• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab III Keuangan Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bab III Keuangan Daerah"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2016

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH

DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

(2)

BAB III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH

DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

3.1Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah 3.1.1 Kontribusi PDRB Kalimantan Selatan

PDRB perkapita Kalimantan Selatan pada tahun 2013 sebesar Rp 9.391.857 meningkat menjadi Rp 9.674.493 atau tumbuh sebesar 3,01% pada tahun 2014. Peningkatan PDRB perkapita pada tahun 2014 ini memperlihatkan bahwa target PDRB perkapita Kalimantan Selatan tahun 2015 telah tercapai yaitu antara Rp 9,2-10,6 juta. Hal ini disebabkan karena laju pertumbuhan penduduk yang mengalami penurunan sehingga mempengaruhi pencapaian target PDRB per kapita Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2014.

Kondisi perekonomian Kalimantan Selatan pada tahun 2013 lebih baik dibandingkan dengan tahun 2012. Secara nominal, nilai PDRB Kalimantan Selatan atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 adalah sebesar Rp. 75,893 triliun (dengan migas) atau Rp. 75,217 triliun (tanpa migas). Di Tahun 2013 terjadi peningkatan PDRB dengan nilai sebesar Rp. 83,361 triliun (dengan migas) atau Rp. 79,196 triliun (tanpa migas). Nilai PDRB masing-masing sektor dapat dilihat pada tabel III.1.

Tabel III. 1 PDRB Kalimantan Selatan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009 s/d 2013 (Juta Rupiah)

Sektor 2010 2011 2012 2013 Pertumbuhan Rata-Rata

Pengolahan 5.611.080,15 6.270.582,19 6.865.260,06 7.442.622,34 9,88 Listrik, Gas dan

Air Bersih 346.672,96 390.928,55 435.473,90 479.280,05 11,41 Bangunan 3.569.931,02 3.994.602,18 4.553.773,1

5 5.139.858,63 12,92 Perdagangan,

5 7.455.167,38 11,91 Keuangan,

Persewaan dan

Jasa 3.023.569,36 3.438.297,87

3.923.864,4

0 4.562.055,30 14,70 Jasa-‐jasa 6.399.046,02 7.295.337,40 8.440.149,6

(3)

PDRB tanpa Migas

59.141.865, 25

67.481.896, 93

75.217.459 ,21

79.196.462

,80 10,28

Sumber : BPS Prov. Kalsel, 2014

Selama tahun 2013, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan rata-rata tertinggi dari tahun 2010 hingga tahun 2013 terjadi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 16,39 persen, diikuti oleh jasa-jasa sebesar 15,89 persen, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 14,70 persen, sektor bangunan sebesar 12,92 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi 11,91 persen, sektor listrik dan air bersih 11,41 persen, sektor industri pengolahan 9,88 persen, sektor pertambangan dan penggalian 9,72 persen dan terkecil adalah sektor pertanian sebesar 7,86 persen.

Tingginya pertumbuhan sektor bangunan terutama didorong oleh makin maraknya pembangunan perumahan di Kalimantan Selatan, terutama perumahan yang makin berkembang di luar Kota Banjarmasin yaitu di pinggiran Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut, dan Kabupaten Tanah Bumbu. Selain itu pembangunan yang dilakukan oleh swasta juga cukup berkembang baik berupa bangunan maupun infrastruktur usaha. Sementara itu dari pos anggaran pemerintah juga terdapat peningkatan pembangunan baik gedung, jalan, dan bangunan lainnya. Kinerja sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan yang salah satunya tercermin pada kinerja perbankan memperlihatkan kecenderungan terus membaik. Dari laporan Bank Indonesia, kredit yang disalurkan oleh perbankan yang ada di Kalimantan Selatan mengalami peningkatan demikian pula dengan jumlah simpanan masyarakat pada perbankan, selain itu lembaga pembiayaan mengalami pertumbuhan kinerja yang sangat signifikan karena besarnya permintaan kredit barang.

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang tumbuh 16,39 persen yang tumbuh dari tahun 2010 sampai tahun 2013 memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan untuk sektor yang lainnya disumbang oleh sektor jasa-jasa sebesar 15,89 persen, dan sektor

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 14,70 persen.

Tabel III. 2 Distribusi PDRB Kalimantan Selatan Atas Atas Harga Berlaku Tahun 2010 - 2013

Sektor 2010 2011 2012 2013 1. Pertanian 21,33 20.09 19.23 18,79 2. Pertambangan &

(4)

5. Bangunan 6,10 5.86 6.00 6,17 6. Perdag., Hotel & Restoran 15,30 15.32 16.33 16,93 7. Angkutan & Komunikasi 9,09 8.79 8.82 8,94 8. Keuangan & Jasa

Perusahaan

5,16 5.04 5.17 5,47

9. Jasa-jasa 10,93 10.70 11.12 11,99

Sumber : BPS Prov. Kalsel, 2014

Distribusi PDRB menurut sektor ekonomi atau lapangan usaha atas dasar harga berlaku Kalimantan Selatan tahun 2013 menunjukkan perubahan masih dalam kisaran yang kecil dibandingkan struktur ekonomi tahun 2012. Tiga sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai peranan sebesar 57,97persen pada tahun 2013. Sektor pertanian memberi kontribusi sebesar 18,79 persen, sektor pertambangan dan sektor perdagangan masing-masing mempunyai peranan sebesar 22,25 persen dan 16,93 persen. Dibandingkan dengan struktur ekonomi tahun 2012, pada tahun 2013 terjadi penurunan peranan pada sektor pertanian dan sektor pertambangan.

Dilihat dari pola distribusi PDRB penggunaan, komponen ekspor masih merupakan penyumbang terbesar dalam PDRB penggunaan Kalimantan Selatan dengan jumlah 58,76 persen. Diikuti sumbangan terbesar selanjutnya terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan adalah komponen impor dan konsumsi rumahtangga dan lembaga non profit yang masing-masing berandil sebesar 50,33 persen dan 49,53 persen.

Tabel III. 3 Struktur PDRB Menurut Penggunaan (Persentase)

KOMPONEN PENGGUNAAN 2011 2012 2013 1. Konsumsi rumahtangga dan lembaga

non profit

PDRB 100,00 100,00 100,0 0

Sumber : BPS Prov. Kalsel, 2014

3.1.2 Rencana Target Ekonomi Makro pada Tahun 2016

(5)

Hal ini didukung oleh sektor-sektor di bidang perekonomian seperti pertanian dalam arti luas yang sampai saat ini masih berperan cukup penting dalam perekonomian Kalimantan Selatan dan merupakan satu dari empat sektor utama yang mempunyai kontribusi dominan terhadap struktur perekonomian Kalimantan Selatan selain sektor pertambangan, industri pengolahan, perdagangan, restauran dan hotel.

Indikator kinerja makro adalah merupakan tolak ukur kemajuan yang akan dicapai oleh perangkat pemerintah daerah dan seluruh masyarakat pemangku kepentingan (stakeholders) dalam mewujudkan visi dan misi dalam RPJPD melalui berbagai program dan kegiatan pembangunan selama 5 (lima) tahun yakni dari tahun 2016-2020. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel III. 4 Sasaran Makro Pembangunan Tahun 2016

N

O INDIKATOR

KONDISI SAAT INI

RATA-RATA NASIONAL

SASARAN 2016 1 Pertumbuhan Ekonomi (%) 4, 85 5,78 (2013) 5,0-5,5 2 Laju Inflasi (%) 7,28 8,38 (2013) 5,0-5,5 3 Tingkat Pengangguran Terbuka

(%)

3,80 6,25 (2013) 3,50

4 Tingkat Kemiskinan (%) 4,68 11,37 (Agt 2013)

4,60

5 Indek Pembangunan Manusia

(IPM) 71,74 73,29 (Mar2013) 72,50

Sumber : Bappeda Prov. Kalsel, 2015

3.2Kebijakan Keuangan Daerah 3.2.1 Kebijakan Pendapatan Daerah

3.2.1.1 Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2016

Dalam rangka menunjang kesinambungan pembiayaan untuk kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan berupaya untuk terus mengoptimalkan pengelolaan dan penggalian sumber-sumber pendapatan daerah yang menjadi kewenangan Provinsi Kalimantan Selatan pada Tahun 2016 sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Asumsi kebijakan perencanaan pendapatan daerah pada APBD Tahun Anggaran 2016 sebagai berikut:

1. Optimalisasi pengelolaan sumber-sumber/potensi pendapatan daerah.

(6)

dengan kewenangan masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit penghasil.

b. Pelaksanaan pemungutan Pajak Rokok yang merupakan komponen Pajak Daerah baru sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

c. Pelaksanaan Pajak Progresif sebagaimana diamanat dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Provinsi Kalimantan Selatan

2. Itensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan diluar pajak daerah.

a. Optimalisasi pelaksanaan penerimaan sumbangan pihak ketiga SP.III kepada Pemerintah Daerah yang terdiri dari Dealer, Jasa Raharja, Kelapa Sawit, karet dan Jasa Alur Barito.

b. Mengoptimalkan perhitungan target penerimaan pada masing-masing SKPD/Unit Kerja Penghasil berdasarkan dengan potensi yang dikelola.

3. Peningkatan pelayanan kepada masyrakat dengan penyederhanaan sistem dan prosedur pelayanan.

a. Penyempurnaan dan pengembangan semua roduk-produk layanan Samsat pada semua Kantor Bersama Samsat se Kalsel.

b. Revitalisasi Kantor Bersama Samsat banjarmasin berdasarkan 2 wilayah pelayanan

c. Melaksanakan evaluasi atas kegiatan pelayanan pada 4 kantor Bersama Samsat yang telah mendapat sertifikasi ISO 9001:2008 (Kantor Bersama Samsat Banjarmasin, banjarbaru, martapura, dan Pelaihari)

4. Peningkatan kualitas pegelolaan manajemen Pendapatan Daerah a. Percepatan penyampaian dan ketepatan penyajian laporan

realisasi Pendapatan Daerah.

b. Pengukuran kinerja capaian pendapatan berdasarkan Anggaran Kas Pendapatan.

(7)

Dengan kenaikan 0,53% dimaksud, PAD memberikan kontribusi sebesar 63.93%, Dana Perimbangan 26.36 % dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar 9.71 % terhadap total rencana target pendapatan daerah tahun anggaran 2016.

Pada kenyataannya PAD masih dominan dalam memberikan kontribusi terhadap total pendapatan daerah pada tahun anggaran 2016, hal ini menunjukan bahwa usaha-usaha peningkatan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Kalimantan Selatan perlu terus dilakukan secara berkesinambungan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi.

Kondisi perekonomian Indonesia walaupun pada saat ini secara umum masih relatif dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang terjadi pada tahun 2015, hal ini tentunya juga berdampak pada perekonomian ditingkat regional, tetapi tetap optimis kedepannya, maka diprediksikan pendapatan daerah TA 2016 menunjukan indikasi peningkatan. Dimana prediksi penerimaan pendapatan daerah dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Bagian Pendapatan Asli Daerah, meliputi : A. Pos Pajak Daerah

Untuk pos target penerimaan Pajak Daerah yang terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak Rokok diprediksi akan mengalami penurunan sebesar 8,47 % dibandingkan dengan target murni pada tahun anggaran 2015. Adapun kontribusi terbesar terhadap peningkatan target pendapatan pos Pajak Daerah tahun anggaran 2015 ini disumbangkan oleh Pajak Rokok.

B. Pos Retribusi Daerah

(8)

C. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan (Bagian laba atas Penyertaan modal BUMD)

Untuk pos penerimaan dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisah pada tahun anggaran 2016 ini mengalami kenaikan sebesar 24,59% dibandingkan dengan target murni pada tahun anggaran 2015.

D. Lain lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

Pada pos Penerimaan Lain Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah, yang terdiri dari :

1) Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak Dipisahkan 2) Jasa Giro

3) Pendapatan Bunga.

4) Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan

5) Pendapatan BLUD (BLUD RSUD Ulin, BLUD RS. Ansyari Saleh dan BLUD RSJ Sambang Lihum)

Pada tahun anggaran 2016 diprediksi akan terjadi peningkatan penerimaan sebesar 36,60% jika dibandingkan dengan target murni tahun anggaran 2015.

Peningkatan yang terjadi pada pos penerimaan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah ini disumbang oleh adanya penerimaan dari BLUD yang naik sebesar 40,00 %.

2. Bagian Dana Perimbangan A. Bagi Hasil Pajak

Untuk pos penerimaan dari Bagi Hasil Pajak yang terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Pajak Penghasil Perorangan (PPh) mengalami penurunan sebesar 21,68%. Pada tahun anggaran 2016 ini komponen Pajak Bumi dan Bangunan yang terdiri dari PBB Sektor P2 (Perkotaan dan Pedesaan) oleh pemerintah Pusat telah diserahkan pengelolaan dan pemungutannya kepada pemerintah Kabupaten/Kota dan bukan lagi menjadi bagian dari komponen Bagi Hasil Pajak.

B. Bagi Hasil Bukan Pajak

Pos Penerimaan Bagi Hasil Bukan Pajak yang terdiri dari : 1) IHH

2) Landrent

(9)

Diprediksi akan terjadi kenaikan sebesar 38,87%. Pertimbangan lain dalam penetapan target pada pos penerimaan bagi hasil bukan pajak ini juga memperhatikan alokasi yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan pada tahun sebelum dan juga memperhitungkan estimasi sisa penerimaan tahun sebelumnya yang belum disalurkan oleh Pemerintah Pusat. Perhitungan alokasi setiap tahunnya relatif berubah-ubah sesuai dengan potensi pertambangan umum di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan.

C. Dana Alokasi Umum

Untuk pos DAU, ditargetkan untuk tahun anggaran 2016, dianggarkan berkurang dari pada anggaran 2015 menjadi sebesar Rp 571.244.699.000,00 atau turun 18,59%.

D. Dana Alokasi Khusus

Untuk pos target DAK tidak mengalami perubahan. Penetapan estimasi target pada tahun 2016 ini dipertimbangkan untuk alokasi DAK pada kegiatan bidang pekerjaan umum saja.

3. Lain – lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Pos penerimaan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, yang terdiri dari Pendapatan Hibah serta Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus pada tahun anggaran 2016 ini diprediksi meningkat sebesar 28,17%.

Sedangkan penerimaan dari Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus ditetapan naik dari target murni tahun anggaran 2015 sebesar Rp 328.593.450.000,00 menjadi Rp 424.100.000.000,00 atau naik sebesar 17,52%.

3.2.1.2 Target Pendapatan Daerah

Penerimaan dan Pendapatan Daerah beberapa tahun terakhir ini menunjukan perkembangan yang cukup signifikan. Keberhasilan ini tidak lepas dari beberapa faktor yang mendukungnya antara lain kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan kondisi perekonomian daerah yang relatif masih mampu untuk mendukung terjadi peneringkatan pendapatan daerah. Dibawah ini dapat dilihat Proyeksi target penerimaan dan pendapatan daerah pada tahun 2015, dibandingkan dengan penerimaan dan pendapatan Daerah tahun 2015 (realisasi) serta target pendapatan daerah murni tahun 2016.

(10)

N

2015 ESTIMASI TA.2016 PENURUNANKENAIKAN / % PENDAPAT

AN DAERAH

4,711,601,442,00

0.00 4,736,601,442,000.00 25,000,000,000.00 0.53 A Pendapata

Daerah 2,648,326,199,000.00 2,424,015,823,000.00 (224,310,376,000.00) (8.47) a Pajak

Kendaraan Bermotor

546,668,838,000.

00 577,887,568,000.00 31,218,730,000.00 5.71 b Pajak

0.00 1,178,725,511,000.00 (197,274,489,000.00) (14.34)

f Pajak Air

Permukaan 2,457,861,000.00 2,690,582,000.00 232,721,000.00 9.47 g Pajak Air

Bawah

Tanah -

-h Pajak Rokok 150,000,000,000.

00 171,910,534,000.00 21,910,534,000.00 14.61 II Retribusi

Jasa Umum 10,886,658,000.00 13,897,994,000.00 3,011,336,000.00 27.66 b Retribusi

Jasa Usaha 8,790,721,000.00 9,923,575,000.00 1,132,854,000.00 12.89 c Retribusi

Perizinan

Tertentu 475,000,000.00 464,000,000.00 (11,000,000.00) (2.32) III Hasil

0 49,835,115,000.00 10,559,615,000.00 26.89

(11)

N

2015 ESTIMASI TA.2016 PENURUNANKENAIKAN / % Pada

Perusahaa n Milik Daerah / BUMD

a Bank Kal Sel 35,500,000,000.0 0

2,722,500,000.00 2,144,415,000.00 (578,085,000.00) (21.234)

c Asuransi

Askrida 53,000,000.00 400,000,000.00 347,000,000.00 654.72 d Bagi Hasil

Atas

Penyertaan Modal Koperasi

600,000,000.00 600,000,000.00 -

-Bagian

400,000,000.00 1,400,000,000.00 1,000,000,000.00 250.00

a. Bank Perkreditan

Rakyat 400,000,000.00

1,400,000,000.0

0 1,000,000,000.00 250.00 IV Lain-Lain

00 400,972,522,000.00 107,429,384,000.00 36.60

a Hasil

b Jasa Giro 25,000,000,000.0

0 25,000,000,000.00 -

-ULIN 173,392,836,000.00 265,500,000,000.00 92,107,164,000.00 53.12 BLUD RSJ

(12)

N

2015 ESTIMASI TA.2016 PENURUNANKENAIKAN / % Lihum

BLUD RS Ansari Saleh

65,031,290,000.0

0 82,100,300,000.00 17,069,010,000.00 26.25 B Dana

Perimbang an

1,354,100,536,00

0.00 1,380,946,163,000.00 26,845,627,000.00 1.98 I Bagi Hasil

Bukan Pajak 493,375,000,000.00 685,173,361,000.00 191,798,361,000.00 38.87 III Dana

00 456,546,250,000.00 100,342,560,000.00 28.17

I Pendapatan

Hibah 27,610,240,000.00 32,446,250,000.00 4,836,010,000.00 17.52 II Dana

00 424,100,000,000.00 95,506,550,000.00 29.07

III Bantuan

Sumber: Biro Keuangan Prov. Kalsel 2015

3.2.1.3 Upaya-upaya Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan Dalam Mencapai Target Pendapatan Daerah.

Dalam rangka pencapaian target pendapatan daerah yang ditetapkan dalam APBD TA 2016, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan melakukan beberapa upaya antara lain sebagai berikut:

Mengoptimalkan kegiatan monitoring dan evaluasi atas capaian realisasi pendapatan daerah melalui rapat koordinasi SKPD/Unit Kerja Penghasil secara periodik setiap triwulan (3 bulan) dengan tolok ukur kinerja berdasarkan prosentase Anggaran Kas Pendapatan yang ditetapkan dengan keputusan Gubernur Kalimantan Selatan, yaitu:

(13)

b. Triwulan II 25% c. Triwulan III 25% d. Triwulan IV 30%

1. Mendorong SKPD/Unit Kerja Penghasil di lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan untuk dapat mengoptimalkan pencapaian target yang telah ditetapkan berdasarkan potensi pendapatan daerah yang dikelola sesuai dengan kewenangannya. 2. Melaksanakan kegiatan koordinasi yang optimal dengan Pemerintah

Pusat (Kementerian terkait) dalam rangka percepatan penyaluran dan perhitungan hak Daerah secara proporsional atas penerimaan Negara yang menjadi hak Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.

3.2.2 Arah Kebijakan Belanja Daerah

Sebagaimana diatur dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah diubah dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendagri No. 13 Tahun 2006, maka belanja daerah dibagi menjadi 2 kelompok belanja, yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung.

Belanja langsung adalah belanja yang secara langsung mempengaruhi / dipengaruhi oleh ada tidaknya suatu kegiatan, sedangkan kegiatan merupakan salah satu indikator dalam mengukur kinerja sebuah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Belanja Langsung, merupakan belanja yang dianggarkan terkait langsung dengan program dan kegiatan, seperti berikut.

a. Belanja Pegawai, belanja

pegawai, untuk pengeluaran honorarium PNS, honorarium non PNS.

b. Belanja Barang dan Jasa,

belanja barang dan jasa, untuk pengeluaran bahan habis pakai, bahan material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak dan penggandaan, sewa perlengkapan, sewa perlengkapan dan alat kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus, perjalanan dinas, beasiswa pendidikan PNS, kursus, pelatihan, sosialisasi dan bimbingan teknis perjalanan pindah tugas dan lain sebagainya.

c. Belanja Modal, untuk

(14)

bermotor, alat-alat bengkel, alat-alat pengolahan pertanian dan peternakan, peralatan kantor, perlengkapan kantor, komputer dan lain-lain.

Belanja langsung terbagi dalam 2 (dua) urusan, yaitu urusan wajib dan urusan pilihan. Dalam urusan wajib terbagi atas beberapa urusan, yaitu :

1) Pendidikan

2) Kesehatan

3) Pekerjaan Umum

4) Perumahan

5) Penataan Ruang

6) Perencanaan Pembangunan

7) Perhubungan

8) Lingkungan Hidup

9) Pertanahan

10) Kependudukan dan cacatan sipil

11) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan 12) Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 13) Sosial

14) Ketenagakerjaan

15) Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 16) Penanaman Modal

17) Kebudayaan

18) Pemuda dan Olah Raga

19) Kesatuan Bangsa dan Politik dalam Negeri

20) Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adminsitrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

21) Ketahanan Pangan

22) Pembendayaan Masyarakat dan Desa 23) Statistik

24) Kearsipan

25) Komunikasi dan Informatika 26) Perpustakaan

Sedangkan urusan pilih terbagi atas urusan-urusan : 1) Pertanian

2) Kehutanan

3) Energi dan Sumberdaya Mineral 4) Pariwisata

5) Kelautan dan Perikanan 6) Perdagangan

7) Industri

8) Ketransmigrasian

(15)

a. Belanja pegawai dalam bentuk gaji dan tunjangan, tambahan penghasilan pegawai, penerimaan lainnya pimpinan dan Anggota DPRD serta Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dan Biaya Pemungutan Pajak Daerah.

b. Belanja bunga digunakan untuk pembayaran bunga atas pinjaman Pemerintah Daerah kepada pihak lainnya.

c. Subsidi, digunakanuntuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.

d. Belanja hibah, yaitu pemberian hibah untuk penyelenggaraan program dan kegiatan yang bersifat cross cutting issue.

e. Bantuan Sosial, yaitu bantuan sosial organisasi kemasyarakatan antara lain bantuan keagamaan, pendidikan, kemasyarakatan, pengadaan pangan dan bantuan partai politik.

f. Belanja Bagi Hasil, meliputi belanja bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kepada Kabupaten/Kota.

g. Bantuan Keuangan yang bersifat umum maupun khusus kepada Kabupaten/Kota.

h. Belanja tak terduga, untuk kegiatan yang sifatnya tidak bisa atau diharapkan tidak terulang.

Proporsi antara anggaran belanja tidak langsung dengan belanja langsung dapat dilihat pada Tabel III.6 berikut :

Tabel III. 6 Jumlah Dana Belanja Daerah APBD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 – 2013

N

Langsung (Rp) Total(Rp)

Proporsi

2008 793,497,413,560.00 912,407,840,936.00 1,705,905,254,496.00 47 % dan 53% 4

2011 1,224,240,998,000.00 1,506,183,334,908.00 2,730,424,332,908.00 45 % dan 55% 7

(16)

3.2.3 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah

Terdapat beberapa komponen yang merupakan sumber dari penerimaan pembiayaan. Beberapa komponen dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun sebelumnya (SiLPA) 2. Pencairan dana cadangan

3. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan 4. Penerimaan pinjaman daerah

5. Penerimaan kembali pemberian pinjaman 6. Penerimaan piutang daerah

7. Penerimaan kembali dana talangan 8. Penerimaan kembali penyertaan modal

Pengeluaran pembiayaan dilalokasikan guna menganggarkan pengeluaran daerah yang tidak bersifat belanja, seperti pembayaran utang pokok, pembentukan dana cadangan, dll. Pengeluaran pembiayaan terdiri dari :

1. Pembentukan dana cadangan

2. Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah 3. Pembayaran utang pokok

4. Pemberian pinjaman daerah 5. Dana talangan

Arah kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah tahun anggaran 2016 masih diarahkan untuk menunjang dan memfasilitasi kegiatan yang berhubungan dengan upaya penguatan modal terhadap perusahaan daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Bank Kalimantan Selatan sebagai salah satu aset daerah Kalimantan Selatan saat ini memerlukan dukungan modal tambahan, Sedangkan penyertaan modal terhadap perusahaan daerah Kabupaten/Kota lebih ditujukan untuk memperkuat permodalan dan kinerja perusahaan daerah yang bergerak pada sektor pelayanan kebutuhan dasar masyarakat (air bersih).

(17)

optimal kepada para nasabah dan pada saat yang sama memperkuat permodalannya sehingga bank menjadi lebih sehat dan lebih mampu meningkatkan pembiayaannya untuk pengembangan usaha masyarakat.

Tabel III. 7 Jumlah Dana Belanja Daerah APBDProvinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 – 2013

No Tahun Penerimaan(Rp) Pengeluaran (Rp) Total (Rp)

1

2006 195,626,451,216.00 85,510,458,821.00 110,115,992,395.00 2

2007

201,652,308,548 .59

58,970,000,000.00 142,682,308,548.5 9

3

2008

258,294,254,496 .00

70,809,000,000.00 187,485,254,496.0 0

4

2009 550,122,391,346.00 124,550,000,000.00 425,572,391,346.00 5

2010 474,844,776,135.00 96,020,000,000.00 378,824,776,135.00 6

2011 296,421,585,337.00 97,600,000,000.00 198,821,585,337.00 7 2012

8 2013

Sumber: Biro Keuangan Setda Prov. Kalsel

Kebijakan pembiayaan yang berkaitan dengan pengeluaran anggaran Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan baik untuk jenis belanja tidak langsung maupun belanja langsung selama tahun 2014 diarahkan untuk hal berikut.

1. Melakukan efesiensi anggaran terhadap jenis belanja/pengeluaran yang terkesan boros, seperti belanja honor, perjalanan dinas, dan belanja barang dan jasa, dan dianggarkan secara selektif.

2. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi anggaran khususnya yang berkaitan dengan bantuan keuangan, bantuan social dan belanja hibah menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

3. Bantuan keuangan untuk kabupaten/kota diberikan secara adil dan proporsional dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah.

(18)

5. Meningkatkan sinergi anggaran pembangunan melalui dana sharing antara APBN dan APBD Provinsi, dan antara APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota.

6. Mengembangkan pola pelaksanaan anggaran kegiatan pembangunan yang lebih efektif dan efisien, seperti multiyears kontrak yang berbasis kinerja dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam peraturan peundangan yang berlaku.

Gambar

Tabel III. 1 PDRB Kalimantan Selatan Atas Dasar Harga  KonstanTahun 2009 s/d 2013 (Juta Rupiah)
Tabel III. 3 Struktur PDRB Menurut Penggunaan (Persentase)
Tabel III. 6 Jumlah Dana Belanja Daerah APBD Provinsi KalimantanSelatan Tahun 2006 – 2013
Tabel III. 7 Jumlah Dana Belanja Daerah APBDProvinsi KalimantanSelatan Tahun 2006 – 2013

Referensi

Dokumen terkait

Dari semua sikap penerimaan atau respon lingkungan hidup subyek baik lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah memberikan pelabelan kepada subyek

fanatik maupun yang biasa saja karena identitas dan ciri khas Partai Golkar yang selalu Warga masyarakat Kecamatan Tomohon Utara mayoritas beragama Islam, agama Islam,

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW atas

[r]

Scorecard merupakan sebuah sistem manajemen untuk mengimplementasikan strategi,mengukur kinerja yang tidak hanya dari sisi finansial semata melainkan juga melibatkan sisi

bahwa sehubungan dengan adanya perubahan Susunan Organisasi Dewan dan perubahan nomenklatur berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 14 Tahun 2014 tentang

Sifat dari beberapa larutan anastesi lokal yang sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi masa kini adalah sebagai berikut: agen dengan ikatan amida

Berbeda dengan SAK umum, laporan laba rugi pada BUMDes Syariah tidak disertai dengan kata komprehensif. Ini mengacu pada SAK ETAP yang tidak menambah komponen pendapatan