• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerimaan Pegawai Negeri Sipil dan Honorer Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi Pemko Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerimaan Pegawai Negeri Sipil dan Honorer Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi Pemko Medan)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat dimulainya era otonomi daerah, tiap-tiap pemerintahan daerah

baik propinsi, kabupaten maupun kota menggerakkan roda pemerintahan dan

perekonomiannya dengan mandiri dan penuh dengan kreatifitas. Dalam

Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5, pengertian otonomi derah adalah hak,

wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.1

Berkaitan dengan hakekat otonomi daerah tersebut yang berkenaan dengan

pelimpahan wewenang pengambilan keputusan kebijakan, pengelolaan dana

publik dan pengaturan kegiatan dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan

masyarakat maka peranan data keuangan daerah sangat dibututuhkan untuk

mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan daerah serta jenis dan besar belanja

yang harus dikeluarkan agar perencanaan keuangan dapat dilaksanakan secara

efektif dan efisien. Data keuangan daerah yang memberikan gambaran statistik

perkembangan anggaran dan realisasi, baik penerimaan maupun pengeluaran dan Pelaksanaan otonomi daerah pada hakekatnya adalah

upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melaksanakan

kegiatan-kegiatan pembangunan sesuai dengan kehendak dan kepentingan

masyarakat.

1

(2)

analisa terhadapnya merupakan informasi yang penting terutama untuk membuat

kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah untuk meliahat kemampuan/

kemandirian daerah.2

Pemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan issue yang

menonjol dalam pengelolaan administrasi publik yang muncul sekitar dua dasa

warsa yang lalu. Tuntutan kepada pemerintah untuk melaksanakan

penyelenggaraan pemerintahan adalah sejalan dengan kemajuan tingkat

pengetahuan serta pengaruh globalisasi. Di dalam rumusan Pasal 3 UU. Nomor 28

Tahun 19993

Pekerjaan PNS saat ini diminati oleh sebagian besar pencari kerja. Di

Indonesia menjadi seorang PNS bisa jadi sebuah impian untuk hampir semua

pencari kerja. PNS sangat menarik karena adanya kepastian seperti gaji,

keberlangsungan pekerjaan, dan pensiunan. Di dalam organisasi birokrasi tidak

hanya terdapat Pegawai Negeri Sipil yang memberikan pelayanan kepada

masyarakat tetapi terdapat pegawai honorer yang membantu PNS dalam

melaksanakan tugas birokrasi. Tenaga honorer menurut PP No 48 tahun 2005 Jo.

PP 43 tahun 2007 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi CPNS adalah

seseorang yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian atau pejabat lain , telah secara tegas dan limitatif diatur prinsip-prinsip

kepemerintahan yang baik atau lebih dikenal dengan istilah good governance.

Kesemua prinsip-prinsip good governance harus menjadi pedoman bagi

pemerintah daerah dalam menjalankan kewenangan penerimaan CPNS,

khususnya prinsip transparansi dan akuntabilitas.

2

Yuliati. 2001. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah dalam menghadapai Otonomi Daerah, Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP YKPN., hlm. 22

3

(3)

dalam pemerintahan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu pada isntansi

pemerintah atau yang penghasilannya menjadi beban APBN/APBD.4

Sejak terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2005 dan PP

Nomor 43 Tahun 2007 tentang pengadaan CPNS dari tenaga honorer serta Surat

Edaran (SE) Menteri PAN dan RB Nomor 5 Tahun 2010 tentang pendataan

tenaga honorer yang bekerja di lingkungan pemerintah, telah menimbulkan efek Pemerintah telah membagi tenaga honorer ke dalam dua kategori. Pertama,

honorer kategori I (K1), yakni yang diangkat sebelum 1 Januari 2005 dan

mendapat honor dari APBN/APBD, atau sering disebut honor daerah (Honda).

Kedua, honorer kategori II (K2) yakni honorer yang gajinya tidak bersumber dari

APBN/APBD. Media massa menyatakan, proses verifikasi honorer K1 sudah

rampung dan akan diangkat tahun ini.Sedangkan honorer K2 jumlahnya sekitar

640 ribu orang. Pengangkatan honorer K2 sebagai CPNS paling banyak 30 persen

dari jumlah tersebut dan harus melalui proses seleksi antar tenaga honorer.

Walaupun verifikasi honorer K1 telah rampung, namun pada kenyataannya

proses pengangkatan honorer masih menyisakan masalah. Hingga kini belum ada

kejelasan nasib honorer K1 yang tidak lolos seleksi. Hal ini ditambah dengan

berkembangnya kabar pemalsuan data honorer. Sebuah media cetak

memberitakan ada dugaan pemalsuan data honorer K1 yang lulus verifikasi dan

validasi (verval). Dari 251 tenaga honorer Pemko Medan yang lolos verval,

beberapa data tenaga honorer ditemukan data tahun pengangkatan yang diusulkan

tidak sesuai dengan data sebenarnya.

4

(4)

yang besar bagi peningkatan jumlah honorer di daerah. Harian Kompas

menyebutkan sejumlah pemerintah daerah diduga merekayasa jumlah guru

honorer dengan memanfaatkan kesepakatan antara pemerintah pusat dengan DPR

agar guru honorer yang bertugas sebelum 1 Januari 2005 diangkat sebagai PNS.5

Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Walikota diberi wewenang

baik secara terikat maupun wewenang bebas untuk mengambil

keputusan-keputusan untuk melakukan pelayanan umum, wewenang terikat artinya segala

tindakan yang dilakukan oleh pemerintah sesuai dengan aturan dasar, sedangkan

wewenang bebas artinya pemerintah secara bebas menentukan sendiri mengenai

isi dari keputusan yang akan dikeluarkan karena aturan dasarnya memberi

kebebasan kepada penerima wewenang

Sebelumnya diperkirakan, jumlah honorer K1 berjumlah sekitar 54.000

orang. Namun, saat dilakukan verifikasi pada 31 Januari 2011, jumlah tenaga

honorer yang diajukan pemerintah daerah meningkat lebih dari 150.000 orang.

Modus yang banyak dilakukan adalah mengubah surat keputusan (SK) penugasan

sebagai honorer, seolah-olah sebelum 1 Januari 2005, sehingga terbuka peluang

menjadi PNS. Akibatnya, jumlah tenaga honorer yang diusulkan menjadi PNS

membengkak. Tragisnya, ada honorer yang sudah lama bekerja jauh sebelum

2005 malah tidak diangkat. Sementara yang baru menjadi honorer langsung

diangkat karena memiliki koneksi birokrasi di daerah.

6

5

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2005 dan PP Nomor 43 Tahun 2007 tentang pengadaan CPNS

6

Sadjijono, 2011, Bab-Bab Hukum Administrasi, Laksbang Presindo, Yogyakarta, hlm 59-60

. Ketika kita melihat kondisi

(5)

pegawai negeri sipil juga merupakan wewenang perintah Kota Medan yang tetap

berkoordinasi ke pada pemerintah pusat.

Wewenang pemerintah tersebut adalah penyelenggaraan pembangunan di

segala aspek termasuk didalamnya adalah pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dan

pengangkatan tenaga honorer di daerah. Hal ini sesuai dengan amanat dari

Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang telah diubah menjadi

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang-Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (selanjutnya disebut UU No.

32 Tahun 2004). Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 memberikan hak otonomi

kepada daerah untuk mengatur urusan pemerintahan di daerah. hal ini dapat

dilihat pada Pasal 21 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah yang

menyatakan bahwa dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak :7

1. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya.

2. Memilih pimpinan daerah

3. Mengelola aparatur daerah

4. Mengelola kekayaan daerah

5. Memungut pajak dan retrebusi daerah

6. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber

daya lainnya yang berada di daerah.

7. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah

8. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan.

7

(6)

Selain UU No. 32 Tahun 2004 yang mengatur urusan pemerintahan,

Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (yang selanjutnya disebut PP No. 38 Tahun

2007), juga mengatur tentang pembagian urusan pemerintahan. Pada Bab III

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, Pasal 5 ayat (1) menyatakan :

Pemerintah mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2). Kewenangan

pemerintah berdasarkan Pasal 2 ayat (2) adalah : Politik luar negeri, pertahanan,

keamanan, yustisi, moneter dan fiscal nasional serta agama, sedangkan yang

menjadi urusan pemerintahan adalah : Pasal 2 ayat (4) menyatakan : Urusan

pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas 31 (tiga puluh satu)

bidang urusan pemerintahan meliputi :8

1. Pendidikan

2. Kesehatan

3. Pekerjaan Umum

4. Perumahan

5. Penataan Ruang

6. Perencanaan Pembangunan

7. Perhubungan

8. Lingkungan Hidup

9. Pertahanan

8

(7)

10.Kependudukan dan Catatan Sipil

11.Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

12.Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

13.Sosial

14.Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian

15.Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

16.Penanaman Modal

17.Kebudayaan dan Pariwisata

18.Kepemudaan dan Olah Raga

19.Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

20.Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,

Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian

21.Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

22.Statistik

23.Kearsipan

24.Perpustakaan

25.Komunikasi dan Informatika

26.Pertanian dan Ketahanan Pangan

27.Kehutanan

28.Energy dan Sumber Daya Mineral

29.Kelautan dan Perikanan

30.Perdagangan

(8)

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil di daerah sesuai dengan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun

1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (selanjutnya disebut UU No. 43 Tahun

1999).

Berdasarkan Pasal 2 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) UU No. 43 Tahun 1999

menyatakan9

a. Pegawai Negeri Sipil

:

ayat (1): Pegawai Negeri terdiri dari :

b. Anggota Tentara Nasional Indonesia

c. Anggota kepolisian Negara Republik Indonesia

ayat (2): Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a

terdiri dari :

a. Pegawai Negeri Sipil Pusat, dan

b. Pegawai Negeri Sipil Daerah.

ayat (3): Di samping Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

pejabat yang berwenang dapat mengangkat pegawai tidak tetap.

Manajemen Kepegawaian yang mengatur mengenai Pegawai Negeri Sipil

diatur pada UU No. 43 Tahun 1999 sedangkan pegawai yang tidak berkedudukan

sebagai Pegawai Negeri diatur lebih lanjut pada Peraturan Pemerintah. Perekrutan

terhadap tenaga honorer secara hukum memang diatur tetapi masih bersifat

terbatas, kewenangan yang diberikan kepada pemerintah daerah dalam hal ini

9

(9)

Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk untuk itu berdasarkan pada Peraturan

Pemerintah Nomor 48 tahun 2005 (yang selanjutnya disebut PP No. 48 tahun

2005) yang sekarang sudah dirubah dengan Peraturan Pemerintah No. 43 tahun

2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2005

Tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil.

Salah satu masalah tenaga honorer ini adalah ketika diterbitkannya PP No. 48

Tahun 2005 pada Pasal 8 yang menyatakan : “Sejak ditetapkan Peraturan

Pemerintah ini semua Pejabat Pembina Kepegawaian dan pejabat lain di

Lingkungan instansi, dilarang mengangkat tenaga honorer atau yang sejenis

kecuali ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Permasalahan yang penulis

temukan adalah pengangkatan tenaga honorer di daerah dilakukan secara bertahap

sesuai dengan masa kerja dari tenaga honorer.10

B. Perumusan Masalah

Dari pemaparan diatas maka penulis tertarik untuk meneliti masalah

tersebut dengan judul “PENERIMAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN

HONORER DI PEMERINTAHAN KOTA MEDAN DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA”

Adapun masalah yang diangkat dalam penulisan ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana proses penerimaan pegawai negeri sipil dan honorer di

Pemerintahan Kota Medan?

10

(10)

2. Bagaimana Penerimaan pegawai negeri sipil dan honorer di Pemerintahan

Kota Medan ditinjau dari Hukum Administrasi Negara?

3. Bagaimana manfaat adanya transparansi dan akuntabilitas penerimaan

pegawai negeri sipil dan pegawai honorer di Pemerintahan Kota Medan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui proses penerimaan pegawai negeri dan pegawai

honorer di pemerintahan Kota Medan.

2. Untuk mengetahui proses penerimaan pegawai negeri dan pegawai

honorer di pemerintahan Kota Medan ditinjau dari Hukum Administrasi

Negara.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan skripsi yang akan penulis lakukan adalah

sebagai berikut :

1. Secara teoritis

Guna mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan Hukum Administrasi

Negara khususnya mengenai penerimaan pegawai negeri sipil dan Pegawai

Honorer ditinjau dari Hukum Administrasi Negara di Pemerintahan Kota

(11)

2. Secara Praktis

a. Agar masyarakat mengetahui bagaimana penerimaan pegawai negeri

sipil dan pegawai honorer di Pemerintahan Kota Medan Ditinjau dari

Hukum Admininstrasi Negara.

b. Agar mahasiswa fakultas hukum khususnya dan

mahasiswa-mahasiswa umumnya mengetahui bagaimana penerimaan pegawai

negeri sipil dan pegawai honorer di Pemerintahan Kota Medan

Ditinjau dari Hukum Admininstrasi Negara.

c. Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat terhadap

penerimaan pegawai negeri sipil dan pegawai honorer di Pemerintahan

Kota Medan Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara.

E. Keaslian Penulisan

Skripsi yang berjudul tentang “Penerimaan Pegawai Negeri Sipil dan

Pegawai Honorer di Pemerintahan Kota Medan ditinjau dari Hukum Administrasi

Negara” adalah karya dari penulis. Sehubungan dengan keaslian judul skripsi,

penulis telah melakukan pengecekan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara (FH-USU) untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut

belum terdapat di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (FH-USU).

Ditinjau dari materi permasalahan yang ada dan materi penulisan skripsi

ini, sejauh ini belum pernah didapati dan dilihat kesamaan masalah seperti pada

(12)

sama, penulis siap bertanggung jawab sepenuhnya untuk diberikan sanksi sesuai

dengan aturan yang berlaku.

F. Tinjauan Kepustakaan

1. Penerimaan Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Honorer di Pemerintahan Kota Medan

Nuansa profesionalisme dalam sistem rekruitmen PNS tuntutannya

semakin tinggi. Konsep teori “The Right Man on The Right Place” ingin

diwujudkan dan menjadi agenda reformasi dan birokrasi pemerintahan.

Aplikasinya, dilakukanlah perubahan peraturan penyelenggaraan pemerintah

daerah dengan menetapkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 sebagai

pengganti Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

yang memberikan otonomi daerah yang nyata, luas dan bertanggungjawab dan

dapat menjamin perkembangan dan pembangunan daerah. Dan sebagaimana

diamanatkan dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974; Jo.

Undang-Undang Dasar Nomor 43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok

kepegawaian bahwa diperlukan Pegawai Negeri yang berkemampuan

melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab dalam

penyelesaian tugas pemerintahan dan pembangunan, serta bebas dari Korupsi,

Kolusi, dan Nepotisme.

Di dalam organisasi birokrasi tidak hanya terdapat Pegawai Negeri Sipil yang

memberikan pelayanan kepada masyarakat tetapi terdapat pegawai honorer yang

(13)

No 48 tahun 2005 Jo. PP 43 tahun 2007 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer

Menjadi CPNS adalah seseorang yang diangkat oleh pejabat pembina

kepegawaian atau pejabat lain dalam pemerintahan untuk melaksanakan

tugas-tugas tertentu pada isntansi pemerintah atau yang penghasilannya menjadi beban

APBN/APBD.

Eksistensi pegawai honorer daerah diakui secara formal dalam UU No. 43

tahun 1999 tentang perubahan Atas UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Kepegawaian pasal 2 ayat (3) dan diimplementasikan dalam struktur sumber daya

aparatur Indonesia, yang berfungsi membantu pelaksanaan tugas-tugas

pemerintahan dan pelayanan pada masyarakat khususnya di daerah. Belum adanya

sistem pengelolaan pegawai honorer daerah secara nasional, telah mendorong

pemerintah daerah berinisiatif mengangkat pegawai honorer daerah dengan alasan

kebutuhan unit kerja walaupun rekruitmennya dilakukan tanpa mekanisme standar

seleksi yang benar.

2. Kajian Hukum Administrasi Negara Mengenai Penerimaan Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Honorer di Pemerintahan Kota Medan.

Dalam hukum administrasi negara kita mengenal yang namanya asas-asas

umum pemerintahan yang baik (AAUPB). AAUPB dalam sistem hukum adalah

sebagai hukum tidak tertulis. Sebenarnya menyamakan AAUPB dengan norma

hukum tidak tertulis dapat menimbulkan salah faham, sebab dalam konteks ilmu

hukum telah dikenal bahwa antara “asas” dan “norma” itu terdapat perbedaan.

(14)

semuanya merupakan pemikiran yang umum dan abstrak, dan dalam beberapa hal

muncul sebagai aturan hukum yang konkrit atau tertuang secara tersurat dalam

pasal undang-undang serta mempunyai sanksi hukum.

AAUPB terdiri dari asas kepastian hukum, asas keseimbangan, asas

bertindak cermat, asas motivasi untuk setiap keputusan badan pemerintah, asas

tidak boleh mencampuradukkan kewenangan, asas kesamaan dalam pengambilan

keputusan, asas permainan yang layak, asas keadilan atau kewajaran, asas

menanggapi pengharapan yang wajar, asas meniadakan akibat-akibat suatu

keputusan yang batal, dan asas perlindungan atas pandangan hidup pribadi.

Koentjoro menambahkan dua asas lagi, yakni: asas kebijaksanaan dan asas

penyelenggaraan kepentingan umum.

Di AAUPB dikenal dengan yang namanya wewenang Dengan adanya

wewenang maka pemerintah pusat maupun daerah dapat melakukan tindakan

hukum pemerintahan sesuai dengan peraturan yang berlaku, kewenangan

memiliki kedudukan yang penting dalam kajian Hukum Tata Negara dan Hukum

Administrasi Negara karena didalamnya terkandung hak dan kewajiban dari

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dengan adanya kewenangan ini

maka pemerintah daerah khususnya dapat mengatur daerahnya baik dalam hal

urusan rumah tangga daerah, aparatur pemerintahan daerah, mengelola kekayaan

(15)

G. Metode Penelitian

Salam melakukan penulisan skripsi ini data merupakan dasar utama, agar

tujuan dapat lebih terarah dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka

metode penulisan yang digunakan antara lain :

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum Normatif, karena penelitian

yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder dapat

dinamakan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan.11 Pada

penelitian hukum normative data sekunder sebagai sumber/bahan informasi dapat

merupakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum

tersier.12

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Dalam hal ini berusaha mengumpulkan data-data melalui sarana

kepustakaan, yakni dengan cara mempelajari dan menganalisis secara sistematik

buku-buku, peraturan-peraturan, dan bahan-bahan lainnya yang berhubungan

dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penulisan langsung mengadakan penelitian lapangan yaitu dengan

mengadakan penelitian ke Pemerintahan Kota Medan dengan mengadakan

11

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta, Raja Grafindo Persada:2003) hlm. 14

12

(16)

wawancara sejumlah pertanyaan dan memperoleh data yang langsung

berhubungan dengan judul skripsi.

3. Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis

kuantitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan

selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang

akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi. Metode

kualitatif dilakukan guna mendapatkan data yang bersifat deskriptif analisis, yaitu

data-data yang akan diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa

sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang

dapat digambarkan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan, bab ini merupakan gambaran umum yang berisi

tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan,

Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan,

Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Penerimaan Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Honorer di

Pemerintahan Kota Medan. Dalam bab ini berisi tentang Pengertian

Pegawai Negeri, Pengertian Pegawai Honerer, Pengertian Hukum

(17)

kewenangan pemerintahan dalam mengangkat Pegawai Negeri

Sipil dan Pegawai Honorer.

BAB III : Kajian Penerimaan Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Honorer di

Pemerintahan Kota Medan ditinjau dari Hukum Administrasi

Negara. Dalam bab ini berisi tentang ciri-ciri hukum administrasi

negara, asas-asas umum pemerintahan yang baik, transparansi dan

akuntabilitas, asas transparansi, asas akuntabilitas, penerimaan

pegawai negeri sipil dan pegawai honorer di pemerintahan Kota

Medan.

BAB IV : Apakah manfaat adanya Transparansi dan Akuntabilitas terhadap

penerimaan pegawai negeri sipil dan Pegawai Honorer di

Pemerintahan Kota Medan. Dalam bab ini berisi tentang, manfaat

adanya Transparansi dan Akuntabilitas terhadap Penerimaan

Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Honorer di Pemerintahan Kota

Medan.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

a. Kesimpulan

b. Saran

Referensi

Dokumen terkait

Then, on a main road, we covered an exact number of ninths of the total distance at an average of 49 miles per hour, until we had to turn into a country lane for the final

The findings of the study show that the undergraduates’ professional communication needs in terms of priority include grammar skills, responding and participating in

Dari sinilah sebuah desain produk memiliki NILAI dalam perkembangan dunia kita saat ini.. Ide

students are stated in terms of goals and objectives, and at last, evaluation of the available materials, in order to see if they match the learners’ target situation needs, will

Seperti yang telah kalian pelajari dalam kuliah rupa dasar, bahwa memahami karakter setiap objek adalah penting baik 2D maupun 3D. Pemahaman mengenai bahasa material (sifat

 Melakukan kegiatan observasi dengan teknik wawancara tentang pengetahuan motif ragam hias daerah, bahan, alat , teknik dan prosedur pembuatan karya kerajinan

Pengembangan Bahan Ajar Berdasarkan Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kemahiran Berpikir Siswa Pada Pelajaran

(Studi Penelitian dan Pengembangan pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris (Muatan Lokal)di Sekolah Dasar Negeri se-Kota Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat). Penelitian Hibah