2002) hlm. 6

(5)

c) Kebebasan melakukan ajaran agama, mencakup beribadah dan menepatinya d) Mengajarkan, melakukannya, beribadah dan menepatinya, dapat dilkukan sendiri

atau bersama-sama dengan orang lain,ditempat umum maupun sendiri.

Adapun ruang lingkup suatu agama dapat saja berubah atau berkembang dari satu waktu ke waktu yang lain. Apabila dirinci, maka suatu agama dapat memiliki lebih dari satu unsur yaitu:

1) Akidah/kepercayaan kepada Tuhan; kepercayaan kepada kehidupan dunia adanya balasan di akhirat

2) Ajaran tentang kebaktian, yaitu ajaran tentang hubungan manusia dengan tuhannya

3) Ajaran moral, yaitu menyangkut hubungan manusia dengan manusia dengan sesamanya dan alam lingkungan

4) Sosial, budaya, pendidikan,dan 5) Politik, ekonomi dan lain-lain

Pada umumnya, agama-agama besar memiliki unsur pertama, kedua dan ketiga. Sedangkan unsur ketiga dan keempat dalam sebagian agama, disamping merupakan usaha menjaga eksistensi manusia sendiri juga dimaknai sebagai penjabaran dari kepercayaan kepada Tuhan itu sendiri. Namun dapat juga dilihat bahwa pelaksanaan unsur yang keempat dan kelima yang tidak wajar, dianggap sebagai ancaman kelompok agama lain yang merasa menjadi sasaran penyiaran agama tersebut. Beragamnya tipe agama di dunia menyebabkan pengaturan dan pelaksanaan hak asasi manusia (HAM) bidang agama menjadi tidak sama antara agama yang satu dengan yang lainnya. Bahkan beragamnya agama-agama di dunia juga menjadi tidak mudah untuk mencari titik temu.9

C. Sejarah dan Makna Hak Asasi Manusia

Pengertian awal tentang hak asasi manusia (HAM) masih sangat bernuansa filsafat. Memang tak terbantahkan bahwa filosoflah yang pertama kali mempersoalkan hak asasi manusia dari aspek filsafat semata, padahal dapat pula ditinjau dalam perspektif hukum, social, politik, kultur atau ekonomi.

Menurut konsep hak asasi manusia, setiap manusia yang dilahirakan sudah memiliki kemerdekaan dan mempunyai martabat serta hak-hak yang sama. Manusia dikaruniai akal dan budi pekerti atau dalam bahahasa agamnya dikatakan bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Dalam rangka memelihara kesuciannya itu, manusia oleh Tuhan dikaruniai akal dan budi.

9 Moh.Zahid, Agama dan Hak Asasi Manusia Dalam Kasus di Indonesia,(Jakarta:Balai

(6)

Pada awalnya, hak sasi manusia diperkenalkan di Inggris. Para bangsawan Inggris pada tahun 1215 M berhasil memaksa Raja johm mendatangani magna Charta Libertatum yang isi pokoknya membagi kekuasaan antara Raja dengan para bangsawan, kemudian lahir Bill of Right (1689) yang memuat ketentuan-ketentuan yang melindungi hak-hak dan kekuasaan individu. Bill of right merupakan hasil pejuangan parlemen Inggris melawan pemerintahan raja-raja bangsa Stuart yang sewenang-wenang pada abad ke 17. Bill of right disahkan setelah raja James II dipaksa turun tahta dan William III naik kesinggasana, menyusul revolusi gemilang pada tahun 1688.10

Selanjutnya, Rene Casin sebagai perumus utama memasukkan alam pikiran hak asasi manusia ini kedalam Deklarasi prancis (1789 M). Selanjutnya hak asasi manusia baru tumbuh dan berkembang pada waktu hak-hak manusia itu mulai diperhatikan dan diperjuangkan dari tekanan, serangan atas bahaya yang ditimpulkan oleh kekuasaan Negara. Dengan demikian, hakikat hak asasi manusia berkisar pada pergaulan/interaksi antara manusia (individu) dengan masyarakat.11 Singkatnya, hak asasi manusia (HAM) kemudian disepakati secara bulat dalam Sidang Umum PBB pada 10 Desember 1948.

Dilihat dari perkembangannya, cakupan pemahaman tentang hak asasi manusia ini dapat dibentuk berdasar atas tiga generasi. Pertama, Mencakup hak-hak politik dan sipil yang sudah lama dikenal dan selalu diasosiasikan dengan pemikiran di Negara-negara Barat. Kedua,Mencakup hak ekonomi dan social yang gigih diperjuangkan oleh Negara-negara komunis di PBB. Ketiga,mencakup hak atas perdamaian dan pembangunan, selain itu mereka juga mengemukakan konsep mengenai relativisme kultur, yaitu pemikiran bahwa hak asasi manusia harus dilihat dalam konteks kebudayaan masing-masing Negara, karena hal ini dapat menyebabkan pebedaan dalam pelaksanaan hak asasi manusia.12

D. Kedudukan Agama dalam Konsep HAM

Deklarasi Universal tentang hak asasi manusia menundukkan agama dalam dua posisi. Pertama, agama didudukkan sebagai identitas seseorang, yakni disetarakan dengan asal-usul, jenis kelamin, etnis, budaya dan sebagainya. Dalam hal ini, orang, kelompok atau Negara dilarang melakukan diskriminasi karena alasan

10 Scott Davidson, Hak Asasi Manusia: Sejarah, Teori dan Praktek dalam Pergaulan International, (Jakarta: Grafitti, 1994), hlm, 4

11 Scot Davidson, Hak Asasi manusia; Sejarah…,hlm. 6

(7)

agama. Tindakan pelanggaran hak asasi dengan meletakkan manusia sebagai objek yang dibeda-bedakan merupakan suatu pelanggaran HAM. Persamaan harkat dan martabat sebagai makhluk ciptaan Tuhan tidak diperhitungkan dan diingkari. Posisi agama dapat dibaca pada pasal 2 DUHAM bahwa setiap orang tanpa membedakan agama mempunyai hak dan kebebasan yang dinyatakan dalam dalam Deklarasi tersebut. Kedua, Agama diposisikan sebagai hak untuk dipeluk, mempercayai dan berkeyakinan akan Zat Yang Maha Esa, beribadah kepadanya dan berpengajaran.13

Hak asasi manusia (HAM) tentang kebebasan beragama, selanjutnya di uraikan dalam pasal 27 Konvensi Amerika tentang Hak-Hak Asasi Manusia dan dalam Deklarasi tentang Penghapusan Semua Bentuk Ketidak Rukunan Agama dan Deskriminasi Berdasrkan Agama atau Kepercayaan (1985).

E. HAM: Ideologi, politik, Hukum, dan Moral

1.Ideologi

Pengertian hak asasi manusia selintas tanpak jelas, tetapi dalam prakteknya tidak sesederhana itu. Sehingga tidaklah mengherankan apabila dikemudian hari terjadi berbagai kasus, dimana suatu negara dikecam oleh negara lain karena dianggap menyimpang dari konsensus dalam melaksanakan hak-hak asasi manusia. Sebaliknya, Negara yang dikecam itu justru mengecam balik Negara yang mengecamnya juga atas tuduhan yang sama.

Perembangan penafsiran hak-hak asasi manusia sudah terjadi sejak Magna Charta (1215) hingga Universal Declaration of Human Rights (1948) bahkan perkembangan penafsiran tersebut terus berlanjut sampai sekarang. Perkembangan wacana ini pertanda bahwa terdapat suatu perluasan semesta pembicaraan hak asasi manusia, baik mengenai konsep hak asasi manusia sendiri maupun pelaksanaannya di lapangan. Sebagai contoh, yang dimaksud dengan manusia dalam Magna Charta adalah “orang Inggris” dan yang dimaksud manusia dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika adalah pria berkulit putih. Disamping itu masih terdapat persoalan yang tidak mudah untuk dijawab ketika orang berbicara tentang hak asasi manusisia. Persoalan-persoalan tersebut adalah: Apa yang termasuk dan apa yang tidak termasuk hak asasi manusia. Kemudian bagaimana interprestasi terhadap konsep-konsep yang sudah disepakati sebagai bagian dari HAM. Dan parameter apa yang digunakan untuk menilai pelaksanaan hal-hal yang disepakati sebagai hak-hak asasi manusia. Disamping itu, masih terdapat sejumlah persoalan lain yang sebenarnya tidak menjadi

13 Indradi Kusuma. Dkk, Diskriminasi Warga Negara dan Hak Asasi Manusia, (Jakarta:

(8)

bagian dari HAM, namun turut menentukan realisasi pelaksanaan hak asasi manusia, seperti faktor kepentingan dan tendensi penjahan bentuk baru.14

Selama abad XVII sampai abad XIX, HAM telah menjadi ideologi yang memberikan dasar legitimasi bagi perjuangan kelas menengah. Dengan modal kepastian hukum dan kebebasan hak-hak asasi manusia, kaum kelas menengah ini mendorong tumbuhnya perekonomian kapitalis di Negara-negara Eropa. Pada tahap selanjutnya, HAM menjadi senjata ideologi bagi kaum buruh yang diperlakukan kurang manusiawi oleh kaum menengah atas yang telah menjadi majikan. Berpangkal dari peristiwa ini, pada abad ke 19 lahir hak-hak sosial yang memberikan perlindungan bagi kepentingan kaum buruh.15

Sifat individualistic yang terkandung dalam Universal Declaration of Human Rights itu dirasaknan oleh banyak Negara sosialis dan Negara berkembang lainnya mengandung bias Barat yang kuat. Negara-negara yang baru berkembang tersebut memandang hak-hak asasi manusia itu sebagai historis dan lepas dari konteks lingkungan budaya, social, politik dan ekonomi masyarakat setempat. Inilah titik kelemahan dan kekurangan Universal Declaratioan of Human Rights tersebut.16 Ditengah-tengah kecurigaan itulah PBB mengesahkan dua buah kovenan international tentang HAM. Pertama, kovenan tentang hak-hak ekonomi, social dan budaya. Kedua, kovenan international tentang hak-hak sipil dan politik. Dengan disahkannya dua kovenan tentang hak-hak asasi manusia ini, maka negara-negara berkembang dalam mewujudkan keadilan ekonomi, sosial dan budaya harus dibarengi dengan demokratisasi di bidang politik.

2. Politik

Hak asasi manusia dapat berwajah politik. Negara yang telah mempunyai kepedulian terhadap masalah hak asasi manusia ini akan dapat dengan mudah menuduh bahwa pihak lain mengabaikan kewajibannya melindungi, atau bahkan melakukan pelanggaran terhadap hak-hak asasi warganya. Karena, hak asasi manusia dapat berubah menjadi komoditi politik bagi negara-negara adikuasa, negara-negara yang merasa dirinya sudah melindungi hak asasi manusia bagi warganya sebaliknya, bagi negara berkembang yang baru dalam proses membangun mencoba menuduh balik bahwa negara lain telah mencampuri urusan dalam negeri, suatu yang jelas bertentangan dengan etika pergaulan international dewasa ini, sebagai contoh yaitu, campur tangan Amerika Serikat terhadap integrasi Timor Timur ke Indonesia serta peranannya terhadap lepasnya wilayah itu dari Indonesia.

14 Slamet HW, Hak Asasi manusia.. hlm. 7 15 Slamet HW, Ibid..,hlm. 15

16 David Litle dkk, Kebebasan Agama dan Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997)

(9)

3. Hukum

Dalam priode yang relativ, Deklarasi Universal HAM sudah berhasil menjadi dari bagian hukum konstitusi masyarakat dunia, dan Deklarasi Universal HAM itu bersama-sama dengan piagam PBB sudah mencapai suatu derajat hukum bangsa-bangsa yang lebih tinggi dari semua perangkat hukum international dan hukum nasional lainnya.

Bagi suatu negara, hak asasi manusia dapat menjadi kerangka dan bahan penyusunan peraturan undang-undangan, penegakan hukum, penciptaan ketertiban umum, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun demikian, bagi negara-negara Timur dan negara berkembang lainya, langkah internalisasi HAM dalam rumsan hukum terkadang tidak mudah, sehingga dapat saja muncul pemahaman konsep HAM menurut masyarakat Barat dan Timur. Adapula yang berpendapat bahwa HAM yang di Deklarasikan tersebut merupakan HAM international, sedangkan di masing-masing negara dapat saja ada HAM yang bersifat nasional/lokal, atau pelaksanaannya tidak harus persis sama dengan pelaksanaan di negara-negara maju.

4. Moral

HAM dapat juga berkembang menjadi tata moral suatu bangsa, suku, kelompok dan anggota masyarakat mempergunakan dan menghormati hak-hak asasi manusia yang dimiliki bangsa, suku, kelompok dan orang lain.

Di Australia misalnya, pemerintah Daerah di Sidney menolak permohonan sekolompok penduduk yang beragama Islam untuk membangun masjid. Pasalnya, tempat ibadah itu dikhawatirkan akan menjadi tempat nyaman bagi teroris. Namun sebaliknya apabila pihak pemeluk agama Kristen mengeluhkan sulitnya mendirikan rumah ibadah/gereja di negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa, Hak Asasi Manusia tidak selamnya didasarkan atas kehendak atau kebutuhan pribadi manusia, tetapi lebih dari kemaslahatan atau kebaikan untuk semua umat manusia.

F. Hubungan Islam Dan HAM

Hubungan antara Islam dan hak asasi manusia, sangat menarik untuk dikaji mengingat sebagai gagasan universal, HAM selalu relevan dengan perkembangan zaman. Dalam Islam, perdebatan tentang HAM biasanya berkisar tentang kesesuaiannya dengan ajaran Islam. Hal ini terjadi karena, dalam banyak hal, tidak bisa dilepaskan dari kenyataan bahwa konsep-konsep itu berkembang dari dunia Barat yang sering dihadapkan dengan dunia timur (Islam).

(10)

muncul sejumlah pendapat mengenai hak asasi manusia ini ketika dihubungan dengan Islam dan Barat. Sebagian pendapat menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah sebuah konsep modern yang sama sekali tidak memiliki akar dalam tradisi Islam. Hak asasi manusia adalah ciptaan Barat dan dengan demikian, masyarakat di luar Barat modern tidak memiliki konsep hak asasi ini.17

Di sisi lain, ada pendapat yang sangat bertentangan dengan pendapat ini, yang mengatakan bahwa Islam tidak harus mengadopsi hak asasi manusia, karena pada dasarnya, konsep itu merupakan bentuk lain imperalisme Barat. Di antara dua pendapat ekstrem ini, terdapat pandangan yang meyakini bahwa Islam memiliki konsep hak asasi manusia yang sesuai dengan hak asasi manusia modern yang diperkenalkan oleh Barat itu. Sehingga, secara formal-konseptual, menurut pandangan ini, hak asasi manusia memang lahir di Barat, tetapi bukan berarti Islam tidak memilikinya.

G. Persoalan HAM Terhadap UUD dan Aturan Agama

Penuangan nilai-nilai didalam hukum Agama dalam bentuk aturan tertulis sering di ikuti oleh protes dan dianggap akan menimbulkan pelanggaran HAM, seperti hukuman atau pidana cambuk yang diterapkan di suatu daerah yang menjalankan syariat Islam dikatakan sebagai bentuk hukuman (pidana) yang melanggar HAM. Padahal semua jenis pidana itu adalah memang melanggar HAM. Filosofinya adalah melanggar HAM yang kecil untuk melindungi HAM yang lebih besar.

Tidak hanya dalam aturan agama, sebagai contoh yang menarik diperbincangkan akhir-akhir ini adalah kontroversi terhadap eksekusi hukuman mati terpidana kasus narkoba di Indonesia. Secara sederhana dipertanyakan bahwa apakah narkoba itu termasuk dalam katagori kejahatan serius atau bukan. Ada masing-masing pendapat mengenai hal ini. Pihak yang menyebut narkoba bukan kejahatan serius, adalah Sekjen Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Ban Ki Moon. Dia bersama Presiden Prancis Francois Hollande, dan sebelumnya PM Australia Tony Abbot, meminta hukuman mati tidak dilakukan, karna hal tersebut melanggar HAM. Menurut Sekjen PBB, hukuman mati sudah tidak digunakan secara global. Ia mengatakan hukuman mati hanya digunakan untuk kejahatan sangat serius, seperti membunuh banyak orang sekaligus. Menurut versi Sekjen PBB narkoba tidak termasuk katagori kejahatan serius, bahkan Sekjen PBB mengimbau Indonesia mempertimbangkan untuk mengumumkan moratorium hukuman mati, diganti dengan abolisi atau pengampunan. Sebaliknya Jaksa Agung Indonesia, HM Prasetyo menyebutkan sebaliknya, yaitu narkoba sebagai kejahatan serius. Ia mengatakan di Indonesia sudah hampir lima juta korban narkoba. Satu setengah juta diantaranya

(11)

hampir tidak bisa disembuhkan. Kondisi ini cukup untuk mengkatagorikan bahwa narkoba adalah kejahatan serius dan layak untuk dihukum mati bagi pelaku pengedarnya.18

Menurut Lukman Hakim (Menteri Departemen Agama RI), hukuman mati di Indonesia bukanlah sesuatu yang melanggar hak asasi manusia (HAM), karena pemahaman hak asasi manusia yang diatur dalam Undang Undang Dasar adalah paham HAM itu dimungkinkan untuk dibatasi semata mata demi untuk menghormati HAM orang lain. Indonesia menganut HAM yang bisa dibatasi oleh undang-undang, bukanlah HAM yang tanpa batas atau bukan HAM liberal yang tanpa batas. Dimana pembatasan diberlakukan semata mata untuk terlindunginya HAM orang lain dan untuk menghormati orang lain19

Berdasarkan perbedaan kedua pendapat tersebut menjadi penting untuk menyatakan bahwa di dunia ini, cara pandang dalam membentuk dan menegakkan hukum, berbeda-beda. Dengan demikian pendapat yang menyatakan bahwa sistem hukum tertentu yang bisa mengakomodir semua hal, menjadi terbantahkan dengan sendirinya. Ada kenyataan hukum berbeda yang harus diakui. Dengan berbagai sistem hukum didunia, cara pandang setiap hukum dan cara berhukum juga berbeda. Tidak saja kasus narkoba, contoh menarik lain dalam hukum, misalnya sistem hukum Islam yang menempatkan orang yang mengganggu garis keturunan (orang yang sudah bersuami/istri berzina) dianggap sebagai kejahatan serius. Dengan demikian menjadi jelas ternyata apa yang diyakini sebagai kejahatan serius di suatu negara, belum tentu sama bagi negara lain.

Masih banyak perundang-undangan dan aturan yang menuai protes karena dianggap membatasi kebebasan seseorang, padahal di negara-negara yang selama ini tidak dikatagorikan sebagai pelanggar HAM, aturan tersebut dianggap sebagai hal yang wajar. HAM adalah hak dasar yang universal, makna universal tersebut adalah nilai-nilainya. Dicontohkan bahwa adalah hak orang tua untuk mendapat penghormatan dari anak-anaknya, tentu saja tidak sama cara orang Barat dengan orang Aceh didalam menghormati orang tuanya. Atau supaya Universal apakah harus disamakan? Kalau orang Barat dibolehkan memanggil nama ayahnya dan dianggap bukan hal yang tidak sopan, lalu bagaimana dengan orang Aceh yang memanggil nama ayahnya? Tentu saja hal tersebut tidak sesuai dan tidak wajar.

Contoh lain adalah hak setiap orang untuk meneruskan keturunan, tentu saja tidak sama antara belahan dunia yang satu dengan yang lainnya. Jika dii negara Barat

18Serambi Indonesia,Kejahatan Serius Narkoba dan Hukuman Mati, (Edisi, Kamis 7 Mei

2015) hlm, 18

(12)

seseorang boleh meneruskan keturunan tanpa proses nikah, sehingga dikenal ada undang-undang pengesahan anak. Bahkan anak-anak yang lahir sebagai akibat hidup bersama tanpa ikatan perkawinan, kemudian dapat disahkan sebagai anak. Tentu hal tersebut tidak boleh ditempat lain, jadi dapat dipahami bahwa, yang dimaksud universal dalam HAM adalah nilai-nilainya, bukan caranya.

H. Bentuk Pelanggaran HAM Terhadap Etnis dan Agama

Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang, dan tidak didapatkan perlindungan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh kebebasan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM seseorang.

Sejarah telah mencatat berbagai pelanggaran HAM yang disebabkan perlakuan tidak adil dan diskriminatif atas dasar etnik, ras, warna kulit, budaya, bahasa,agama, golongan, jenis kelamin, status sosial, politik, keturunan dan sebagainya. Pelanggaran ini terjadi secara horizontal (antar masyarakat) maupun vertikal (antar Negara terhadap rakyat) atau sebaliknya. Banyak diantaranya tergolong pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat (gross violation of human rights).20

Salah satunya bentuk pelanggaran HAM berat yang saat ini layak untuk diperbincangkan adalah masalah yang terjadi di Negara Myanmar, telah terjadi perpaduan kedua konflik diatas. Konflik ini merupakan konflik yang didasari atas diskriminasi karena perbedaan etnis dan agama. Etnis Rohingya yang beragama muslim tidak diakui keberadaanya di Myanmar dan tidak diberikan kewarganegaraan (stateless person) sehingga status mereka adalah dianggap sebagai imigran gelap. Mereka tidak mendapatkan perlindungan hukum dari negara manapun, sehingga berbagai tindakan kekerasan kerap dilakukan oleh masyarakat pro pemerintah junta militer (secara horizontal) dan juga oleh pemerintah Myanmar (secara vertikal). Akibat perlakuan diskriminatif tersebut, muslim Rohingya di usir dari tanah kelahirannya yaitu Mnyanmar dan terpaksa memilih untuk menjadi manusia perahu dan meninggalkan Myanmar untuk mencari keamanan di negara lain.

Tindakan pelanggaran HAM yang dilakukan tidak hanya antar masyarakat tetapi juga oleh pemerintah ini telah melanggar konsep negara seperti yang diusung John Locke dalam bukunya Two Treatises of Civil Government. Dimana tujuan utama dan pokok di bentuknya suatu negara atau pemerintahan adalah untuk melindungi Hak Manusia, dan menjaditanggung jawab negara pula jaminan atas penegakan hukum terhadap pelanggaran prinsipprinsip HAM. Apabila negara membiarkan ketiadaan penegakan hukum atau bahkan menjadi bagian dari pelanggaran HAM tersebut maka negara telah melakukan tindakan yang dikatakan sebagai impunitas (impunity).21

20 Prinst Darwan, Sosialisasi dan Diseminasi Penegakan Hak Asasi Manusia ,(Jakart:PT.

(13)

Telah tercatat sekitar 140 jiwa telah terbunuh dan jumlah pengungsi meningkat hingga melebihi 110 ribu orang karena bentrokan yang terjadi hingga April 2015. Kasus ini telah menjadi polemik yang panjang di Myanmar yang berdampak bagi negara-negara yang menjadi tempat transit dan tujuan mereka, antara lain Bangladesh, Malaysia, Pakistan, Saudi Arabia, Australia, Thailand, Indonesia,dan Aceh.22

Ribuan Muslim Rohingya Mnyanmar telah melarikan diri dari rumahnya, dan kapal pengungsi mereka terus di usir oleh negara-negara tetangga, meninggalkan mereka terdampar dilaut lepas tanpa ada persedian makanan dan minuman. Lain diantaranya telah dikurung di kamp-kamp hutan di Thailand dan jumlah yang tak terhitung telah meninggal karena kelaparan, penyakit dan lainnya. Rohingnya adalah minoritas Muslim di Mnyanmar yang di dominasai Buddha.

PBB menyebutkan mereka (etnis Rohingya) salah satu minoritas yang paling teraniaya di dunia, secara efektif tanpa kewarga negaraan. Rohingya menuntut hak yang sama, tetapi pemerintah Mnyanmar mengatakan mereka tidak memenuhi syarat untuk kewarganegaraan dibawah junta militer pada tahun 1982 yang mendefinisikan warga negara penuh sebagai anggota kelompok etnis yang permanen, menetap di zaman modern Mnyanmar sebelum tahun 1823.

Di Mnyanmar, warga rohingnya memiliki akses terbatas kependidikan dan perawatan medis, tidak bisa bergerak atau menjalankan agama secara bebas. Dalam tiga tahun terakhir, serangan terhadap Rohingnya telah menyebabkan 280 orang tewas dan memaksa 140.000 orang lain kedalam kamp-kamp.23

Adapun bentuk kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes against humanity) yang dialami oleh etnis Rohingya antara lain adalah: Pembunuhan massal dan sewenang-wenang, Pemerkosaan, Penyiksaan, Penyitaan tanah dan bangunan, Kerja Paksa dan Perbudakan, Relokasi secara paksa, dan Pemerasan, pembuangan dan dihanyutkan kelaut lepas.24 Hal tersebut telah terjadi pelanggara terhadap pasal 7 Statuta Roma, yang mendefinisikan kejahatan terhadap kemanusiaan seperti yang disebutkan di bab sebelumnya.

Berbagai bentuk kekerasan oleh militer terhadap kaum muslim Rohingya adalah tindakan atas kejahatan atas kemanusiaan. Berbagai tindakan kekerasan tersebut jelas melanggar nilai-nilai kemanusian dan HAM, serta deskriminatif berlatar belakang agama, hal ini tidak bisa dibiarkan dan harus segera dihentikan.

21 LG. Saraswati dkk, Hak Asasi Manusia, Teori Hukum dan Kasus,(Jakarta: Filsafat UI

Press, 2006), hlm. 195

22 Amnesty international, “No international compromise on human rights in Myanmar”,

http://www.amnesty.org. di akses tanggal 1 juni 2015.

23 Irma D. Rismayati, Manusia Perahu Rohingya Tantangan Penegakan HAM di ASEAN. http://pustakahpi.kemlu.go.id hlm. 21 Diakses tanggal 1 juni 2015 hlm. 21

24Rohingya 101 data dan fakta. Diakses dari www.indonesia4rohingya.org pada tanggal 29

(14)

I. Memanusiakan Manusia

Persoalan HAM sebenarnya bukanlah permasalahan biasa, Karena ini berbicara tentang hak asasi yang melekat pada masing-masing manusia. Hanya saja ini kemudian terlihat biasa karena kasus-kasus pelanggaran HAM berserakan didepan mata. Kemanusian seolah menjadi hambar untuk diperjuangkan.

Selama ini, perjuangan Hak Asasi Manusia memang gencar diteriakkan. Dunia international menyuarakan itu secara lantang. HAM dilindungi dalam bentuk Undang-undang, namun kenyataan berbicara lain. Riak perjuangan HAM tidaklah segegap gempita teriakan. Penolakan dan kekerasan terhadap Muslim Rohingya yang terdampar dilaut beberapa waktu lalu, adalah bukti bahwa perjuangan HAM selama ini hanyalah setipis benang saja.

Ketika manusia sudah tak lagi dimanusiakan, disinilah awal permasalah terjadi. Perpecahan dipicu oleh ketidak adilan dalam memanusiakan manusia. Perbedaan agama, wilayah, budaya dan etnik kerap kali menyulut pertikaian dan penindasan. Dalam kasus Muslim Rohingya, kekhawatiran akan Islam menjadi agama mayoritas adalah alasan untuk melakukan penindasan berjubah agama. Rohingya pun terampas haknya untuk hidup ditanah leluhur dengan martabat dan kehormatan. Tidak cukup ditindas di negeri sendiri, duka Muslim Rohingya semakin menggurat ketika keberadaan mereka juga ditolak oleh negara lain. Namun beruntungnya sebagian daerah masih menerima dan memberlakukan mereka secara manusiawi. Lebih kurang 1.5000 jiwa muslim Rohingya yang terdampar di perairan Aceh akhir-akhir ini diterima dengan baik dan diperlakukan secara manusiawi oleh masyarakat Aceh.

Kepedulian tersebut bukan saja karna kesamaan agama, tetapi karena mereka adalah manusia yang wajib di manusiakan. Tsunami telah mengajarkan banyak hal, kala itu banyak yang mengulurkan tangannya untuk Aceh karena alasan kemanusiaan. Begitu juga yang dilakukan masyarakat Aceh dengan alasan yang sama.

Untuk menampung yang tertindas, jiwa kemanusiaan seharusnya memang tidak hanya dibangun dalam bingkai kesamaan saja, tetapi juga merangkul perbedaan. Tidak perlu ada dinding pembatas didalamnya bahwa rasa kemanusian itu disekat oleh kesamaan agama, etnik, maupun budaya. Karena selama ada manusia yang dirampas haknya dan ditindas oleh ketidak adilan, maka disitu pula hati harus memerintahkan tubuh dan jiwa untuk mengembalikan hak tersebut.

J. Toleransi Dalam Agama Islam Sesama Manusia

(15)

Toleransi Islam menurut Qardahawi berakar pada empat prinsip. Pertama,

Prinsip keragaman, pluralitas (al-tak’ addudiyah) keragaman sejatinya merupakan watak alam, dan bagian dari sunnatullah. Orang Muslim, kata Qardhawi, meyakini keesaan Allah (al-Khalik) Dalam keragaman itu kita disuruh saling mengenal dan menghargai. (QS. Al-Hujarat [43]: 13].

Kedua, Prinsip bahwa perbedaan terjadi karena kehendak Tuhan (Waqi’ bi masyi atillah) Al-Qur,an sendiri menugaskan bahwa, perbedaan agama karena kehendaknya Allah, tentu tidak berkehendak pada sesuatu kecuali ada kebaikan didalamnya. Kalau Allah mengkehendaki maka semua penduduk bumi menjadi Islam, namun hal demikian tidak di kehendakiNya. (QS. Yunus [10]:99].

Ketiga, prinsip yang memandang manusia sebagai satu keluarga ( ka usrah wahidah) semua orang dari sisi penciptaan kembali kepada satu Tuhan, yaitu Allah SWT, dan dari sisi nasab keturuna, ia kembali kepada satu asal (bapak), yaitu Nabi Adam AS. Pesan ini terbaca dengan jelas dalam surah an-Nisa ayat 1 dan dalam deklarasi Nabi SAW yang amat mengesankan pada haji wada’.

Keempat, Prinsip kemulian manusia dari sisi kemanusiaannya (takrim al-insan li-al-insaniyyatih), manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Allah, dimuliakan dan dilebihkan atas makhluk-makhluk lain (QS. Al-Isra [17]: 70]. Penghormatan Nabikepada jenazah yahudi dilakukan semata-mata karena kemanusian, bukan warna kulit, suku atau agamanya. Maka jelaslah lah bahwa hakikat nilai-nilai kemanusian dan hak asasi manusia yang sempurna ada pada Islam.

BAB III KESIMPULAN

(16)

kemerdekaan dan mempunyai martabat serta hak-hak yang sama. Hak asasi manusia (HAM) disepakati secara bulat dalam Sidang Umum PBB pada 10 Desember 1948.

HAM adalah hak dasar yang universal, yang dimaksud dengan universal adalah nilai-nilainya, bukan caranya. di dunia ini, cara pandang dalam membentuk dan menegakkan hukum, berbeda-beda. Dengan demikian pendapat yang menyatakan bahwa sistem hukum tertentu yang bisa mengakomodir semua hal, menjadi terbantahkan dengan sendirinya. Ada kenyataan hukum berbeda yang harus diakui. Dengan berbagai sistem hukum didunia, cara pandang setiap hukum dan cara berhukum pun juga berbeda.

Agama merupakan pedoman hidup yang diyakini berasal dari Tuhan. Sedangkan hak asasi manusia merupakan pedoman hidup hasil pengalaman dan pemikiran umat manusia. Beragamnya tipe agama di dunia menyebabkan pengaturan dan pelaksanaan hak asasi manusia (HAM) bidang agama menjadi tidak sama antara agama yang satu dengan yang lainnya. Bahkan beragamnya agama-agama di dunia juga menjadi tidak mudah untuk mencari titik temu.

Berbagai bentuk pelanggaran Ham terhadap manusia seperti kaum muslim Rohingya adalah tindakan atas kejahatan atas kemanusiaan. Berbagai tindakan kekerasan tersebut jelas melanggar nilai-nilai kemanusian dan HAM, serta deskriminatif berlatar belakang agama, hal ini tidak bisa dibiarkan dan harus segera dihentikan.

Islam memiliki konsep yang sangat toleran sesama manusia seperti yang dipraktekkan oleh Nabi SAW. Islam sangat toleran terhadapperbedaan agama, suku, etnis dan wilayah. hakikat nilai-nilai kemanusian dan hak asasi manusia yang sempurna ada pada Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin Lopa, Al-Qur,an dan Hak Asasi Manusia, Yogyakarta: PT. Dana Bakti Prima Jasa, 1998

(17)

Departemen RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka: Edisi II, cet. IV

Indradi Kusuma. Dkk, Diskriminasi Warga Negara dan Hak Asasi Manusia, Jakarta: Komnas HAM,2000

Jhon Kelsay, Agama dan HAM, Yogyakarta: Institud Dian, 1997

LG. Saraswati dkk, Hak Asasi Manusia, Teori Hukum dan Kasus,Jakarta: Filsafat UI Press, 2006

Nurcholish Madjid, Usaha Menegakan Hak Asasi Manusia dalm Wacan Budaya dan agama, Semarang: Komnas HAM, 1995

Moh.Zahid, Agama dan Hak Asasi Manusia Dalam Kasus di Indonesia,Jakarta:Balai penelitian Dan Pengembangan Agama, 2007

Miriam Budiarjo, Demokrasi di Indonesia, Demokrasi Parlemeter dan Demokrasi Pancasila, Jakarta: Gramedia, 1996

Peter Baehr, Instrumen International Pokok Hak-hak Asasi Manusia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997

Prinst Darwan, Sosialisasi dan Diseminasi Penegakan Hak Asasi Manusia ,Jakart:PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2001

Slamet HW, Hak Asasi Manusia dalam Hukum dan Politik, Jakarta:Tajuk Republika, 2002

Scott Davidson, Hak Asasi Manusia: Sejarah, Teori dan Praktek dalam Pergaulan International, Jakarta: Grafitti, 1994

Serambi Indonesia,Kejahatan Serius Narkoba dan Hukuman Mati, Edisi, Kamis 7 Mei 2015

Referensi

Dokumen terkait

Secara genetik sapi Madura karapan tidak berbeda jauh dari sapi Madura jantan pada umumnya dikarenakan kedua sapi tersebut merupakan bangsa Sapi Madura murni

Artinya proses penguapan pada distilasi utama akan lebih baik dibandingkan dengan distilasi pembanding, hal ini juga berarti terjadi peningkatan hasil air paling baik terhadap

INTERNALISASI NILAI - NILAI MULTIKULTURAL MELALUI PEMBELAJARAN IPS DALAM MENUMBUHKAN SIKAP MULTIKULTURAL PADA SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Hal ini terjadi akibat dari infeksi virus yang mempengaruhi telinga seperti yang menyebabkan vestibular neurtitis dan penyakit Meniere adalah penyebab signifikan

Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan, kemudahan penggunaan dan pengalaman berpengaruh terhadap minat nasabah dalam menggunakan internet

Mereka diberi tayangan dan bahan bacaan (melalui Whattsapp group, Zoom, Google Classroom, Telegram atau media daring lainnya) terkait materi Dinamika persatuan dan

Dalam penelitian ini penulis mendefinisikan untuk beberapa istilah yang digunakan agar tidak terjadi penafsiran ganda terhadap istilah-istilah tersebut yaitu, adalah graf

Atas dasar hal tersebut diatas, maka kebutuhan zat besi pada trimester II dan III akan jauh lebih besar dari jumlah zat besi yang didapat dari makanan, walaupun makanan