BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat dimulainya era otonomi daerah, tiap-tiap pemerintahan daerah
baik propinsi, kabupaten maupun kota menggerakkan roda pemerintahan dan
perekonomiannya dengan mandiri dan penuh dengan kreatifitas. Dalam
Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5, pengertian otonomi derah adalah hak,
wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.1
Berkaitan dengan hakekat otonomi daerah tersebut yang berkenaan dengan
pelimpahan wewenang pengambilan keputusan kebijakan, pengelolaan dana
publik dan pengaturan kegiatan dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan
masyarakat maka peranan data keuangan daerah sangat dibututuhkan untuk
mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan daerah serta jenis dan besar belanja
yang harus dikeluarkan agar perencanaan keuangan dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien. Data keuangan daerah yang memberikan gambaran statistik
perkembangan anggaran dan realisasi, baik penerimaan maupun pengeluaran dan Pelaksanaan otonomi daerah pada hakekatnya adalah
upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melaksanakan
kegiatan-kegiatan pembangunan sesuai dengan kehendak dan kepentingan
masyarakat.
1
analisa terhadapnya merupakan informasi yang penting terutama untuk membuat
kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah untuk meliahat kemampuan/
kemandirian daerah.2
Pemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan issue yang
menonjol dalam pengelolaan administrasi publik yang muncul sekitar dua dasa
warsa yang lalu. Tuntutan kepada pemerintah untuk melaksanakan
penyelenggaraan pemerintahan adalah sejalan dengan kemajuan tingkat
pengetahuan serta pengaruh globalisasi. Di dalam rumusan Pasal 3 UU. Nomor 28
Tahun 19993
Pekerjaan PNS saat ini diminati oleh sebagian besar pencari kerja. Di
Indonesia menjadi seorang PNS bisa jadi sebuah impian untuk hampir semua
pencari kerja. PNS sangat menarik karena adanya kepastian seperti gaji,
keberlangsungan pekerjaan, dan pensiunan. Di dalam organisasi birokrasi tidak
hanya terdapat Pegawai Negeri Sipil yang memberikan pelayanan kepada
masyarakat tetapi terdapat pegawai honorer yang membantu PNS dalam
melaksanakan tugas birokrasi. Tenaga honorer menurut PP No 48 tahun 2005 Jo.
PP 43 tahun 2007 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi CPNS adalah
seseorang yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian atau pejabat lain , telah secara tegas dan limitatif diatur prinsip-prinsip
kepemerintahan yang baik atau lebih dikenal dengan istilah good governance.
Kesemua prinsip-prinsip good governance harus menjadi pedoman bagi
pemerintah daerah dalam menjalankan kewenangan penerimaan CPNS,
khususnya prinsip transparansi dan akuntabilitas.
2
Yuliati. 2001. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah dalam menghadapai Otonomi Daerah, Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP YKPN., hlm. 22
3
dalam pemerintahan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu pada isntansi
pemerintah atau yang penghasilannya menjadi beban APBN/APBD.4
Sejak terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2005 dan PP
Nomor 43 Tahun 2007 tentang pengadaan CPNS dari tenaga honorer serta Surat
Edaran (SE) Menteri PAN dan RB Nomor 5 Tahun 2010 tentang pendataan
tenaga honorer yang bekerja di lingkungan pemerintah, telah menimbulkan efek Pemerintah telah membagi tenaga honorer ke dalam dua kategori. Pertama,
honorer kategori I (K1), yakni yang diangkat sebelum 1 Januari 2005 dan
mendapat honor dari APBN/APBD, atau sering disebut honor daerah (Honda).
Kedua, honorer kategori II (K2) yakni honorer yang gajinya tidak bersumber dari
APBN/APBD. Media massa menyatakan, proses verifikasi honorer K1 sudah
rampung dan akan diangkat tahun ini.Sedangkan honorer K2 jumlahnya sekitar
640 ribu orang. Pengangkatan honorer K2 sebagai CPNS paling banyak 30 persen
dari jumlah tersebut dan harus melalui proses seleksi antar tenaga honorer.
Walaupun verifikasi honorer K1 telah rampung, namun pada kenyataannya
proses pengangkatan honorer masih menyisakan masalah. Hingga kini belum ada
kejelasan nasib honorer K1 yang tidak lolos seleksi. Hal ini ditambah dengan
berkembangnya kabar pemalsuan data honorer. Sebuah media cetak
memberitakan ada dugaan pemalsuan data honorer K1 yang lulus verifikasi dan
validasi (verval). Dari 251 tenaga honorer Pemko Medan yang lolos verval,
beberapa data tenaga honorer ditemukan data tahun pengangkatan yang diusulkan
tidak sesuai dengan data sebenarnya.
4
yang besar bagi peningkatan jumlah honorer di daerah. Harian Kompas
menyebutkan sejumlah pemerintah daerah diduga merekayasa jumlah guru
honorer dengan memanfaatkan kesepakatan antara pemerintah pusat dengan DPR
agar guru honorer yang bertugas sebelum 1 Januari 2005 diangkat sebagai PNS.5
Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Walikota diberi wewenang
baik secara terikat maupun wewenang bebas untuk mengambil
keputusan-keputusan untuk melakukan pelayanan umum, wewenang terikat artinya segala
tindakan yang dilakukan oleh pemerintah sesuai dengan aturan dasar, sedangkan
wewenang bebas artinya pemerintah secara bebas menentukan sendiri mengenai
isi dari keputusan yang akan dikeluarkan karena aturan dasarnya memberi
kebebasan kepada penerima wewenang
Sebelumnya diperkirakan, jumlah honorer K1 berjumlah sekitar 54.000
orang. Namun, saat dilakukan verifikasi pada 31 Januari 2011, jumlah tenaga
honorer yang diajukan pemerintah daerah meningkat lebih dari 150.000 orang.
Modus yang banyak dilakukan adalah mengubah surat keputusan (SK) penugasan
sebagai honorer, seolah-olah sebelum 1 Januari 2005, sehingga terbuka peluang
menjadi PNS. Akibatnya, jumlah tenaga honorer yang diusulkan menjadi PNS
membengkak. Tragisnya, ada honorer yang sudah lama bekerja jauh sebelum
2005 malah tidak diangkat. Sementara yang baru menjadi honorer langsung
diangkat karena memiliki koneksi birokrasi di daerah.
6
5
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2005 dan PP Nomor 43 Tahun 2007 tentang pengadaan CPNS
6
Sadjijono, 2011, Bab-Bab Hukum Administrasi, Laksbang Presindo, Yogyakarta, hlm 59-60
. Ketika kita melihat kondisi
pegawai negeri sipil juga merupakan wewenang perintah Kota Medan yang tetap
berkoordinasi ke pada pemerintah pusat.
Wewenang pemerintah tersebut adalah penyelenggaraan pembangunan di
segala aspek termasuk didalamnya adalah pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dan
pengangkatan tenaga honorer di daerah. Hal ini sesuai dengan amanat dari
Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang telah diubah menjadi
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang-Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (selanjutnya disebut UU No.
32 Tahun 2004). Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 memberikan hak otonomi
kepada daerah untuk mengatur urusan pemerintahan di daerah. hal ini dapat
dilihat pada Pasal 21 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah yang
menyatakan bahwa dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak :7
1. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya.
2. Memilih pimpinan daerah
3. Mengelola aparatur daerah
4. Mengelola kekayaan daerah
5. Memungut pajak dan retrebusi daerah
6. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya lainnya yang berada di daerah.
7. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah
8. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
7
Selain UU No. 32 Tahun 2004 yang mengatur urusan pemerintahan,
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (yang selanjutnya disebut PP No. 38 Tahun
2007), juga mengatur tentang pembagian urusan pemerintahan. Pada Bab III
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, Pasal 5 ayat (1) menyatakan :
Pemerintah mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2). Kewenangan
pemerintah berdasarkan Pasal 2 ayat (2) adalah : Politik luar negeri, pertahanan,
keamanan, yustisi, moneter dan fiscal nasional serta agama, sedangkan yang
menjadi urusan pemerintahan adalah : Pasal 2 ayat (4) menyatakan : Urusan
pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas 31 (tiga puluh satu)
bidang urusan pemerintahan meliputi :8
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Pekerjaan Umum
4. Perumahan
5. Penataan Ruang
6. Perencanaan Pembangunan
7. Perhubungan
8. Lingkungan Hidup
9. Pertahanan
8
10.Kependudukan dan Catatan Sipil
11.Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
12.Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
13.Sosial
14.Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian
15.Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
16.Penanaman Modal
17.Kebudayaan dan Pariwisata
18.Kepemudaan dan Olah Raga
19.Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
20.Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,
Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian
21.Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
22.Statistik
23.Kearsipan
24.Perpustakaan
25.Komunikasi dan Informatika
26.Pertanian dan Ketahanan Pangan
27.Kehutanan
28.Energy dan Sumber Daya Mineral
29.Kelautan dan Perikanan
30.Perdagangan
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil di daerah sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (selanjutnya disebut UU No. 43 Tahun
1999).
Berdasarkan Pasal 2 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) UU No. 43 Tahun 1999
menyatakan9
a. Pegawai Negeri Sipil
:
ayat (1): Pegawai Negeri terdiri dari :
b. Anggota Tentara Nasional Indonesia
c. Anggota kepolisian Negara Republik Indonesia
ayat (2): Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
terdiri dari :
a. Pegawai Negeri Sipil Pusat, dan
b. Pegawai Negeri Sipil Daerah.
ayat (3): Di samping Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
pejabat yang berwenang dapat mengangkat pegawai tidak tetap.
Manajemen Kepegawaian yang mengatur mengenai Pegawai Negeri Sipil
diatur pada UU No. 43 Tahun 1999 sedangkan pegawai yang tidak berkedudukan
sebagai Pegawai Negeri diatur lebih lanjut pada Peraturan Pemerintah. Perekrutan
terhadap tenaga honorer secara hukum memang diatur tetapi masih bersifat
terbatas, kewenangan yang diberikan kepada pemerintah daerah dalam hal ini
9
Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk untuk itu berdasarkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 48 tahun 2005 (yang selanjutnya disebut PP No. 48 tahun
2005) yang sekarang sudah dirubah dengan Peraturan Pemerintah No. 43 tahun
2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2005
Tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil.
Salah satu masalah tenaga honorer ini adalah ketika diterbitkannya PP No. 48
Tahun 2005 pada Pasal 8 yang menyatakan : “Sejak ditetapkan Peraturan
Pemerintah ini semua Pejabat Pembina Kepegawaian dan pejabat lain di
Lingkungan instansi, dilarang mengangkat tenaga honorer atau yang sejenis
kecuali ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Permasalahan yang penulis
temukan adalah pengangkatan tenaga honorer di daerah dilakukan secara bertahap
sesuai dengan masa kerja dari tenaga honorer.10
B. Perumusan Masalah
Dari pemaparan diatas maka penulis tertarik untuk meneliti masalah
tersebut dengan judul “PENERIMAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN
HONORER DI PEMERINTAHAN KOTA MEDAN DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA”
Adapun masalah yang diangkat dalam penulisan ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana proses penerimaan pegawai negeri sipil dan honorer di
Pemerintahan Kota Medan?
10
2. Bagaimana Penerimaan pegawai negeri sipil dan honorer di Pemerintahan
Kota Medan ditinjau dari Hukum Administrasi Negara?
3. Bagaimana manfaat adanya transparansi dan akuntabilitas penerimaan
pegawai negeri sipil dan pegawai honorer di Pemerintahan Kota Medan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui proses penerimaan pegawai negeri dan pegawai
honorer di pemerintahan Kota Medan.
2. Untuk mengetahui proses penerimaan pegawai negeri dan pegawai
honorer di pemerintahan Kota Medan ditinjau dari Hukum Administrasi
Negara.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan skripsi yang akan penulis lakukan adalah
sebagai berikut :
1. Secara teoritis
Guna mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan Hukum Administrasi
Negara khususnya mengenai penerimaan pegawai negeri sipil dan Pegawai
Honorer ditinjau dari Hukum Administrasi Negara di Pemerintahan Kota
2. Secara Praktis
a. Agar masyarakat mengetahui bagaimana penerimaan pegawai negeri
sipil dan pegawai honorer di Pemerintahan Kota Medan Ditinjau dari
Hukum Admininstrasi Negara.
b. Agar mahasiswa fakultas hukum khususnya dan
mahasiswa-mahasiswa umumnya mengetahui bagaimana penerimaan pegawai
negeri sipil dan pegawai honorer di Pemerintahan Kota Medan
Ditinjau dari Hukum Admininstrasi Negara.
c. Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat terhadap
penerimaan pegawai negeri sipil dan pegawai honorer di Pemerintahan
Kota Medan Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara.
E. Keaslian Penulisan
Skripsi yang berjudul tentang “Penerimaan Pegawai Negeri Sipil dan
Pegawai Honorer di Pemerintahan Kota Medan ditinjau dari Hukum Administrasi
Negara” adalah karya dari penulis. Sehubungan dengan keaslian judul skripsi,
penulis telah melakukan pengecekan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara (FH-USU) untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut
belum terdapat di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (FH-USU).
Ditinjau dari materi permasalahan yang ada dan materi penulisan skripsi
ini, sejauh ini belum pernah didapati dan dilihat kesamaan masalah seperti pada
sama, penulis siap bertanggung jawab sepenuhnya untuk diberikan sanksi sesuai
dengan aturan yang berlaku.
F. Tinjauan Kepustakaan
1. Penerimaan Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Honorer di Pemerintahan Kota Medan
Nuansa profesionalisme dalam sistem rekruitmen PNS tuntutannya
semakin tinggi. Konsep teori “The Right Man on The Right Place” ingin
diwujudkan dan menjadi agenda reformasi dan birokrasi pemerintahan.
Aplikasinya, dilakukanlah perubahan peraturan penyelenggaraan pemerintah
daerah dengan menetapkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 sebagai
pengganti Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
yang memberikan otonomi daerah yang nyata, luas dan bertanggungjawab dan
dapat menjamin perkembangan dan pembangunan daerah. Dan sebagaimana
diamanatkan dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974; Jo.
Undang-Undang Dasar Nomor 43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok
kepegawaian bahwa diperlukan Pegawai Negeri yang berkemampuan
melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab dalam
penyelesaian tugas pemerintahan dan pembangunan, serta bebas dari Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme.
Di dalam organisasi birokrasi tidak hanya terdapat Pegawai Negeri Sipil yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat tetapi terdapat pegawai honorer yang
No 48 tahun 2005 Jo. PP 43 tahun 2007 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer
Menjadi CPNS adalah seseorang yang diangkat oleh pejabat pembina
kepegawaian atau pejabat lain dalam pemerintahan untuk melaksanakan
tugas-tugas tertentu pada isntansi pemerintah atau yang penghasilannya menjadi beban
APBN/APBD.
Eksistensi pegawai honorer daerah diakui secara formal dalam UU No. 43
tahun 1999 tentang perubahan Atas UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian pasal 2 ayat (3) dan diimplementasikan dalam struktur sumber daya
aparatur Indonesia, yang berfungsi membantu pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan dan pelayanan pada masyarakat khususnya di daerah. Belum adanya
sistem pengelolaan pegawai honorer daerah secara nasional, telah mendorong
pemerintah daerah berinisiatif mengangkat pegawai honorer daerah dengan alasan
kebutuhan unit kerja walaupun rekruitmennya dilakukan tanpa mekanisme standar
seleksi yang benar.
2. Kajian Hukum Administrasi Negara Mengenai Penerimaan Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Honorer di Pemerintahan Kota Medan.
Dalam hukum administrasi negara kita mengenal yang namanya asas-asas
umum pemerintahan yang baik (AAUPB). AAUPB dalam sistem hukum adalah
sebagai hukum tidak tertulis. Sebenarnya menyamakan AAUPB dengan norma
hukum tidak tertulis dapat menimbulkan salah faham, sebab dalam konteks ilmu
hukum telah dikenal bahwa antara “asas” dan “norma” itu terdapat perbedaan.
semuanya merupakan pemikiran yang umum dan abstrak, dan dalam beberapa hal
muncul sebagai aturan hukum yang konkrit atau tertuang secara tersurat dalam
pasal undang-undang serta mempunyai sanksi hukum.
AAUPB terdiri dari asas kepastian hukum, asas keseimbangan, asas
bertindak cermat, asas motivasi untuk setiap keputusan badan pemerintah, asas
tidak boleh mencampuradukkan kewenangan, asas kesamaan dalam pengambilan
keputusan, asas permainan yang layak, asas keadilan atau kewajaran, asas
menanggapi pengharapan yang wajar, asas meniadakan akibat-akibat suatu
keputusan yang batal, dan asas perlindungan atas pandangan hidup pribadi.
Koentjoro menambahkan dua asas lagi, yakni: asas kebijaksanaan dan asas
penyelenggaraan kepentingan umum.
Di AAUPB dikenal dengan yang namanya wewenang Dengan adanya
wewenang maka pemerintah pusat maupun daerah dapat melakukan tindakan
hukum pemerintahan sesuai dengan peraturan yang berlaku, kewenangan
memiliki kedudukan yang penting dalam kajian Hukum Tata Negara dan Hukum
Administrasi Negara karena didalamnya terkandung hak dan kewajiban dari
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dengan adanya kewenangan ini
maka pemerintah daerah khususnya dapat mengatur daerahnya baik dalam hal
urusan rumah tangga daerah, aparatur pemerintahan daerah, mengelola kekayaan
G. Metode Penelitian
Salam melakukan penulisan skripsi ini data merupakan dasar utama, agar
tujuan dapat lebih terarah dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka
metode penulisan yang digunakan antara lain :
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian hukum Normatif, karena penelitian
yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder dapat
dinamakan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan.11 Pada
penelitian hukum normative data sekunder sebagai sumber/bahan informasi dapat
merupakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
tersier.12
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Dalam hal ini berusaha mengumpulkan data-data melalui sarana
kepustakaan, yakni dengan cara mempelajari dan menganalisis secara sistematik
buku-buku, peraturan-peraturan, dan bahan-bahan lainnya yang berhubungan
dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penulisan langsung mengadakan penelitian lapangan yaitu dengan
mengadakan penelitian ke Pemerintahan Kota Medan dengan mengadakan
11
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta, Raja Grafindo Persada:2003) hlm. 14
12
wawancara sejumlah pertanyaan dan memperoleh data yang langsung
berhubungan dengan judul skripsi.
3. Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis
kuantitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan
selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang
akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi. Metode
kualitatif dilakukan guna mendapatkan data yang bersifat deskriptif analisis, yaitu
data-data yang akan diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.
H. Sistematika Penulisan
Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa
sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang
dapat digambarkan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, bab ini merupakan gambaran umum yang berisi
tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan,
Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan,
Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Penerimaan Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Honorer di
Pemerintahan Kota Medan. Dalam bab ini berisi tentang Pengertian
Pegawai Negeri, Pengertian Pegawai Honerer, Pengertian Hukum
kewenangan pemerintahan dalam mengangkat Pegawai Negeri
Sipil dan Pegawai Honorer.
BAB III : Kajian Penerimaan Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Honorer di
Pemerintahan Kota Medan ditinjau dari Hukum Administrasi
Negara. Dalam bab ini berisi tentang ciri-ciri hukum administrasi
negara, asas-asas umum pemerintahan yang baik, transparansi dan
akuntabilitas, asas transparansi, asas akuntabilitas, penerimaan
pegawai negeri sipil dan pegawai honorer di pemerintahan Kota
Medan.
BAB IV : Apakah manfaat adanya Transparansi dan Akuntabilitas terhadap
penerimaan pegawai negeri sipil dan Pegawai Honorer di
Pemerintahan Kota Medan. Dalam bab ini berisi tentang, manfaat
adanya Transparansi dan Akuntabilitas terhadap Penerimaan
Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Honorer di Pemerintahan Kota
Medan.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
b. Saran