• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa docx"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa INGGRIS siswa SMA

Negeri 10 Pekanbaru melalui tiga fase pengajaran

BAB I

PENDAHULUAN Abstract

One aspect of the weaknesses of Indonesian students in mastering English is die lack of vocabulary. Many teachers complaint that their students forget most of the

vocabularies they teach after three months. This reason make the researcher wanted to experiment the Three Phase technique which researcher has implemented at SMAN 8 Pekanbaru. The result is satisfying. In put of students who enter SMA 8 is the highest in Pekanbaru. So how if it is implemented at SMA 10 which the low input students. After did the research it proves the result of the students improvement is 58 % comparing before the process of teaching and the achievement of students is 77.60 %. The test which was conducted 5 months after the process of teaching shows the increasing of the achievement becomes 81.50 %. It means that the Three Phase Teaching of vocabulary is effective for the high and low input students. In the other words it can be used as alternative techniques of teaching.

A. LATAR BELAKANG

Vocabulary merupakan salah satu componen penting dalam pengajaran bahasa Inggris disamping komponen lainnya seperti structure, pronunciation dan intonation. Vocabulary mempunyai peranan yang sangat vital. Jika seorang siswa lemah dalam pm-Diasaan vocubalary, la tidak dapat mengkomunikasikan pikiran dan idenya dengan jeias seperti yang diinginkannya baik lisan maupun tulisan. la tidak bisa mengutarakan &-n-gan sempurna apa yang ingin ia sampaikan saat dia berbicara atau meqjelaskan apa van!a dia inginkan. Dia tidak akan mampu membaca text baik yang merupakan bahan ajar disekolah maupun yang ada pada majalah, surat kabar dan sebagainya. Bahkan ia tidak dapat memahami siaran yang dipancarkan melalui radio maupun televisi. Demikan juga kemampuan dalam menyimak dan membaca akan terkendala dengan penguasaan kosakata yang terbatas. Sudah merupakan pendapat umum, memiliki kosakata yang memadai merupakan modal atau kenderaan untuk lancarnya berkomunikasi (Adil Al¬Kufashi,1988). Lebih lanjut Jeremy Harmer (1991)menganalog kan jika bahasa itu merupakan sebatang tubuh, structure merupakan tulang yang membentuk rangka sedangkan kosakata atau vocabulary merupakan daging yang membuat tubuh mempunyai bentuk. Dengan demikian seorang tidak akan dapat berkomunikasi dalam bahasa sasaran kalau penguasaan kosakatanya tidak memadai.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan, ketidak mampuan sebagian besar siswa SMA untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris salah satu factor adalah disebabkan kurangnya penguasaan kosakata. Ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya tentang pengajaran Genre Descriptive di SMA Negeri 8 Pekanbaru yang diadakan pada tahun 2005, salah satu hambatan siswa untuk memahami teks baik secara lisan dan tulis disebabkan penguasaan kosakata yang terbatas.

Dalam kurikulum bahasa Inggris baik untuk SNIP maupun SMA ditekankan betul pentingnya penguasaan kosakata. Pada kurikulum bahasa Inggris 1994 dijelaskan tujuan pengajaran bahasa Inggris adalah agar siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan penguasaan kosakata 1000 untuk SMP dan 2500 kosakata untuk SMA. Pada kurikulum bahasa Inggris 2004 memang secara tersurat tidak dicantumkan jumlah kosakata yang harus dikuasai siswa untuk setiap level pendidikan.

(2)

.Gejala ini juga diantara mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi. Adakah hubungan ketidakmampuan berkomunikasi ini dengan penguasaan kosakata? Universitas Satya Wacana pernah mengadakan penelitian tentang penguasaan kosakata bahasa Inggris untuk tamatan SMA yang kuliah di perguruan tinggi, ternyata jumlah kosakata yang mereka kuasai rata-rata hanya 1000 kosakata. Ternyata hasil yang diperoleh tamatan SMA merupakan hasil yang seharusnya dicapai ketika mereka tamat SMA.

Dari kondisi yang disebutkan diatas, timbul pertanyaan bagaimana pengajaran kosakata di SMA? Bagi sebahagian besar guru-guru bahasa Ingris disekolah-sekolah tingkatan SMA pengajaran kosakata sering menjadi masalah . Banyak guru

mengeluh dengan hasil yang mereka peroleh dalam pengajaran kosakata. Seorang guru Madrasah dari suatu Kabupaten di Riau dalam sebuah pelatihan pernah mengeluhkan bahwa muridnya melupakan hampir semua kosakata yang sudah diajarkannya tiga bulan sebelumnya. Dan banyak lagi keluhan guru-guru tentang tidak lamanya bertahan kosakata yang sudah dijarkan kepada para siswa yang diasuhnya.

Dari pengalaman penulis selama 23 tahun mengajar Bahasa Inggris di SMA, ada strategi mengajarkan kosakata yang dirasa relatif cukup berhasil. Penulis

mengajarkan kosakata melalui tiga tahap, pertama setiap kosakata baru siswa harus mencari sendiri artinya, baik dengan menanyakan pada teman ataupun dengan melihat kamus. Tahap kedua siswa dilatih untuk menempatkan kosakata tersebut untuk melengkapi kalimat yang sudah disediakan. Tahap ketiga, setiap kata siswa harus bisa menggunakannya dalam kalimat selama satu atau dua menit secara lisan, atau menulis setengah halaman buku dengan menggunakan kosakata baru tersebut. Teknik yang digunakan ini dirasakan cukup berhasil dalam membangun kosakata siswa, tapi belum pemah dibuktikan dalam penelitian tertulis secara ilmiah. Dengan alasan inilah penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas untuk menguji kemanjuran dari proses tiga tahap pengajaran kosakata tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas, perumusan masalah adalah sebagai berikut : 1. Dapatkah pengajaran kosakata melalui tiga tahap tersebut efektif di SMA Negeri 10 Pekanbaru ?

2. Dapatkah pengajaran kosakata melalui tiga tahap pengajaran meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas 2 SMA Negeri 10 Pekanbaru? 3. Berapa porsentase daya serap siswa ketika diadakan penilaian sesaat setelah proses belajar mengajar berlansung?

4. Berapa posentase daya serap siswa jika diadakan penilaian dua bulas setelah proses belajar mengajar berlansung.

5. Apakah pengajaran kosakata dengan tiga tahap ini cukup efektif dan bisa menjadi strategi alternatif untuk pengajaan kosakata?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan Tatar belakang dan rumusan masalah yang dikemukan diatas, maka elitian ini bertujuan untuk :

2. 1. Mencari alternatif model pengjaran kosakata bahasa Inggris untuk SMA

Mengetahui seberapa efektif pengajaran kosakata bahasa Inggris dengan pengajaran tiga tahap di SMA Negeri 10 Pekanbaru

3. Mengetahui perbedaan daya serap siswa pada waktu penilaian diadakan sesaat setelah proses berlansung dengan daya serap setelah dua bulan proses belajar mengajar berlansung.

4. Mengetahui keunggulan dan hambatan-hambatan ketika strategi ini diterapkan. D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharap bermanfaat bagi pengembangan strategi pengajaran Bahasa Inggris baik bagi perorangan dan instansi antara lain

(3)

a. Bahan masukan bagi guru dalam mengajar bahasa Inggris, terutama dalam meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris.

b. Sebagai strategi alternatif bagi guru dalam memilih strategi mengajar kosakata bahasa Inggris

2. Bagi siswa

a. Meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa. b. Meningkatkan motivasi dalam belajar bahasa Inggris. 3. Bagi sekolah

a. Meningkatkan efektifitas pengajaran bahasa Inggris dan presta~ sekolah c. Masukan bagi sekolah untuk memaksimalkan usaha-usaha meningkatkan kemampuan guru dalam memilih strategi pengajaran yang tepat.

4. Bagi LPMP

Memperkaya LPMP dengan model-model dan strategi mengajar untuk ditawarkan kepada sekolah-sekolah.

5. Bagi Widyaiswara

Meningkatkan kemampuan widyaiswara untuk melihat secara kritis masalah-masalah pengajaran bahasa Inggris di sekolah

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teory

Jeremy Harmer (Longman, 1995) menyatakan, salah satu masalah dalam pengajaran kosakata adalah pemilihan kosakata yang tepat untuk diajarkan pada suatu level tertentu dan siswa tertentu pula. Oleh karena itu permasalahan utama dalam pengajaran kosakata adalah bagaimana mengidentifikasi kosakata untuk diajarkan pada setiap jenjang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan siswa. Prinsip umum dalam memilih kosakata adalah dengan mempertimbangan kan factor frequency(keseringan digunakannya kosakata tersebut). Lebih jauh Jeremy Harmer menambahkan untuk dapat mengusaai

kosakata, seorang siswa seharusnya memiliki pengetahuan yang berikut ini tentang satu kata, yaitu : meaning (arti), word use, word formation dan word grammar.

Meaning atau arti kata juga perlu penekanan, bahwa satu kata dalam bahasa Inggris artinya tidak hanya satu. Contoh yang High frequency saja, book bisa berati buku atau bisa juga memesan. Oleh karena itu seorang guru seharusnya juga melatih menetukan arti berdasarkan konteksnya dan juga mengenalkan synonym dan antonym.

Menurut Hunt dan Beghlar (2003)menawarkan tiga pendekatan dalam pembelajaran kosakata: insidental learning (pembelajaran kosakata untuk menyertai pelajaran reading dan listening), explicit intruction dan strategi pengembangan kosakata yang indipendent. Sumber utama dari insidental learningadalah extensive reading, dimana Hunt dan Beghlar menganjurkan sebagai kegiatan yang teratur di luar kelas. Explicit instruction bergantung kepada pengindifikasian kosakata yang sesuai level pada siswa.

Sebaliknya Nation (2003) menawarkan pendekatan yang sistimatis dibanding pendekatan insidental dalam pengajaran kosakata, dimana is memfokuskan bagian-bagian yang esensial dari materi pembelajaran. Dia menunjukkan beberapa

kelemahan dari insidental learning dan kenyataan siswa tidak bisa memanfaatkan pembelajaran kosakata sambil lalu melalui reading. Lebih jauh lagi

(4)

Lebih lanjut Alan Hunt dan David Beglar (2003) mengemukakan prinsip¬prinsip berikut ini untuk pengajaran kosakata :

1. Berikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari kosakata sebelum memahami teks lisan maupun tulis.

2. Diagnosa sekitar 3 )000 kosakata umum yang dibutukan oleh siswa.

3. Berikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari kosakata secara terfokus dan sungguh-sungguh.

4. Berikan kesempatan pada siswa untuk mengelaborasi kosakata.

5. Berikan kesempatan pada siswa untuk mempermahir menggunakan kosakata yang sudah dikenalnya.

6. Beri siswa latihan menerka arti kata berdasarkan konteks.

7. Latih siswa menggunakan secara efektif dan efisien berbagai macam kamus. B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori yang dikemukan diatas, maka penelitian ini dirancang menjadi dua tahap

Tahap I : Persiapan

Pada tahap ini diadakan pengindetifikasian kosakata yang akan diajarkan. Bila dikaji standar isi yang dikeluarkan diknas materi pembelajarn bahasa Inggris di SMA terdiri dari :

1. Wacana Transaksional clan interperpersonal. 2. Teks Fungsional

3. Wacana monolog atau genre.

Semua materi diatas, untuk lebih lancarnya menggunakan kosakata. Tapi dalam penelitian ini hanya difokuskan kosakata yang berhubungan dengan Genre atau jenis teks. Untuk itu disediakan teks lisan dan tulis untuk teks narrative. Berdasarkan teks ini dibuat daftar kosakata yang diperkirakan merupakan kosakata baru bagi siswa kelas 11 SMA Negeri 10 Pekanbaru.

Tahap II : Tahap pelaksanaan.

Tahap pelaksanaan ini dibagi menjadi tiga phase 1. Phase pertama – Menemukan arti.

(5)

siswa tadi dibahas dalam diskusi kelas yang dipimpin oleh guru. 2. Phase kedua Memilih kosakata.

Pada phase ini kepada siswa diberikan latihan kosakata. Siswa diberikan beberapa kalimat yang tidak lengkap. Dan siswa memilih kosakata yang tepat untuk

melengkapi kalimat tersebut.

3. Phase ke tiga — Menggunakan kosakata.

Phase inimerupakan peraktek penggunaan kosakata yang sudah dipelajari. Ini merupakan langkah reinforcement penguasaan kosakata. Kepada siswa diminta untuk menulis minimal setengah halaman buku menggunakan setiap kosakata yang baru dipelajarinya. Kemudian siswa berbicara, sekitar 30 detik untuk setiap kata kemudian 30 detik untuk kombinasi dari dua kosakata. Berbicara secara lisan menggunakan kosakata baru ini bisa dilanjutkan dengan satu menit, dua menit , bahkan kalau memungkin kan sampai tiga menit dengan menggunkan satu kosakata baru.

Dua bulan selah pelaksanaan phse ke dua dan ke tiga, kepada siswa diberikan lagi ujian kosakata untuk mengtahui berapa persent dari kosakata yang sudah dipelajari tersebut tinggal dari memori siswa.

C. Hipotesa Tindakan

Hipotesa tindakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: Pengajaran kosakata melalui tiga tahap/phase pengajran efektif untuk mengembangkan kosasa kata bahasa Inggris siswa kelas 11 SMA negeri 10 Pekanbaru.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. SETTING PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dengan bentuk penelitian tindakan, yang bertujuan untuk melihat sejauh mana keefektifan pengajaran kosakata melalui tiga tahap pengajaran. Penelitian akan diadakan di SMA negeri 10 Pekanbaru kelas 11 tahun pelajaran 2006/2007. Penelitian ini hanya menggunakan satu lokal saja. SMA negeri 10 Pekanbaru sengaja dipilih karena input siswa yang masuk kesekolah ini relatif kurang bagus. Dengan demikian nantinya kalau penerapan pengajaran kosa kata melalui pengajaran tiga phase ini berhasil, berarti pendekatan ini juga dapat digunakan untuk sekolah lain yang inputnya ticlak terlalu bagus.

Penelitian dilaksanakan selama rentang waktu tiga bulan yaitu bulan September dan Nopember 2005.

B. RENCANA TINDAKAN

Adapun rencana tindakan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut :

a. Pertemuan kordinasi antara anggota peneliti. b. Menetapkan text atau genre.

c. Menetapkan kosakata yang akan diajarkan sesuai dengan genre d. Memberikan pre-test

e. Mengajarkan kosa dengan mode tiga phase pengjaran f. Memberi test test daya serap/ pencapaian

(6)

h. Memeberikan test tahap ke-dua i. Mendiskusikan hasil

j. Dan menyusun laporan. C. DATA DAN ANALISA DATA

a. Data daya serap dan pencapaian hasil belajar berupa hasil test siswa dan lembaran hasil latihan siswa mengenai penggunaan kosakata secara tertulis serta catatan keberhasilan latihan penggunaan kosakata secara lisan.

b. Pencatatan dilakukan oleh team peneliti dengn memperhatikan tahap¬tahap pembelajaran.

c. Semua hasil pengamatan dan observasi selama Proses pembelajaran berlanung didiskusikan dalam tim untuk mengambil kesimpulan dan penyusunan laporan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Hasil Pre Test

Sebelum diadakan pengajaran kosa kata dengan langkah tiga tahap, terlebih dahulu diberikan Pre test untuk melihat hasil yang diperoleh siswa sebelum proses belajar mengajar berlansung. Dari hasil tersebut hasilnya adalah sebagai berikut : NO Nama Siswa HASIL

(7)

38 RUT 4 39 SIT 3.7 40 TRI 4.3 Rata-rata 4.49

B. Hasil Test Tahap Pertama

Tujuh hari setelah diadakan Pre-test, diberikan pelajaran kosakata dengan menggunakan tiga phase pengajaran. Selesai proses belajar mengajar lansung diadakan test daya serap yang merupakan test tabap pertama setelah diadakan proses. Dan hasilnya adalah sebagai berikut.

NO Nama Siswa HASIL 1 ANG 9.7

2 ADR 7 3 ANU 7.6 4 ARI 6.7 5 AUL 7.3 6 BHA 6.7 7 DEW 7.7 8 DIA 8.3 9 EGA 9.3 10 FIT 8.3 11 GES 8.7 12 JUN 6.7 13 LUS 7 14 MAR 7.3 15 NIN 8 16 NUG 9.3 17 NUR 9 18 RAI 8.7 19 RIT 8 20 SIL 9.3 21 SIS 8.3 22 SON 6.7 23 YAN 7 24 YOL 7 25 ADE 8.3 26 ARIT 9 27 DAN 8.7 28 EKO 9.3 29 EKOS 6.7 30 FEB 7.7 31 FER 7.7 32 GUL 8.3 33 HAD 6.7 34 NOF 6.7 35 NURI 7.3 36 RAH 6.7 37 RAN 7 38 RUT 6.7 39 SIT 7 40 TRI 7.3 Rata-rata 7.76

Jika dibandingkan hashantara pre-test dengan hashtest setelah proses maka hasilnya seperti yang dibawah ini:

(8)

2 ADR 4.7 7 48.9 Meningkat 3 ANU 4 7.6 90 Meningkat 4 ARI 3.7 6.7 81 Meningkat 5 AUL 4 7.3 82.5 Meningkat 6 BHA 2.7 6.7 148 Meningkat 7 DEW 3.3 7.7 133 Meningkat 8 DIA 4.7 8.3 76.5 Meningkat 9 EGA 6.3 9.3 47.6 Meningkat 10 FIT 4.7 8.3 76.5 Meningkat 11 GES 5.7 8.7 52.6 Meningkat 12 JUN 3.3 6.7 103 Meningkat 13 LUS 3.3 7 112 Meningkat 14 MAR 4.7 7.3 55 Meningkat 15 NIN 5.3 8 51 Meningkat 16 NUG 6.7 9.3 38.8 Meningkat 17 NUR 7 9 28.5 Meningkat 18 RAI 6 8.7 45 Meningkat 19 RIT 4.7 8 70 Meningkat 20 SIL 5.7 9.3 63 Meningkat 21 SIS 5 8.3 66 Meningkat 22 SON 2.7 6.7 148 Meningkat 23 YAN 3 7 133 Meningkat 24 YOL 3.3 7 112 Meningkat 25 ADE 3.7 8.3 124 Meningkat 26 ARIT 6 9 50 Meningkat 27 DAN 6.7 8.7 30 Meningkat 28 EKO 7 9.3 33 Meningkat 29 EKOS 2.7 6.7 148 Meningkat 30 FEB 4.7 7.7 63.8 Meningkat 31 FER 3.3 7.7 133 Meningkat 32 GUL 5.7 8.3 52.6 Meningkat 33 HAD 2.7 6.7 148 Meningkat 34 NOF 3 6.7 123 Meningkat 35 NURI 4 7.3 82.5 Meningkat 36 RAH 3.7 6.7 81 Meningkat 37 RAN 4 7 75 Meningkat 38 RUT 3 6.7 123 Meningkat 39 SIT 3.7 7 89 Meningkat 40 TRI 4.3 7.3 70 Meningkat Rata-rata 4.49 7.76 72.82

Dari data ini bisa dilihat, setelah diadakan proses belajar mengajar:

1. Seluruh siswa atau 100 % siswa mengalami peningkatan. Ini berarti pengjaran dengan tiga phase ini cukup efektif.

2. Peningkatan perolehan siswa cukup significant yaitu 72.82 %

3. 11 orang dari 40 siswa, atau 27.5% dari siswa memperoleh peningkatan lebih dari 100%

C. Hasil Test Tahap kedua NO Nama Siswa Hasil 1 ANG 8.3

(9)

9 EGA 9.7 10 FIT 9 11 GES 9 12 JUN 7.3 13 LUS 7 14 MAR 7.7 15 NIN 9 16 NUG 9.7 17 NUR 8.7 18 RAI 9.3 19 RIT 9 20 SIL 9 21 SIS 9.3 22 SON 7.7 23 YAN 7.7 24 YOL 8 25 ADE 8.3 26 ARIT 9 27 DAN 9 28 EKO 9.3 29 EKOS 7 30 FEB 8 31 FER 8 32 GUL 8 33 HAD 7.3 34 NOF 6.7 35 NURI 7.7 36 RAH 7.3 37 RAN 6.3 38 RUT 7.3 39 SIT 7 40 TRI 7.7 Rata-rata 8.15

Ujian tahap kedua ini dilakukan pada bulan Pebruari 2007. sedangkan tahap pertama pada bulan September 2006. Berarti jangkawaktunya sekitar 5 bulan. Perbandingan hasil daya serap tahap pertama dan tahap kedua adalah sebagai berikut :

NO Nama Siswa Hasil Test Tahap I Hasil Test Tahap II Keterangan 1 ANG 9.7 8.3 Menurun

2 ADR 7 7.7 Meningkat 3 ANU 7.6 9 Meningkat 4 ARI 6.7 9 Meningkat 5 AUL 7.3 8.7 Meningkat 6 BHA 6.7 7.7 Meningkat 7 DEW 7.7 7.3 Menurun 8 DIA 8.3 8 Menurun 9 EGA 9.3 9.7 Meningkat 10 FIT 8.3 9 Meningkat 11 GES 8.7 9 Meningkat 12 JUN 6.7 7.3 Meningkat 13 LUS 7 7 Tetap

(10)

20 SIL 9.3 9 Menurun 21 SIS 8.3 9.3 Meningkat 22 SON 6.7 7.7 Meningkat 23 YAN 7 7.7 Meningkat 24 YOL 7 8 Meningkat 25 ADE 8.3 8.3 Tetap 26 ARIT 9 9 Tetap

27 DAN 8.7 9 Meningkat 28 EKO 9.3 9.3 Tetap 29 EKOS 6.7 7 Meningkat 30 FEB 7.7 8 Meningkat 31 FER 7.7 8 Meningkat 32 GUL 8.3 8 Menurun 33 HAD 6.7 7.3 Meningkat 34 NOF 6.7 6.7 Tetap 35 NURI 7.3 7.7 Meningkat 36 RAH 6.7 7.3 Meningkat 37 RAN 7 6.3 Menurun 38 RUT 6.7 7.3 Meningkat 39 SIT 7 7 Tetap

40 TRI 7.3 7.7 Meningkat Rata-rata 7.76 8.15

Dari data ini dapat dilihat :

1. Test yang diadakan setelah 5 bulan dari proses pembelajaran hasil tidak menurun seperti yang diduga semula, tapi meningkat dari 7,76 menjadi 8,15 atau meningkat 15 %

2. Dari 40 orang siswa 27 orang atau 67.5 %nmengalami peningkatan, 7 orang atau sekitar 17,5 % mengalami penurunan sedangkan 6 orang atau sekitar 15 % hasilnya tetap.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil paparan data penelitian tindakan kelas ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengajaran kosakata melalui tiga tahap pengajaran yang diterapkan di SMA negeri 10 Pekanbaru cukup efektif dan peningkatan perolehan siswa sebelum dan sesudah proses pembelajaran yang cukup bermakana (significant).

2. Peningkatan kosakata melalui pengajaran tiga tahap ini di SMA 10 Pekanbaru mencapai 58 %

3. Persentasi daya serap yang diadakan setelah proses belajar mengajar berlansung adalah 77.60 %

(11)

belajar mengajar berlansung adalah 81.50 %

5. Berdasarkan data diatas Pengajaran kosakata melalui tiga tahap cukup efektif dan dapat menjadi alternatif untuk pengajaran kosakata.

B. Saran

Kosakata merupakan komponen yang sangat penting dalam menunjang kemampuan siswa untuk dapat menguasai kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris, maka dalam pengajaran kosakata disarankan :

1. Kegiatan belajar difokuskan pada kegiatan siswa, yang belajar adalah siswa, yang berusaha berlatih menggunakan kosakata adalah siswa.

2. Untuk tahap pertama penguasaan kosakata adalah menguasai mengetahui meaning atau arti kosakata tersebut. Ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti siswa menacari sendiri arti kata dalam kamus, menemukan padanan atau lawan kata daps sebagainya. Dan semuanya ini hendaknya dilakukan oleh siswa sendiri dan guru hanya sebagai fasilitator untuk membimbing siswa apa yang harus dikerjakan.

3. Tahap kedua adalah menggunakan kosakata yang telah di ketahui meaningnya tersebut dalam kalimat. Dan latihan ini harus dibuat oleh guru untuk dikerjakan siswa.

4. Setiap kata yang sudah di pelajari siswa harus digunakan sesering mungkin. Secara lisan siswa harus bisa menggunakan satu kosakata yang dipelajarinya tersebut selama satu menit atau dua menit. Sedangkan secara tertulis satu kata siswa hendaknya dapat membuat sekitar 10 kalimat....

REFERENCE

Brown, H. Douglas. 2000. Principles of Language Learning and Teaching: Longman. Brown, H. Douglas. 1994. Teaching by Principles:. Prentice Hall Regents.

Celce-Murcia, Marianne. 1991. Teaching English as a Second or Foreign Language: Heinle & Heinle Publisher.

Edge, Julian. 1993. Essentials of English Language Teaching: Longman Group UK Limited.

Harmer, Jeremy, 1995. The Practice of English Language Teaching: Longman.

Madya, Suarsih, Developing Standard for EFL in Indonesia as Part of the EFL Teaching Reform, TEFLIN Journal, Vol. 3 (2) Agust 2002.

Nunan, David. 199 1. Language Teaching Methodology: A Textbook for Teachers. London: Prentice Hall International. (UK) Ltd.

Richards, Jack C and Theodore S, Rodgers. 1001. Approaches and Methods as Language Teaching. London; Cambridge University Press.

Referensi

Dokumen terkait

PENGELOLAAN DAN KARAKTERISASI LIMBAH B3 DI PAIR BERDASARKAN POTENSI BAHAYA Telah dilakukan pengelompokan dan penyimpanan limbah B3 berdasarkan sifat fisik, kimia

Yang dimaksud dengan catu pangan adalah bantuan yang diberikan kepada transmigran pada jenis Transmigrasi Umum berupa natura dan/atau non-natura untuk meringankan

Memberi manfaat bagi peneliti agar dapat mengaplikasikan teori-teori pemasaran dengan masalah yang dihadapi terutama mengenai pengaruh kualitas layanan terhadap

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan produktivitas tenaga kerja usahatani kedele pada berbagai status penguasaan tanah, tetapi ada

Sedangkan dari sisi penawaran, inflasi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu harga minyak mentah dunia dan kenaikan harga barang impor serta (Rio, 2013).. Selama kurun waktu

3) Mudah mengenali merek dengan cepat diantara beberapa merek saingan lainnya. Persepsi Kualitas, indikatornya adalah: 1) Mempercayai kualitas merek ini. 2) Produk dari merek

Hal ini disebabkan karena pihak manajemen Red Door Distribution Store dan Clothing Company Yogyakarta selalu memperhatikan dan meningkatkan atribut produk fashion yang ditawarkan

dengan tulang yang berasal dari manusia lain); xenograft (penggantian tulang manusia dengan tulang yang berasal dari hewan); exogemus (penggantian atau