• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kejadian Corpus Alienum Cornea pada Pekerja Bagian Helper di Siemens Fabrication Yard Batam Tahun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Kejadian Corpus Alienum Cornea pada Pekerja Bagian Helper di Siemens Fabrication Yard Batam Tahun 2017"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pekerja

2.1.1 Definisi Pekerja

Di dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan memberikan pengertian tenaga kerja adalah “Setiap orang yang

mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk

memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”. Sedangkan pengertian pekerja/buruh menurut Pasal 3 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan adalah “Setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain”.

Buruh adalah orang yang bekerja pada majikan atau perusahaan apapun jenis

pekerjaan yang dilakukan. Orang itu disebut buruh apabila dia telah melakukan

hubungan kerja dengan majikan. Kalau tidak melakukan hubungan kerja maka dia

hanya tenaga kerja, belum termasuk buruh.

2.1.2 Pekerja Bagian Helper

Dalam dunia proyek terutama proyek konstruksi ada istilah-istilah yang

menunjukkan posisi jabatan dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Jabatan tersebut adalah:

1. Manager Proyek adalah orang yang bertanggung jawab secara menyeluruh

pekerjaan suatu proyek tertentu. Secara garis besar tanggung jawab manager

▸ Baca selengkapnya: icd 10 corpus alienum tangan

(2)

a. Merencanakan kegiatan-kegiatan dalam proyek, termasuk pemecahan

pekerjaan, penjadwalan dan anggaran.

b. Mengorganisasikan, memilih dan menempatkan orang-orang dalam tim

proyek.

c. Mengorganisasikan dan mengalokasikan sumber daya.

d. Memonitor status proyek.

e. Mengindentifikasikan masalah-masalah teknis.

f. Titik temu dari para konstituen: subkontraktor, user, konsultan, top

management.

g. Menyelesaikan konflik yang terjadi dalam proyek.

h. Merekomendasikan penghentian proyek atau pengerahan kembali sumber

daya.

2. Chief adalah orang yang bertugas dan bertanggung jawab menyelesaikan suatu

proyek tertentu yang membawahi beberapa supervisor dan merupakan

kepanjangan tangan dari manager proyek. Seperti Chief Engineering dan Chief

Konstruksi.

3. Supervisor adalah orang yang bertugas dan bertanggung jawab menyelesaikan

suatu pekerjaan dalam area proyek tertentu dan membawahi beberapa foreman.

4. Foreman adalah orang yang bertugas dan bertanggung jawab menyelesaikan

suatu pekerjaan dalam lingkup area tertentu dan membawahi beberapa team

fitter, welder dan helper. Dalam proyek skala besar biasanya antara fitter dan

welder akan masuk dalam manajemen tim terpisah, meskipun area pekerjaan

(3)

5. Material Control adalah orang yang bertugas mengurus material proyek di

lapangan, termasuk mengecek, mengatur dan mensuplai material ke lokasi

bidang pekerjaan masing-masing.

6. WI (Welding Inspector) adalah orang yang bertugas melakukan pengecekkan

atau inspection pada hasil pengelasan dan berhak memutuskan YES orNOT.

7. QC (Quality Control) adalah orang yang bertugas mengontrol dan mengecek

kelayakan suatu barang atau produk sesuai penilaian standar dan berhak

memutuskan yes or not dari hasil penilaian tersebut.

8. Welder adalah orang yang bertugas melakukan pengelasan.

9. Fitter adalah orang yang mempunyai keahlian dalam proses

fabrikasi maupun erection atau fit up material di area proyek.

10. Riggeradalah orang yang mempunyai keahlian khusus dalam bidang

pengangkatan termasuk tali menali seling wire dan memandu material ke

tempat yang semestinya. Pekerjaan rigger selalu berhubungan dengan alat berat

crane.

11. Schaffolder adalah orang yang mempunyai keahlian di bidang pemasangan

perancah dari pipa schaffolding maupun stagger sebagai alat bantu pekerjaan

fitter dan welder.

12. Helper adalah orang yang membantu pekerja lain seperti fitter, welder,

grinder dan lainnya. Pekerja bagian helper membantu pekerjaan fitter

(mengangkut barang), welder (mengelas) dan grinder (memotong atau

mengaluskan permukaan besi). Kegiatan kerja helper meliputi : manual

(4)

2.1.3 Safe Work Practices (SWP)

Safe Work Practises yang harus dilakukan oleh helper adalah :

A.Penanganan Manual (Manual Handling Procedure)

1. Prosedur :

a. Persyaratan Umum

Persyaratan berikut berlaku untuk semua kegiatan penanganan material:

1) Personil harus memahami metode yang tepat untuk mengangkat dan

memindahkan beban berat, baik secara manual atau dengan bantuan

mekanik.

2) Pakaian pelindung untuk menghindari terjepit atau terpotongnya tangan,

cedera kepala atau kaki, menghirup debu, dan lain-lain harus dikenakan

jika diperlukan.

3) Alat-alat kerja harus disusun untuk memudahkkan penanganan.

4) Alat-alat kerja harus disusun rapi agar tidak menghalangi jalan, trotoar,

rute jalan gawat darurat , pemadam api atau perangkat darurat lainnya.

b. Prinsip Bahaya

Kecelakaan yang mungkin terjadi dari penanganan benda (alat) meliputi:

1) Cedera karena benda (alat) yang jatuh, tumpukan yang runtuh, dan

lain-lain.

2) Kerusakan mekanis yang mengenai wadah penyimpanan, kebocoran

dan tumpahan bahan kimia dengan risiko kontaminasi racun atau

(5)

3) Tersayat, terjatuh, cedera punggung, cedera otot, dan lain-lain karena

metode pengangkatan yang salah atau kecerobohan peletakan alat.

c. Pengangkutan Manual (Manual Handling)

Harus berhati-hati ketika mengangkat atau memindahkan beban dan pedoman

berikut harus diikuti :

1) Selalu angkat menggunakan kaki dan otot paha dengan punggung lurus.

2) Jangan memutar ketika membawa beban berat.

3) Jika troli tersedia - gunakan.

4) Pastikan bahwa beban dalam kemampuan mengangkat baik, dan

pastikan bahwa pusat gravitasi dari beban terdekat.

5) Carilah bantuan ketika mengangkat beban berat.

6) Pemeriksaan visual rute sebelum mengangkat dan membawa.

Postur tubuh sangat penting ketika mengangkat benda. Posisi yang benar akan

mengurangi risiko cedera punggung dan otot ketika sedang melakukan

pengangkatan.

1) Cara berdiri : Mengahadap arah jalan, tahan bebannya. Kaki agak

terpisah dan satu di depan yang lain. Posisi ini memungkinkan untuk

menjaga keseimbangan.

2) Punggung : Tegakkan punggung dan biarkan otot-otot kaki yang

bekerja, dan lindungi juga tulang belakang.

3) Dagu : Sebelum mengangkat benda, angkat kepala sedikit dan selipkan

dagu di atas benda, hal ini membantu untuk menjaga kembali postur

(6)

4) Cengkraman : Pegang benda dengan baik. Cengkram dengan telapak

tangan dan bagian bawah jari. Jangan mengangkat hanya menggunakan

ujung jari.

5) Lengan : Jaga lengan tetap dekat dengan tubuh. Dengan cara ini tubuh

akan ikut menahan beban bukan hanya lengan dan tangan.

6) Kaki : Kaki harus melabar selebar pinggul dan kaki harus selalu

mengarah ke arah tujuan.

7) Tubuh : Gunakan tubuh sebagai penyeimbang untuk menghemat energi

dan usaha otot.

d. Tindakan Pencegahan Penanganan

Drum berisi berbagai cairan dan bubuk dengan jumlah yang banyak dan sulit

untuk ditangani.

Tindakan pencegahan berikut ini harus diamati :

1) Drum tidak boleh diangkut secara manual seperti memindahkan

melewati atas atau bawah tangga, daerah tinggi atau dalam penggalian.

2) Alat bantu penanganan mekanik (troli drum) harus digunakan, jika

sesuai.

3) Di area penyimpanan terbuka, drum harus ditidurkan untuk mencegah

masuknya air di tepi atas, tetapi harus diamankan dengan alat agar

tidak menggelinding (misalnya chocks atau rak).

4) Ketika berada di daerah lain selain di tempat penyimpanan yang

ditunjuk, drum harus diletakkan dalam posisi tegak agar tidak

(7)

5) Ketika drum dikeluarkan isinya, nampan tetes harus disediakan untuk

mencegah cairan menyebabkan bahaya tergelincir pada pekerja yang

berjalan didekatnya dan mencegah bahaya kebakaran dari cairan yang

mudah terbakar.

6) Semua drum kosong harus disingkirkan dari wilayah kerja. Drum yang

mengandung zat mudah terbakar atau beracun tidak boleh digunakan

untuk tujuan lain.

Pipa dan casing adalah barang yang sangat berat, dan bahkan ketika bergerak

perlahan menimbulkan risiko kecelakaan menghancurkan serius karena jumlah

berat inersia yang tinggi. Pipa harus ditumpuk dalam lapisan horizontal, jika

perlu disokong dengan bahan kemasan yang cocok.

Tindakan pencegahan berikut berlaku untuk penyimpanan pipa:

1) Pipa harus dimiringan ke arah belakang tempat penyimpanan sehingga

tidak menggelinding dari rak.

2) Pipa tidak boleh menonjol ke arah jalan utama, trotoar dan rute jalan

gawat darurat, atau ditumpuk agar drum tidak jatuh melalui penjaga rel

saat dipindahkan.

3) Tempat penyimpanan pipa tidak boleh melebihi beban.

B.Pembersihan Lokasi Kerja (Housekeeping)

1. Prosedur :

a. Jalan Masuk dan Jalan Lintas

1) Semua jalan masuk dan jalan lintas (lorong) harus dijaga kebersihannya

(8)

pekerja tidak melalui jalan pintas dan melaewati operating area yang

terdapat banyak alat-alat.

2) Material dan kabel tidak boleh berada di jalan masuk dan jalan lintas

b. Lantai

1) Lantai, jalan lintas, trotoar, dan lain-lain harus bersih dari barang-barang,

alat kerja, potongan besi atau alat kerja lainnya ketika tidak lagi

diginakan. Material yang dapat menyebabkan tergelincir atau jatuh harus

disingkirkan.

2) Lantai harus di sering disapu dan tetap dijada kebersihannya.

c. Penyimpanan Material

1) Peletakan dan penyimpanan material yang tidak tepat adalah bahaya

keamanan utama dan tidak bisa ditoleransi.

2) Dalam menyusun objek yang tebal atau objek yang memakan tempat

harus menggunakan penahan yang di desain spesial untuk mencegah

objek menggelinding ke area dimana pekerja berada.

d. Perkakas

1) Perkakas dan peralatan tidak boleh dibiarkan berada dilantai dimana bisa

menimbulkan bahaya tersandung atau terjepit.

2) Kotak perkakas harus disiapkan untuk spanner, pliers, dan alat lainnya.

e. Platform

1) Tidak boleh ada benda yang dilemparkan dari level satu ke level yang

(9)

2) Perkakas dan yang lainnya tida boleh diletakkan di area atas kepala,

seperti scaffolding dimana perkakas dapat jatuh mengenai pekerja

dibawah. Semua perkakas harus dikumpulkan dan disimpan di dalam

ember agar dapat dibawa ketika di platform.

3) Petunjuk jenis tempat pembuangan dibutuhkan di tempatnya. Jangan

mencampurkan bahan kepingan besi dengan sampah biasa.

4) Sampah seperti kotak makanan, kaleng, koran, kantong plastik dan

lain-lain harus dibuang ke tempat yang sudah disiapkan. Mengabaikan dan

membuang sampah bukan ditempatnya bukan hanya berpotensi bahaya

namun juga membuat area kerja jadi sangat tidak rapi.

C.Alat-alat Tangan (Handtools)

1. Prosedur :

a. Persyaratan Umum dan Penanggulangan :

1) Periksa semua perkakas (alat-alat tangan) dan pastikan alat dalam

keadaan baik sebelum digunakan.

2) Gunakan alat yang tepat dalam setiap pekerjaan.

3) Jangan gunakan alat yang pegangannya sudah rusak atau tidak layak

digunakan.

4) Ketika bekerja di ketinggian, pastika alat tidak akan jatuh ke bawah dan

jang tinggalkan alat yang letaknya berada di atas kepala, atap, atau

(10)

5) Semua alat tangan harus diletakkan kembali ke temapat penyimpanan

semula.

6) Alat tangan yang rusak harus di singkirkan, jangan menciba memperbaiki

alat dengan mengelasnya.

7) Alat tangan yang tajam harus dibawa dengan tas alatnya contoh:

penknife, spike.

8) Pengecekan alat-alat tangan harus dilakukan oleh orang yang

berkompeten.

b. Persyaratan Khusus dan Pencegahan :

a) Palu

1) Pegangan palu yang rusak atau sudah terbelah jangan diganti dengan

benda lain.

2) Kepala palu harus pas dan aman dan tidak boleh ada penambahan.

3) Palu yang kepalanya sudah rusak tidak boleh digunakan.

b) Pahat

1) Pahat harus bebas dari minyak dan kotoran ketika digunakan.

2) Pahat yang rusak tidak boleh digunakan.

c) Kunci Pas

1) Jangan menggunakan kunci pas yang sudah renggang dan terbuka.

2) Gunakan kunci pas yang sesuai ukuran. Jangan memasukkan benda

diantara kunci pas dengan benda lain.

3) Jangan gunakan kunci pas sebagai pengganti palu.

(11)

1) Gunakan dongkrak yang tingginya memadai dalam bekerja.

2) Selalu letakkan dongkrak di atas pijakan yang kokoh untuk

mencegah agar tidak terperosok.

3) Sebelum digunakan, pastikan tidak ada kebocoran atau kerusakan di

selang hidrolik bertekanan tinggi.

4) Saat tidak digunakan, pegangan harus di lepaskan.

e) Obeng

1) Jangan memegang benda lain ketika menggunakan obeng.

2) Pegangan yang rusak harus diperbaiki.

3) Obeng tidak bisa digunakan sebagai pahat dan jangan menajamkan

ujungnya.

D. Alat-alat Tangan Bertenaga (Powered Handtools)

1. Prosedur

a. Persyaratan Umum dann Tindakan Pencegahan :

1) Jaga area kerja tetap bersih.

2) Jangan biarkan powered handtools terkena air (basah) atau digunakan

dalam keadaan basah atau di tempat yang basah.

3) Jangan gunakan powered handtools di dekat cairan atau gas yang mudah

terbakar, kecuali juka powered handtools tipe tahan api.

4) Powered handtools harus dijaga dari sengatan listrik. Hanya powered

handtools yang terisolasi ganda yang bisa digunakan di lokasi fabrikasi.

5) Pastikan penggunaan powered handtools sesuai dengan kapasitas

(12)

6) Berpakainlah yang sesuai dengan pekerjaan. Jangan gunakan pakain

longgar atau perhiasan.

7) Operator powered handtools harus memakai kacamta safety, gunakan

masker muka atau masker tahan abu saat operassi menghasilkan debu

atau partikel yang berterbangan.

8) Pakai pelindung telinga saat level kebisingan melebihi 85 dB(A).

9) Jangan membawa peralatan elektrik yang masih tersambung dengan

listrik harus dimatikan terlebih dulu.

10) Kabel listrik harus dijauhkan dari panas, minyak, dan ujung yang tajam.

11) Pastikan benda kerja aman dengan memasangkan klem.

12) Jangan melampaui batas. Tetap gunakan pijakan dan keseimbangan

setiap waktu.

13) Powered handtools harus tetap diperhatiakan dan dijaga tetap bersih

agar kegunaannya tetap bagus.

14) Powered handtools harus di inspeksi sebulan sekali oleh orang yang

berkompoten dalam bidang elektrik.

15) Powered handtools harus dimatikan ketika tidak digunakan, sebelum

membetulkan atau mengganti asesoris seperti mata pisau atau pemotong.

16) Pastikan kunci adjusting keys dan wrenches telah dilepas dari powered

(13)

17) Hindari ketidaksengajan menghidupkan alat. Pastikan tombol switch

dalam keadaan off ketika mencolokkan kabel. Lebih baik matikan alat

dari sumber listrik terutama saat mengganti mata pisau, disc, bits, dan

lain-lain.

18) Ketika menggunkann alat harus diperiksa terlebih dulu dari kerusakan.

19) Ketika sedang mengoperasikan alat, operator harus selalu waspada dan

konsentrasi.

20) Pelindung atau sekrup yang terpasang tidak boleh dilepas.

21) Jangan menyentuh bagian yang bergerak atau asesesorisnya kecuali

aliran listrik sudah dimatikan.

22) Bagian plastik dari alat tidak boleh di lap dengan cairan yang

mangandung bensin, thinner, alkohol, amonia, benzena, atau bahan yang

dapat merusak bagian plastik alat.

23) Staf yang berwenang harus datang saat terjadi kegagalan dalam

pengunaan powered handtools.

b. Cakram Gerinda (Disc Grinder)

a) Tindakan Pencegahan Umum :

1) Jangan mengoperasikan disc grinder tanpa pelindung yang tepat.

2) Gunakan disc grinder dengan kecepatan yang sesuai dengan RPM

yang terteara di papan nama. Selalu pastikan grindingdisc RPM lebih

(14)

3) Gunakan dengan tepat sesuai tujuan. Jangan memegang benda yang

akan di gerinda dengan satu tangan ketika menggerinda dan tangan

yang lain memegang gerinda yang sedang menyala.

4) Pastikan grinding disc dipasang dengan tapat. Jangan gunakan disc

yang basah, bekas, dan murahan.

5) Sebelum mengerinda lakukan percobaan terlebih dahulu.

6) Pastikan orang lain tetap jauh ketika cakram gerinda berputar.

7) Gunakan pegangan samping untuk pegangan gerinda, terutama saat

mengerinda diatas kepala.

8) Jangan meninggalkan gerinda yang sedang berputar tidak terjaga di

lantai.

9) Jangan melampaui batas kekuatan gerinda.

10) Ketika mengoperasikan gerinda, operator harus selalu waspada dan

mengingatkan pekerja yang berada disekitarnya.

11) Selalu melepas colokan gerinda dari sumber listrik ketika mengganti

cakram gerinda.

b. Sebelum Pengoperasian

a) Sumber Tenaga :

Pastikan sumber tenaga digunakan tepat dengan kebutuhan sesuai dengan

petunjuk gerinda.

b) Grounding :

Pastikan alat telah di grounded dengan baik ketika hendak digunakan untuk

(15)

c) Saklar Daya :

Pastikan saklar daya dalam keadaan mati saat tidak digunakan.

d) Kabel Sambungan :

Pastikan kabel sambungan sesuai kapasitas.

e) Pemasangan Pelindung Cakram (disc) :

Pastikan pelindung cakram terpasang dengan benar pada tempat yang akan

melindungi tubuh operator dari kecelakaan.

f) Mamastian Lock Pin :

Pastikan pelindung cakram terlepas dengan menekan dua atau tiga kali sebelum

menghidupkan alat.

c. Pengoperasian Gerinda :

1) Karena menggerinda dengan hanya memanfaatkan kekuatan

penggerinda, penggerinda tidak boleh menekan melawan bidang untuk di

giling. Penggerinda harus menahan dengan enteng.

2) Tekanan kuat akan mengurangi kecepatan berputar seperti menurunkan

hasil akhir dan beban lebih juga akan mempersingkat kegunaan mesin.

3) Jangan gunakan gerinda seluruh permuakan ketika menggerinda.

Gunakan bagian periperal dengan memiringkan cakram di angle 15-30°.

4) Penggerinda diberikan dengan cakram baru : ketika cakram menekan

keujung dan memotong material ke tanah. Selalu tarik langsung ke

belakang dengan cepat.

5) Saklar dapat dihidupkan dengan menempatkan tuas ke arah ON atau

(16)

6) Jangan letakkan gerinda di tanah tapat setealah digunakan.

7) Sengatan/kejutan ke unit utama dapat menyebakan patahnya cakram

gerinda, perawtan harus dilakukan untuk menghindari alat dari sengatan

tiba-tiba ketika menggunakan gerinda.

8) Jika unit utama tidak sengaja terbentur atau terjatuh, pastikan tidak ada

retakan atau patahan pada cakram gerinda sebelum kembali digunakan.

9) Jangan menekan lock pin ketika gerinda menyala.

d. Perawatan dan Pengecekan

1) Pengecekan Roda Gerinda :

Pastikan cakram gerinda bebas dari retak dan cacat permukaan. Ganti cakram

gerinda ketika sudah rusak sekita 60 mm diameter luar.

2) Pengecekan Pemasangan Sekrup :

Secara teratur lakukan pengecekan sekrup dan pastikan terpasang dengan baik dan

ketat. Sekrup yang longgar harus dirapatkan. Kegagalan dapat menyebabkan

bahaya serius.

3) Perawatan Mesin :

Pastikan lilitan mesin utama tidak rusak dan atau basah karena minyak atau air.

4) Pengecekan Sikat Karbon :

Mesin menggunakan siakat karbon yang dapat habis. Sikat karbon yang sudah

(17)

2.2 Mata

2.2.1 Definisi Mata

Mata merupakan indera penglihatan. Mata manusia dapat dijelaskan

analog dengan kamera , sehingga cahaya atau sinar jatuh pada retina dan cahaya

dipatahkan oleh sebuah lensa. Mata bebentuk seperti bola, terletak di dalam

rongga mata. Dinding rongga mata itu ialah tulang-tulang tengkorak , jadi sangat

keras. Hal ini baik sekali untuk melindungi mata yang lunak. Bola mata

mempunyai garis tengah kira-kira 2,3 cm. bagian depannya bening.

Alat penerima rangsang cahaya yang akan dihayati oleh otak sebagai

penglihatan beserta kelengkapannya ialah bola mata berbentuk sebagai selaput

jala atau retina. Bagian dari alat pengelihatan beserta kelengkapannya ialah bola

mata, otot-otot penggerak bola mata, kelopak mata, dan kelenjar air mata (Irianto,

2014).

Pada usia yang bertambah tua maka semakin sukar untuk melihat dekat

dan keadaan ini disebut sebagai rabun tua atau presbiopia. Akibat usia, lensa akan

kehilangan kekenyalan dan sukar menjadi cembung untuk memfokuskan sinar

pada selaput jala untuk melihat dekat. Biasanya mata tua mulai dirasakan pada

usia 40 tahun. Akibat ganguan akomodasi tersebut, maka akan memberikan

keluhan membaca, yaitu berupa mata lelah, berair dan sering terasa pedas (Ilyas,

(18)

2.2.2 Gambar Anatomi Mata

Gambar 2.1 Anatomi Mata (Sumber : Ilyas, 2004)

2.2.3 Anatomi Mata

Mata merupakan panca indra yang halus dan merupakan perlindungan terhadap

faktor-faktor luar yang berbahaya. Untuk melindungi mata terhadap cedera mata

terdapat kelopak mata dan rongga mata yang terdiri atas tulang sekitar mata. Mata

berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan

mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2

kelengkungan yang berbeda. Kelengkungan bola mata di bagian depan dinamakan

selaput benung sedang bagian lainnya disebut sebagai selaput putih atau sclera

(19)

Kelopak mata akan menutup setiap 16 detik untuk membasahi mata sehingga

tidak menjadi kering. Bila mata tidak tertutup untuk beberapa lama maka mata

akan menjadi kering (Ilyas, 2004).

Adapun anatomi organ penglihatan dapat dikelompokkan yaitu :

1. Kelopak Mata

Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta

mengeluarkan sekresi kalenjarnya yang berbentuk film air mata di depan kornea.

Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata

terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Gangguan penutupan

kelopak akan mengakibatkan keringnya mata sehingga terjadi keratitis

etlagoftalmos (Perdami, 2005).

2. Konjungtiva

Konjungtiva adalah membran tipis yang melapisi dan melindungi bola

mata bagian luar. Konjungtiva merupakan membran yang akan menutupi sclera

dan kelopak bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui

konjungtiva ini (Perdami, 2005).

3. Sistem Saluran Air Mata (Lakrimal)

Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu :

1) Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di temporo

antero superior rongga orbita.

2) Sistem ekresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus

lakrimal dan duktus nasolakrimal. Film air mata sangat berguna untuk

(20)

4. Rongga Orbita

Merupakan rongga tempat bola mata yang dilindungi oleh tulang-tulang

yang kokoh. Rongga orbita adalah rongga yang berisi 7 tulang yang membentuk

dinding orbita yaitu : lakrimal, etmoid, sphenoid, frontal, dan dasar orbita yang

terutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sama tulang palatium dan

zigomatikus (Perdami, 2005).

5. Otot-Otot Bola Mata

Masing-masing bola mata mempunyai 6 (enam) buah otot yang berfungsi

menggerakkan kedua bola mata secara terkoordinasi pada saat melirik (Perdami,

2005).

2.2.4 Anatomi Bola Mata

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. bola mata di bagian

depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat

bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Di dalam bola mata terdapat, antara

lain :

1. Kornea

Kornea disebut juga selaput bening mata, jika mengalami kekeruhan akan sangat

mengganggu penglihatan. Kornea bekerja sebagai jendela bening yang melindungi

struktur halus yang berada di belakangnya, serta membantu memfokuskan

bayangan pada retina. Kornea tidak mengandung pembuluh darah (Pearce, 1999).

(21)

a. Epitel, suatu lapisan skuamosa anterior yang menebal di perifer pada limbus

dimana lapisan ini bersinambung dengan konjungtiva. Limbus mengandung sel

germanitivum-atau sel stem.

b. Stroma dari serabut kolagen, substansi dasar, dan fibriblas yang menjadi dasar

kornea. Bentuk serabut kolagen yang regular dan diameternya yang kecil

menyebabkan transparansi kornea.

c. Endotel, suatu lapisan tunggal dari sel yang tidak mengalami regenerasi yang

secara aktif memompa ion dan air dari stroma untuk mengontrol hidrasi dan

transparansi kornea (James, 2006).

Perbedaan antara kapasitas regenerasi epitel dan endotel penting. Kerusakan

lapisan epitel, misalnya karena abrasi, denagn cepat diperbaiki. Endotel, yang

rusak karena penyakit atau pembedahan misalnya, tidak dapat beregenerasi.

Hilangnya fungsi sawar dan pompa menyebabkan dehidrasi berlebihan, distorsi

bentuk regular serat kolagen, dan keruhnya kornea (James, 2006).

2. Sklera

Yaitu lapisan berwarna putih di bawah konjungtiva serta merupakan

bagian dengan konsistensi yang relatif lebih keras untuk membentuk bola mata

(Perdami, 2005).

3. Bilik Mata Depan

Suatu rongga yang berisi cairan yang memudahkan iris untuk bergerak (Perdami,

(22)

4. Uvea

Terdiri dari 3 bagian yaitu iris, badan siliar dan koroid. Iris adalah lapisan yang

dapat bergerak untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata.

Badan siliar berfungsi menghasilkan cairan yang mengisi bilik mata, sedangkan

koroid merupakan lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah untuk

memberi nutrisi pada bagian mata (Perdami, 2005).

5. Pupil

Merupakan suatu lubang tempat cahaya masuk ke dalam mata, dimana lebarnya

diatur oleh gerakan iris. Bila cahaya lemah iris akan berkontraksi dan pupil

membesar sehingga cahaya yang masuk lebih banyak. Sedangkan bila cahaya kuat

iris akan berelaksasi dan pupil mengecil sehingga cahaya yang masuk tidak

berlebihan (Perdami, 2005).

6. Lensa

Lensa adalah suatu struktur biologis yang tidak umum. Transparan dan cekung,

dengan kecekungan terbesar berada pada sisi depan. Lensa adalah organ fokus

utama, yang membiaskan berkas-berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda

yang dilihat, menjadi bayangan yang jelas pada retina. Lensa berada dalam sebuah

kapsul elastik yang dikaitkan pada korpus siliare khoroid oleh ligamentum

suspensorium. Dengan mempergunakan otot siliare, permukaan anterior lensa

dapat lebih atau agak kurang dicembungkan, guna memfokuskan benda-benda

(23)

7. Badan Kaca (Vitreus)

Bagian terbesar yang mengisi bola mata, disebut juga sebagai badan kaca karena

konsistensinya yang berupa gel dan bening dapat meneruskan cahaya yang masuk

sampai ke retina (Perdami, 2005).

8. Retina

Merupakan reseptor yang peka terhadap cahaya. Retina adalah mekanisme

persyarafan untuk penglihatan. Retina memuat ujung-ujung nervus optikus. Bila

sebuah bayangan tertangkap (tertangkap oleh mata) maka berkasberkas cahaya

benda yang dilihat, menembus kornea, aqueus humor, lensa dan badan vitreus

guna merangsang ujung-ujung saraf dalam retina. Rangsangan yang diterima

retina bergerak melalui traktus optikus menuju daerah visuil dalam otak, untuk

ditafsirkan. Kedua daerah visuil menerima berita dari kedua mata, sehingga

menimbulkan lukisan dan bentuk (Pearce, 1999).

9. Papil Saraf Optik

Berfungsi meneruskan rangsangan cahaya yang diterima dari retina menuju

bagian otak yang terletak pada bagian belakang kepala (korteks oksipital)

(Perdami, 2005). Bagian mata yang sangat penting dalam memfokuskan bayangan

pada retina adalah kornea, aqueus humor, lensa dan badan vitreus. Seperti yang

selalu terjadi dalam menafsirkan semua perasaan yang datang dari luar, maka

sejumlah stasiun penghubung bertugas untuk mengirimkan perasaan, dalam hal ini

penglihatan. Sebagian stasiun penghubung ini berada dalam retina. Sebelah dalam

tepi retina, terdapat lapisan-lapisan batang dan kerucut yang merupakan sel-sel

(24)

terdapat di antaranya, disebut granula. Ujung proximal batang-batang dan

kerucut-kerucut itu membentuk sinapsis (penghubung) pertama dengan lapisan bipoler

dalam retina (Pearce, 1999).

2.2.5 Fisiologi Mata

Kornea berfungsi sebagai membrane pelindung dan jendela yang dilalui berkas

cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang

uniform, avaskuler dan degurtenes, atau keadaan dehidrasi relative jaringan

kornea yang dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh

fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam

mekanisme dehidrasi dan cidera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat

daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema

kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya

menyebabkan edema local stroma kornea sesaat yang akan menghilang bila sel-sel

epitel tersebut telah beregenerasi. Penguapan air dari film airmata prakornea akan

mengakibatkan film air mata menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan

langsung adalah faktor-faktor yang menarik air dari stroma kornea superfisialis

untuk mempertahankan keadaan dehidrasi (Majiid, 2011). Penetrasi kornea utuh

oleh obat bersifat bifasik. Sustansi larut lemak dapat melalui epitel utuh, dan

substansi larut air dapat melalui stroma yang utuh. Karenanya agar dapat melalui

(25)

2.3 Trauma Mata

2.3.1 Definisi Trauma Mata

Trauma mata adalah suatu kondisi dimana adanya gangguan dari luar yang dapat

menyebabkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata, dan rongga

orbita. Jaringan-jaringan pada mata seperti konjungtiva, korneam uvea, retina,

papil saraf optik, dan orbita pun bisa mengalami kerusakan akibat trauma pada

mata (Ilyas, 2011). Kerusakan pada jaringan mata dapat menyebabkan penurunan

funsi penglihatan bahkan daoat menyebabkan kebutaan. Kecelakaan di rumah,

kekerasan, ledakan, cedera karena olahraga, dan kecelakaan lalu lintas merupakan

beberapa penyebab umum yang menyebabkan trauma mata (Riordan-Eva, 2007).

2.3.2 Jenis-jenis Trauma Mata

Menurut Aldy (2009), trauma mata dapat digolongkan menjadi:

1. Trauma Mata Mekanik

International Society of Ocular Trauma mengklasifikasikan trauma mekanik

menjadi:

A. Trauma tertutup adalah luka pada salah satu dinding bola mata (sklera atau

kornea). Pada trauma mekanik terdapat 67,3% trauma tertutup (Karaman et

al, 2004). Trauma tertutup dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Kontusio adalah trauma pada mata yang disebabkan oleh benda tumpul.

Trauma tumpul dapat menyebabkan peningkatan tekanan dalam orbita dan

intraokular disertai deformitas bola mata (Riordan dan Eva, 2014).

Persentase kontusio yang dilaporkan pada sebuah penelitian adalah 58,6%

(26)

21,4% dari trauma mata kontusio disebabkan oleh serpihan kayu atau

cabang pohon (Karaman et al, 2004).

b. Laserasi lamellar adalah trauma yang ditandai oleh luka pada

sebagiandinding bola mata. Luka tersebut biasanya disebabkan oleh benda

tajam atau benda tumpul. Persentase laserasi lamellar yang dilaporkan

pada sebuah penelitian adalah 8,7% dari kejadian trauma mata mekanik

dan 7,6% dari trauma mata. Penyebab terbesar kejadian laserasi lamellar

adalah proses pemakuan dan pemasangan kawat dengan pesentase 26,7%

dari trauma mata (Karaman et al, 2004).

B. Trauma terbuka adalah luka yang mengenai seluruh dinding bola mata (sklera

dan kornea). Persentase trauma terbuka pada sebuah penelitian adalah 32,7%

(Karaman et al, 2004). Trauma terbuka dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

a. Laserasi adalah luka yang mengenai seluruh dinding bola mata yang

disebabkan oeh benda tajam. Laserasi dapat dibagi lagi menjadi tiga

kelompok, yaitu:

a) Penetrasi adalah laserasi tunggal mengenai bola mata yang disebabkan

oleh benda tajam. Penetrasi terjadi sebanyak 16,9% dari trauma mata

dan 19,6% dari trauma mekanik. Penetrasi kebanyakan disebabkan oleh

proses pemakuan dan pemasangan kawat dengan persentase 23,9% dari

trauma mata (Karaman et al, 2004).

b) Perforasi adalah laserasi pada dinding bola mata yang mempunyai jalan

masuk dan keluar. Sebanyak 12 orang dari 3644 kejadian trauma mata

(27)

c) IOFB (Intraocular Foreign Body) dapat ditandai dengan adanya

keluhan rasa tidak enak atau penglihatan kabur pada satu mata dengan

riwayat benturan antara logam dengan logam, ledakan, atau cedera

proyektil berkecepatan tinggi. Sebanyak 6,5% dari trauma mata dan

7,6% dari trauma mekanik IOFB terjadi. IOFB paling sering disebabkan

oleh penempaan logam atau batu dengan persentase 80,8% dari

kejadian trauma mata (Karaman et al, 2004).

b. Ruptur adalah luka yang mengenai seluruh ketebalan dinding bola mata

yang disebabkan oleh trauma tumpul. Persentase kejadian ruptur 16 adalah

4,8% dari kejadian trama mata dan 5,5% dari kejadian trauma mekanik.

Penyebab tersering ruptur adalah terkena batang kayu dengan persentase

36,8% dari trauma mata dan diikuti oleh serpihan kayu atau cabang pohon

dengan persentase sebanyak 26,3% (Karaman et al, 2004).

2. Trauma Kimia

Trauma kimia adalah trauma mata akibat bahan kimia bisa disebabkan oleh zat

asam, basa, basa, detergen, larutan, bahan perekat, dan bahan iritan (RSCM

Kirana). Trauma bahan kimia pada mata merupakan kejadian gawat darurat dan

harus diterapi sebagai kegawatdaruratan mata. Sebagian besar penderita adalah

kaum muda serta mereka yang berisiko terhadap terjadinya kecelakaan di pabrik,

rumah, dan oleh karena kriminalitas (Yani dan Suhendro,2007). Di Amerika

Serikat dilaporkan bahwa kejadian trauma kimia mempunyai persentase sebanyak

(28)

mata disebabkan oleh industri dan pekerjaan dengan persentse sekitar 80%

(Solano, 2015).

Secara garis besar bahan kimia dapat digolongkan menjadi dua bagian besar, yaitu

bahan kimia besifat asam dan bahan kimia bersifat basa (alkali) (Aldy, 2009).

Alkali akan terus menimbulkan kerusakan lama setelah cedera terhenti sehingga

diperlukan bilasan jangka panjang dan pemeriksaan pH secara berkala (Riordan

dan Eva, 2014).

Trauma bahan kimia asam adalah trauma pada mata yang disebabkan adanya

kontak dengan bahan kimia asam yang dapat menyebabkan kerusakan epitel bola,

kornea, dan segmen anterior yang cukup parah serta kerusakan visus yang

permanenbaik unilateral maupun bilateral. Sebagian besar bahan asam hanya akan

mengadakan penetrasi terbatas pada permukaan mata, namun bila penetrasi lebih

dalam dapat membahayakan visus (Yani dan Suhendro, 2007).

Asam sulfat merupakan penyebab paling sering dari seluruh trauma kimia asam.

Asam sulfat misalnya terdapat pada bahan pembersih yang digunakan dalam

industri dan juga baterai. Asam sulfat bereaksi dengan air matayang melapisi

kornea dan mengakibatkan temperatur meningkat (panas) dan terbakarnya epitel

kornea dan konjungtiva (Yani dan Suhendro, 2007).

3. Trauma Thermis

Sekitar 16% trauma bakar mata disebabkan oleh trauma thermis (Solano, 2015).

Trauma thermis biasanya disebabkan oleh api atau air panas. Karena kemampuan

refleks mata yang cepat kejadian trauma mata karena suhu jarang terjadi meskipun

(29)

4. Trauma Elektrik

Trauma elektrik langsung pada mata jarang terjadi. Trauma elektrik dapat

disebabkan oleh arus listrik yang kuat yang mengakibatkan kongesti pada

konjungtiva, kekeruhan pada kornea, inflamasi pada iris dan korpus siliaris,

perdarahan pada retina, neuritis, dan katarak dapat terjadi 2-4 bulan setelah

trauma.

5. Trauma Radiasi

a. Sinar Inframerah

Trauma mata oleh sinar inframerah diakibatkan oleh terkonsentrasinya sinar

inframerah terlihat. Bila seseorang berada dalam jarak satu kaki selama satu menit

di depan kaca yang mencair dan pupilnya midriasis maka akan menyebabkan

kenaikan suhu lensa sebanyak 9°C. Demikian pula iris yang mengabsopsi sinar

inframerah akan panas sehingga berakibat tidak baik terhadap kapsul lensa di

dekatnya. Absorpsi sinar inframerah oleh lensa akan mengakibatkan katarak dan

eksfoliasi kapsul lensa. Akibat paparan sinar ini pada lensa maka katarak mudah

terjadipada pekerja industrigelas dan pemanggangan logam. Sejauh ini terapi yang

dilakukan pada trauma sinar inframerah adalah dengan pemberian steroid sistemik

maupun lokal untuk mencegah terbentuknya jaringan parut pada makula serta

mengurangi gejala radang yang timbul.

b. Sinar Ionisasi dan Sinar X

Sinar ionisasi terdiri dari beberapa macam sinar, antara lain: sinar alfa, sinar beta,

sinar gama, sinar X. Trauma mata akibat sinar ionisasi sangat tergantung dengan

(30)

menyebabkan pemecahan dini pada sel epitel secara abnormal sehingga dapat

menyebabkan katarak dan kerusakan retina mata. Gambaran klinis yang dijumpai

pada penderita berupa dilatasi kapiler, perdarahan, mikroaneuris mata, dan

eksudat. Pada kornea dapat menyebakan keratitis dengan iridosiklitis ringan

bahkan kerusakan permanen yang sulit diobati. Beberapa kasus trauma mata

karena sinar ionisasi dan sinar X yang berat akan mengakibatkan perut

konjungtiva atrofi sel goblet yang akan mengganggu fungsi air mata.

c. Sinar Ultra Violet

Menurut Olifshifski dalam Wahyuni (2012), sinar ultra violet adalah radiasi

elektromagnetikyang terletak di antar sinar tampak dan sinar X. Sinar ultra violet

dibagi ke dalam tiga spektrum, yaitu: bagian terdekat (400-300 nm), bagian

terjauh (300-200 nm), dan bagian kosong (200-4nm).

2.4 Corpus Alienum Cornea 2.4.1 Definisi Corpus Alienum

Corpus alienum adalah benda asing. Istilah ini sering digunakan dalam istilah

medis. Merupakan salah satu penyebab cedera mata yang paling sering mengenai

sclera, kornea, dan konjungtiva. Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun

tidak yang menimbulkan perlukaan mata dan merupakan kasus gawat darurat

mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan

kebutaan bahkan kehilangan mata (Sidarta, 2005).

Meskipun kebanyakan bersifat ringan, tetapi beberapa cedera bisa berakibat serius

. Apabila suatu korpus alienum masuk ke dalam bola mata maka biasanya terjadi

(31)

iridocylitis serta panophthmitis. Karena itu perlu cepat mengenali benda asing

tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian

mengeluarkannya.

Beratnya kerusakan pada organ – organ di dalam bola mata tergantung dari besarnya corpus alienum, kecepatannya masuk, ada atau tidaknya proses infeksi

dan jenis bendanya sendiri.Bila ini berada pada segmen depan dari bola mata, hal

ini kurang berbahaya jika dibandingkan dengan bila benda ini terdapat di dalam

segmen belakang.

Jika suatu benda masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi salah satu dari

ketiga perubahan berikut :

1. Mecanical effect

Benda yang masuk ke dalam bola mata hingga melalui kornea ataupun sclera.

Setelah benda ini menembus kornea maka ia masuk ke dalam kamera oculi

anterior dan mengendap ke dasar. Bila kecil sekali dapat mengendap di dalam

sudut bilik mata. Bila benda ini terus, maka ia akan menembus iris dan kalau

mengenai lensa mata akan terjadi catarack, traumatic. Benda ini bisa juga tinggal

di dalam corpus vitreus. Bila benda ini melekat di retina biasanya kelihatan

sebagai bagian yang dikelilingi oleh eksudat yang berwarna putih serta adanya

endapan sel – sel darah merah, akhirnya terjadi degenerasi retina. 2. Permulaan terjadinya proses infeksi

Dengan masuknya benda asing ke dalam bola mata kemungkinan akan timbul

(32)

pertumbuhan kuman sehingga sering timbul infeksi supuratif. Juga kita tidak

boleh melupakan infeksi kuman tetanus.

3. Terjadi perubahan – perubahan spesifik pada jaringan mata karena proses kimiawi (reaction of ocular tissue).

2.4.2 Jenis-jenis Benda Asing Pada Mata

Benda asing yang masuk ke dalam mata dapat dibagi dlaam beberapa kelompok

yaitu :

1. Benda Logam

Terbagi menjadi benda logam magnit dan bukan magnit

Contoh : emas, perak, timah hitam, seng, nikel, aluminium, tembaga, besi.

2. Benda Bukan Logam

Contoh : batu, kaca, porselin, karbon, bahan pakaian dan bulu mata.

3. Benda Inert

Benda yang terdiri atas bahan bahan yang tidak menimbulkan reaksi jaringan

mata, ataupun jika ada reaksinya sangat ringan dan tidak mengganggu fungsi

mata.

Contoh : emas, perak, platina, batu, kaca, porselin, dan plastik tertentu

Kadang-kadang benda inert memberikan reaksi mekanik yang mungkin dapat

mengganggu fungsi mata.

Contoh : pecahan kaca di dalam sudut bilik deapn akan menimbulkan kerusakan

pada endotel kornea sehingga mengakibatkan edema kornea yang akan

(33)

4. Benda Reaktif

Benda yang menimbulkan reaksi jaringan jaringan mata sehingga menggangu

fungsi mata.

Contoh : timah hitam, seng, nikel, aluminium, tembaga, kunigan, besi,

tumbuh-tumbuhan, bahan pakaian dan bulu ulat (Ilyas, 2010).

2.4.3 Akibat Benda Asing Pada Mata

Benda aisng dapat mengakibatkan :

1. Trauma

Erosi konjungtiva atau kornea. Erosi ini timbul apabila benda asing yang masuk

tidak sampai menembus mata tetapi hanya tertinggal pada konjungtiva atau

kornea.

2. Trauma Tembus

Trauma tembus adalah suatu trauma dimana sebagian atau seluruh lapisan kormea

dan sklera mengalami kerusakan. Trauma ini dapat terjasi apabila benda asing

melukai sebagian lapisan kornea atau skelara dan benda tersebut tertinggal di dalal

lapisan tersebut. Pada kejadian ini tidak terjadi luka sehingga organ di dalam bola

mata tidak mengalami kontaminasi. Benda asing dengan kecepatan tinggi akan

menembus seluruh lapisan sklera atau kornea serta jaringa lain dalam bola mata

ataupun dapat sampai menimbulkan perforasi ganda sehingga akhirnya benda

asing tersebut bersarang di dalam rongga orbita atau bahkan dapat mengenai

tulang orbita. Dalm hal ini akan ditemukan suatu luak terbuka dan biasanya terjadi

(34)

3. Perdarahan

Perdarahan intrakuler dapat terjadi apabila trauma mengenai jaringan uvea, berupa

hifema (perdarahan dalam bilik mata depan) atau perdarahan dalam badan kaca.

4. Reaksi Jaringan Mata

Reaksi yang timbul tergantung jenis benda tersebut apakah benda inert atau

reaktip. Pada benda yang inert,tidak akan memberikan rekasi kalaupun ada hanya

ringan saja. Benda yang reaktif akan memberikan reaksi-reaksi tertentu dalam

jaringan mata.Bentuk reaksinya tergantung macam serta letak benda asing

tersebut di dalam mata. Benda oraganik kurang dapat diterima oleh jaringan mata

dibanding benda anorganik. Benda logam dengan sifat bentuk reaksi yang

merusak adalah besi berupa “siderosis” dan tenmbaga. Timah hitam dan seng

merupakan benda reaktip yang lemah reaksinya.

5. Siderosis

Rekasi jaringna mata akibat penyebaaran ion besi ke seluruh mata dengan

konsentrasi terbanyak pada jaringan yang mengandung epitel yaitu : epitel kornea,

epitel pigmen iris, epitel kapsul lensa, epitel pigmen retina. Timbulnya siderosis

sebenarnya sangat dini tetapi tidak memberikan gejala klinik yang jelas sampai

beberapa waktu lamanya. Gejala siderosis tampak 2 bulan sampai 2 tahun setelah

trauma . Gejala klinik berupa : gangguan pengelihatan yang mula-mula berupa

buta malam kemudian penurunan tajam pengelihatanyang semakin hebat dan

penyempitan lapang pandan. Pada mata tampak endapan karat besi paada kornea

berwarna „kuning kecoklatan‟, pupil lebar reaksi lambat, bintik-bintik bulat

(35)

6. Kalkosis

Reaksi jaringan mata akibat pengendapannion tembaga di dalam jaringan yang

mengandung membran seperti membran Descmet kapsul anterior lensa, iris badan

kaca dn permukaan retina. Tembaga dapat memberikan reaksi purulen. Gejala

klinik “kalkosis” timbul lebih dini daripada siderosis yaitu beberapa hari sesudah

trauma. Tembaga dalam badan kaca dapat menimbulkan ablasio retina sebagai

akibat jaringan ikat di dalam badan kaca yang menarik retina. (Ilyas, 2010).

2.4.4 Tanda dan Gejala

1. Ekstra Okular

a. Mendadak merasa tidak enak ketika mengedipkan mata

b. Ekskoriasi kornea terjadi bila benda asing menggesek kornea, oleh kedipan

bola mata.

c. Lakrimasi hebat.

d. Benda asing dapat bersarang dalam torniks atas atau konungtiva

e. Bila tertanam dalam kornea nyeri sangat hebat

2. Infra Okuler

a. Kerusakan pada tempat masuknya mungkin dapat terlihat di kornea, tetapi

benda asing bisa saja masuk ke ruang posterior atau limbus melalui

konjungtiva maupun sklera.

b. Bila menembus lensa atau iris, lubang mungkin terlihat dan dapat terjadi

katarak.

c. Masalah lain diantaranya infeksi sekunder dan reaksi jaringan mata

(36)

2.4.5 Faktor Risiko Corpus Alienum Cornea

Berikut adalah faktor risiko yang menjadi penyebab corpus alienum cornea :

1. Umur

Ketajaman penglihatan berkurang menurut bertambahnya usia. Pada tenaga kerja

berusia lebih dari 40 tahun, visus jarang ditemukan 6/6, melainkan berkurang.

Maka dari itu, kontras dan ukuran benda perlu lebih besar untuk melihat dengan

ketajaman yang sama (Suma‟mur, 2009).

Makin banyak umur, lensa bertambah besar dan lebih pipih, berwarna kekuningan

dan menjadi lebih keras. Hal ini mengakibatkan lensa kehilangan kekenyalannya,

dan karena itu, kapasitasnya untuk melengkung juga berkurang. Akibatnya,

titik-titik dekat menjauhi mata, sedang titik jauh pada umumnya tetap saja (Suma‟mur, 2009). Oleh karena itu semakin bertambahnya umur seseorang maka akan

semakin rentan akan kerusakan kornea jika terkena benda asing.

2. Masa Kerja

Masa kerja merupkan kurung waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja di suatu

tempat (Tulus, 1992). Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin

banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut.

Pada pekerja di perusahaan fabrikasi semakin lama ia bekerja di lingkungan yang

terdapat kegiatan grinding maka akan semakin besar kesempatan pekerja tersebut

terkena corpus alienum cornea.

(37)

Banyak cedera mata akibat kerja terjadi karena pekerja tidak menggunakan alat

pelindung mata sementara hasil lain menunjukkan pemakaian alat pelindung mata

yang tidak tepat (OSHA, 2003).

Pelindung muka dan mata memiliki fungsi melindungi muka dan mata dari

lemparan benda-benda kecil, lemparan benda-benda panas, pangaruh cahaya, dan

pengaruh radiasi tertentu (Rijanto, 2011).

Jenis-jenis APD (Alat Pelindung Diri) berupa pelindung mata dan wajah :

1) Safety Glasses

Adalah kacamata keselamatan yang mirip dengan kacamata biasa, namun terbuat

dari bahan yang tahan terhadap benturan sehingga dapat melindungi mata dari

bahaya benda asing. Pemakaian safety glasses juga biasanya diikuti dengan

pemakaian pelindung muka.

2) Goggles

Merupakan jenis kacamata yang melindungi mata dari bahaya percikan

bahan-bahan kimia cair atau dari benturan benda asing yang beterbangandan

membahayakan mata. Pemakaian goggles juga harus disesuaikan dengan jenis

pekerjaannya sehingga mendapatkan fungsi perlindungan yang maksimal.

3) Shaded Eyewear

Jenis pelindung muka dan mata ini melindungi pekerja dari bahaya efek radiasi

pembakaran. Fungsi perlindungan bahaya efek radiasi pembakaran ditunjang

dengan karakteristik pelindung yang memiliki kaca pelindung yang gelap.

(38)

Lembaran plastik transparan yang memanjang mulai alis mata sampai ke bawah

dagu dan melewati seluruh lebar kepala pekerja. Penggunaan bersama face shield

dan head covering membuat proteksi pasa bagian muka dan mata menjadi

maksimal. Selain melindungi dari benturan dan benda asing yang beterbangan,

pelindung ini juga memberikan proteksi kepada bahaya efek radiasi pembakaran.

Gambar 2.2 Pelindung Mata dan Wajah yang Direkomendasikan Sumber:

https://www.osha.gov/dte/library/ppe_assessment/ppe_assessment.html

Keterangan gambar:

1, 2, 3: Goggles

4, 5, 6: Spectacles

7, 8, 9, 11: Welding Goggles

(39)

Alat pelindung mata dan wajah yang harus dipakai untuk mencegah kejadian

corpus alienum cornea :

1) Safety Glasses

Alat pelindung diri berupa kaca mata ini (safety glasses) merupakan alat

pelindung mata wajib yang harus dipakai helper maupun pekerja lain dalam

segala jenis pekerjaan.

(40)

2) Face Shield

Alat pelindung diri berupa pelindung wajah (face shield) merupakan alat

pelindung wajah yang harus dipakai helper maupun pekerja lain saat melakukan

grinding.

Gambar 2.4Face Shield

2.4.6 Tindakan Pengobatan

1. Tindakan Pengobatan Benda Asing Pada Permuykaan Mata

Mata tersebut ditetes dengan anastetik tetes mata. Benda yang lunak biasanya

hanya menempel saja pada permukaan mata sehingga mengeluarkannya cukup

dengan kapas steril. Benda yang keras biasanya mengakibatkan suatu luka.

Pengeluarannya memakai jarum suntik secara hati-hati untuk menghindari

kemungkinan perforasi. Segtelah benda asing dikeluarkan, mata dibilas dahulu

dengan larutan garam fisiologik sampai bersih. Kemudian mata diberi tetes

(41)

antibiotik lokal. Mata ditutup dengan kain kasa sampai tidak terdapat tanda-tanda

erosi kornea.

2. Tindakan Pengobatan Benda Asing Dalam Bola Mata

Setiap benda di dalam bola mata merupakan sesuatu sehingga pada dasarnya harus

dikeluarkan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah :

a. Jenis benda asing tersebut, apakah benda inert atau benda reaktip.

b. Akibat yang timbul apabila benda tersebut tidak dikeluarkan.

c. Akibat yang dapat timbul waktu mengeluarkan benda asing tersebut.

Apabila benda asing tersebut inert, maka haruslah dilihat apakah benda tersebut

menimbulkan reaksi mekanik yang menggangu fungsi mata atau tidak. Bila tidak

menimbulkan reaksi mekanik yang mengganggu, maka sebaiknya dibiarkan saja

dan perhatian ditujukan pada perawatan luka perforasi yang di akibatkannya. Bila

bedna tersebut reaktip, maka harus dikeluarkan (Ilyas, 2010).

2.4.7 Cara-cara Pengeluaran Benda Asing di Dalam Mata

Cara pengeluran benda asing ini dapat dilakukan melalui 2 jalan yaitu jalan

anterior. Pemilihan jalan anterior hanya boleh apabila :

a. Benda asing tersebut berada di bilik mata depan dan dapat dilihat, dapat

dikeluarkan melalui luka perforasi atau melalui insisi kornea-skelra di daerah

limbus apabila benda berada di sudut bilik mata depan.

b. Benda aing di segmen posterior yang disertai kerusakan lensa dan luka

perforasi kornea yang besar, dikeluarkan melalui luka perforasi kornea. Jalan

(42)

Jalan posterior dilakukan bila benda asing berada di segmen posterior tanpa

disertai kerusakan lensa. Pengeluaran melalui jalan posterior dapat ditempuh

melalui 2 jalan yaitu :

a. Melalui pars plana (4-7 mm dari limbus).

Keuntungan melalui jalan ini ialah :

Retina melekat kuat pada tempat ini sehingga bahaya ablasi kecil. Daerah ini

mengandung sedikit pemuluh darah.

b. Melalui tempat dimana benda asing berada, jalan ini ditempuh bila benda

asing berada di retina. Bahaya ditakutkan denagn melalui jalan ini adalah

ablasio retina dan pendarahan.

Pengeluaran benda asing melalui jalan posterior memerlukan fasilitas dan

keterampilan yang khusus sehingga hanya dapat dilakukan oleh dokter spesialis

mata (Ilyas, 2010).

2.4.8 Prognosis

Pada trauma dimana benda asing berada dipermukaan mata tanpa adanya luka

perforasi, umumnnya prognosis baik karena benda tersebut dapat langsung

dikeluarkan dan akibatnya sangat ringan tanpa meninggalkan bekas ataupun hanya

berupa nebula bila pada kornea. Pada trauma dimana benda aing menyebakna luka

perforasi sehingga benda asing tersebut berada didalm bola mata, maka

prognosisnya tergantung jenis-jenis benda asing.

Benda inert bila tidak menimbulkan reksi mekanik yang menggangu fungsi mata,

prognosisnya baik. Benda reaktip pad aumumnya prognosisny tidak baik. Hal ini

(43)

Pada benda yang magnit berhunbung pengeluarannya lebih mudah (dengan

magnit), maka hasilnya akan lebih baik dibanding benda non magnit karena cara

(44)

2.5 Kerangka Konsep

- Umur

- Masa kerja

- Penggunaan Alat Pelindung

Mata dan Wajah

Gambar

Gambar 2.1 Anatomi Mata
Gambar 2.2 Pelindung Mata dan Wajah yang Direkomendasikan
Gambar 2.3 Safety Glasses
Gambar 2.4 Face Shield

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrak n -heksana Christella arida dan isolatnya yang terdiri dari senyawa campuran steroid positif memiliki aktivitas sebagai antikanker pada uji pendahuluan

Tulisan ini akan memaparkan tentang bagaimana kesan dan asosiasi umum yang telah dikenal oleh masyarakat memiliki kemungkinan untuk dipersepsikan dan dimaknai

As the input holds paramount role in second language acquisition, this study seeks to describe classroom instruction in an English course comprising input from

Distribusi marjin pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran jagung di pasar jagung Sumatera Barat, maka pada saluran pemasaran pertama (Kabupaten 50 Kota),

yang bekerja sebagai tukang pijat dengan jaringan sosial yang sempit. dengan tunanetra yang bekerja sebagai tukang pijat

Kegunaan secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti berikutnya yang memiliki minat pada tema yang sama dan dapat digunakan

Karakteristik dari pendidikan kejuruan menurut Djojonegoro (1998) adalah sebagai berikut: a) pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki

Berdasarkan gambar 3 menunjukkan  bahwa jumlah kasus difteri di kecamatan tanjung bumi kabupaten Bangkalan tahun 2013 sebesar 74% terjadi pada kelompok umur