• Tidak ada hasil yang ditemukan

kerjasama cina uni eropa mengurangi emis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "kerjasama cina uni eropa mengurangi emis"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Alasan pemilihan Judul

Pembangunan industialisasi dan penggunaan bahan bakar fosil merupakan

kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan manusia yang berdampak buruk

bagi dunia. Menurut kajian Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) pada tahun

1990-2004, negara maju seperti AS, Jerman, dan Kanada menambah Emisi gas karbon 16

hingga 17 persen, sementara Inggris malah menurunkan emisi sebesar 14 persen.

Sedangkan emisi yang di hasilkan Cina meningkat menjadi 47 persen.1 Peningkatan

emisi yang dihasilkan oleh Cina diketahui berasal dari berkembangnya sektor industri

Cina yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar. Dapat diketahui bahwa motor

penggerak kemajuan perekonomian Cina yakni dengan kemajuan sektor industri yang

telah dikembangkan oleh pemerintah Cina sejak terjadinya reformasi ekonomi pada

tahun 1978. Perkembangan industri tersebut ternyata menimbulkan permasalahan

yang krusial bagi negara Cina.

Dalam sebuah perjanjian Protokol Kyoto menyatakan bahwa di mana

negara-negara perindustrian akan mengurangi emisi gas rumah kaca.2 Pengurangan emisi gas

rumah kaca secara kolektif sebesar 5,2% yang akan dihitung sesuai rata-rata lima

tahun. Dengan adanya perjanjian tersebut, Cina mendapatkan tekanan dari berbagai

pihak agar mengurangi emisi gas karbon yang tinggi, antara lain dari PBB yang

mengharapkan semua negara di dunia berpartisipasi menyelamatkan lingkungan

dengan cara ikut meratifikasi Protokol Kyoto dan harus memenuhi target emisi yang

telah ditetapkan oleh Protokol Kyoto. Tekanan lain datang dari negara-negara Uni

Eropa yang berkewajiban mengurangi karbon yang diasilkan dengan batasan yang

1 Muhammad Yunus, “Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan : Bagaimana Bisnis Sosial Mengubah Kehidupan Kita”. Jakarta, 2008

(2)

telah ditentukan dalam Protokol Kyoto. Uni Eropa dengan tegas menyatakan bahwa

harus ada hukum yang mengikat dalam menjaga lingkungan yang lebih bersih.

Hampir semua negara Uni Eropa berpartisipasi dalam meratifikasi Protokol Kyoto.

Hal inilah yang kemudian mendorong Cina untuk bekerjasama dengan Uni Eropa

karena melihat banyak negara-negara Uni Eropa yang berperan penting dalam

menjaga kelestarian lingkungan.

Dari penjelasan diatas, adapun hal yang menarik untuk diteliti yaitu tentang

kerjasama antara Cina dengan Uni Eropa dalam mengurangi emisi gas karbon yang

menjadi permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh Cina rentang tahun 2009

hingga 2016. Kerjasama antara Cina dengan Uni Eropa terjalin pada tahun 2006. Yang

menarik untuk diteliti pada tahun 2009-2016 yakni dari kerjasama tersebut Cina

berinovasi melakukan upaya-upaya melestarikan lingkungan dan dapat mengurangi

emisi gas karbon namun tetap dapat menjalankan industri di negaranya. Dengan

adanya kerjasama tersebut, diperkirakan Cina dapat mengurangi emisi gas karbon

hingga tahun 2020 seperti yang telah ditetapkan oleh Protokol Kyoto.

B. Latar Belakang Masalah

Pembakaran gas buang yang sering di sebut dengan emisi gas rumah kaca kini

menjadi perhatian dunia. Penggunaan emisi gas rumah kaca mempunyai komponen

gas yang berbahaya. Salah satu yang membahayakan yakni penggunaan gas karbon.

Gas karbon terjadi akibat pembakaran sebuah mesin suatu industri yang menggunakan

bahan bakar batu bara. Dikhawatirkan apabila penggunaan emisi gas karbon yang

dihasilkan oleh kegiatan manusia akan menaikkan suhu yang berdampak pada

perbahan dalam pola cuaca termasuk lebih banyak musim kering, gelombang panas,

serta badai yang semakin hebat.3 Para ilmuwan mendesak adanya langkah-langkah

yang tegas utuk memangkas timbulnya gas karbon.

3 'What are the effects of climate change' (Apa dampak perubahan iklim)

www.wri.org/publication/hot-climate-cool-commerce/what-are-effects-of-climate-change

(3)

Menanggapi hal tersebut, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bersama dengan

para pemimpin dunia dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang diselenggarakan

di Rio de Janeiro, Brazil pada tahun 1992 telah sepakat untuk melakukan berbagai

rencana besar yang terkait dengan upaya konservasi lingkungan bumi dan pada saat

yang sama juga meningkatkan kesejahteraan umat manusia disebut juga dengan

United Nation Conference on Environment and Development (UNCED). KTT

tersebut membahas diantaranya kesepakatan terhadap Konvesi Kerangka Kerja PBB

tentang perubahan iklim (UNFCCC, United Nation Framework Convention on

Climate Change)4 dengan tujuan untuk menstabilkan emisi gas rumah kaca sehingga

tidak mempengaruhi sistem iklim bumi.

Negara-negara peserta konvesi mulai melakukan negosiasi-negosiasi untuk

membentuk suatu aturan yang lebih detil dan lebih berupa instrument operasional

dalam mengurangi efek gas rumah kaca. dalam suatu konvensi diperlukan wadah

untuk mempersatukan dan meghasilkan sebuah keputusan sejalan dengan konvensi.

Oleh karenanya, dibentuklah sebuah pertemuan para pihak yang dilaksanakan secara

periodic (CoP, Conference of the Parties). Pada pertemuan CoP3 diadakan di Kyoto,

Jepang melahirkan sebuah kesepakatan mengenai penurunan emisi gas rumah kaca

yang bernama Protokol Kyoto yang diadopsi sebagai pendekatan mengurang emisi

gas rumah kaca. Isi dari Protokol Kyoto merupakan seperangkat aturan yang mengikat

negara-negara industri untuk berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca.

Protokol Kyoto bertujuan untuk menjaga konsentrasi gas rumah kaca di

atmosfer agar berada pada tingkat yang tidak membahayakan sistem iklim bumi dan

meratifikasinya. Protokol Kyoto mengatur pelaksanaan penurunan emisi oleh negara

industri sebesar 5,2% dibandingkan dengan tingkat emisi tahun 1990 dengan

mekanisme mekanisme Implementasi Bersama (Joint Implementation), Perdagangan

4 UNFCCC 101, Greenpeace Organisation

(4)

Emisi (Emission Trading), dan Mekanisme PembangunanBersih (Clean Development

Mechanism)5

Dalam mengurangi emisi gas rumah kaca negara-negara industri meratifikasi

Protokol Kyoto dan mempunyai tanggung jawabbnya masing-masing dalam

mengurangi emisi gas rumah kaca setiap negara-nya. Dalam Protokol Kyoto dianut

prinsip tanggung jawab bersama namun semua pihak mempunyai tanggung jawab

yang berbeda dalam usaha perbaikan iklim. seperti halnya kelima negara besar

penghasil gas rumah kaca

Tabel 1. Lima negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar tahun 1990

No

Sementara Cina tidak terikat dalam upaya pengurangan emisi karbon di bawah

Protokol Kyoto karena Cina masih dianggap berkembang ketika kesepakatan dibuat.

Namun seiring dengan ekonomi Cina yang semakin pesat diperkirakan akan

melampaui Amerika Serikat dalam beberapa tahun mendatang, Cina juga merupakan

negara penghasil gas rumah kaca terbesar. Fakta bahwa Cina merupakan negara

terbesar emitor gas rumah kaca di dunia dan memproduksi lebih dari 6.000 mega ton

karbon dioksida (CO2) setiap tahunnya. Dari tahun 1990 hingga 2001 emisi CO2 di

Cina meningkat sejumlah 82,3 juta ton dengan 27% peningkatan di seluruh dunia

dalam periode yang sama. Dapat diperkirakan pada tahun 2025 Cina dapat

menggantikan Amerika Serikat sebagai negara dengan emisi CO2 tertinggi di dunia.

Cina tidak terlalu memprioritaskan isu-isu perubahan iklim dan tidak terlibat dalam

5 BPKP,.”Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2004 Tentang Pengesahan Kyoto Protocol To The United Nations Framework C'onvention On Climate Change

(5)

organisasi mapun dalam penandatanganan perjanjian internasional mengenai

penguragan emisi gas rumah kaca. Fakta bahwa Cina merupakan negara Industri yang

membu tuhkan pasokan energy batu bara dalam menjalankan industrinya,

mempertegas bahwa Cina berada pada peringkat pertama penghasil emisi karbon di

dunia dimana posisi tersebut sebelumnya di tempati oleh Amerika Serikat. 6

Kebutuhan batu bara meningkat sebanyak 7% pada tahun 2010 dan diperkirakan akan

terus mengalami peningkatan. Bahaya kesehatan akan emisi gas buang karbon

tersebut dapat membahayakan kesehatan masyarakat Cina dimana dalam emisi gas

tersebut membawa bahaya kesehatan berupa penyakit asma, kanker paru-paru bahkan

kematian. Beberapa provini di Cina menjadi penyumbang tersebasr emisi gas karbon

seperti yang terjadi di Beijing dan Zaozhuang yang merupakan salah satu provinsi di

Cina dimana polusi udara berasal dari konsumsi 3,1 juta ton batu bara sebagai

sumber energi industri pada tahun 2000.

Tabel 2. Kenaikan emisi gas karbon negara industri

(6)

Sumber : Negara-Negara Penyumbang Karbon Terbesar di Dunia.

www.mongabay.co.id diakses pada 5 Maret 2017

Pemerintah Cina mulai menyadari akan bahaya emisi gas karbon yang

dihaslkan dari kegiatan industri di negaranya akan menghambat pertumbuhan

ekonomi di Cina, aktivitas perekonomian CIna juga mulai terganggu akibat

peningkatan emisi gas karbon. Cina berada dalam dilemma pembangunan dimana

Cina ditempatkan di antara kepentingan pembangunan ekonomi yang mengutamakan

industri dan keselamatan lingkungan dalam hal ini adalah penurunan karbn yang

berpengaruh besar pada keselamatan lingkungan masyarakat Cina. Kondisi dilemma

pembangunan tersebut mendesak Cina melakukan berbagai upaya dalam menurunkan

emisi gas karbon. Untuk itu pemerintah Cina menekan pembaharuan untuk

pembangunan ekonomi dan sosialnya dengan melakukan penurunan emisi gas karbon

sebesar 20% intensitas energy per PDB dan penguranan 10% debit polutan utama. Desakan mengurangi emisi gas karbon berasal dari berbagai pihak, salah

satunya negara Uni Eropa yang merupakan negara Annex I dimana

negara-negara Uni Eropa berkewajiban mengurangi karbon yang dihasilkan dengan batasan

(7)

mengurangi emisi menjadi 20% dibawah tingkat 1990. Komitmen ini merupakan

salah satu sarana utama Uni Eropa dalam mengurangi emisi gas karbon hingga tahun

2020 yang dituangkan dalam undang-undang yang mengikat seperti the Emissions

Trading Directive, Renewable Energy Directive, Energy Efficiency Directive dan the

Geological Storage of Carbon Dioxide (CCS) Directive.7

Menengok keadaan Cina yang berda dalam upaya enurunan emisi gas karbon,

Uni Eropa mengajak Cina untuk bekerja sama dalam mengatasi masalah emisi gas

karbon. Ajakan tersebut disambut baikoleh pemerintah Cina. Kepentingan Uni Eropa

dalam melakukan kerjasama dengan Cina untuk mengurangi emisi gas karbon di Cina

dikarenakan Uni Eropa menganggap Cina sebagai mitra dagang bagi Uni Eropa dan

mempunyai tingkat serta pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Cina juga membuthkan

dukungan Uni Eropa dalam ekspansinya ekonomi. Kebutuhan oleh Cina dan Uni

Eropa ini kemudian mendorong terjalinnya hubungan kerjasama yang interaksional

dimana sama-sama memiliki kebutuhan dan kebutuhan tersebut dimiliki satu sama

lain. Tidak ada yang mendominasi dikarenakan di kedua pihak sama-sama memiliki

kebutuhan dan kepentingan. Kerjasama tersebut dituangkan dalam nota kesepahaman

mengenai kerjasama dalam pembangunan pembangkit tenaga listrik melalui tenaga

CCS.

Pada KTT Uni Eropa-Cina pada September 2005 lalu, dimana Inggris selaku

pimpinan KTT tersebut. Nota kesepahaman ini ditandatangani langsung oleh

Departemen Ilmu dan Teknologi Cina dan Komisi Uni Eropa. Fokus dari kemitraan

adalah pada teknologi energi bersih. Perjanjian ini memiliki visi 2020 mendorong

kerjasama teknologi yang berlandaskan “Mendekati Nol Emisi Teknologi Batubara”

melalui penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) di Cina dan Uni Eropa.8

7 Komisi Uni Eropa, The EU climate and energy package, diakses dari

http://ec.europa.eu/clima/policies/package/index_en.htm 3 Maret 2017 8 China-UK Near Zero Emissions Coal Iniatiative pdf, diakses dari

(8)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas, adapun hal yang ditarik rumusan masalah yang

akan dibahas yaitu : “Bagaimana Kerjasama Cina-Uni Eropa dalam Mengurangi Emisi Gas Karbon Pada Tahun 2009-2016?”

D. Kerangka Pemikiran

Emisi gas karbon merupakan salah satu gas buang dari gas rumah kaca. Emisi

gas karbon terjadi akibat pembakaran tak sempurna oleh mesin berbahan bakar batu

bara dan mengakibatkan meningkatnya suhu atmosfer. Beberapa pertemuan

internasional telah di selenggarakan guna membahas mengenai pengurangan emisi

gas rumash kaca terutama gas karbon salah satunya dalam Konferensi Tingkat Tinggi

(KTT) yang menghasilkan Protokol Kyoto. Dimana dalam Protokol Kyoto para

negara-negara industri mempunyai kewajiban untuk mengurangi emisi gas karbon di

negaranya masing-masing.

Cina yang pada saat itu sebagai negara berkembang dan sedang memajukan

perekonomiannya dengan memajukan sector industri, menghasilkan emisi gas karbon

yang cukup tinggi. Sehingga para negara-negara Annex 1 terutama negara-negara

anggota Uni Eropa mendesak Cina agar segera mengurangi emisi gas karbon

negaranya. Sehingga terjadilah kerjasama antara Cina dengan Uni Eropa dalam

mengurangi gas karbon. Dalam melakukan analisis kasus tersebut akan digunakan

teori sebagai berikut: 1. Konsep Kerjasama

Kerjasama merupakan salah satu bentuk hubungan yang terjalin antara

individu yang satu dengan yang lainnya, antara kelompok mbahkan antar negara guna

mencapai tujuan bersama, karena semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri

sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena dengan adanya saling

ketergantungan sesuai dengan kebutuhan negara masing-masing. Kerjasama dalam

(9)

negara dengan satu atau lebih negara lainnya. Kerjasama ini bertujuan meningkatkan

kesejahteraan bersama karena hubungan kerjasama antar negara dapat mempererat

proses peningkatan kesejahteraan dan penyelesaian masalah diantara dua atau lebih

negara tersebut.

Menurut K.J Holsti, proses kerjasama atau kolaborasi terbentuk dari

perpaduan keanekaragaman masalah nasional, regional atau global yang muncul dan

memerlukan perhatian lebih satu negara. Masing-masing pemerintah saling

melakukan pendekatan yang membawa usul penanggulangan masalah mengumpulkan

bukti-bukti tertulis untuk membenarkan suatu usul atau yang lainnya dan mengakhiri

perundingan dengan suatu perjanjian atau pengertian yang memuaskan semua pihak. Menurut K.J Holsti, kerjasama internasional dapat didefenisikan sebagai berikut: 9

a. Pandangan bahwa dua atau lebih kepentingan, nilai, atau tujuan saling bertemu

dan dapat menghasilkan sesuatu, dipromosikan atau dipenuhi oleh semua pihak

sekaligus.

b. Pandangan atau harapan dari suatu Negara bahwa kebijakan yang diputuskan oleh

Negara lainnya akan membantu Negara itu untuk mencapai kepentingan dan

nilai-nilainya.

c. Persetujuan atau masalah-masalah tertentu anatar dua negara atau lebih dalam

rangka memanfaatkan persamaan kepentingan atau benturan kepentingan.

d. Aturan resmi atau tidak resmi mengenai transaksi dimasa depan yang dilakukan

untuk melaksanakan persetujuan.

e. Transaksi antar negara untuk memenuhi persetujuan mereka.

2. Konsep Carbon Trading

Konsep Carbon Trading sendiri merupakan sebuah sistem di mana negara atau

perusahaan individu menetapkan target emisi. Di mana ketika mereka yang tidak

dapat memenuhi target, dapat membeli karbon dari negara atau perusahaan yang

menanggung mereka. Dalam ilmu ekonomi perdagangan karbon atau Carbon Trading

adalah bentuk perdagangan emisi yang memungkinkan negara untuk memenuhi

(10)

komitmen pengurangan emisi karbon, negara yang melakukan hal tersebut karena

untuk memenuhi persyaratan perjanjian Protokol Kyoto, dan juga memakan biaya

rendah dengan memanfaatkan pasar bebas. Ini adalah cara privatisasi biaya umum

atau biaya sosial polusi oleh karbon dioksida.

Perdagangan karbon adalah istilah yang di terapkan untuk perdagangan

sertifikat yang mewakili berbagai cara, terkait target pengurangan emisi karbon yang

harus di penuhi dan sudah di tetapkan. Peserta dalam penjualan karbon membeli dan

menjual komitmen kontrak atau sertifikat yang mewakili salah satu jumlah karbon

yang berhubungan dengan emisi tersebut yaitu : Di perbolehkan untuk dilepaskan,

pengurangan emisi terdiri (teknologi baru, efisiensi energi, energi terbarukan. Konsep

ini dapat menjelskan kerjasam kedua belah pihak antar Cina dan Uni Eropa, dimana

kedua belah pihak dapat mencapai tujuan yang sama dan akan berdampak baik untuk

kedua belah pihak Cina – Uni Eropa.

E. Asumsi Dasar

Dengan memahami latar beakang dan kerangka pemikiran diatas, maka dapat

diajukan hipotesis sebagai berikut :

a. Kerjasama antara Cina dengan Uni Eropa merupakan salah satu strategi Cina

untuk mengurangi emisi gas karbon di negaranya. Dengan adanya kerjasama

tersebut, diperkirakan Cina dapat mengurangi emisi gas karbon hingga tahun 2020

seperti yang telah ditetapkan oleh Protokol Kyoto. Dalam kerjasama tersebut Cina

dengan Uni Eropa akan melakukan pertukaran teknologi yang menguntungkan

kedua belah pihak

F. Metode Penelitian F.1 Metode Penelitian

Dalam proses penulisan, metode yang dipakai yakni menggunakan metode

penelitian kualitatif, yaitu metode yang menggambarkan hubungan antara

(11)

F.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penulisan ini menggunakan teknik

pengumpulan dan studi kepustakaan (Library Research). Dalam hal ini, melakukan

pengumpulan data dan kemudian mengolah data sekunder yang diperoleh dari

literature-literatur, jurnal ilmiah, surat kabar, website serta sumber-sumber lain yang

memiliki kolerasi.

F.3 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Teknik pengolahan dan analisa data yang digunakan adalah eksplanatif

deskriptif yaitu penulisan yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,

kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian

kepada masalah-masalah actual sebagaimana adanya.

G. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya Cina dalam

mengurangi emisi gas karbon di negaranya melalui kerjasma bilateral antara Cina

dengan Uni Eropa dalam rentang waktu antara 2009 – 2016, dan mengetahui

bagaimana perkembangan yang telah dicapai dengan adanya kerjasama tersebut.

Penelitian ini diharapkan akan dapat menambah ilmu serta wawasan penulis meupun

pihak-pihak yang memerlukan pengetahuan umum mengenai isu lingkungan yang

berhubungan langsung dengan upaya negara industri khususnya CIna dalam

menurangi emisi gas karbon.

H. Jangkauan Penelitian

Jangkauan penelitian ini mengambil rentang waktu sejak tahun 2009 sampai

dengan 2016. Jangkauan penelitian diawali pada tahun 2009 karena pada tahun ini

Cina menerapkan pembangunan kerjasama yang ditawarkan oleh Uni Eropa melalui

(12)

transfer teknologi kepada Uni Eropa guna mengurangi emisi gas karbon di negaranya.

Sejak saat itu Cina melakukan berbagai upaya untuk mengurangi emisi gas karbon.

Jangkauan penelitian diakhiri pada tahun 2016 karena pada tahun ini negara Cina

telah mencapai hasil yang signifikan dari adanya kerjasama dengan Uni Eropa dalam

mengurangi emisi gas karbon yang sangat merugikan.

Dalam kerjasama antara Cina dengan Uni Eropa terdapat gagasan bahwa

erjasama tersbut dimulai sebelum tahun 2009. Artinya tidak menutup kemungkinan

bahwa focus pada penulisan dapat diarahkan ke periode waktu sebelum tahun 2009.

I. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini terdiri dari 4 ( empat ) bab, yaitu:

Bab I : Berupa pendahuluan yang mengemukakan alas an pemilihan judul,

latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka pemikiran,

argument pokok, metodologi penelitian, tujuan penelitian, jagkauan

penelitian, dan sistematika penulisan

Bab II : Fenomena emisi gas karbon yang dihasilkan oleh negara-negara

industri

Bab III : Bentuk kerjasama anatara Cina dengan Uni Eropa dalam upaya

mengurangi gas karbon serta hasil yang telah dicapai dari adanya

Gambar

Tabel 1. Lima negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar tahun 1990

Referensi

Dokumen terkait

Andaikata anda sudah menyisihkan sebagian dari pendapatan yang dialokasikan ke dalam pos tabungan untuk membeli sebidang tanah.. Teman anda menawarkan mobilnya untuk

Setiap mahasiswa diminta untuk membuat sebuah paper dengan panjang maksimal 500 kata yang berisi rangkuman dan refleksi kritis atas tulisan Abraham van de Beek. yang berjudul

“7 Kesilapan Besar Pelaburan Hartanah yang mungkin anda lakukan tanpa sedar” ditulis dengan harapan menjadi panduan kepada mereka yang ingin memulakan langkah menceburi pelaburan

 Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan desa adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintahan desa berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, periu menetapkan Keputusan Gubernur tentang Pemberian Izin Pelaksanaan Reklamasi Pulau K

Keadaan SMA Negeri 1 Cempaka sudah cukup bagus dan memadai, fasilitas yang mendukung para siswa, gedung yang terdiri dari beberapa ruangan antara lain: ruang kantor, ruang kepala

Dengan demikian regresi berganda ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu Indeks Pembangunan Manusia sebagai

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lilik Handayani mengenai Kontribusi Persepsi Dan Motivasi Ibu Dalam Meningkatkan Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif Di