• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Drug Related Problems pada Penyakit Ginjal Kronik dengan Penderita Anemia di Instalasi RawatInap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Drug Related Problems pada Penyakit Ginjal Kronik dengan Penderita Anemia di Instalasi RawatInap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Chapter III V"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif menggunakan desain pendekatan prospektif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara pendekatan, observasi, pengumpulan data dan faktor resiko yang akan dipelajari dan diidentifikasi lebih dahulu kemudian diikuti ke depan secara prospektif timbulnya efek (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2.1 Waktu

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember 2015-Februari2016 selama 3 bulan.

3.2.2 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian di ruang interna wanita dan pria RSUP H. Adam Malik Medan.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh penderita penyakit ginjal kronik di ruang interna wanita dan pria RSUP H. Adam Malik Medan periodeDesember

2015-Februari2016. 3.3.2. Sampel

(2)

Adapun yang menjadi kriteria inklusi adalah:

a. Rekam medis pasien dengan diagnosis PGK dengan penyakit anemia, yang dirawat inap di RSUP H.Adam Malik Medan

b. Kategori semua gender (laki-laki dan perempuan) c. Kategori semua usia

d. Pasien yang pulang dengan cara berobat jalan

Kriteria eksklusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek tidak dapat diikut sertakan. Adapun yang menjadi kriteria eksklusi adalah data pasien exit, data pasien pulang atas permintaan sendiri, data pasien pindah ruangan dan data pasien yang tidak lengkap (tidak memenuhi informasi dasar yang dibutuhkan dalam penelitian).

3.4 Rancangan Penelitian 3.4.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara prospektif yang diambil dari data rekam medis dan status pasien penyakit ginjal kronik yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode Desember 2015 - Februari 2016 menjadi beberapa kelompok.

Adapun data rekam medis yang dikelompokan dalam penelitian ini adalah: a. Mengelompokkan data rekam medis berdasarkan inklusi

b. Mengelompokkan identitas, pengobatan yang diberikan, data klinis, dan data laboratorium.

(3)

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif, data kuantitatif diuraikan dalam bentuk tabel dan grafik, sedangkan data kualitatif diuraikan dalam bentuk uraian.

3.6 Bagan Alur Penelitian

Adapun gambaran pelaksanaan penelitian adalah seperti Gambar 3.1

3.7 Langkah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Meminta rekomendasi Dekan Fakultas Farmasi USU untuk dapat melakukan penelitian di RSUP H.Adam Malik Medan

b. Menghubungi Direktur Utama RSUP H.Adam Malik Medan untuk mendapatkan izin melakukan penelitian dan pengambilan data dengan membawa surat rekomendasi dari fakultas

c. Mengumpulkan data berupa rekam medis dan status yang tersedia di RSUP H.Adam Malik Medan

Memilih data rekam medis berdasarkan

kriteria inklusi

Analisis data

Kategori DRPs, meliput i: a.Indikasi tanpa obat b. Obat tanpa indikasi c. Obat salah

d.Dosis obat berlebih e.Dosis obat kurang f.Reaksi obat merugikan g.Interaksi obat

Rekam medis

Identifikasi DRPs

(4)

d. Menganalisis data dan informasi yang sehingga didapatkan kesimpulan dari penelitian.

3.8 Definisi Operasional

Data yang digunakan adalah rekam medis pasien dengan keseluruhan jenis kelamin pada penderita anemia dengan penyakit ginjal kronik di RSUP H. Adam Malik Medan.

Penelitian ini menggunakan variabel bebas yaitu obat-obat yang tercatat dalam rekam medis pasien, serta menggunakan 7 kategori DRPs pada variabel terikat yaitu: indikasi tanpa obat, obat tanpa indikasi, obat salah, dosis obat kurang, dosis obat berlebih, reaksi obat merugikan dan interaksi obat.

Adapun penjelasan kategori DRPs yang digunakan:

a. Indikasi tanpa obat adalah pasien mempunyai kondisi medis yang membutuhkan terapi obat pasien tidak mendapatkan obat untuk indikasi tersebut.

b. Obat tanpa indikasi adalah pasien mempunyai kondisi medis dan menerima obat yang tidak mempunyai indikasi medis yang valid.

c. Obat salah adalah pasien mendapatkan obat yang tidak aman, tidak paling efektif dan kontraindikasimedis yang valid.

d. Dosis obat kurang adalah pasien mempunyai kondisi medis dan mendapatkan obat yang benar tetapi dosis obat tersebut kurang.

e. Dosis obat berlebih adalah pasien mempunyai kondisi medis dan mendapatkan obat yang benar tetapi dosis obat tersebut lebih.

(5)
(6)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Demografi Penderita Penyakit Ginjal Kronik Pada Pasien Anemia

Berdasarkan data dari rekam medik di RSUP H. Adam Malik periode Desember 2015-Februari 2016 diperoleh seluruh data penderita penyakit ginjal kronik di ruang interna wanita dan pria RSUP H. Adam Malik sebanyak 65 pasien. Hasil yang memenuhi kriteria inklusi adalah sebanyak 20 orang (30,76%) yang pulang dengan cara berobat jalan.

4.2Demografi Penderita Penyakit Ginjal Kronik Pada Pasien Anemia Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Stadium

Berdasarkan rekam medis penderita PGKdengan penyakit anemia di ruang interna RSUP H. Adam Malik Medan periode Desember 2015-Februari 2016 diperoleh gambaran umum karakteristik subjek seperti ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian

No Karakteristik subjek Jumlah Pasien (n=20) % 1 Jenis Kelamin

Wanita 14 70

Pria 6 30

2 Kelompok Usia

20 – 40 1 5

41 – 60 14 70

61 -80 5 25

3 Stadium

Stadium III 1 5

Stadium IV 2 10

(7)

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkanpasien yang terdiagnosis PGK dengan penyakit anemia olehpasien wanita yang berjumlah 14 pasien (70%), dan pada pria berjumlah 6 pasien (30%).

Berdasarkan rentang umur pasien yang paling banyak menderita ginjal kronik dengan penyakit anemia adalah pasien dengan rentang usia 41 – 60 tahun berjumlah 14 pasien (70%).Hal ini sejalan dengan bertambahnya usia, fungsi ginjal akan semakin berkurang. Fungsi ginjal menurun sekitar 55% antara usia 35–80 tahun. Fungsi ginjalakan mengalami penurunan, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.Hal ini dikarenakan banyak jaringan yang hilang dari korteks ginjal, glomerulus, dan tubulus. Setelah umur 40 tahun, permukaan glomerulus akan berkurang secara progresif dan jaringan sklerotik akan bertambah. Selain itu setelah umur 35 tahun,laju filtrasi glomerulus (LFG) akan menurun hingga 8 – 10 ml/menit/1,73m2/. Hal ini menyebabkan fungsi ginjal dan pengenceran menurun, keseimbangan elektrolit dan asam basa lebih mudah terganggu bila dibandingkan dengan usia muda. Terjadinya penyakit ginjal kronik tidak hanya disebabkan oleh menurunnya fungsi ginjal sebagai akibat dari bertambahnya usia, namun juga disebabkan oleh faktor resiko diantaranyaglomerulonefritis, diabetes melitus, hipertensi, nefrosklerosis pielonefritis dan sebagainya (Guyton dan Hall, 2006).

(8)

4.3 Kejadian DRPs

Drug Related Problems (DRPs)merupakan suatu kejadian yang tidak

diinginkan dialami oleh pasien akibat terapi obat yang secara aktual maupun potensial dapat mengganggu keberhasilan penyembuhan yang diharapkan (Strand, et al., 1990).

Berdasarkan identifikasi terhadap pasien di ruang interna wanita dan pria RSUP H. Adam Malik Medan periode Desember 2015-Februari 2016terdapat 19 pasien (95%)yang mengalami DRPs (+) dan 1 pasien (5%) tidak mengalami DRPs (-) seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Persentase kasus DRPs

Adapun angka kejadian masing-masing kategori yaitu indikasi tanpa obat sebanyak 26 kasus (61,91%); obat tanpa indikasi 1 kasus (2,38%);dosis obat kurang sebanyak tidak ada kasus; dosis obat berlebih tidak ada kasus; obat salah tidak ada kasus;reaksi obat merugikan tidak ada kasus; dan interaksi obat

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

DRPs (+) DRPs (-)

P

e

rse

n

ta

(9)

sebanyak 18 kasus (35,71%). Gambaran umum kejadian DRPs secara keseluruhan ditunjukkan pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 KejadianDrug Related Problems(DRPs)

No Kategori DRPs Jumlah

Indikasi tanpa obat adalah kondisi medis yang membutuhkan terapi obat tetapi tidak mendapatkan obat untuk indikasi yang sesuai (Priyanto, 2009). Jumlah angka kejadian DRPs pada indikasi tanpa obat adalah sebanyak 26kasus (61,91%).

Tabel 4.3Drug Related Problems KategoriIndikasiTanpaObat Penyebab Kondisi Pasien Kelompok obat yang

dibutuhkan Kadar gula darah<120

mmHg

Antihipoglikemia 1 3,85 Kolesterol total > 200

mg/dl

Antihiperkolesterolemia 1 3,85 Tekanan darah >

110/60-120/80 mmHg

Antihipertensi 1 3,85 Kadar gula darah > 120

mmHg

(10)

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas terdapat 18 kasus (69,2%) pasien yang tidak mendapatkan terapi antianemia. Anemia yang terjadi pada penderita PGK disebabkan oleh fungsi hematologi darah terganggu dimana berkurangnya produksi eritropoetin, sehingga rangsangan eritropoesis pada sumsum tulang belakang menurun, terjadinya hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, defesiensi besi dan asam folat akibatnya nafsu makan berkurang,gangguan fungsi trombosit, serta gangguan fungsi leukosit. Anemia merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh penderita PGK. Hal ini akan memberikan dampak yang signifikan terhadap kualitas hidup pasien anemia pada PGK (Lukito, 2008).

Pada penelitian ini juga terdapat 1 kasus (3,85%) pasien yang tidak mendapatkan terapi antipiretik. Peningkatan suhu tubuh pada penderita PGK terjadi akibat infeksi. Terdapat 1 kasus (3,85% ) pasien yang tidak mendapatkan terapi supportif glukosa yaitu dengan kondisi saat itu pasien mengalami hipoglikemi. Terdapat 1 kasus (3,85%) pasien yang tidak mendapatkan terapi hiperkolesterolemia dengan kondisi kolesterol totalnya 231 mg/dL.

Terdapat 1 kasus (3,85%) pasien yang tidak mendapatkan terapi antihipertensikondisi pasien mengalami hipertensi dengan tekanan darah 140/80 mmHg. Serta terdapat 4 kasus (15,38%) pasien tidak mendapatkan antidiabetik dengan kadar gula darah pasien meningkat dan pasien mempunyai riwayat diabetes melitus sebelumnya.

4.4.2Obat Tanpa Indikasi

(11)

kategori pemberian obat tanpa adanya indikasi penyakit dan adanya duplikasi penggunaan obat (Priyanto, 2009).

Berdasarkan dari hasil penelitian, terdapat 1 kasus (2,38%) dengan pemberian obat tanpa indikasi pada pasien anemia dengan PGK di ruang internawanita dan pria RSUP H. Adam Malik Medan periode Desember 2015-Februari 2016

Tabel 4.4Drug Related Problems Kategori Obat Tanpa Indikasi

No Penyebab Obat Jumlah

Kasus

% 1 Pasien dapat pengobatan yang tidak

tepat untuk indikasi pada saat itu

Parasetamol 1 2,38

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas ditemukan pemberian parasetamol yang tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien saat itu sebanyak 1 kasus (2,38%). Parasetamol digunakan untuk mengobati demam, sedangkan kondisi klinis pasien saat itu tidak menunjukkan adanya kenaikan suhu tubuh. Efek samping dari penggunaan obat iniakan menimbulkan kondisi penyakit baru terhadap pasien dengan meningkatnya keracunan di hati secara perlahan.

4.4.3 Obat Salah

Obat salah adalah pasien mendapatkan obat yang tidak aman, tidak efektif, kontra indikasi dengan kondisi pasien (Priyanto, 2009).

Berdasarkan dari hasil penelitian, tidak ditemukan pemberian obat salah pada pasien anemia dengan PGK di ruang interna wanita dan pria RSUP H. Adam Malik Medan periode Desember 2015-Februari 2016.

4.4.4 Dosis Obat Kurang

(12)

Berdasarkan dari hasil penelitian, tidak ditemukan pemberian dosis obat kurang pada pasien anemia dengan PGK di ruang interna wanita dan priaRSUP H. Adam Malik Medan periode Desember 2015-Februari 2016.

4.4.5 Dosis Obat Berlebih

Dosis obat berlebih adalah pasien mempunyai kondisi medis dan mendapatkan obat yang benar tetapi dosis obat tersebut lebih (Priyanto, 2009).

Berdasarkan dari hasil penelitian, tidak ditemukan kasus dosis obat berlebih pada pasien anemia dengan PGK di ruang interna wanita dan pria RSUP H. Adam Malik Medan periode Desember 2015-Februari 2016.

4.4.6 Reaksi Obat Merugikan

Reaksi obat merugikan adalah pasien mempunyai kondisi medis akibat reaksi obat yang merugikan (Priyanto,2009).

Berdasarkan dari hasil penelitian, tidak ditemukan kasus reaksi obat merugikan pada pasien anemia dengan PGK di ruang interna wanita dan pria RSUP H. Adam Malik Medan periode Desember 2015-Februari 2016.

4.4.7 Interaksi Obat

(13)

Pada penelitian ini ditemukan adanya 15kasus interaksi obat dengan obat. Angka kejadian DRPs pada kategori interaksi obat yaitu sebesar 35,71%.Komplikasi-komplikasi yang dialami pasien memerlukan penggunaan polifarmasi yang cenderung akan meningkatkan resikoterjadinya interaksi obat (Stockley, 2005).

Tabel 4.5Drug Related Problems Kategori Interaksi Obat Obat Jenis Interaksi Tingkat

Keparahan

Farmokodinamika Sedang 4 21,05 Tabletmicardis – Tablet

furosemid

Unknown Sedang 1 5,26 Tabletsukralfat– Tablet

lansoprazol

Farmakokinetika Sedang 1 5,26 Tabletamlodipin – Tablet

simvastatin

Farmakokinetika Berat 1 5,26 Tabletbisoprolol- Tablet

valsartan

Farmakodinamika Sedang 2 10,53 Tabletbisoprolol dan Tab

teofilin

Farmakokinetika Sedang 1 5,26 Tablet siprofloksasin –

Tabletaripiprazol

Farmakokinetika Sedang 1 5,26 Tablet alprazolam – Tablet

fluoksetin

Farmakokinetika Sedang 1 5,26 Tabletfluoksetin – Tablet

amlodipin

Farmakokinetika Sedang 1 5,26 Tablet alprazolam –Tablet

omeprazol

Farmakokinetika Sedang 1 5,26 Injeksi furosemid –Injeksi

sefoperazon

(14)

4.5 Jumlah Kasus DRPs Pada Setiap Pasien Tabel 4.6 Jumlah Kasus DRPs Pada Setiap Pasien

No Nama Obat Klasifikasi DRPs Jumlah

Indikasi tanpa obat Membutuhka

n anti hipoglikemi

Indikasi tanpa obat

2 NL Membutuhka

Indikasi tanpa obat

(15)

n antianemia

Indikasi tanpa obat Tablet

Indikasi tanpa obat Injeksi

furosemid-Injeksi sefoperazon

(16)

Tablet

Indikasi tanpa obat Injeksi

Indikasi tanpa obat 19 HB Membutuhka

Indikasi tanpa obat

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

a. Total kasus DRPs pasien anemia dengan penyakit ginjal kronik terdapat pada wanita 14 orang dan pria 6 orang di ruang interna RSUP H.Adam Malik Medan periode Desember 2015-Februari 2016.

Gambar

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Gambar 4.1 Persentase kasus DRPs
Tabel 4.3Drug Related Problems KategoriIndikasiTanpaObat
Tabel 4.4Drug Related Problems Kategori Obat Tanpa Indikasi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Diberitahukan bahwa berdasarkan hasil evaluasi dokumen penawaran, Kelompok Kerja 1 Unit Layanan Pengadaan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah menetapkan

Hierarchical Token Bucket (HTB) dan Per Connection Queue (PCQ) pada Mikrotik RouterBoard. Kebijakan yang telah diterapkan pada sistem ini menghasilkan jaminan bandwidth

Pada siklus II LKS yang dibuat guru lebih sederhana sehingga dapat lebih mudah dipahami siswa, sehingga kemampuan merencanakan pembelajaran IPS menggunakan model

streaming dan main priority (terdiri dari daftar jenis trafik yang paling diutamakan). Hal tersebut bertujuan ketika jaringan dalam keadaan sibuk ataupun ketika

Ketika pendidik telah memiliki kompetensi, maka secara langsung akan berpengaruh pada proses peningkatan pendidikan, sehingga mampu melahirkan keluaran ( out put ) pendidikan

Griya Nia Hidroponik merupakan toko yang menjual peralatan hidroponik yang berada di salatiga. Saat ini Griya Nia Hidroponik belum memiliki website maupun

Untuk itu peneliti memaparkan simpulan sebagai berikut: 1.) Gambaran disiplin kerja guru di SMA Negeri 2 Sungai Ambawang sudah baik, sesuai dengan jadwal tugas dan waktu

Hasil analisis usaha tani kubis di Kecamatan Kertasari menunjukkan bahwa penerimaan rata-rata yang diperoleh petani sampel sebesar Rp 13.783.136,-/Ha/musim