• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT KEC. MEJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT KEC. MEJO"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Sejarah politik Indonesia mencatat bahwa pola pergeseran kekuasaan yang dulu hanya dikuasai oleh elit berganti dengan era reformasi demokrasi dengan munculnya partai-partai baru sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam politik, Presiden Soeharto membangun kekuasaan dengan membentuk Organisasi Politik Golongan Karya. Keberadaan Golongan Karya sebagai organisasi politik yang bukan partai politik tetapi diperlakukan sama dengan partai politik dan diakui hak-hak dan kewajibannya sebagai partai politik peserta pemilu, baru berakhir dengan diundangkannnya Undang-undang no.2 tahun 1999 tentang partai politik. Dalam undang-undang ini, Golongan Karya tidak disebut lagi secara khusus, yang diatur hanya partai politik saja. Karena itu pulalah Organisasi Golongan Karya mengubah diri secara resmi menjadi Partai Golongan Karya1. Reformasi tahun 1998 merupakan keniscayaan dalam pemerintahan orde baru yang dianggap sumber masalah dalam Negara Indonesia. Kelahiran partai-partai baru merupakan dampak dari reformasi, karena syarat dari negara demokrasi mengharuskan adanya partai politik.

Partisipasi masyarakat dalam politik di era reformasi sangatlah besar, dampak dari berakhirnya era orde baru yang pada masanya hanya membatasi dua

1Asshiddiqie, Jimly, Kemerdekaan berserikat, Pembubaran partai politik, dan Mahkamah

(2)

partai saja, ada empat puluh delapan partai yang ikut serta dalam pemilu tahun 1999, dan pada tahun 2004 menurun menjadi 24 partai, dan meningkat pada 2009 yaitu 38 partai politik nasional dan 6 partai lokal Aceh, dan pemilu 2014 hanya 12 partai nasional dan 3 partai lokal Aceh. Partai yang ikut serta dalam pemilu 2014 yaitu :

1. Partai Nasional Demokrat 2. Partai Kebangkitan Bangsa 3. Partai Keadilan Sejahtera

4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 5. Partai Golongan Karya

6. Partai Gerakan Indonesia Raya 7. Partai Demokrat

8. Partai Amanat Nasional

9. Partai Persatuan Pembangunan 10. Partai Hati Nurani Rakyat 11. Partai Bulan Bintang

12. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia

Partai Lokal Aceh : Partai Damai Aceh, Partai Nasional Aceh, Partai Aceh2

Tidak ada negara demokrasi tanpa partai politik, negara-negara dunia ketiga dan sosialis yang anti demokrasi dengan kepemimpinan yang diktator pun membuat partai-partai politik semu. Partai politik merupakan keniscayaan dalam

(3)

kehidupan politik modern dan demokratis. Partai politik merupakan fenomena modern yang munculnya bersamaan dengan perkembangan demokrasi modern. Partai politik bukan hanya berperan sebagai saluran aspirasi politik berbagai kelompok masyarakat dan sebagai wahana untuk mengartikulasikan tuntutan politik dalam sistem politik secara keseluruhan, tetapi juga berfungsi sebagai satu-satunya jenis organisasi yang berkompetisi untuk membentuk kabinet pemerintahan. Bagaimana fungsi-fungsi tersebut bekerja tergantung banyak faktor. Salah satu faktor yang harus dihampiri adalah sejarah atau latar belakang pendirian partai.3

Partai Perindo (Persatuan Indonesia) adalah partai baru yang dideklarasikan pada 7 Februari 2015 oleh Hary Tanoesoedibyo di Jakarta International Expo, Kemayoran Jakarta. Partai Perindo bermula dari organisasi masyarakat yang didirikan 23 Februari 2013 di Istora Senayan Jakarta. Hary mengawali karir politiknya bergabung di partai Nasional Demokrat sebagai Ketua Dewan Pakar pada 9 Oktober 2011. Namun Hary memutuskan mundur pada 23 Januari 2013. Hary mengaku keputusannya mundur dikarenakan ada perbedaan pendapat dengan Ketua Majelis Tinggi Partai Nasdem yaitu Surya Paloh yang hendak maju sebagai Ketua Umum.

Menjelang Pemilu 2014 Hary bergabung dengan Partai Hanura. Kemudian Hary dan Wiranto mendeklarasikan diri sebagai Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden namun suara yang didapatkan Partai Hanura tidak memungkinkan

(4)

pasangan itu untuk bisa maju. Hary pun memutuskan mundur dari Partai Hanura karena saat pasangan Calon Presiden Dan Calon Wakil Presiden mengerucut menjadi dua pasang, yaitu H. Joko Widodo – Drs.H.M Jusuf Kalla dan H. Prabowo Subianto – Ir. H.M. Hatta Rajasa, Hary dan Wiranto mendukung pasangan yang berbeda. Meski sebagai partai politik baru, Partai Perindo telah memiliki badan hukum yang sah berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.HH-03.AH.11.01 Tahun 2014 tertanggal 08 Oktober 2014.4 Tahapan selanjutnya adalah lolos verifikasi KPU agar bisa ikut dalam pemilu. Dalam Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia no. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik disebutkan :

Pasal 2

1. Partai politik didirikan dan dibentuk oleh paling sedikit 30 (tiga puluh) orang warga negara Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu) atau sudah menikah dari setiap provinsi.

1a. Partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 didaftarkan paling sedikit 50 (lima puluh) orang pendiri yang mewakili seluruh pendiri partai politik dengan akta notaris.

1b. Pendiri dan pengurus partai politik dilarang merangkap sebagai anggota partai politik lain.

(5)

2. Pendirian dan pembentukan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menyertakan 30% keterwakilan perempuan

3. Akta notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) harus memuat AD ART serta kepengurusan tingkat pusat

4. AD sebagaimana dimaksud pada ayat 3 memuat paling sedikit :

a) Asas dan ciri partai politik b) Visi dan misi partai politik

c) Nama, lambang, dan tanda gambar partai politik d) Tujuan dan fungsi partai politik

e) Organisasi, tempat kedudukan, dan pengambilan keputusan f) Kepengurusan partai politik

g) Mekanisme rekrutmen keanggotaan partai politik dan jabatan politik h) Sistem kaderisasi

i) Mekanisme pemberhentian anggota partai politik j) Peraturan dan keputusan partai politik

k) Pendidikan politik

l) Keuangan partai politik dan

m) Mekanisme penyelesaian perselisihan internal partai politik

(6)

Pasal 3

1. Partai politik harus didaftarkan ke kementerian untuk menjadi badan hukum

2. Untuk menjadi badan hukum sebagaiman dimaksud pada ayat 1, partai politik harus mempunyai :

a) Akta notaris pendirian partai politik

b) Nama, lambang, tanda gambar yang tidak mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan nama, lambang, atau tanda gambar yang telah dipakai secara sah oleh partai politik lain sesuai peraturan perundang-undangan.

c) Kepengurusan pada setiap provinsi dan paling sedikit 75% dari jumlah kabupaten/kota pada provinsi yang bersangkutan dan paling sedikit 50% dari jumlah kecamatan pada kabupaten/kota yang bersangkutan

d) Kantor tetap pada tingkatan pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sampai tahapan terakhir pemilihan umum dan

e) Rekening atas nama partai politik5

Partai Perindo sebagai partai baru untuk melengkapi salah satu syarat pendirian partai, yaitu mempunyai kepengurusan di setiap provinsi maka partai ini mulai mendeklarasikan kepengurusan partai di seluruh Indonesia, tak terkecuali di Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus Jawa Tengah. Kecamatan Mejobo terdiri dari 11 desa, yaitu : Golantepus, Gulang, Jepang, Jojo, Hadiwarno, Kesambi,

(7)

Kirig, Mejobo, Payaman, Temulus, Tenggeles. Kecamatan ini mulai membentuk kepengurusan Partai Perindo dimulai pada tahun 2015 dan antusias masyarakat untuk berpartisipasi dalam politik khususnya Partai Perindo cukup besar, karena hampir seluruh desa di Kecamatan Mejobo pengurus partai adalah kebanyakan orang baru di partai politik.

Untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam Partai Perindo di Kecamatan Mejobo, maka perlu diadakan penelitian terhadap hal tersebut, adapun penelitian akan diadakan di Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus Jawa Tengah.

Dari latar belakang tersebut diatas penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Partisipasi Politik Masyarakat Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus Dalam Partai Perindo “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana partisipasi politik masyarakat dalam Partai Perindo di Kecamatan Mejobo?

(8)

C. Tujuan Penelitian

Adanya penulisan penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dalam Partai Perindo di Kecamatan Mejobo.

2. Mengetahui faktor apa saja yang mendorong dan menghambat masyarakat berpartisipasi dalam Partai Perindo di Kecamatan Mejobo.

D. Manfaat Penelitian

Hasil akhir penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat teoritis dan praktis, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti, dari hasil penelitian ini diharapkan memperkaya pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah kepada kondisi masyarakat,sehingga mendapatkan suatu pengalaman antara teori dan kenyataan di lapangan dan sebagai sumber bahan penelitian selanjutnya.

b. Bagi Civitas Akademika, dari hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran di bidang ilmu politik.

2. Manfaat Praktis

(9)

b. Bagi Aktivis/ Pengurus Partai, agar mereka lebih meningkatkan peran dan pengetahuan di bidang Politik.

c. Bagi Masyarakat, masyarakat mengetahui pentingnya berpartisipasi dalam Partai Politik.

E. Kerangka Dasar Teori

1.Pengertian Partisipasi Politik

Secara etimologi partisipasi berasal dari Bahasa Latin, pars artinya bagian

dan capare artinya mengambil, sehingga diartikan mengambil bagian, dalam

Bahasa Inggris disebut “participate” artinya pengambilan bagian/ peran, pengikutsertaan, menurut kamus Bahasa Indonesia Modern adalah hal turut berperan serta, keikutsertaan.6

Sedangkan politik secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, polis artinya kota dan teia artinya urusan.7 Menurut Peter Merkl : “ Politik dalam bentuk yang paling baik adalah usaha mencapai suatu tatanan sosial yang baik dan berkeadilan (Politics, at its best is a noble quest for a good order and justice)”8. Politik dalam bentuk yang paling buruk adalah perebutan kekuasaan, kedudukan, dan kekayaan (Politics at its worst is a selfish, grab for power, glory and riches)”.9

6 S.S ,Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Modern ( Surabaya : Apollo,1994 ) hal. 155 7 Ni’am, Harun , Bahan Ajar Mata Kuliah Ilmu Politik, ( Semarang : 2013,unpublished ) 8 Budiardjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik edisirevisi (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,2008) hal 15

(10)

Partisipasi politik merupakan salah satu dari sejumlah istilah yang mempunyai banyak arti sehingga istilah tersebut pada akhirnya kehilangan kegunaannya. Istilah tersebut diterapkan pada aktivitas orang dari semua tingkat sistem politik, pemilih berpartisipasi dengan memberikan suaranya, menteri luar negeri berpartisipasi dalam menetapkan kebijakan luar negeri. Kadang–kadang istilah tersebut juga diterapkan lebih pada orientasi politik dari pada aktivitas politik, warga negara berpartisipasi dengan menaruh minat dalam politik, dan kadang– kadang istilah itu diterapkan pada partisipasi di luar politik sebagaimana biasanya kita berpikir tentang istilah itu, misal : warga negara berpartisipasi dalam keluarga, sekolah dan sebagainya.10

Partisipasi politik (political participation) secara singkat biasanya dipahami sebagai keikutsertaan warga negara dalam proses-proses politik secara sukarela. Menurut Herbert McClosky seorang tokoh partisipasi berpendapat, partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum (The term political participation will refer to those voluntary activities by which

member of society share in the selection of rulers and directly or indirectly, in the

formation of public policy) 11.

Istilah partisipasi politik menurut Samuel P. Hutington dan Nelson ditafsirkan lebih luas dengan memasukkan secara eksplisit tindakan ilegal dan kekerasan, partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai

10 Macridis, Roy C dan Bernard E Brown, Perbandingan Politik, Comparative Politics ,t.t t.p t.th hal 349

(11)

pribadi-pribadi, yang bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah, partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadic (sekali-kali/ jarang), secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif. (By political participation we mean activity by private citizens designed to influence government decision

making. Participation may be individual or collective, organized or spontaneous,

sustained or sporadic, pieceful or violent, legal or illegal, effective or

ineffective).12

Partisipasi politik dapat diarahkan untuk mengubah keputusan-keputusan pejabat-pejabat yang sedang berkuasa, menggantikan atau mempertahankan pejabat itu, atau mempertahankan organisasi sistem politik yang ada dan aturan-aturan permainan politiknya. Semuanya merupakan cara-cara untuk mempengaruhi keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan pemerintah. Partisipasi politik tidak hanya kegiatan yang oleh pelakunya sendiri dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah, akan tetapi juga kegiatan yang oleh orang lain di luar si pelaku dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. Yang pertama dinamakan partisipasi otonom, yang terakhir partisipasi yang dimobilisasikan.13

Pembedaan antara partisipasi yang dimobilisasikan dan partisipasi yang otonom adalah lebih tajam dalam prinsip dari pada dalam realitas. Sementara kita dapat mengidentifikasikan banyak kegiatan sebagai tegas-tegas dimobilisasikan atau tegas-tegas otonom, banyak sekali kasus yang terletak di perbatasan antara

12 Hatington, Samuel P. dan Joan Nelson ,Partisipasi Politik di Negara Berkembang, No Easy

(12)

keduanya. Selain itu, kriteria untuk membedakan kategori-kategori itu agak bersifat arbitrer (sewenang-wenang/ subjektif). Apakah kegiatan dukungan yang disponsori oleh pemerintah termasuk ke dalam yang dimobilisasikan, sementara aksi yang diselenggarakan oleh partai-partai atau organisasi-organisasi oposisi tergolong otonom? Tindakan seseorang boleh dikatakan sama-sama bersifat sukarela atau tidak sukarela, sebagai perbandingan warganegara China yang merasa bangga dengan negara dan partainya dan memberikan suaranya dalam pemilihan dengan daftar calon tunggal, dengan pemilih di Amerika, yang digerakkan atas kesadaran akan kewajibannya sebagai warganegara dan barangkali oleh loyalitas partisan, dan yang memberikan suaranya untuk seorang pejabat negara bagian yang sebetulnya sudah terjamin akan terpilih kembali meski menghadapi oposisi basa-basi, partisipasi yang dimobilisasikan dan yang otonom bukan merupakan kategori-kategori dikotomis yang dapat dibedakan dengan tajam satu sama lain.

(13)

di kemudian hari bisa merupakan satu cara menjalankan kewajiban kewarganegaraan atas dasar sukarela, artinya suatu tindakan yang dimaksudkan untuk menunjukkan dukungan kepada sistem dan pimpinannya. Sebaliknya, partisipasi yang tadinya bersifat otonom dapat menjadi partisipasi yang dimobilisasikan atau yang dimanipulasikan. Partai-partai pemerintah dan oposisi dan pemimpin-pemimpin politik sering kali mencoba menginfiltrasi, “menundukkan” dan memperalat untuk kepentingan mereka sendiri. Jadi antara yang dimobilisasikan dan yang otonom tidak dapat dibedakan satu sama lain dan mempunyai konsekuensi yang sama.14

Dari pengertian partisipasi politik tersebut diatas, maka dapat diambil kesimpulan partisipasi politik adalah keterlibatan individu atau kelompok sebagai warga negara dalam proses politik yang berupa kegiatan positif atau negatif yang bertujuan aktif dalam kehidupan politik dalam rangka mempengaruhi kebijakan pemerintah. Selain itu partisipasi politik juga dijelaskan sebagai usaha terorganisir oleh warga negara untuk memilih pemimpin-pemimpin mereka dan mempengaruhi bentuk dan jalannya kebijaksanaan umum, usaha ini didasarkan tanggung jawab mereka terhadap kehidupan bersama sebagai suatu bangsa dalam suatu negara.

2. Bentuk-bentuk Partisipasi Politik

Partisipasi politik terwujud dalam berbagai bentuk, menurut Samuel P. Hatington studi-studi tentang partisipasi menggunakan skema-skema klasifikasi

(14)

yang berbeda-beda, namun kebanyakan riset belakangan ini membedakan jenis-jenis perilaku seperti berikut :

a. Kegiatan pemilihan mencakup suara, akan tetapi juga

sumbangan-sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan. Ikut dalam pemilihan suara adalah lebih meluas dibandingkan dengan bentuk-bentuk partisipasi politik lainnnya.

b. Lobbying mencakup upaya-upaya perorangan atau kelompok untuk

menghubungi pejabat-pejabat pemerintah, pemimpin-pemimpin politik dengan maksud mempengaruhi keputusan-keputusan mereka mengenai persoalan-persoalan yang menyangkut sejumlah besar orang.

c. Kegiatan organisasi mencakup partisipasi sebagai anggota atau pejabat/

pengurus dalam suatu organisasi yang tujuan utama dan eksplisit adalah mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. Organisasi yang demikian dapat memusatkan usaha-usahanya kepada kepentingan-kepentinggan yang yang sangat khusus atau dapat mengarahkan perhatiannyakepada persoalan-persoalan umum yang beraneka ragam.

d. Mencari koneksi (contacting) merupakan tindakan perorangan yang

ditujukan terhadap pejabat-pejabat pemerintah dan biasanya dengan maksud memperoleh manfaat bagi hanya satu orang .

(15)

intimidasi, dan pemalsuan hasil pemilihan, sejauh hal itu dilakukan oleh orang-orang biasa dan bukan oleh orang-orang profesional, jelas merupakan partisipasi politik, sama seperti memberikan suara , menghadiri rapat-rapat umum partai atau menempelkan poster–poster kampanye. Kegiatan–kegiatan lobbying seperti melakukan pemogokan yang tertib, melakukan demonstrasi merupakan kegiatan legal di sejumlah negara dan dilarang di negara lain.

e. Tindak kekerasan (violence) juga dapat merupakan suatu bentuk

(16)

damai? Sejauh mana tindakan kekerasan merupakan upaya terakhir, yang hanya dipilih setelah tertutupnya kesempatan-kesempatan untuk berpartisipasi secara damai.15

Partisipasi sebagai kegiatan dibagi menjadi partisipasi aktif dan partisipasi pasif, yang termasuk partisipasi aktif adalah mengajukan usul mengenai kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berlainan dengan kebijakan dibuat pemerintah, mengajukan kritik dan perbaikan untuk meluruskan kebijakan, membayar pajak dan memilih pemimpin pemerintahan. Sebaliknya partisipasi pasif berupa kegiatan yang mentaati pemerintah, menerima, dan melaksanakan saja setiap keputusan pemerintah. Dengan kata lain partisipasi aktif berarti kegiatan yang berorientasi pada proses input dan output politik, sedangkan partisipasi pasif merupakan kegiatan yang berorientasi pada proses output. Di samping itu, terdapat sejumlah anggota masyarakat yang tidak termasuk kategori partisipasi aktif maupun pasif karena mereka menganggap masyarakat dan sistem politik yang ada telah menyimpang dari apa yang mereka cita-citakan kelompok ini disebut apatis/ golongan putih (Golput).16

Piramida partisipasi dibedakan menjadi dua, piramida partisipasi I menurut Milbrath dan Goel, memperlihatkan bahwa masyarakat dibagi dalam 3 kategori :

1. Pemain (Gladiator) yaitu : orang yang sangat aktif dalam politik

15Ibid hal 18

(17)

2. Penonton (Spectator) yaitu : populasi yang aktif secara minimal, termasuk menggunakan hak pilihnya.

3. Apatis (Apathetic) yaitu : orang yang tidak aktif sama sekali, termasuk tidak menggunakan hak pilihnya.17

Dalam buku lain menyebutkan yang keempat adalah pengkritik, yaitu orang-orang yang berpartisipasi dalam bentuk tidak konvensional.18

Piramida partisipasi politik II menurut David F Roth dan Frank L Wilson, melihat masyarakat terbagi empat kategori :

1. Aktivis (Activists) terdiri dari para pejabat atau calon pejabat, fungsionaris partai politik,pimpinan kelompok kepentingan, the deviant (termasuk di dalamnya pembunuh, pembajak,dan teroris)

2. Partisipan (Participants) terdiri dari orang-orang yang bekerja untuk kampanye anggota partai secara aktif,partisipan aktif dalam kelompok kepentingan, dan tindakan-tindakan yang bersifat politis, serta orang yang terlibat dalam komunitas proyek.

3. Penonton (Onlookers) terdiri dari anggota kelompok kepentingan,pemilih, orang yang terlibat diskusi politik, serta pemerhati dalam pembangunan politik.

4. Apolitis (Apoliticals) terdiri dari orang yang tidak peduli masalah politik.

(18)

Berbeda dengan Milbrath dan Goel, Olsen memandang partisipasi sebagai dimensi utama stratifikasi sosial. Olsen membagi partsipasi politik menjadi enam lapisan yaitu :

1. Pemimpin politik 2. Aktivis politik

3. Komunikator (orang yang menerima dan menyampaikan informasi kepada orang lain)

4. Warga negara

5. Marginal (orang yang sedikit kontak dengan sistem politik)

6. Orang yang terisolasikan (orang yang jarang melakukan partisipasi politik) Pembagian ini dimaksudkan memudahkan analisis terhadap bentuk-bentuk partisipasi politik karena dalam kenyataan tidak ada seseorang yang dapat secara persis dikategorikan ke dalam salah satu tipe partisipasi tersebut.19

Abramson dan Hardwick membedakan partisipasi politik menjadi dua yaitu konvensional dan non konvensional bentuk partisipasi politik konvensional dalam pemilu misalnya adalah memberikan suara dalam pemilu, ikut ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan kampanye, bergabung dalam kelompok kepentingan tertentu, melakukan lobi-lobi untuk mencapai tujuan tertentu, serta menjadi kandidat. Bentuk partisipasi politik yang paling lazim terjadi di negara-negara demokratis yaitu memberikan suara dalam pemilihan umum baik di tingkat nasional maupun daerah. Dalam hal ini memberikan suara dalam pemilihan umum berarti menyatakan dukungan terhadap partai atau kandidat tertentu dan menolak

(19)

partai atau kandidat yang lain yang sedang berkompetisi. Ketika pilihan atau suara yang diberikan pada pemilihan sekarang berubah dari pilihan sebelumnya, berarti pemilih memberikan dukungan terhadap sistem yang sedang berlangsung, serta menginginkan perubahan secara demokratis dan elegan.

Bentuk partisipasi politik konvensional lain yang lebih aktif antara lain adalah ikut ambil bagian dalam kegiatan kampanye, bergabung dalam tim sukses, dan menyumbang dana, karena bentuk partisipasi ini lebih aktif dalam memperjuangkan keinginan dan tuntutan. Bentuk yang paling aktif adalah ikut berkompetisi dengan menjadi kandidat, karena keikutsertaannya dalam proses politik nyaris sempurna karena kandidat harus mengeluarkan dana untuk pencalonan dan kampanye, harus terjun langsung dalam kegiatan kampanye untuk mempengaruhi orang lain agar memberikan dukungan, melakukan lobi-lobi untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu, termasuk melobi penyandang dana serta kelompok-kelompok dan organisasi tertentu.

(20)

Dalam buku Pengantar Sosiologi Politik, Michael Rush dan Philip Althoff mengidentifikasi bentuk-bentuk partisipasi politik sebagai berikut :

1.Menduduki jabatan politik atau administrasi 2.Mencari jabatan politik atau administrasi

3.Mencari anggota aktif dalam suatu organisasi politik 4.Menjadi anggota pasif dalam suatu organisasi politik 5.Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi semi politik 6.Menjadi anggota pasif dalam suatu organisasi semi politik 7.Parisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dsb.

8.Partisipasi diskusi politik internal 9.Partisipasi dalam pemungutan suara

Sastroatmodjo juga mengemukakan tentang bentuk-bentuk parrtisipasi politik berdasarkan jumlah pelakunya yang dikategorikan menjadi dua yaitu : partisipasi individual dan partisipasi kolektif. Partisipasi individual dapat terwujud kegiatan seperti menulis surat yang berisi tuntutan atau keluhan kepada pemerintah. Partisipasi kolektif adalah bahwa kegiatan warga negara serentak dimaksudkan untuk mempengaruhi penguasa seperti pemilu. 20

20Dani, Wahyu Rahma, Skripsi Partisipasi politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilu

(21)

3. Faktor – faktor Partisipasi Politik

Menurut Ramlan Surbakti dalam bukunya “Memahami Ilmu Politik“ faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi politik seseorang, ialah kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah (sistem politik/partai). Yang dimaksud kesadaran politik ialah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Hal ini menyangkut pengetahuan seseorang tentang lingkungan masyarakat dan politik tempat ia hidup. Yang dimaksud dengan sikap dan kepercayaan kepada pemerintah ialah penilaian seseorang terhadap pemerintah, apakah ia menilai pemerintah dapat dipercaya dan dapat dipengaruhi atau tidak.

Berdasarkan tinggi rendahnya kedua faktor tersebut, Paige membagi partisipasi menjadi empat tipe. Apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah tinggi maka partisipasi politik cenderung aktif. Sebaliknya apabila kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah rendah maka partisipasi politik cenderung pasif-tertekan (apatis). Tipe partisipasi ketiga berupa militan radikal, yakni apabila kesadaran politik tinggi tetapi kepercayaan kepada pemerintah rendah. Selanjutnya apabila kesadaran politik sangat rendah tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat tinggi maka partisipasi ini disebut tidak aktif (pasif).

(22)

kedudukan seseorang dalam masyarakat karena keturunan, pendidikan, dan pekerjaan. Yang dimaksud status ekonomi ialah kedudukan seseorang dalam pelapisan masyarakat berdasarkan pemilikan kekayaan. Hal ini diketahui dari pendapatan, pengeluaran, ataupun pemilikan benda-benda berharga. Seseorang yang memiliki status sosial dan status ekonomi yang tinggi diperkirakan tidak hanya memiliki pengetahuan politik, tetapi juga mempunyai minat dan perhatian pada politik, serta sikap dan kepercayaan terhadap pemerintah (sistem politik/partai).21

4. Landasan Partisipasi Politik

Hutington dan Nelson mengemukakan bahwa landasan yang lazim digunakan untuk menyelengggarakan partisipasi politik adalah :

a. Kelas : perorangan-perorangan dengan status sosial, pendapatan, pekerjaan serupa.

b. Kelompok : perorangan-perorangan dari ras, agama, bahasa, atau etnisitas yang sama.

c. Lingkungan : perorangan-perorangan yang secara geografis bertempat tinggal berdekatan satu sama lain.

d. Partai : perorangan yang mengidentifikasi diri dengan organisasi formal yang sama yang berusaha untuk meraih atau mempertahankan kontrol aas bidang-bidang eksekutif, legislatif.

(23)

e. Golongan : perorangan-perorangan yang dipersatukan oleh interaksi yang terus menerus satu sama lain, dan salah satu manifestasinya adalah pengelompokan patron-klien, artinya satu golongan yang melibatkan pertukaran manfat-manfaat secara timbal balik diantara perorangan-perorangan yang mempunyai sistem, status, kekayaan dan pengaruh yang tidak sederajat.22

5. Pengertian Masyarakat

Masyarakat sebagai terjemahan society adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau terbuka, dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu- individu yang berada di kelompok tersebut. Kata masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa Arab, Musyarak artinya dikumpulkan. Umumnya istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam komunitas yang teratur.

Menurut Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dikatakan masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahhatan.

Kata society berasal dari bahasa latin “societas” yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Kata societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara

(24)

implisit kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.23

6. Pengertian Partai Politik

Partai Politik dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 2008 pasal 1 ayat 1 menyebutkan :

“Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa, dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 ”.24

Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama, tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijaksanaan–kebijaksanaan mereka.25 Carl J. Friedrich : Partai politik adalah “ Sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partai-partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partai-partainya kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materiil”. (A political party is a group of human beings, stably organized with the objective of securing or maintaining for

23 https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat

(25)

its leaders the control of a government, with the further objective of giving to

members of the party , through such control ideal and material benefits and

advantages).26

Menurut R.H. Soltau : “Partai politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka” (A group of citizens more or less organized, who act as a political unit and who, by the use of

their voting power, aim to control the government and carry out their general

policies).27

Sedangkan menurut Sigmund Neumann dalam karangannya Modern

Political Parties mengemukakan definisi sebagai berikut : “Partai politik adalah

organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda”. (A political party is the articulate organization of society’s active political agents, those who are concerned with the control of governmental power

and who compete for popular support with another group or groups holding

divergent views). 28

(26)

Ahli lain juga turut merintis studi tentang kepartaian dan membuat definisinya adalah Giovanni Sartori, dengan definisi sebagai berikut :

“Partai Politik adalah suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum, dan melalui pemilihan umum itu mampu menempatkan calon-calonnya untuk menduduki jabatan-jabatan publik”. (A party is any political group that present at elections, and is capable of placing through elections candidates for publicc

office).29

7. Tipe Partai Politik

Perbedaan ideologi dan kepentingan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap jenis atau tipologi partai politik. Perbedaan jenis atau tipologi partai politik bisa dikenali melalui pengamatan terhadap basis sosiologi parati-partai tersebut. Roy C. Macridis memberikan tipologi parati-partai antara lain otoriter dan demokratis, integratif dan representatif, ideologi dan pragmatis, agamis dan sekuler, demokratis dan revolusioner, massa dan elite, demokratis dan oligarkhi. Maurice Duverger dalam artikelnya “A Caucus, Cadre Parties,and Mass Parties” menurutnya ada dua tipe partai politik baik berdasarkan struktur maupun ideologi politik. Pertama, partai kader atau kaukus partai kader merupakan perkembangan partai proto jika partai proto sebagai tipe awal partai politik sebelum mencapai tingkat seperti sekarang partai kader muncul sebelum diterapakan sistem hak pilih, secara luas bagi rakyat sehingga sangat bergantung pada kelas atas yang memiliki hak pilih, keanggotaan yang terbatas, kepemimpinan serta para pemberi

(27)

dana. Partai politik tipe ini tidak memperluas jumlah pendukung, tidak memiliki program propaganda untuk rekrutmen anggota, dan bersifat tertutup. Walaupun anggotanya kecil tetapi mereka mempunyai pengaruh yang kuat di masyarakat. Duverger membagi partai ini menjadi dua jenis yaitu konservatif dan liberal. Kedua partai massa, partai tipe ini merupakan respon politis dan organisasional dari perluasan hak-hak pilih serta pendorong bagi perluasan lebih lanjut hak-hak tersebut. Perhatian partai bukan pada elite tapi diprioritaskan pada massa. Partai massa merupakan bagian dari lahirnya sosialisme yang berfungsi memberikan pendidikan politik bagi kelas pekerja, buruh.30

8. Fungsi Partai Politik

Prof. Miriam Budiardjo dalam bukunya “Dasar-dasar Ilmu Politik“ menyebutkan fungsi partai politik dalam negara demokratis antara lain :

1. Partai sebagai sarana komunikasi politik

Salah satu tugas dari partai politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang. Dalam masyarakat modern yang begitu luas, pendapat dan aspirasi seseorang atau suatu kelompok akan hilang tak berbekas apabila tidak ditampung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada. Proses ini dinamakan “penggabungan kepentingan” (interest agregation) sesudah digabung, pendapat dan aspirasi ini

(28)

diolah dan dirumuskan dalam bentuk yang teratur. Proses ini dinamakan “perumusan kepentingan” (interest articulation).

2. Partai sebagai sarana sosialisasi politik

Partai politik juga berperan sebagai sarana sosialisasi politik (instrument of

political sosialization). Di dalam ilmu politik sosialisasi politik sebagai proses

melalui mana seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik,yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana ia berada. Biasanya proses sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Di samping itu sosialisasi politik juga mencakup proses melalui mana masyarakat menyampaikan norma-norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya.

3. Partai politik sebagai sarana rekrutmen politik

Partai politik juga berfungsi untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai (political

recruitment). Dengan demikian partai turut memperluas partisipasi politik.

Caranya ialah melalui kontak pribadi, persuasi dan lain-lain. Juga diusahakan untuk menarik golongan muda untuk dididik menjadi kader yang di masa mendatang akan mengganti pimpinan lama (selection of leadership).31

F. Metode Penelitian

Dalam penyusunan sebuah karya ilmiah tentu tidak akan terlepas dari penggunaan metode, sebab metode merupakan cara bertindak agar kegiatan

(29)

penelitian dapat terlaksana dengan baik, terarah dan dapat mencapai hasil yang optimal. Metode penelitian ini berfungsi sebagai rumusan dan cara yang sistematis untuk menemukan, mengembangkan bahkan menguji suatu obyek kajian, agar suatu karya tersebut dapat mencapai apa yang diharapkan dengan tepat dan terarah dengan menggunakan metode ilmiah. Adapun metode yang dipergunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang penulis gunakan adalah tipe kualitatif, deskriptif analitik yaitu berusaha mendiskripsikankan tentang partisipasi politik

masyarakat Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus dalam Partai Perindo.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan mengadakan peninjauan langsung pada obyek yang diteliti.

b. Data Sekunder

(30)

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh sejumlah informasi sesuai masalah yang ada, dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa metode, yaitu :

a. Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan temuan hasil pemeriksaan. Observasi digunakan untuk melengkapi penjelasan-penjelasan atas variabel-variabel yang diteliti. Penulis dalam hal ini melakukan observasi langsung di Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

b. Wawancara

Wawancara menurut Berger, wawancara adalah percakapan antara periset (seseorang yang ingin mendapatkan informasi) dengan informan (seseorang yang diansumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu obyek).32 Ada juga yang mendefinisikan wawancara adalah cara yang dipakai untuk memperoleh informasi melalui kegiatan interaksi sosial antara peneliti dengan obyek yang diteliti. Dengan teknik ini diharapkan dapat melengkapi data-data yang diperoleh.

Dalam penelitian ini data kualitatif diperoleh menggunakan instrument wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan secara langsung bertatap muka dengan informan agar

32Lestari, Atiek, Skripsi Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Umum Jawa Tengah

(31)

mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara mendalam digunakan untuk menambahi temuan temuan data observasi.

Dalam hal ini penulis mewawancarai Pengurus Partai Perindo tingkat cabang dan ranting. Dengan catatan apabila Ketua berhalangan akan digantikan pengurus harian lainnya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan memanfaatkan dokumen-dokumen yang ada pada obyek penelitian, peninggalan arsip-arsip dan juga termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori,undang-undang/ hukum dan sebagainya yang berhubungan dengan masalah penelitian.

4. Teknik Analisis Data

Menurut Patton, menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Analisis data dibagi menjadi dua yaitu analisis data statistik non-statistik, mengingat data ini berupa tidak berupa hasil tapi proses maka analisis yang digunakan adalah analisis data non statistik yang disebut juga sebagai analisis kualitatif yaitu analisis yang tidak menggunakan model matematik, model statistik, atau model tertentu lainnya.

(32)

b. Pengumpulan data, pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari data dan mengumpulkan berbagai jenis data atau sumber dari lapangan yang mendukukung penelitian ini.

c. Reduksi data, reduksi data yaitu proses pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan dapat ditarik dan diverifikasi.

d. Penyusunan/ penyajian data, yaitu sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

e. Kesimpulan, yaitu suatu tinjuan ulang pada catatan di lapangan atau sebagai makna yang muncul yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan validitasnya.33

Gambar 1.1 Bentuk skema analisis data

33Skripsi Wahyu Ramadani 2010 “ Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pelaksanaan

Pemilu tahun 2009 di Desa Puguh Kecamatan Boja Kabupaten Kendal” .

Pengumpulan data

Penyajian data

Reduksi data

(33)

G. Sistematika Penulisan

Dalam membahas suatu penelitian diperlukan sistematika pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan penelitian. Adapun sistematika penelitian adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Telaah Pustaka E. Kerangka Dasar Teori F. Metodologi Penelitian G. Sistematika Penulisan

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN MEJOBO A. Keadaan Geografis

B. Keadaan Pemerintahan C. Keadaan Demografis D. Keadaan Sosial Budaya

(34)

BAB III ANALISIS PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT KECAMATAN MEJOBO DALAM PARTAI PERINDO

A. Deskripsi Responden B. Analisis Hasil Penelitian

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

(35)

35

Bab ini menggambarkan keadaan lokasi penelitian, yaitu di Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Gambaran ini mencakup keadaan geografis, demografis, sosial ekonomi, dan politik, serta perolehan suara pada pemilu presiden tahun 2014 sebagai informasi perolehan suara di Kecamatan Mejobo.

A. Keadaan Geografis

Mejobo adalah sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Kudus Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, dengan Desa Mejobo sebagai ibukota kecamatan.

Secara astronomis terletak pada 060 49’ 37,4” Lintang Selatan dan 1100 52’ 57,5” Bujur Timur.34 Kecamatan Mejobo berada di dataran rendah dibandingkan kecamatan lain di Kabupaten Kudus, berada pada ketinggian rata-rata 13,6 meter diatas permukaan laut. Jarak Ibukota kecamatan dengan Pusat Pemerintahan Kabupaten Kudus 5 KM dan jarak ibukota kecamatan dengan ibukota provinsi 57 KM. Kecamatan Mejobo beriklim tropis dengan cuaca panas - sedang. Suhu tertinggi yang tercatat 390 C dengan suhu terendah 200 C.

1. Secara Geografis Kecamatan Mejobo terletak sebelah timur Kota Kudus , berbatasan dengan kecamatan lain di Kota Kudus :

2. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bae dan Jekulo

34

(36)

3. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Jekulo

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Undaan dan Kabupaten Pati

5. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Jati .35

Kecamatan Mejobo mempunyai luas : 3,676.57 Ha, atau sekitar 8,65 persen dari luas Kabupaten Kudus, dengan perincian : Tanah Sawah : 2,338.26 Ha dan Tanah Kering : 1,338.31 Ha . Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa di Kecamatan Mejobo luas lahan sawahnya masih lebih besar bila dibandingkan dengan luas lahan keringnya. Penggunaan luas lahan kering yang digunakan untuk pekarangan/ bangunan adalah sebesar 64,4 persen sedangkan untuk tegal/ kebun sebesar 11,7 persen. Desa Kirig merupakan desa yang terluas wilayahnya yaitu 559,7 Ha (15,22 persen) sedangkan yang terkecil adalah Desa Mejobo sebesar 205,34 Ha (5,60 persen).

Tabel 1.1 Luas dan Persentase Wilayah Kecamatan Mejobo

No Desa Luas Wilayah ( Ha ) Prosentase

1 Gulang 515,71 14,03

2 Jepang 358,73 9,76

3 Payaman 356,00 9,68

4 Kirig 559,70 15,22

5 Temulus 415,23 11,29

6 Kesambi 324,69 8,83

(37)

7 Jojo 209,71 5,70

8 Hadiwarno 259,06 7,05

9 Mejobo 205,34 5,58

10 Golantepus 261,77 7,12

11 Tenggeles 210,64 5,73

Jumlah 3 676,57 100,00

B. Keadaan Pemerintahan

Kecamatan Mejobo terbagi dalam 11 desa, terdiri dari 37 dusun, 69 RW (Rukun Warga) dan 341 RT (Rukun Tetangga). Jumlah aparat pemerintah desa di Kecamatan Mejobo ada sebanyak 178 orang, terdiri dari 165 laki-laki dan 13 perempuan, dimana jumlah aparat paling banyak berada pada desa Mejobo dan terkecil pada desa Gulang.

Tabel 1.2 Pembagian Wilayah Administrasi Pemerintahan Desa di Kecamatan Mejobo

No Desa RW RT Dukuh/ Dusun

1 Gulang 6 34 3

2 Jepang 12 56 3

3 Payaman 7 24 3

4 Kirig 4 20 2

(38)

6 Kesambi 11 44 2

7 Jojo 4 18 2

8 Hadiwarno 4 22 4

9 Mejobo 4 35 4

10 Golantepus 6 32 3

11 Tenggeles 5 23 8

Jumlah 69 341 37

C. Keadaan Demografis

Jumlah penduduk Kecamatan Mejobo pada tahun 2013 tercatat 72.242, dibagi menurut jenis kelamin :

Laki-laki : 35.908 orang Perempuan : 36.334 orang Jumlah : 72.242 orang

(39)

Tabel. 1.3 Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Desa Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Gulang 3 395 3 447 6 842

2 Jepang 6 058 6 119 12 177

3 Payaman 2 556 2 645 5 201

4 Kirig 2 166 2 171 4 337

5 Temulus 3 168 3 115 6 283

6 Kesambi 3 700 3 880 7 580

7 Jojo 1 618 1 587 3 205

8 Hadiwarno 2 510 2 537 5 047

9 Mejobo 4 083 4 207 8 290

10 Golantepus 2 915 2 870 5 785

11 Tenggeles 3 739 3 756 7 495

(40)

Tabel 1. Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kelompok

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0 – 4 3 167 3 132 6 299

5 – 9 3 126 2 712 5 838

10 – 14 3 271 3 056 6 327

15 – 19 3 115 3 037 6 152

20 – 24 2 980 3 152 6 132

25 – 29 3 444 3 367 6 811

30 – 34 3 110 3 303 6 413

35 – 39 2 833 2 991 5 824

40 – 44 2 729 2 751 5 480

45 – 49 2 431 2 620 5 051

50 – 54 2 147 1 865 4 012

55 – 59 1 352 1 284 2 636

60 – 64 888 1 096 1 984

65 – 69 584 807 1 391

70 – 74 356 611 967

75 + 375 550 925

(41)

Jumlah penduduk menurut mata pencaharian :

1. Petani : 4 615

2. Buruh Tani : 4 958

3. Pengusaha : 170

4. Buruh Industri : 13 738 5. Buruh Bangunan : 3 305

6. Pedagang : 992

7. Angkutan : 236

8. PNS/ ABRI : 1 298

9. Pensiunan : 227

10. Lain-lain : 4 370

D. Keadaan Sosial Budaya

1.Pendidikan

Sarana pendidikan yang tersedia di Kecamatan Mejobo yaitu, TK, sebanyak 16 buah, SD sebanyak 47, SMP sebanyak 6 serta SMU dan SMK masing-masing sebanyak 2 buah, Perguruan Tinggi sebanyak 1 buah, sedangkan untuk Madrasah Ibtida’iyyah sebanyak 12 buah, Madrasah Tsanawiyyah 6 dan Madrasah Aliyah 2 buah.

(42)

raga tersedia 12 lapangan sepak bola , bola volly 20 unit, lapangan bulu tangkis sebanyak 19 unit, dan tenis meja sebanyak 20 unit.

2. Kesehatan

Peningkatan sarana kesehatan sangat dibutuhkan sebagai upaya dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, selain pemerintah peran swasta cukup tinggi.

Pada tahun 2013 tercatat jumlah puskesmas sebanyak 2 unit, puskesmas pembantu 4 unit, tempat praktek dokter 18 unit, rumah bersalin 1 unit, dan apotik sebanyak 10 unit, untuk tenaga kesehatannnya dokter ada 19 orang, paramedis 76 orang dan dukun bayi 17 orang.

3. Agama

Bayaknya tempat peribadatan di Kecamatan Mejobo pada tahun 2013 , untuk masjid ada sebanyak 43 buah, sedangkan untuk gereja, pura, dan vihara belum ada. Sebagian besar penduduk Kecamatan Mejobo menganut agama Islam sebesar 99,7 persen diikuti agama Kristen Protestan 0,1 persen.

Tabel 1.5 Banyaknya tempat ibadah dirinci menurut desa di Kecamatan Mejobo Desa Masjid Musholla Gereja Pura Vihara Klenteng

Gulang 2 11 0 0 0 0

Jepang 4 25 0 0 0 0

Payaman 5 2 0 0 0 0

Kirig 2 12 0 0 0 0

(43)

Kesambi 5 22 0 0 0 0

Jojo 2 8 0 0 0 0

Hadiwarno 5 12 0 0 0 0

Mejobo 8 33 0 0 0 0

Golantepus 3 21 0 0 0 0

Tenggeles 3 18 0 0 0 0

Jumlah 43 182 0 0 0 0

D. Perolehan Suara Pemilu Presiden 2014

Pada Pemilu Presiden tahun 2014 di Kecamatan Mejobo dimenangkan oleh pasangan H. Joko Widodo dan Drs. H. M. Jusuf Kalla, dengan perolehan suara 24.893 menang mutlak dibandingkan pasangan H. Prabowo Subianto dan Ir. H. Hatta Rajasa dengan perolehan suara 18.295 .

Tabel 1.6 Perolehan suara pada pemilu presiden 2014

Desa H. Prabowo Subianto

Ir. H. M. Hatta Rajasa

H. Joko Widodo

Drs. H. M. Jusuf Kalla Jumlah

Gulang 1.465 2.658 4.123

Jepang 3.009 4.226 7.235

Payaman 1.366 1.806 3.172

(44)

Temulus 1.800 2.131 3.931

Kesambi 1.917 2.701 4.618

Jojo 845 1.003 1.848

Hadiwarno 1.381 1.719 3.100

Mejobo 2.061 2.824 4.885

Golantepus 1.607 1.858 3.465

Tenggeles 1.698 2.427 4.125

18.295 24.893 43.118

(45)

45

Dalam bab ini akan dipaparkan berbagai uraian tentang bentuk partisipasi politik masyarakat di Kecamatan Mejobo dan faktor apa saja yang mempengaruhi baik itu faktor pendorong atau faktor penghambat masyarakat dalam berpartisipasi politik dalam Partai Perindo. Sebelum analisis data, berikut sejarah dan Struktur Organisasi Partai Perindo Cabang Kecamatan Mejobo dan juga deskripsi responden yang penulis wawancarai.

A. Sejarah Partai Perindo di Kecamatan Mejobo

Berawal dari Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Perindo Kabupaten Kudus menelepon Moh. Abdillah meminta untuk bersedia menjadi Ketua Partai Perindo Cabang Mejobo dan bersedia menjadi Ketua Partai Perindo Cabang Mejobo, Moh. Abdillah sebagai Ketua Partai Perindo harus membentuk Kepengurusan tingkat ranting di desa-desa sehingga aktivitas rekrutmen masyarakat untuk menjadi Pengurus Partai Perindo pun harus dijalankan, Moh. Abdillah yang bertempat tinggal di Desa Golantepus pertama menemui sahabatnya yang bernama Bambang Suryo Utomo yang berada di Desa Kesambi untuk bersama-sama mendirikan Partai Perindo di Kecamatan Mejobo.

(46)

dalam perjalanan rekrutmen ada sedikit kendala dan tantangan khususnya di Desa Mejobo, karena di Desa Mejobo adalah tempat kelahiran Nusron Wahid yang notabene adalah Kader Partai Golkar yang pernah menjabat sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,36 sampai sekarang Kepengurusan partai semua ranting bisa dikatakan masih “bayangan” karena surat keputusan dari Partai Perindo belum keluar akan tetapi aktivitas politik bisa dikatakan lebih aktif dibandingkan partai-partai lain kegiatan partai seperti rapat partai internal diadakan setiap bulan.

Pelantikan Kepengurusan Partai Perindo Dewan Pimpinan Daerah Kudus maupun Dewan Pimpinan Cabang Mejobo dilantik langsung oleh Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibyo di Hotel Griptha Kudus bersama Dewan Pimpinan Daerah Jepara dan Demak pada tanggal 2 Desember 2015.37

Struktur Kepengurusan Partai Perindo Kecamatan Mejobo Ketua : Moh. Abdillah

Sekretaris : Bambang Suryo Utomo Bendahara : Sukiman

Ketua Ranting Jojo : Safif Ariyanto Ketua Ranting Hadiwarno : Hariyanto Ketua Ranting Kesambi : Yusrul Hana

36Abdillah, Moh. , Rapat Bulanan di Sekretariat Partai Perindo Kecamatan Mejobo, 5 Desember 2015, dikutip tanpa ijin

(47)

Ketua Ranting Gulang : Kuswandi Ketua Ranting Golantepus : Rosyidi Ketua Ranting Payaman :-

Ketua Ranting Jepang : Susanto Ketua Ranting Tenggeles : Sunardi Ketua Ranting Mejobo :-

Ketua Ranting Kirig : Joko Wartono

Data kepengurusan partai sewaktu-waktu bisa berubah karena sebagian dari Ranting Partai Perindo di Kecamatan Mejobo masih dalam proses pembentukan bahkan ada yang belum ada pengurusnya.

B. Deskripsi Responden

Pada bab pendahuluan diungkapkan responden pada penelitian ini adalah Pengurus Partai Perindo Kecamatan Mejobo, dan mengambil beberapa pengurus ranting desa yang merepresentasikan Kecamatan Mejobo. Berikut data responden yang diwawancarai penulis :

Tabel. 1.7 Klasifikasi Responden Penelitian di Kecamatan Mejobo

Pengurus Partai Umur Pekerjaan Pendidikan

Ketua Cabang Mejobo 39 Wiraswasta S1

Kesambi 28 Wiraswasta S1

Tenggeles 39 Wiraswasta SMA

Golantepus 54 Wiraswasta MA

(48)

Jepang 45 Wiraswasta SMA

Gulang 46 Wiraswasta SD

Semua Ketua Ranting Partai Perindo adalah laki-laki di seluruh Desa Kecamatan Mejobo hanya sekretaris atau bendahara partai yang melibatkan keikutsertaan perempuan.

C. Analisis Hasil Penelitian

1. Pengetahuan Masyarakat Mejobo Tentang Politik dan Partai

Dari hasil wawancara dengan responden penulis menyimpulkan pemahaman tentang politik terbagi menjadi tiga yaitu :

Pertama, politik diartikan sebagai alat/ kendaraan untuk mencapai kekuasaan. Kedua, politik diartikan sebuah ilmu tentang bagaimana menyikapi masyarakat dan mengajak mereka untuk mencapai tujuan yaitu kesejahteraan bersama.

Ketiga, politik diartikan sebagai seni, dalam arti bersosial dan berorganisasi. Berikut pernyataan Sekretaris Partai Perindo Ranting Kesambi :

“Politik adalah suatu ilmu tentang kemasyarakatan dimana ilmu itu mempelajari tentang bagimana menyikapi kondisi masyarakat, dan mengajak mereka ikut dengan tujuan dan kemauan kita, seperti itu”.38

Hampir sama dengan Ranting Kesambi, Ketua Partai Perindo Ranting Golantepus, mengatakan :

“Politik itu ya yang ingin memperjuangkan masa depan masyarakat, kesejahteraan masyarakat”.39

(49)

Berbeda dengan Pengurus Partai Desa Jepang, yang mengartikan Politik adalah seni, yang mengatakan sebagai berikut :

“Politik itu bagus, karena politik itu dimana kiata bisa menyampaikan sesuatu yang ada hubungannya dengan pemerintahan, kesejahteraan masyarakat, tujuan pribadi dan cita-cita asal politik itu kita jalani dengan kejujuran memiliki ideologi yang baik, maka itu sesuatu yang bagus bagi bangsa, negara dan pemerintahan”.40

Hasil penelitian ini sejalan dengan Peter Merkl yang menyatakan Politik dalam bentuk yang paling buruk adalah perebutan kekuasaan, kedudukan, dan kekayaan dan politik dalam bentuk yang paling baik adalah usaha mencapai suatu tatanan sosial yang baik dan berkeadilan.

Pengertian partai menurut pemahaman Masyarakat Mejobo yang penulis teliti dapat disimpulkan bahwa, pengertian partai terbagi menjadi dua yaitu : Pertama, Partai sebagai alat/ kendaraan untuk mencapai kekuasaan.

Kedua, Partai sebagai wadah/ organisasi untuk menyampaikan aspirasi masyarakat. Pendapat yang pertama sesuai dengan Teori Carl J. Frederich yang mengartikan sebagai berikut :

“Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partai-partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materiil”.

Pendapat yang kedua sesuai dengan teori R.H Soltau yang mengartikan partai politik sebagai berikut :

“Partai politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka”.

(50)

Keikutsertaan masyarakat sebagai Pengurus Partai dalam Partai Perindo terbagi menjadi dua yaitu yang sudah pernah menjadi pengurus partai sebelumnya dan yang baru pertama kali mejadi pengurus partai. Jika dihubungkan dengan pendapat Milbrath dan Goel yang membagi masyarakat dalam hal partisipasi yaitu, Gladiator, Spectator, dan Apathetic maka masyarakat mejobo yang menjadi pengurus partai tergolong Gladiator karena termasuk yang sangat aktif dalam politik termasuk nantinya mengusung calon untuk maju dalam pemilihan umum.

Pendapat Masyarakat Mejobo tentang Partai Perindo mayoritas menjawab dengan jawaban sesuai dengan visi dan misi partai yang bisa mensejahterakan masyarakat hanya satu pengurus yang menjawab berbeda yaitu partai yang bisa menjadi tandingan partai-partai besar yang sudah lama berdiri oleh Sekretaris Partai Perindo Ranting Kesambi.

Berikut pernyataan yang disampaikan saat wawancara :

“Partai Perindo menurut pendapat saya, partai awal yang bisa menandingi partai besar lainnya saat diadu dalam pemilu dalam hal ini perolehan suara partai”.

(51)

2. Respon Masyarakat terhadap Partai Perindo di Kecamatan Mejobo

Partisipasi politik masyarakat di Kecamatan Mejobo dalam partai Perindo tinggi, itu dibuktikan penulis dengan observasi di lapangan yaitu hampir seluruh desa di Kecamatan Mejobo mempunyai kepengurusan Partai Perindo, walaupun ada satu dua desa yang belum kuat susunan kepengurusannya karena kurangnya sosialisasi partai dengan desa tersebut. Ketua Cabang Perindo Kecamatan Mejobo, Moh. Abdillah mengungkapkan sebagai berikut :

“ Di wilayah Mejobo respon masyarakat bagus, walaupun ada satu dua desa yang kurang sosialisasi sehingga kurang maksimal “ 41

Partisipasi politik di desa Golantepus yang penulis teliti, juga mendapat respon bagus tidak hanya dari kalangan pemuda, berikut pernyataan responden : “Tidak hanya dari pemuda, yang seumuran saya itu juga ingin berpartisipasi di Partai Perindo, itu terlihat ketika teman-teman saya bertemu dengan saya dan menginginkan untuk bergabung dalam Partai Perindo”.42

Respon di desa Kesambi juga cukup bagus, Sekretaris Partai Perindo Desa Kesambi mengatakan :

“Masyarakat disini tertarik khususnya pemuda, karena rasa ingin tahu apa gebrakan yang dilakukan Partai Perindo di desa Kesambi yang masih menjadi tanda tanya”.43

Jika dihubungkan dengan teori Abramson dan Hardwick yang membagi partisipasi menjadi 2 yaitu : konvensional dan non-konvensional maka partisipasi

(52)

masyarakat Mejobo termasuk kategori konvensional karena ikut ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan politik termasuk rekrutmen anggota partai.

3.Bentuk Partisipasi Politik Masyarakat dalam Partai Perindo di

Kecamatan Mejobo

Bentuk partisipasi politik masyarakat di Kecamatan Mejobo dalam Partai Perindo berupa aktivitas- aktivitas politik sebagai pengurus partai berupa :

Pertama, menjadi Pengurus Partai Perindo. Kedua, menghadiri perkumpulan Partai Perindo dalam rangka ulang tahun yang pertama di Sekretariat Partai Perindo Kabupaten Kudus. Ketiga, Pelantikan DPD Partai Perindo di Hotel Griptha oleh Ketua Umum Partai Perindo, Hary Tanoesoedibyo. Keempat, rapat konsolidasi Partai Perindo di Sekretariat Partai Perindo Kecamatan Mejobo. Kelima, membuat kemeja khusus Kepengurusan Partai Perindo, sebagai wujud penyatuan visi dan misi Partai Perindo. Keenam, memasang bendera dan banner Partai Perindo di sekitar lingkungan Ketua Partai Ranting masing-masing desa, sebagai wujud eksistensi partai.

Dari data diatas partisipasi politik masyarat dalam Partai Perindo sesuai dengan pendapat Michael Rush dan Philip Althoff yaitu menduduki jabatan aktif politik atau administrasi, partisipasi dalam rapat.

(53)

“Kegiatan yang pernah saya ikuti diantaranya rapat konsolidasi, rapat kepengurusan dalam acara ulang tahun Partai Perindo, acara rutin kecamatan dan kabupaten”.44

Ketua Ranting Desa Kirig menyatakan :

“Kegiatan yang saya ikuti yaitu Pelantikan di Hotel Griptha, rapat konsolidasi saat hari ulang tahun Partai Perindo”.45

Sekretaris Partai Perindo Ranting Kesambi juga mengungkapkan tentang kegiatan apa saja yang pernah diikuti :

“Kegiatan yang saya ikuti baru silaturrahim di Rumah Ketua DPD Kudus dan rapat koordinasi kecamatan”.46

Dari Ranting Tenggeles mengatakan tentang kegiatan yang pernah diikuti hanya rapat-rapat cabang dan ranting. Sedangkan dari Ranting Golantepus mengungkapkan :

“Kegiatan yang saya ikuti hanya rapat-rapat dan perkumpulan pengurus kecamatan maupun ranting”.47

Ada juga pengurus yang aktif di Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Kudus sehingga aktivitas kegiatan yang diikuti lebih banyak, berikut kegiatan yang diikuti Ketua Partai Ranting Jepang : Rapat Umum dalam rangka hari ulang tahun Partai Perindo yang pertama, Pengajian di Hadipolo bersama Ketua DPD Partai Perindo H. Noor Hartoyo, S.H, mancing bersama di Wergu Wetan dalam rangka Tahun Baru 2016.

(54)

Mengenai Anggaran Dasar dan Angaran Rumah Tangga Partai Perindo banyak dari kalangan pengurus partai yang belum tahu ataupun menjawab dengan jawaban yang salah, ini menandakan bahwa kepengurusan partai masih fokus pada rekrutmen anggota partai sehingga kualitas dari para kader partai masih dipertanyakan.

3. Faktor Pendorong dan Penghambat Partisipasi Politik Masyarakat dalam

Partai Perindo di Kecamatan Mejobo

1. Faktor Pendorong

Pertama, Rasa Ingin tahu. Masyarakat Kecamatan Mejobo yang menjadi Pengurus Partai Perindo kebanyakan baru pertama kali masuk menjadi pengurus partai, merasa ingin tahu apa itu politik, partai dan apa yang ada dalamnya, masyarakat juga merasa penasaran apa gebrakan dari Ketua Umum Partai Perindo yang berangkat dari pengusaha sukses membentuk sebuah partai yang visinya mensejahterakan Indonesia.

Berikut hasil wawancara dengan Ketua Ranting Partai Perindo Desa Gulang : “Saya baru pertama kali masuk partai,karena saya ingin tahu apa di dalam politik dan Partai Perindo khususnya”.48

Kedua, Aktivis dan Partisipan Partai Perindo bekerja dengan baik. Dari data yang diperoleh penulis kebanyakan responden tahu Partai Perindo selain dari televisi dan media massa, responden juga pernah diajak masuk Partai Perindo, ini membuktikan bahwa Pimpinan partai dan Partisipan partai bekerja dengan baik sehingga partisipasi masyarakat dalam Partai Perindo sangat bagus dan antusias.

(55)

Peneliti dalam hal ini bersilaturahim langsung ke Ketua Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Kudus, H. Noor Hartoyo,S.H beliau mengatakan : “Diantara partai-partai di Kudus yang paling aktif saat ini adalah Partai Perindo, sehingga ditingkat ranting Kepengurusan Ranting Partai Perindo berjalan dengan baik, yang paling rapi strukturnya di Kecamatan Undaan dan Kecamatan Kota ”.49

Ketiga, Masyarakat tertarik dengan visi dan misi Partai Perindo. Visi dan misi Partai Perindo adalah mensejahterakan rakyat Indonesia, sebuah hal yang didambakan dan ditunggu oleh masyarakat Mejobo gebrakan apa yang akan dijalankan oleh partai Perindo yang notabene Ketua Umum Partai Perindo berlatar belakang pengusaha sukses. Berikut hasil wawancara dengan Ketua Ranting Partai Perindo Desa Jepang :

“Alasan saya ikut serta dalam Partai Perindo sesuai visi misi Partai Perindo yaitu mensejahterakan Indonesia adil dan merata juga bermartabat”.50

Begitu juga dengan apa yang dikatakan Ketua Partai Perindo Cabang Mejobo, Moh. Abdillah mengatakan :

“ Saya ikut serta dalam Partai Perindo sesuai dengan harapan saya dan visi misi partai yaitu mensejahterakan Indonesia”.51

Keempat, Kesadaran Politik Masyarakat di Kecamatan Mejobo. Dari hasil wawancara penulis sebagian dari responden ikut serta dalam Partai Perindo tanpa ada yang mengajak masuk dalam partai, dalam arti punya kesadaran dan pikiran sendiri masuk dalam partai Perindo, ini menandakan bahwa responden tahu akan hak dan kewajiban sebagai warga negara salah satunya yaitu ikut serta dalam partai politik. Berikut hasil wawancara dengan Ketua Ranting Partai Perindo Desa Tenggeles, yang menyatakan :

49Silaturahim di Rumah Ketua DPD Partai Perindo, 5 Februari 2016, dikutip tanpa ijin. 50Wawancara dengan Ketua Partai Perindo Jepang, 4 Februari 2016

(56)

“Saya baru pertama menjadi Pengurus Partai,setelah saya tahu dari teman saya, saya ikut sendiri dalam Partai Perindo dalam arti punya pikiran sendiri tidak dipaksa”.52

2. Faktor Penghambat

Faktor penghambat masyarakat berpartisipasi dalam Partai Perindo yang penulis temukan dalam penelitian yaitu :

Pertama, Masyarakat sudah terbiasa ”money politic”. Dari hasil wawancara di lapangan hampir seluruh Ketua Ranting Partai Perindo di Kecamatan Mejobo mengatakan bahwa mereka terkendala dengan hal-hal yang bersifat pragmatis, masyarakat di Mejobo merasa enggan ikut berpartisipasi dalam partai jika tidak ada uang, sehingga “mesin-mesin” partai di tingkat ranting mengalami kendala saat rekrutmen anggota. Berikut wawancara dengan Ketua Cabang Partai Perindo Kecamatan Mejobo :

“Hambatan yang kami alami saat mengajak masyarakat ikut serta dalam Partai Perindo yaitu mereka terbiasa money politic sehingga ada yang apatis,tidak memperdulikan”.

Begitu juga Ranting Kesambi, Sekretaris Partai Perindo Ranting Kesambi menyatakan kendala yang ia alami, ia menyatakan :

“Masyarakat menginkan money politic sehingga kalau partai masuk tanpa uang masyarakat kebanyakan tidak mau”.53

Ranting Gulang juga mengalami hambatan yang sama, yang menyatakan sebagai berikut :

“Hambatan yang kami alami banyak diantaranya, ada yang kami ajak masuk partai menanyakan, ada uangnya atau tidak, ada uang bensinnya atau tidak, karena masalah politik uang sudah mengakar di masyarakat”.54

(57)

Kedua, Masyarakat belum tahu pemahaman politik yang benar, karena pemahaman masyarakat yang salah menegenai politik maka sebagian masyarakat enggan berpartisipasi dalam partai politik kebanyakan masyarakat awam memahami politik itu kotor hanya perebutan masalah uang. Berikut wawancara dengan Ketua Ranting Partai Perindo Desa Jepang, yang menyatakan sebagai berikut :

“Hambatan yang kami alami saat mengajak masyarakat masuk dalam Partai Perindo diantaranya masyarakat belum tahu pemahaman politik dalam arti yang sebenarnya, masyarakat memahami jika masuk partai pasti dapat uang kalau tidak dapat uang kenapa harus masuk partai”.55

Ketiga, faktor ekonomi. Karena kebutuhan hidup yang harus dicukupi masyarakat memilih bekerja dari pada mengikuti acara partai, kegiatan semacamnya yang tidak menghasilkan uang, sebagai contoh ketika pendeklarasian Partai Perindo di Hotel Griptha yang dihadiri oleh Ketua Umum Partai Perindo, Hary Tanoesoedibyo sebagian pengurus ranting ada yang tidak ikut menghadiri acara tersebut karena lebih memilih bekerja. Berikut hasil wawancara dengan Sekretaris Partai Perindo Ranting Kesambi :

“Faktor yang menghambat masyarakat ikut berpartisipasi dalam Partai Perindo, selain terbiasa dengan money politic, tidak ada minat yang melekat di dalam hati mereka karena tidak ada manfaat, ketika ngobrol-ngobrol dengan pemuda disini, tidak ada uang tidak jalan lebih baik kerja dari pada ikut partai tidak dapat apa-apa”.56

Keempat, takut dengan kebijakan pemerintah dari kader partai yang berkuasa. Penulis saat melakukan wawancara menemukan bahwa pegawai

(58)

pemerintahan khususnya yang menduduki jabatan administratif yang diangkat oleh bupati, apabila Bupati berasal dari suatu partai tertentu dan Camat yang diangkat oleh bupati tidak mendukung partai tersebut maka biasanya terjadi pemecatan, hal ini mau tidak harus mendukung partai yang mengusung bupati. Berikut hasil wawancara dengan Ketua Cabang Partai Perindo Kecamatan Mejobo yang menyatakan sebagai berikut :

Gambar

Gambar 1.1 Bentuk skema analisis data
Tabel 1.2 Pembagian Wilayah Administrasi Pemerintahan Desa di Kecamatan
Tabel. 1.3 Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Tabel 1. Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan atas pengolahan citra MODIS Aqua level 1 B, dapat diketahui bahwa dalam mengekstraksi data suhu permukaan laut dan klorofil-a, koreksi radiometrik tidak dapat

Hasil penelitian menunjukkan kepala ruang yang tidak pernah mengikuti pelatihan cenderung memiliki peran dan fungsi manajemen yang baik dibandingkan dengan yang pernah mengikuti

 secara termal bahan bersifat isotrop Model didasarkan pada fenomena perpindahan panas konduksi dan radiasi pada pori, konduktivitas masing-masing bahan (matrik

[r]

Dengan lokasi yang sangat strategis di Gandaria, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, apartemen 1Park Avenue ini memiliki akses terbaik menuju CBD Jakarta.. Dekat

Bahwa sebagai tindak lanjut pelaksanaan Undang- Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka perlu mengatur tentang Retribusi

Pada proses persilangan dimana perbandingan jantan dan betina tidak sama (betina lebih banyak dari jantan), tidak semua betina akan hidup berdampingan dengan baik, oleh

Pemberlakuan plat nomor polisi ganjil /genap ini diberlakukan guna untuk mengurangi kapasitas kendaraan bermotor roda empat yang akan melintasi jalan ± jalan