TUGAS RESUME
MANAJEMEN RISIKO : BASEL II
Disusun Oleh :
Flodi Medial 12010115420105
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS DIPONEGORO
BASEL II
I. Pengertian
Basel II merupakan pendekatan terintegrasi yang mencoba menghitung kecukupan modal minimum bank dengan mengintegrasikan tiga kategori risiko yaitu risiko pasar, risiko kredit dan dengan menambahkan risiko ketiga yaitu risiko operasional. Basel Accord II ini bermaksud memberikan pendekatan yang lebih komprehensif dan lebih sensitif terhadap risiko dibandingkan dengan Basel Accord I :
a. Mendorong industri perbankan untuk terus meningkatkan kemampuan manajemen risiko
b. Memperkenalkan teknik penilaian risiko secara lebih komprehensif
c. Mendorong market discipline melalui penyempurnaan aspek transparansi informasi keuangan
d. Konvergensi antara regulatory dan economic capital e. Meningkatkan kualitas pengawasan
f. Memperluas kesetaraan dalam persaingan antar bank dengan menciptakan level playing field sesuai standar perbankan internasional
g. Adanya kelemahan dalam framework Basel I terdahulu, yaitu : pendekatan “one-size-fits-all” sudah tidak relevan, belum mencakup seluruh risiko yang dihadapi bank (mis. risiko operasional, reputasi, strategik, likuiditas, dll., belum mengakui keberadaan agunan (collateral), dan bentuk mitigasi risiko lainnya yang dapat menciptakan insentif bagi perbaikan pengelolaan risiko
Untuk perhitungan beban modal didasarkan pada indikator rata-rata Gross Income selama 3 tahun terakhir dikalikan dengan ( ? )
KBIA = [ S ( GI1…n x ? ) ] / n
Keterangan :
KBIA = Beban Modal (Capital Charge)
GI = Gross Income tahunan selama 3 tahun terakhir (hanya yang bernilai positif)
n = Jumlah tahun dimana Gross Income bernilai positif
? = 15%, sesuai rekomendasi Basel
II. Pilar Basel
Berdasar gambar di atas, maka dapat dijelaskansecara ringkas sebagai berikut :
a. Pilar Pertama
Pilar pertama menetapkan besarnya modal minimum bank dan masih menggunakan dan mempertahankan definisi modal minimum yang ada yaitu 8% modal terhadap aktiva tertimbang berdasarkan risiko(risk wighted asset). Tujuan dari komite Basel masih sama dengan paper bulan juni 1999 yaitu tidak menaikkan atau menurunkan agregayt modal regulator termasuk didalamnya risiko operasional khususnya bagi bank yang beroperasi internasional yang menggunakan metode standar.
Berkaitan dengan pendekatan Internal Rating Based (IRB), tujuan komite Basel memastikan bahwa modal minimum menurut regulator terpenuhi dan memberikan insentif bagi bank-bank yang migrasi dari pendekatan model standar ke pendekatan Internal Rating Based. Modal minimum diukur sebagai berikut :
Modal Total (tidak berubah)/ Risiko Pasar + Kredit + Operasional = Rasio Modal (minimum 8%)
b. Pilar Kedua
Memfokuskan proses pengawasan yang harus diterapkan pada tingkat nasional. Proses review ini meminta pengawas memastikan bahwa stiap bank memiliki proses internal yang baik untuk menilai kecukupan modalnya berdasarkan evaluasi yang mendalam terhadap risiko yang dihadapi. Bank harus memiliki penilaian kecukupan modal secara keseluruhan pada :
a. Pengawasan oleh dewan komisaris dan dewan direksi b. Penilaian modal yang baik atau sehat
c. Penialaian yang komprehensif terhadap risiko d. Monitoring dan pelaporan
e. Review terhadap sistem pengendalian internal
seberapa baik bank menilai kecukupan modalnya relatif terhadap risiko bank. Proses internal menjadi subjek review pengawasan dan dilakukan intervensi bilamana diperlukan
c. Pilar Ketiga
Pilar ketiga dimaksudkan untuk mendorong disiplin pasar melalui peningkatan pengungkapan (disclosure) laporan oleh bank. Pengungkapan yang efektif sangat penting untuk memastikan bahwa pelaku pasar dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap profil risiko bank dan kecukupan modal bank. Basel Accord II memberikan persyaratan disclosure dan memberikan rekomendasi antara lain cara bank menghitung kecukupan modal dan penilaian risiko. Disclosure inti yang direkomendasikan untuk semua bank sebagai berikut:
a. Bank harus memiliki kebijakan formal tentang disclosure yang disetujui oleh dewan direksi dan komisaris yang berisi tujuan bank dan strategi pengungkapan informasi publik tentang kondisi dan kinerja keuangan
b. Diperlukan persyaratan pengungkapan yang lebih detail terhadap metodologi internal untuk risiko kredit, teknik mitigasi risiko kredit dan sekuritisasi aktiva
c. Pengungkapan harus meliputi aspek kualitatif dan kuantitatif dan komponen tambahan
d. Pengungkapan harus dilakukan minimum setengah tahunan. Sedangkan pengungkappan kuartalan diperlukan bagi bank yang aktif secara internasional
Direkomendasikan adanya pengungkapan tambahan yang berisi detail lebih lanjut berkaitan dengan bentuk eksposure risiko kredit (loans, komitmen, garansi, saham yang dierdagangkan, counterparty risk in derivative) dan informasi tentang mitigasi risiko kredit (sekurutisasi dan kredit derivatif)
b. Pilar Kedua
Pada pilar kedua, langkah yang harus dilakukan adalah membuat pertanyaan mengenai Beberapa isu pokok yang perlu dipersiapkan :
Apakah bank telah memiliki kerangka proses penilaian kecukupan modal (internal capital adequacy assessment process - ICAAP) yang baik? Bagaimana mendefinisikan ‘sound’ framework ?
Bagaimana pengawas menerapkan supervisory minimum standards pada saat melakukan penilaian kualitas ICAAP bank?
Apakah terdapat standar pengukuran ‘other material risks’?
Bagaimana pengawas memastikan obyektivitas dan transparasi dari proses Pillar 2 ?
c. Pilar Ketiga
Beberapa langkah yang perlu dilakukan :
Menilai gap antara currect vs Basel II disclosur requirements
Meningkatkan infrastruktur yang mendukung transparansi
Mereview kembali overlap antara accounting vs Basel II requirements
Mengidentifikasi berbagai prekondisi yang diperlukansehingga
peningkatan cakupan dan kualitas disclosures dapat mendorong market disciplines
Menformulasi cara untuk menilai efektivitas Pillar 3
IV. Isu Strategis dan Tantangan yang Akan Dihadapi
Agar efektivitas, implementasi Basel II mensyaratkan perubahan yang mendasar dan komprehensif (total) dalam organisasi pengawasan bank:
Perubahan paradigma : dari kepatuhan menuju pengawasan berbasis risiko.
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia
Penyempurnaan sistem dan alat-alat pengawasan termasuk penyempurnaan sistem pelaporan bank dan sistem informasi manajemen untuk pengawasan bank