• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyerapan Air pada Hibrid Ionomer dengan Penyinaran yang Berbeda Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyerapan Air pada Hibrid Ionomer dengan Penyinaran yang Berbeda Chapter III VI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium.

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah post test only group design

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU dan Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi USU Waktu : Agustus 2015 –Februari 2017

3.4 Sampel dan Besar Sampel

3.4.1 Sampel Penelitian

Hibrid ionomer berbentuk tablet berdiameter 6 mm dengan ketebalan 1 mm.14

Gambar 2. Bentuk dan Ukuran Sampel Dengan kriteria sebagai berikut :

Kriteria Inklusi :

1. Sampel hibrid ionomer memiliki permukaan yang halus 6 mm

(2)

2. Permukaan sampel yang akan diukur penyerapan airnya berbentuk bulat sempurna sesuai dengan ukuran.

Kriteria Ekslusi

1. Sampel memiliki poreus dan cacat

2. Sampel kotor dan terkontaminasi bahan lain maupun debris

3.4.2 Besar Sampel

Pada penelitian ini, besar sampel diestimasi dengan rumum Federer :14

Keterangan :

t : Jumlah perlakuan r : Jumlah sampel

Dalam penelitian ini terdapat empat kelompok, maka t = 4 dan jumlah sampel (r) tiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut :

(4 – 1) (r – 1) ≥ 15 4r – 3 – r + 1 ≥ 15 3(r – 1) ≥ 15 r – 1 ≥ 15/3 r ≥ 5 + 1 r ≥ 6

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6 sampel untuk tiap perlakuan.

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Bebas

(3)

3.5.2 Variabel Tergantung Penyerapan air pada Hibrid Ionomer,

3.5.3 Variabel Terkendali

1. Ketebalan sampel Hibrid Ionomer 1 mm 2. Jenis sinar Halogen

3. Jarak penyinaran 1 mm

4. Suhu Inkubator 370C dan 230C 5. Intensitas sinar 600 mW/cm2 6. Arah sinar tegak lurus.

7. P/W ratio Hibrid Ionomer 1 scoop : 2 tetes 8. Mixing Time60 detik.

9. Volume aquadest 5 ml.

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali 1. Suhu Ruangan

2. Kelembaban

3. Kecepatan pengadukan bubuk dan cairan 4. Pemolesan Hibrid Ionomer

4.6 Defenisi Operasional Variabel

1. Hibrid Ionomer adalah bahan tambalan semen ionomer kaca konvensional yang ditambah dengan resin dengan kandungan glass powder, poly (acrylic acid), air, dan 2-hydroxyethylmetacrylate (HEMA) yang reaksi pengerasannya dengan penyinaran. 2. Lama Penyinaran adalah waktu penyinaran yang digunakan untuk proses pengerasan hibrid ionomer yaitu selama 20, 30, 40, dan 50 detik.

(4)

3.7 Alat dan Bahan Penelitian

3.7.1 Alat

1. Master cast Stainlessteel(diameter 6 mm, dan tebal 1 mm).

Gambar 3. Master Cast Steinless Steel diameter 6 mm tebal 1 mm

2. Light Curing Unithalogen, merek Litex 680A, Dentamerica, USA dengan intensitas penyinaran 600 mW/cm2

Gambar 4. Light Curing Unit Halogen Litex 680A 3. Instrumen Plastis

(5)

4. Pinset

Gambar 6. Pinset 5. Glass microscope slide dengan tebal ± 1 mm.

Gambar 7.Glass microscope slide 6. Celluloid strip

Gambar 8. Celluloid Strip 7. Tempat merendam sampel

(6)

8. Desikator, merek Oberai

Gambar 10. Desikator 9. Stopwatch

Gambar 11.Stopwatch 10. Timbangan digital, merek Mettler Toledo

(7)

12. Kertas Pasir untuk menghaluskan sudut sampel no. CC 600 CW, CC 800 CW, CC 1000 CW, merek Taiyo Waterproof Silicone Carbide

13. Beban 1 kg

Gambar 13. Beban 1 kg 14. Glass Slab

Gambar 14. Glass Slab 15. Inkubator, Merek Memmert Germany.

(8)

16. Inkubator, merek Fisher Scientific.

Gambar 16. Inkubator Fisher Scientific 17. Tissue

3.7.2 Bahan

1. Hibrid Ionomer (Fuji II LC Japan)

Gambar 17. Hibrid Ionomer (Fuji II LC Japan)

Komposisi

(% chemical component by WT)

Distilled water (CAS 7732-18-5) 20-30 %

Polyacrylic Acid (CAS 9003-01-04) 20-30 %

2-Hydroxyethylmetacrylate (CAS 868-77-9) 30-35 %

Urethanedimethacrylate (CAS 72869-86-4) < 10

(9)

2. Silika gel

Gambar 18. Silika Gel 3. Aquadest

3.8 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan prosedur kerja sesuai dengan International Organization For Standardization (ISO) 4049:2000 yaitu sebagai berikut:14,15

3.8.1 Pembuatan Master Cast7,8

Master Cast ditempah dengan bahan ring dari stainlessteel berbentuk lingkaran dengan ukuran diameter 6 mm dan tebal 1 mm

3.8.2 Pembuatan Sampel

1. Sampel yang akan dibuat berjumlah 24 sampel, yang akan dibagi dalam 4 kelompok penyinaran, yaitu 20, 30, 40, 50 detik.

2. Letakkan Celluloid stripdi atas glass microscope slide.

3. Siapkan master cast ( diameter 6 mm, dan tebal 1 mm ), letakkan diatas celluloid strip dan glass microscope slide.

4. Aduk hibrid ionomer dengan mencampurkan liquid dan powder dengan perbandingan 1 scoop : 2 tetes pada glass slabsampai homogen ( ± 60 detik ).

5. Hibrid ionomer yang telah homogen dimasukkan padamaster cast yang dibawahnya dilapisi glass microscope slide dan celluloid strip.

(10)

Gambar 19. Master Cast yang terisi hibrid ionomer ditekan beban 1 kg

7. Alat sinar diletakkan tegak lurus di atas microscope glass yang diletakkan di atas master cast yang berisi hibrid ionomer sehingga jarak penyinaran 1 mm ( sesuai ketebalan glass microscope slide ).

8. Hibrid ionomer kemudian disinari dengan light curing unit ( sesuai dengan lama penyinaran kelompok perlakuan, yaitu 20, 30, 40, dan 50 detik ).

9. Setelah mengeras, sampel dikeluarkan dari master cast kemudian sampel dirapikan dengan menggunakan kertas pasir.

10. Buat 6 sampel untuk masing – masing kelompok perlakuan. 3.8.3 Persiapan Silika Gel15

1. Silika gel yang ditempatkan di tray oven dipanaskan selama 5 jam dengan temperatur 1300C di dalam oven.

2. Silika gel dibiarkan hingga dingin kemudian dikeluarkan dari oven dengan menggunakan sarung tangan kain.

3.8.4 Perendaman, Penimbangan, dan Pengukuran Sampel14

1. Sampel disimpan dalam desikator yang mengandung silika gel yang telah dipanaskan dan dimasukkan ke inkubator dengan temperature ± 370C selama 22 jam.

2. Setelah 22 jam, sampel dikeluarkan lalu disimpan dalam desikator lain yang mengandung silika gel dan dimasukkan ke inkubator dengan temperatur ±230C selama 2 jam.

(11)

hari, m1 yang digunakan adalah m1 pada hari ketiga, untuk mendapatkan m1 yang konstan.

4. Sampel kemudian direndam dalam wadah plastik yang berisi aquadest5 ml dan dimasukkan ke inkubator dengan temperatur ±370C selama 7 hari.

Gambar 20. Rendaman Sampel dalam Inkubator

5. Setelah 7 hari, sampel dikeluarkan lalu dibersihkan dan dikeringkan dengan menggunakan tissue.

6. Setelah 1 menit sejak dikeluarkan dari aquadest, sampel dilakukan penimbangan dan berat rata – ratanya ditandai sebagai m2.

7. Hitunglah volume (V) sampel dalam ukuran mm3dengan rumus 1/4πd2t

8. Setelah menimbang, sampel disimpan kembali dalam desikator yang mengandung silika gel dan dimasukkan ke inkubator pada temperatur ± 370C selama 22 jam

9. Setelah 22 jam, sampel dikeluarkan dan disimpan ke dalam desikator lain yang mengandung silika gel dan dimasukkan ke inkubator pada temperatur ± 230C selama 2 jam.

10. Setelah 2 jam, sampel dikeluarkan dari desikator dan ditimbang untuk mendapatkan m3. Hal ini dilakukan secara ulang selama 3 kali dalam 3 hari, m3 yang digunakan adalah m3 pada hari ketiga, untuk mendapatkan m3 yang konstan.

(12)

Data dihitung nilai penyerapan airnya, Wsp, dalam satuan microgram per

milimeter kubik dengan menggunakan rumus Oysaed dan Ruyter :

Keterangan :

M2 = Berat sampel setelah direndam dalam aquadest selama 7 hari (satuan mikrogram)

M3 = Berat sampel setelah dimasukkan ke dalam desikator kedua kalinya (satuan mikrogram)

Wsp = Penyerapan air (µg/mm3) V = Volume Sampel (mm3) V= πr2t

3.10Pengolahan Data dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer.Data yang telah ada disajikan dalam bentuk tabel kemudian dilakukan analisis statistik untuk melihat perbedaan penyerapan air pada hibrid ionomer dengan penyinaran 20, 40, 60 detik, dilakukan uji data secara ANOVA satu arah dengan Post Hoc LSD.

(13)

HASIL PENELITIAN

4.1Hasil Penelitian

Pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah 6 buah untuk masing – masing perlakuan, yaitu kelompok 20 detik, 30 detik, 40 detik, dan 50 detik. Masing – masing hasil penimbangan sampel dapat dilihat pada tabel 1, tabel 2, tabel 3, dan tabel 4.

Tabel 1. Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 20 detik.

Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 20 detik

No M1 M2 M3 Volume

Sampel ( µg ) ( µg ) ( µg ) ( mm3 )

1 47200 48800 48700 29.097

2 48000 49200 48800 28.083

3 48300 49800 48300 29.708

4 49100 49800 49000 29.097

5 47800 49300 47200 28.083

6 46600 49800 48000 28.992

Rata - rata 47833 49450 48333 28.843

(14)

Tabel 2. Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 30 detik.

Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 30 detik

No M1 M2 M3 Volume

Rata - rata 47133 50700 48716 28.778

SD 587.839 1758.787 429.723 0.557231774

Tabel 3. Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 40 detik.

Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 40 detik

No M1 M2 M3 Volume

Rata - rata 47716 51250 48333 28.805

(15)

Tabel 4. Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 50 detik.

Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 50 detik

No M1 M2 M3 Volume

Rata - rata 47250 54833 48383 28.935

SD 1272.464 1771.690 1161.058 0.347388831

Hasil penimbangan sampel pada tabel 1, tabel 2, tabel 3, dan tabel 4 menunjukkan perbedaan berat hibrid ionomer pada kelompok lama penyinaran 20 detik, 30 detik, 40 detik, dan 50 detik.

(16)

Pen

20 detik 30 detik 40 detik 50 detik

Tabel 5. Rerata dan Standar Deviasi Penyerapan Air pada Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran yang Berbeda

NO NILAI PENYERAPAN AIR ( µg/mm3 )

SAMPEL 20 detik 30 detik 40 detik 50 detik

1 3.437 24.737 58.423 212.127

Rata - rata 38.755 68.244 101.155 223.052

SD 28.124 69.982 64.226 60.590

PENYERAPAN AIR

Waktu Penyinaran

(17)

4.2 Analisis Hasil Penelitian

Setelah data didapatkan maka dilakukan uji normalitas data menggunakan Shapiro Wilk. Dari analisa data, terlihat bahwa data terdistribusi normal. ( p > 0,05 ). Data hasil penelitian dianalisis secara statistik menggunakan uji ANOVA satu arah dengan tingkat kemaknaan ( p < 0,05 ). Hasil uji statistik ini dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil Uji Statistik ANOVA satu arah ( p < 0,05 ) Penyerapan Air pada Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 20 detik, 30 detik, 40 detik, dan 50 detik.

ANOVA

WSP

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 117954.905 3 39318.302 11.663 .000

Within Groups 67422.675 20 3371.134

Total 185377.581 23

Pada tabel 6 terlihat bahwa hasil uji statistik ANOVA satu arah penyerapan air antara kelompok 20, 30, 40, dan 50 detik memiliki nilai signifikasi p = 0,000 sehingga hipotesa penelitian ini ditolak maka terdapat perbedaan yang signifikan ( p < 0,05 ) pada penyerapan air dengan lama penyinaran yang berbeda yaitu 20, 30, 40 dan 50 detik.

(18)

Tabel 7. Uji Post Hoc LSD( p < 0,05 ) Penyerapan Air pada Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 20, 30, 40, dan 50 detik.

Multiple Comparisons

20 detik 30 detik -29.4893333 3.3521803E1 .389 -99.414588 40.435922

40 detik -62.4005000 3.3521803E1 .077 -132.325755 7.524755

50 detik -1.8429750E2* 3.3521803E1 .000 -254.222755 -114.372245

30 detik 20 detik 29.4893333 3.3521803E1 .389 -40.435922 99.414588

40 detik -32.9111667 3.3521803E1 .338 -102.836422 37.014088

50 detik -1.5480817E2* 3.3521803E1 .000 -224.733422 -84.882912

40 detik 20 detik 62.4005000 3.3521803E1 .077 -7.524755 132.325755

30 detik 32.9111667 3.3521803E1 .338 -37.014088 102.836422

50 detik -1.2189700E2* 3.3521803E1 .002 -191.822255 -51.971745

50 detik 20 detik 184.2975000* 3.3521803E1 .000 114.372245 254.222755

30 detik 154.8081667* 3.3521803E1 .000 84.882912 224.733422

40 detik 121.8970000* 3.3521803E1 .002 51.971745 191.822255

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Tabel 7 menunjukkan hasil uji Post Hoc rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 20 detik dan 30 detik adalah 29,489 dengan nilai signifikan 0,389 ( p>0,05 menunjukkan normal), rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 20 detik dan 30 detik adalah 62,400 dengan nilai signifikan 0,077 ( p>0,05 menunjukkan normal), sedangkan rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 20 detik dan 50 detik adalah 184,297 dengan nilai signifikan 0,000 ( p<0,05 menunjukkan perubahan yang signifikan ).

(19)

p>0,05 menunjukkan normal), rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 30 detik dan 40 detik adalah 32,911 dengan nilai signifikan 0,338 ( p>0,05 menunjukkan normal), sedangkan rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 30 detik dan 50 detik adalah 154,808 dengan nilai signifikan 0,000 ( p<0,05 menunjukkan perubahan yang signifikan ).

Rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 40 detik dan 20 detik adalah 62,400 dengan nilai signifikan 0,077 ( p>0,05 menunjukkan normal), rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 40 detik dan 30 detik adalah 32,911 dengan nilai signifikan 0,338 ( p>0,05 menunjukkan normal), sedangkan rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 40 detik dan 50 detik adalah 121,897 dengan nilai signifikan 0,002 ( p<0,05 menunjukkan perubahan yang signifikan ).

Rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 50 detik dan 20 detik adalah 184,297 dengan nilai signifikan 0,000 ( p<0,05 menunjukkan perubahan yang signifikan ), rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 50 detik dan 30 detik adalah 154,808 dengan nilai signifikan 0,000 ( p<0,05 menunjukkan perubahan yang signifikan ), dan rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 50 detik dan 40 detik adalah 121,897 dengan nilai signifikan 0,002 ( p<0,05 menunjukkan perubahan yang signifikan ).

(20)

BAB V PEMBAHASAN

Penyerapan air merupakan salah satu sifat fisis dari hibrid ionomer. Pada dasarnya semua material sifatnya menyerap air, namun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Daniela, dkk hibrid ionomer menyerap air lebih banyak dibandingkan dengan material berbasis resin lainnya, salah satunya adalah resin komposit. Hal ini disebabkan karena hibrid ionomer mengandung HEMA yang bersifat hidrofilik, sehingga bahan yang mengandung HEMA akan menyerap air lebih banyak.6, 10

Dari hasil penelitian yang dilakukan ini diperoleh nilai rata – rata penyerapan air pada hibrid ionomer dengan lama penyinaran 20 detik yaitu 38,755 µg/mm3 ± 28,124, nilai rata – rata penyerapan air pada hibrid ionomer dengan lama penyinaran 30 detik yaitu 68,244 µg/mm3± 69,982, nilai rata – rata penyerapan air pada hibrid ionomer dengan lama penyinaran 40 detik yaitu 101,155 µg/mm3 ± 64,226, sedangkan nilai rata – rata penyerapan air pada hibrid ionomer dengan lama penyinaran 50 detik yaitu 223,052 µg/mm3 ± 60,590. ( Tabel 5 ). Pada penelitian ini penyerapan air terbesar terjadi pada hibrid ionomer dengan lama penyinaran 50 detik, sedangkan penyerapan air terkecil terjadi pada hibrid ionomer dengan lama penyinaran 20 detik.

Pada uji normalitas Shapiro-Wilk, diperoleh nilai data terdistribusi normal pada penyerapan air dengan lama penyinaran 20 detik, 30 detik, 40 detik, dan 50 detik ( p>0,005 ). Pada uji data secara ANOVA satu arah, diperoleh signifikasi 0,000 ( p<0,005 ) yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada penyerapan air dengan lama penyinaran 20, 30, 40, dan 50 detik.

(21)

mengandung komposisi HEMA terbanyak yaitu 35-40% yang tergabung dalam asam polialkenoat yang berpengaruh terhadap penyerapan air, sedangkan pada Vitremer selain dua komponen tersebut juga terdapat perlekatan rantai metakrilat terpolimerisasi pada molekul poliaklenoatnya sehingga mengakibatkan penyerapan air lebih rendah dibandingkan Fuji II LC.8

Peneliti terdahulu Daniela, dkk (2006) membandingkan alat penyinaran antara LED dan Halogen terhadap penyerapan air pada semen ionomer kaca modifikasi resin ternyata ditemukan bahwa penyerapan air yang tinggi pada semen ionomer kaca modifikasi resin yang disinar dengan LED, hal ini terjadi karena adanya hubungan antara penyerapan air dengan densitas bahan tersebut. Bahan yang disinar dengan LED memiliki densitas yang lebih rendah daripada bahan yang disinar dengan halogen, sehingga berdampak terhadap penyerapan air yang lebih besar pada bahan yang disinar LED.6

Beberapa faktor yang mempengaruhi proses polimerisasi yaitu ketebalan bahan, intensitas cahaya, panjang gelombang, lama penyinaran dan jarak penyinaran.9Polimerisasi yang adekuat adalah faktor yang paling penting dalam mencapai sifat mekanik dan fisis yang optimal dalam bahan-bahan yang berbasis resin.14Polimerisasi yang tidak adekuat bisa menyebabkan terjadinya diskolorasi, iritasi pulpa dan kegagalan restorasi.9 Polimerisasi bahan hibrid ionomer mempunyai dua reaksi yaitu reaksi asam basa dan reaksi radikal bebas. Reaksi radikal bebas adalah polimerisasi HEMA dan crosslink agent yang diawali dengan reaksi oksidasi dan reduksi. Reaksi ini akan membentuk satu campuran keras yang terjadi akibat terbentuknya ikatan hydrogen antara polimer HEMA dan asam polikarboksilat.

1-5

Apabila fotoinisiator tidak menyerap fotons dengan panjang gelombang yang tepat maka proses polimerisasi tidak akan sempurna.14

(22)

Penelitian Audrey dan Denis menggunakan suhu perendaman yang berbeda yaitu 220C dan 120C sedangkan pada penelitian ini dilakukan perendaman pada suhu 370C. Perbedaan suhu perendaman menunjukkan perbedaan penyerapan air yang signifikan.16 Ada kemungkinan yang menyebabkan hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan ini mungkin berhubungan dengan suhu yang digunakan.

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hadi, dkk (2010) yang mana pada penelitiannya mengenai Penyerapan air pada formula baru resin modifikasi glass ionomer kacadengan semen ionomer kaca konvensional yang dilakukan selama 10 hari perendaman, diperoleh hasil resin mofifikasi glass ionomer kaca atau hibrid ionomer memiliki penyerapan air yang lebih besar dibandingkan dengan semen ionomer kaca. Hal ini membuktikan bahwa bahan yang disinari resin lebih menyerap air dibandingkan dengan bahan yang tidak, dengan didukung oleh HEMA yang mengandung gugus hidroksil polar yang sensitif terhadap penyerapan air. Hibrid ionomer yang diteliti disinari light curing unit halogen selama 60 detik.7

(23)

Penyerapan air pada suatu bahan menunjukkan jumlah air yang diserap pada permukaan dan penyerapan ke dalam bahan tersebut. Penyerapan air yang tinggi dapat mempengaruhi perubahan dimensi suatu bahan.7 Semen ionomer kaca modifikasi resin memiliki reaksi pengerasan ganda yaitu reaksi asam basa seperti pada semen ionomer kaca dan reaksi polimerisasi seperti resin komposit. HEMA memperlambat reaksi asam-basa sehingga semen ionomer kaca modifikasi resin memiliki waktu kerja yang panjang, namun jika diinisiasi oleh cahaya maka reaksi polimerisasi akan cepat. Akan tetapi HEMA bersifat hidrofilik sehingga mengakibatkan penyerapan air dari waktu ke waktu dan mengakibatkan ekspansi dan mudah aus.17

(24)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Terdapat perbedaan signifikanpenyerapan air hibrid ionomer dengan lama penyinaran yang berbeda yaitu 20, 30, 40, dan 50 detik. Nilai penyerapan pada setiap 20, 30, 40 dan 50 detik mengalami peningkatan. Pada uji Post Hoc LSD diperoleh penyerapan air antara lama penyinaran 20 detik dengan 30 detik atau antara 30 detik dengan 20 detik meningkat, namun masih tergolong normal (tidak ada perubahan berarti). Penyerapan air antara lama penyinaran 20 detik dengan 40 detik atau 40 detik dengan 20 detik juga meningkat, namun masih tergolong normal (tidak ada perubahan berarti). Penyerapan air antara lama penyinaran 20 detik dengan 50 detik atau 50 detik dengan 20 detik mengalami perubahan yang signifikan. Penyerapan air antara lama penyinaran 30 detik dengan 40 detik atau 40 detik dengan 30 detik meningkat, namun masih tergolong normal (tidak ada perubahan berarti). Penyerapan air antara lama penyinaran 30 detik dengan 50 detik atau 50 detik dengan 30 detik mengalami perubahan yang signifikan. Penyerapan air antara lama penyinaran 40 detik dengan 50 detik atau 50 detik dengan 40 detik mengalami perubahan yang signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan yang signifikan pada penyerapan air hibrid ionomer terjadi pada lama penyinaran 50 detik.

6.2 Saran

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut.

2. Diharapkan adanya penelitian lanjutan yang lebih mendalam untuk mengetahui lebih pasti tentang faktor-faktor yang bisa mempengaruhi penyerapanair pada hibrid ionomer.

(25)

Gambar

Gambar 2. Bentuk dan Ukuran Sampel
Gambar 4. Light Curing Unit Halogen Litex 680A
Gambar 9. Tempat merendam sampel
Gambar 11.Stopwatch
+7

Referensi

Dokumen terkait

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga.. Tesis Partisipasi Politik

Status jurnal tersebut termasuk kategori *: A: Jurnal Internasional terindeks Scopus B: Jurnal Internasional tidak terindeks Scopus C: Jurnal Nasional terakreditasi.. D:

(iv) Jika dua buah segitiga memiliki sisi sisi yang bersesuaian sama panjang, maka kedua seitiga itu kongruen.. Dari pernyataan di atas yang benar

Berdasarkan pengujian sistem telah dilakukan pada beberapa smartphone berbasis android dapat dikatakan bahwa game Mathematic Maze dapat berjalan dengan baik pada perangkat

masih menggunakan sistem manual, hal ini dapat dilihat dari pemenuhan kebutuhan laporan dan pengolahan nilai siswa. Dengan adanya sistem informasi baru yang ditawarkan diharapkan

Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu upah minimum kabupaten, rasio pengangguran, rasio angkatan kerja, persentase penduduk miskin, rasio dokter, produk

Faktor Lain Yang Mempengaruhi Rendahnya Hasil Belajar Matematika Yaitu Penyampaian Dari Guru Yang Monoton Artinya Belum Menggunakan Metode Yang Kurang Tepat Atau Tidak Sesuai

Analisis Pembangkit Listrik Tenaga Mikrhidro (PLTMH) pada Daerah Aliran Sungai Ongkak Mongondow di Desa Muntoi Kabupaten Bolaang Mongondow.. 2011, Evaluasi