SIKLUS EKONOMI, INFLASI DAN PENGANGGURAN Yulyanti Fahruna SE, M.Si
OLEH :
KELOMPOK 1
Antonius Renaldy Sakat (B1021171066)
Bukri (B1021171048)
Dhendy Eksandhi (B1021171064)
Handoyo (B1021171044)
Jajad Sudrajat (H1091141002)
Khairatunia (H1091151052)
Marton Febrianto (B1021171056)
Syahrul Apryan (B1021171061)
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TANJUNG PURA PONTIANAK
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, yang bertemakan tentang “Siklus Ekonomi, Inflasi dan Pengangguran”. Atas dukungan moral dan materil yang telah diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu kami , Ibu Yulyanti Fahruna SE, M.Si
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen kami. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh Karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi semua kalangan
Pontianak, 29 November 2017
BAB 1 bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan daya beli. Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi berarti semakin besar adanya kecenderungan kearah stabilitas harga. Namun masalah inflasi tidak hanya berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang dan jasa, namun berkaitan dengan daya beli masyarakat. Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung pada upah riil.
Masalah kedua adalah penggunaan tambahan-tambahan faktor-faktor produksi yang berlaku dari tahun ke tahun yang tidak efisien. Masalah ini menyebabkan masalah pengangguran tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lainnya harus secara terus-menerus difikirkan dan dipecahkan. Memang pengangguran sudah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Juga masalah ini menyebabkan dari waktu ke waktu tingkat kemakmuaran masyarakat selalu lebih rendah daripada tingkat kemakmuran yang mungkin mereka capai.
B. Rumusan Masalah
1. Siklus Ekonomi
2. Anatomi Siklus Ekonomi
3. Durasi Siklus dan Faktor-faktor yang Memengaruhi 4. Siklus Ekonomi Kesempatan Kerja dan Inflasi 5. Pengelolaan Siklus Ekonomi
11. Inflasi dan Pengangguran: Kurva Phillips
C. Tujuan
1. Pembaca dapat mengetahui dan memahami apa itu Siklus Ekonomi 2. Pembaca dapat mengetahui dan memahami Anatomi Siklus Ekonomi 3. Pembaca dapat mengetahui dan memahami Durasi Siklus dan
Faktor-faktor yang Memengaruhi
4. Pembaca dapat mengetahui dan memahami Siklus Ekonomi Kesempatan Kerja dan Inflasi
5. Pembaca dapat mengetahui dan memahami Pengelolaan Siklus Ekonomi 6. Pembaca dapat mengetahui dan memahami Definisi dan Pengertian Inflasi 7. Pembaca dapat mengetahui dan memahami apa itu Return to Scale
8. Pembaca dapat mengetahui dan memahami apa itu Indikator Inflasi
9. Pembaca dapat mengetahui dan memahami Definisi dan Pengertian Pengangguran
10. Pembaca dapat mengetahui dan memahami Jenis Jenis Pengangguran 11. Pembaca dapat mengetahui dan memahami Inflasi dan Pengangguran:
BAB II PEMBAHASAN
1. Siklus Ekonomi
Perekonomian yang ideal adalah perekonomian yang terus menerus bertumbuh, tanpa satu tahun atau bahkan satu triwulan pun mengalami penurunan. Pertumbuhan tersebut disertai stabilitas harga dan kesempatan kerja yang terbuka luas. Neraca perdagangan dan neraca pembayaran pun mengalami surplus yang baik. Perekonomian seperti ini dipercaya akan mampu memberikan kemakmuran dan keadilan bagi rakyatnya dari generasi ke generasi.
Sayangnya, perekonomian diatas hanya ada didunia khayal. Dalam dunia nyata, perekonomian umumnya mengalami gelombang pasang surut, setidak tidaknya dilihat dari perkembangan tingkat output dan harga. Gelombang naik turun tersebut relatif teratur dan terjadi berulang-ulang dengan rentang waktu yang bervariasi. Ada yang berdurasi pendek, panjang dan sangat panjang. Dalam ilmu ekonomi, gerak naik turun tersebut dikenal sebagai siklus ekonomi.
2. Anatomi Siklus Ekonomi
Siklus ekonomi dapat digambarkan sebagai gelombang naik turun aktivitas ekonomi, yang terdiri atas empat elemen:
a. Gerakan menaik
b. Titik puncak atau kulminasi c. Gerakan menurun
d. Titik terendah atau nadir
Diagram 18.1
Siklus Ekonomi Dengan Indikator Pertumbuhan Ekonomi
pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Untuk sementara ini, dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi dianggap konstan, sehingga garis lurusnya sejajar dengan sumbu horizontal.
Diagram 18.2
Siklus Ekonomi Dengan Indikator Output Rill
Diagram 18.2 adalah gambaran tentang siklus ekonomi, bila indikator yang digunakan adalah output rill. Elemen-elemen siklusnya adalah sama, yaitu gerakan menurun, titik nadir, gerakan menaik dan titik kulminasi. Kadang juga terjadi bum dan depresi. Karena menggunakan indikator output, maka sumbu vertikalnya adalah output rill. Sedangkan garis lurus yang berslope positif memberikan gambaran tentang trend perkembangan output jangka panjang.
Output yang digambarkan garis trend disebut juga sebagai output natural (natural real output), yaitu tingkat output yang dihasilkan dari tingkat pertumbuhan ekonomi, dimana inflasi konstan.
3. DURASI SIKLUS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
a.Siklus Jangka Pendek (Kitchin Cycle)
Faktor yang diduga memengaruhi siklus jangka pendek adalah pengaruh alamiah (nature) dan adat-istiadat atau kebiasaan (custom).
Pengaruh adat-istiadat maupun kebiasaan terhadap aktivitas ekonomi jangka pendek juga amat terlihat. Di negara-negara Barat pengaruh perayaan Natal dan Tahun Baru terhadap aktivitas perekonomian barangkali dapat disamakan dengan pengaruh bulan Ramadhan dan Hari Raya Lebaran terhadap perekonomian di Indonesia.
b.Siklus Jangka Menengah
Durasi siklus jangka menengah adalah berkisar 7-11 tahun. Pola siklus ini pertama kali ditemukan oleh Clement Juglar (1860). Ada beberapa penjelasan tentang penyebab siklus ini. Salah satu yang cukup unik adalah penjelasan ekonom Inggris, William Stanley Jevon. Menurutnya, siklus ekonomi di bumi (dalam hal ini perekonomian Inggris) dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu siklus bintik matahari (sunspot) yang berdaur ulang 11 tahun sekali. Aktivitas bintik matahari tersebut menurut Jevon, akan memengaruhi siklus iklim/cuaca. Selanjutnya siklus ikim/cuaca akan memengaruhi output perekonomian, yang muaranya memengaruhi output perekonomian nasional.
c.Siklus Jangka Panjang
Pada siklus jangka panjang pertama kali ditemukan oleh Nikolai D.Kondratief (1925). Durasi siklusnya berkisar antara 48-60 tahun. Salah satu faktor yang diduga berada di belakang siklus jangka panjang adalah ditemukan dan diterapkannya teknologi baru (invention and innovation). Schumpeter menunjukkan bahwa siklus jangka panjang yang terjadi di Amerika Serikat antara lain adalah periode 1787-1842 dan 1843-1897. Siklus 1787-1842 dipengaruhi oleh penemuan mesin uap dan aplikasinya di dunia industri yang melahirkan revolusi industri. Siklus 1843-1897 disebabkan oleh ditemukannya teknologi transportasi masal, yaitu kereta api (rail road).
a. Siklus Ekonomi dan Kesempatan Kerja
Secara umum ada hubungan positif antara tingkat output dengan kesempatan kerja, terutama bila analisinya jangka pendek. Sebab, dalam jangka pendek teknologi dianggap konstan, barang modal merupakan input tetap. Sedangkan yang dianggap variabel adalah tenaga kerja. Gerak menaik akan meningkatkan kesempatan kerja, yang berarti menurunkan tingkat pengangguran, sementara gerak menurun akan mengurangi kesempatan kerja, yang berarti meningkatkan angka pengangguran. Hubungan antara siklus ekonomi dan tingkat pengangguran digambarkan dalam Diagram 18.3 berikut ini.
Diagram 18.3
Siklus Ekonomi dan Kesempatan Kerja
Diagram 18.3.a menggambarkan siklus output, sedangkan Diagram 18.3.b menggambarkan siklus pengangguran. Garis lurus sejajar dengan sumbu horizontal adalah tingkat pengangguran natural (natural rate of unemployment), yaitu tingkat pengangguran pada tingkat output natural.
Dari diagram terlihat, bila output riil berada dibawah output natural (Diagram 18.3.a), maka tingkat pengangguran meningkat dan melebihi tingkat pengangguran natural. Sebaliknya, bila output riil melebihi output natural, tingkat pengangguran akan menurun dan lebih rendah daripada tingkat pengangguran natural. Jika output riil sama dengan output natural, tingkat pengangguran dan sama dengan tingkat pengangguran natural.
b. Siklus Ekonomi dan Inflasi
Diagram 18.4.a adalah siklus output dan Diagram 18.4.b adalah siklus inflasi. Dari diagram terlihat bila output riil berada dibawah output natural, inflasi cenderung menurun. Sebaliknya, bila output riil berada diatas output natural, inflasi cenderung meningkat.
5. PENGELOLAAN SIKLUS EKONOMI
Simpangan gerak naik turun output diusahakan tidak terlalu lebar, sementara kecenderungan output jangka panjang terus meningkat. Kondisi baik tersebut dapat digambarkan dalam Diagram 18.5 dibawah ini.
Diagram 18.5
Siklus Ekonomi Yang Makin Stabil
Sumbu vertikal dalam Diagram 18.5 adalah nilai output riil. Sedangkan garis lurus adalah trend output natural. Pada awalnya, memang fluktuasi output
sangat besar, karena simpangan siklus selama periode T1 sampai T5 sangat besar. Namun karena pengelolaan yang baik, maka simpangan dalam periode selanjutnya mengecil, sementara ekonomi mampu mempertahankan pertumbuhan jangka panjangnya karena output natural terus meningkat.
Kondisi seperti yang digambarkan dalam Diagram 18.5 secara teoretis dapat dicapai dengan mengombinasikan kebijakan jangka pendek dan jangka panjang.
Siklus Ekonomi memang sangat banyak memengaruhi kebijakan kebijakan perekonomian suatu Negara. Oleh karenanya, untuk menekan danpak negatif dari siklus ekonomi maka diperlukan kebijakan jangka pendek dan jangka panjang di bidang moneter dan fiskal.
Kebijakan jangka pendek dilakukan melalui kebijakan fiskal dan moneter yang mempengaruhi permintaan dan penawaran agregat jangka pendek guna mengatasi perbedaan output riil dengan output natural.
Target utama kebijakan jangka pendek adalah mengatasi perbedaan output
riil dengan output natural. Diagram 18.6 menunjukkan bahwa output gap yang relatif besar menunjukkan kondisi ekonomi yang kurang stabil dibanding output
gap yang kecil. Mengubah kondisi (a) ke kondisi (b) dapat dilakukan dengan kebijakan fiskal dan moneter, yang memengaruhi permintaan dan penawaran agregat jangka pendek.
Diagram 18.6
Masalah Siklus Ekonomi Jangka Pendek: Output Gap
b. Kebijakan Jangka Panjang
Diagram 18.7
Masalah Siklus Ekonomi Jangka Panjang Stabilitas dan Pertumbuhan
Untuk mengubah kondisi (a) ke kondisi (b) juga dapat digunakan peralatan kebijakan fiska dan moneter. Jika dalam jangka pendek penekanan tujuan kebijakan fiskal dan moneter adalah stimulasi permintaan, maka dalam jangka panjang lebih diarahkan kepada stimulasi penawaran. Misalnya pemberian kredit kepada kelompok usaha kecil menengah, alokasi anggaran yang lebih besar kepada pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan kualitas SDM dan kesehata.
6. DEFINISI DAN PENGERTIAN INFLASI
Inflasi adalah kenaikan harga barang barang yang bersifat umum dan terus menerus. Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi:
Kenaikan Harga
Bersifat Umum
Berlangsung Terus Menerus
Perubahan Output Karena Perubahan Skala Pengangguran Faktor Produksi (Return to Scale) adalah konsep yang ingin menjelaskan seberapa besar output
berubah bila jumlah faktor produksi dilipatgandakan.
1) Skala Hasil Menaik
Jika penambahan faktor produksi sebanyak 1 unit menyebabkan output
meningkat lebih dari satu unit, fungsi produksi memiliki karakter Skala Hasil Menaik.
Diagram 19.2
Pengaruh Kebijakan Ekonomi Pemerintah Terhadap Permintaan Agregat
2) Penawaran Agregat
Diagram 19.3
Pengaruh Kebijakan Ekonomi Pemerintah Terhadap Penawaran Agregat
Penjelasan tentang permintaan agregat mempermudah kita memahami penawaran agregat, yang secara visual ditunjukkan dengan kurva AS dalam Diagram 19.3.a dan 19.3.b. Kebijakan pemerintah juga sangat berpengaruh terhadap penawaran agregat. Kebijakan moneter ekspansif, misalnya dengan memberikan bantuan kredit, dapat meningkatkan penawaran agregat, sehingga kurva AS bergeser ke kanan (Diagram 19.3.a). Demikian halnya dengan kebijakan fiskal, seperti yang telah dijelaskan diatas. Kebijakan fiskal ekspansif akan meningkatkan penawaran agregat, sehinggat kurva AS bergeser ke kanan (Diamgram 19.3.b).
Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui laju inflasi selama satu periode tertentu. Tiga diantaranya akan dibahas dalam uraian berikut ini.
1) Indeks Harga Konsumen
Indeks harga konsumen (IHK) aalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga harga barang dan jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Masing-masing harga barang dan jasa tersebut diberi bobot berdasarkan tingkat keutamaannya. Barang dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot yang paling benar.
Di Indonesia, perhitungan IHK dilakukan dengan mempertimbangkan sekitar beberapa ratus komoditas pokok. Untuk lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya, perhitungan IHK dilakukan dengan melihat perkembangan regional, yaitu dengan mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar, terutama ibukota provinsi provinsi di Indonesia, seperti tampak dalam Tabel 19.1 berikut ini.
Tabel 19.1
Indeks Harga Konsumen (IHK) Gabungan 27 Kota Di Indonesia Tahun 1994-1998 (April 1988 – Maret 1989 = 100 )
Akhir Periode IHI Perubahan IHI (%)
1994 163,17 9,60
1995 177,83 8,98
1996 189,62 6,63
1997 211,62 11,60
1998 375,89 77,63
Tabel 19.1 menyatakan bahwa titik awal penghitungan angka IHK adalah April 1988 Maret 1989, dengan angka 100. Jika angka IHK makin besar, maka telah terjadi inflasi. Misalnya, angka IHK akhir periode 1994 adalah 163,17 menunjukkan selama 1989-1994 telah terjadi inflasi. Angka perubahan IHK (kolom 3) adalah angka inflasi per tahun. Misalnya, IHK 1995 adalah 177,83, angka perubahan IHK-nya 8,98%. Berarti selama periode 1994-1998 telah terjadi
(IHK – IHK-1)
inflasi sebesar 8,98%. Angka 8,98% diperoleh dengan menggunakan rumus
Dilihat dari cakupan komoditas yang dihitung IHK kurang mencerminkan tingkat inflasi yang sebenarnya. Tetapi IHK sangat berguna karena menggambarkan besarnya kenaikan biaya hidup bagi konsumen, sebab IHK memasukkan komoditas-komoditas yang relevan (pokok) yang biasanya dikonsumsi masyarakat.
2) Indeks Harga Perdagangan Besar
Jika IHK melihat inflasi dari sisi konsumen, maka Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh karena itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen. IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada berbagai tingkat produksi.
Akhir Periode IHPB Perubahan IHPB (%)
1995 240 11,62
1996 259 7,92
1997 282 8,88
1998 568 101,42
Tabel 19.2
Indesk Harga Perdagangan Besar (IHPB), Tahun 1995 – 1998 (1983=100)
(IHK1995 – IHK1994)
IHK1994 (177,83 – 163,17)
Prinsip menghitung inflasi berdasarkan data IHPB adalah sama dengan cara berdasarkan IHK:
Inflasi = x 100%
3) Indeks Harga Implisit
Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran laju inflasi yang sangat terbatas. Sebab, dilihat dari metode penghitungannya, kedua indikator tersebut hanya melingkupi beberapa puluh atau mungkin ratus jenis barang jasa, dibeberapa puluh kota saja. Padahal dalam kenyataan, jenis barang dan jasa yang diproduksi atau dikonsumsi dalam sebuah perekonomian dapat mencapai ribuan, puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu jenis. Kegiatan ekonomi juga terjadi tidak hanya di beberapa kota saja, melainkan seluruh pelosok wilayah. Untuk mendapatkan gambaran inflasi yang paling mewakili keadaan sebenarnya, ekonom menggunakan indeks harga implisit (IHI).
Penghitungan inflasi berdasarkan IHI dilakukan dengan menghitung perubahan angka indeks.
Inflasi = x 100%
Tabel 19.3
Indeks Harga Implisit (IHI), Tahun 1990 – 1996 (1990=100)
Akhir Periode IHI Perubahan IHI (%)
Total Penduduk
Penduduk usia kerja, tetapi tidak mencari kerja dengan berbagai alasan
1. ≥35 Jam/Minggu
2.< 35 Jam/Minggu Pengangguran Definisi dalam ekonomi tentang pengangguran tidak identik dengan tidak bekerja. Seseorang baru dikatakan menganggur bila dia ingin bekerja dan telah berusaha mencari kerja, namun tidak mendapatkannya.
Dalam ilmu kependudukan, orang yang mencari kerja masuk dalam kelompok penduduk yang disebut angkatan kerja. Berdasarkan kategori usia, usia angkatan kerja adalah 15-64 tahun. Tetapi tidak semua orang yang berusia 15-64 tahun dihitung sebagai angkatan kerja. Yang dihitung sebagai angkatan kerja adalah penduduk berusia 15-64 tahun yang bekerja dan sedang mencari kerja, sedangkan yang tidak mencari kerja, tidak termasuk angkatan kerja. Tingkat pengangguran adalah persentase angkatan kerja yang tidak/belum mendapatkan pekerjaan. Lebih jelasnya perhatikan Diagram 19.8 berikut ini.
Diagram 19.8
Struktur Penduduk Berdasarkan Usia
tidak bekerja tidak masuk angkatan kerja. Lebih lanjut lagi terlihat, ternyata tidak semua angkatan kerja memperoleh lapangan kerja. Mereka inilah yang disebut penganggur.
10. JENIS JENIS PENGANGGURAN
1) Pengangguran Friksional
Apabila dalam suatu periode tertentu perekonomian terus menerus mengalami perkembangan yang pesat, jumlah dan tingkat pengangguran akan menjadi semakin rendah. Pada akhirnya perekonomian dapat mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh, yaitu apabila pengangguran tidak melebihi 4%. Pengangguran ini dinamakan pengangguran friksional.
Pengangguran jenis ini bukanlah wujud sebagai akibat dari ketidakmampuan memperoleh pekerjaan, melainkan sebagai akibat dari keinginan untuk mencari kerja yang lebih baik. Didalam proses mencari kerja yang lebih baik itu adakalanya mereka harus menganggur. Namun pengangguran ini tidak serius karena bersifat sementara.
2) Pengangguran Struktural
Dikatakan pengangguran struktural karena sifatnya yang mendasar. Pencari kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhka untuk lowongan perkejaan yang tersedia. Hal ini terjadi dalam perekonomian yang berkembang pesat. Makin tinggi dan rumitnya proses produksi dan atau teknologi produksi yang digunakan, menuntut persyaratan tenaga kerja yang juga makin tinggi. Misalnya, tenaga kerja yang dibutuhkan untuk industri kimia menuntut persyaratan yang relatif berat, yaitu pendidikan minimal sarjana muda, mampu menggunakan komputer dan menguasai minimal bahasa Inggris.
Dilihat dari sifatnya, pengangguran struktural lebih sulit diatasi dibanding friksional. Selain membutuhkan pendanaan yang besar, juga waktu yang lama. Bahkan untuk Indonesia, pengangguran struktural merupakan masalah besar dimasa mendatang, jika tidak ada perbaikan kualitas SDM.
Pengangguran siklis atau konjungtur adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian. pada waktu kegiatan ekonomi mengalami kemunduran, perusahaan perusahaan harus mengurangi kegiatan memproduksi. Dalam pelaksanaannya berarti jam kerja dikurangi sebagian meisn produksi tidak digunakan, dan sebagian tenaga kerja diberhentikan. Dengan demikian, kemunduran ekonomi akan menaikkan jumlah dan tingkat pengangguran.
Pengangguran konjungtur hanya dapat dikurangi atau diatasi masalahnya apabila pertumbuhan ekonomi yang terjadi setelah kemunduran ekonomi cukup besar juga dapat menyediakan kesempatan kerja baru yang lebih besar dari pertambahan tenaga kerja yang terjadi.
4) Pengangguran Musiman
Pengangguran ini berkaitan erat dengan fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek, terutama terjadi disektor pertanian. Misalnya, diluar musim tanam dan panen, petani umumnya menganggur, sampai menunggu musim tanam dan panen berikutnya.
11. INFLASI DAN PENGANGGURAN: KURVA PHILLIPS
Hubungan antara inflasi dan pengangguran menjadi salah satu tema sentral ekonomi makro. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif dan non linier antara kenaikan tingkat upah/inflasi tingkat upah dengan pengangguran seperti dalam Diagram 19.9.
Diagram 19.9
Hubungan Antara Tingkat Upah dan Pengangguran
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Elemen dalam siklus ekonomi meliputi: gerakan menurun, titik nadir, gerakan menaik, dan titik kulminasi. Kadang-kadang juga terjadi bum dan depresi.
Berdasarkan durasi siklus ekonomi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: siklus jangka pendek (40 bulan), siklus jangka menengah (7-11 tahun), dan siklus jangka panjang (48-60 tahun)
Pengaruh adat istiadat maupun kebiasaan terhadap aktivitas ekonomi amatlah terlihat, di negara-negara Barat pengaruh perayaan Natal dan Tahun Baru terhadap aktivitas perekonomian barangkali dapat disamakan dengan pengaruh bulan Ramadhan dan Hari Raya Lebaran terhadap perekonomian di Indonesia.
penambahan kesempatan kerja ada batasnya. Sebab seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bila ekspansi mencapai kulminasinya, perekonomian akan mengalami gerakan menurun kembali. Jika penurunan ini terjadi selama minimal 2 triwulan berurutan, perekonomian telah dianggap memasuki kondisi resesi.
Pertumbuhan ekonomi yang rendah, terutama pada periode 1982, disebabkan perekonomian dunia mengalami resesi. Melemahnya perekonomian dunia bermakna melemahnya permintaan terhadap ekspor Indonesia, yang pada gilirannya akan melemahkan kemampuan Indonesia meningkatkan produksi.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan mengenai materi pengangguran dan kesempatan kerja sebagai berikut:
1. Pengangguran adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan sedang aktif mencari pekerjaan.
2. Kesempatan Kerja adalah suatu keadaan yang menggambarkan ketersediaan pekerjaan untuk diisi oleh para pencari kerja. Namun bisa diartikan juga sebagai permintaan atas tenaga kerja.
3. Relasi antara pengangguran dan kesempatan kerja adalah bergantung kepada lapangan pekerjaan, jika lapangan pekerjaan disuatu Negara besar maka para pekerja diusia angkatan kerjanya akan berkesempatan untuk mendapatkan pekerjaan lebih besar sehingga pengagguran di Negara tersebut kecil. Sedangkan apabila lapangan pekerjaan di Negara tersebut kecil maka usia angkatan pekerjaan di Negara tersebut akan mendapatkan
DAFTAR PUSTAKA
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi.