• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binara Dan Ekstrak Etanol Daun Ulam-Ulam Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binara Dan Ekstrak Etanol Daun Ulam-Ulam Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi, morfologi tumbuhan, sistematika tumbuhan, nama daerah, kandungan kimia dan khasiat tumbuhan.

2.1.1 Morfologi tumbuhan 2.1.1.1 Binara

Binara (Artemisia vulgaris L.) atau disebut baru cina merupakan tumbuhan suku Compositae yang menahun, berambut halus, tinggi mencapai 1 meter, tumbuh di tanah yang lembab dan tumbuh liar di hutan dan di ladang. Tumbuhan ini terdapat 3.000 meter di atas permukaan laut yang berasal dari Cina. Baru cina merupakan herba berkayu, percabangan banyak, beralur dan berambut. Daun berbentuk bulat telur dengan tepi ujung daun runcing dan kedua permukaan daun berambut halus. Warna daun hijau pada bagian depan daun, dibagian belakang daun berwarna putih. Bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai, warnanya kuning muda. Panjang bonggol bunga 6 - 8 dengan tangkai berambut, tangkai bunga keluar dari ketiak daun dan ujung tangkai (Widyaningrum, dkk., 2011).

2.1.1.2 Ulam-ulam

(2)

6

berbentuk tabung yang berwarna ungu dengan bunga tepi berwarna putih. Bunga mengumpul padat, bunga majemuk berupa bonggol yang tersusun dalam malai. Bonggol bunga berwarna hijau dan diujung bunga berwarna jingga coklat hingga merah bata, berbentuk silindris, dengan ukuran bunga 13 - 16 mm x 5 - 6 mm, merunduk, tegak setelah menjadi buah. Mahkota berwarna kuning, dengan ujung berwarna merah kecoklatan, bertaju 5. Buah keras (achene) ramping memanjang dan memiliki banyak rambut (pappus) berwarna putih, 9 - 12 mm. Tumbuhan ulam-ulam memiliki batang yang lunak dan beralur dangkal. Daun warna hijau dan terletak tersebar dengan tangkai yang bertelinga. Helaian daun berbentuk jorong memanjang atau bundar telur terbalik, ukuran daun 8 – 20 x 3 - 6 cm, pangkal daun menyempit disepanjang tangkai daun, ujung daun runcing, berlekuk hingga menyirip, bergerigi kasar runcing, permukaan daun berbulu halus dan rapat. Daun yang paling atas lebih kecil daripada bentuk daun yang ada di bawah (Anonim, 2010).

2.1.2 Sistematika tumbuhan

Menurut Tjitrosoepomo, (2010) sistematika tumbuhan binara adalah sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Asterales

Familia : Compositae Genus : Artemisia

(3)

7

Menurut Tjitrosoepomo, (2010) sistematika tumbuhan ulam-ulam adalah sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta Super diviso : Angisopermae Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Asterales

Familia : Compositae

Genus

Spesies : Erechtites valerianifolia (Link ex Wolf) Less. Ec DC. 2.1.3 Nama tumbuhan

Nama tumbuhan binara dan tumbuhan ulam-ulam menurut Duryatmo (2007) dan Tjitrosoepomo (2010) diantaranya adalah:

A. Binara

a.Nama Indonesia tumbuhan Binara: Baru Cina b.Nama asing tumbuhan:

Inggris : Mugwort, common wormwood, felon Thailand : Ngai curu

Philipina : Damong Maria Cina : Ai ye

c.Nama daerah tumbuhan: Sumatera : binara

Sunda : daun sudamala, daun manis, beunghar dan kucicing Jawa: : jukut kolot mala dan suket gajahan

(4)

8 B. Ulam-ulam

a.Nama Indonesia tumbuhan ulam-ulam: Sintrong b.Nama asing tumbuhan:

Inggris : Tropical burnweed c.Nama daerah tumbuhan:

Sumatera : ulam-ulam Sunda : sintrong

Jawa: : salentrong, jalentrong dan sembung gilang Yogyakarta : godong bendhot, othok owok dan truk bintul Muntilan : cantik manis

2.1.4 Khasiat tumbuhan 2.1.4.1 Binara

Secara tradisional menurut masyarakat Karo, daun dari tumbuhan binara bermanfaat untuk mengobati luka, diare dan obat mulas dengan cara mengunyah beberapa daun binara kemudian ditempelkan pada bagian luka di luar tubuh seperti luka tersayat dan untuk diare dan perut yang mulas ditempelkan di sekitar perut yang sakit. Daun binara berkhasiat mengobati penyakit disentri, keputihan, ayan (epilepsi), sakit tenggorokan, sakit pada saat menstruasi, darah berlebihan sehabis melahirkan, mencegah keguguran, mempermudah persalinan dan muntah darah (Djauriyah, 2004).

2.1.4.2 Ulam-ulam

(5)

9

sebagai obat tradisional diantaranya untuk mengatasi gangguan perut, sakit kepala dan luka. Ulam-ulam atau sintrong bersifat sedikit adstringen, antiradang, hemostatis, tonikum, pencahar dan emetik. Herba tumbuhan ini biasa digunakan untuk mengobati demam, radang amandel dan eksim (Anonim, 2013).

2.2 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM, 1995).

2.2.1 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan zat aktif dari simplsia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kecuali dinyatakan lain pelarut yang digunakan air, alkohol dan campuran alkohol air (Ditjen POM, 1995).

Metode ekstraksi menurut Ditjen POM (2000) dan Syamsuni (2006) ada beberapa cara, yaitu:

A.Cara dingin

a. Maserasi adalah suatu cara penyarian simplisia dengan cara merendam simplisia tersebut dalam pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar.

(6)

10

pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan dan penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).

B.Cara panas

a. Sokletasi adalah ekstraksi kontinu menggunakan alat soklet, dimana pelarut akan terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel dan mengisi bagian tengah alat soklet. Tabung sifon juga terisi dengan larutan ekstraksi dan ketika mencapai bagian atas tabung sifon, larutan tersebut akan kembali ke dalam labu.

b. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya dalam jangka waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi menuju pendingin dan kembali ke labu.

c. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, umumnya dilakukan pada suhu 40 - 600C.

d. Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15 menit.

e. Dekoktasi adalah esktraksi pada suhu 900C menggunakan pelarut air 30 menit.

2.3 Kandungan Kimia

(7)

11

Tumbuhan ulam-ulam (Erechtites valerianifolia (Link ex Wolf) Less. Ec DC) memiliki kandungan kimia saponin, flavonoida dan polifenol juga mengandung vitamin C dan minyak atsiri (Anonim, 2012).

2.3.1 Alkaloida

Alkaloida merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar, pada umumnya alkaloida mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dari sistem siklik. Alkaloida sering bersifat racun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol, sehingga digunakan secara luas dalam bidang pengobatan (Harbone, 1987). Kebanyakan alkaloida biasanya tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, spesies berwarna contoh berberin (Harjono, 1996).

2.3.2 Glikosida

Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian, yaitu bagian gula dan bukan gula. Bagian gula disebut glikon sementara bagian bukan gula disebut bagian aglikon atau genin apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai glikosida. Jembatan oksigen yang menghubungkan glikon-aglikon ini sangat mudah terurai oleh pengaruh asam, basa, enzim, air dan panas. Semakin pekat kadar asam atau basa maupun semakin panas lingkungannya maka glikosida akan semakin mudah dan cepat terhidrolisis (Gunawan, 2004).

Menurut Farnsworth (1966), pembagian glikosida berdasarkan ikatan yang menghubungkan bagian gula dan bukan gula adalah:

(8)

12

b. O-glikosida yaitu senyawa glikosida yang ikatan antara glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom O. Contoh: Salisin.

c. N-glikosida yaitu senyawa glikosida yang ikatan antara glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom N. Contoh: Krotonosid.

d. S-glikosida yaitu senyawa glikosida yang ikatan antar glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom S. Contoh: Sinigrin.

2.3.3 Steroida/triterpenoida

Steroid adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentano perhidrofenantren dan merupakan senyawa organik yang berasal dari hewan dan tumbuhan dan dengan struktur inti molekulnya C27, tetrasiklin dengan

susunan 3 cincin segi enam dan 1 cincin segi lima. Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari 6 satuan isopren dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualen (Harbone, 1987).

2.3.4 Flavonoida

Flavonoid merupakan sekelompok besar senyawa polifenol tanaman yang tersebar luas dalam berbagai bahan makanan dan dalam berbagai konsentrasi. Flavonoid memiliki kerangka dasar karbon yang terdiri ata 15 atom karbon, dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantai propan (C3) sehingga

membentuk susunan C6-C3-C6 (Lenny, 2006). Komponen tersebut pada umumnya

(9)

13

sekunder yang terdapat pada tumbuhan berwarna hijau, kecuali alga. Penyebaran jenis flavonoid pada golongan tumbuhan yang tersebar yaitu angiospermae, klorofita, fungi, briofita (Markham,1988). Golongan flavon, flavonol, flavonon, isoflavon dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk non glikon. Flavonoida berfungsi dalam menarik burung dan serangga yang berperan untuk proses penyerbukan bunga. Beberapa fungsi lainnya adalah untuk mengatur fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus serta memiliki kemampuan dalam mengusir serangga (Robinson, 1995).

2.3.5 Saponin

Saponin merupakan senyawa glikosida sterol dan triterpena yang telah terdeteksi pada 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Saponin diberi nama demikian karena sifatnya yang seperti sabun (bahasa Latin “sapo” berarti sabun). Larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan sejak dahulu oleh masyarakat. Beberapa saponin bersifat antimikroba juga (Robinson, 1995).

(10)

14 2.3.6 Tanin

Tanin adalah senyawa fenol dengan berat molekul yang cukup tinggi, mengandung gugus hidroksil dan kelompok lain yang cocok (seperti karboksil) untuk membentuk kompleks yang efektif dengan protein dan makro molekul yang lain dibawah kondisi lingkungan tertentu yang telah dipelajari. Tanin merupakan bentuk komplek dari protein, pati, selulosa dan mineral (Horvath, 1981).

Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin yang terhidrolisis dan tanin yang terkondensasi. Tanin yang terhidrolisis merupakan polimer gallic atau ellagic acid berikatan dengan ester dan sebuah molekul gula, sedangkan tanin terkondensasi merupakan polimer senyawa flavonoid dengan ikatan karbon-karbon (Westendarp, 2006).

2.4 Bakteri

Nama bakteri berasal dari kata “bakterion” (Bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau batang. Bakteri merupakan sekelompok mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil, berkembang biak dengan pembelahan diri mempunyai ukuran 0,5 – 1 µm dan panjang hingga 10 µm (1 mikron = 10-3) sehingga hanya tampak dengan mikroskop (Irianto, 2006). Pembagian bakteri berdasarkan tahap pewarnaan dibagi atas dua bagian, yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif (Gibson, 1996).

2.4.1 Morfologi bakteri A. Bentuk basil (Bacillus)

(11)

15

a. Monobasil (batang tunggal) contohnya: Escherichia coli dan Salmonella thyposa.

b. Diplobasil (batang bergandengan dua-dua) contohnya: Klebsilla pneumonia. c. Streptobasil (batang bergandengan panjang membentuk rantai) contohnya:

Streptobacillus moniliformis dan Bacillus anthracis (Irianto, 2006).

B.Bentuk kokus (Coccus)

Kokus adalah bakteri yang bentuknya seperti bola-bola kecil, ada yang hidup sendiri dan ada yang berpasang-pasangan. Kokus dapat dibedakan atas: a. Monokokus (kokus tunggal) contohnya: Monococcus ghonorrhoea dan

Chlamydia trachomatis.

b. Diplococcus (bergandengan dua-dua) contohnya: Diplococcus pneumoniae dan Neisseria ghonorrhoea.

c. Tetrakokus (berdempetan berbentuk segiempat) contohnya: Pediococcus cerevisiae.

d. Streptokokus (berkelompok memanjang seperti rantai) contohnya: Streptococcus pyogenes dan Streptococcus mutan.

e. Staphilokokus (berbentuk bulat seperti anggur) contohnya: Staphylococcus aureus.

f. Sarcina (bergandengan empat-empat mirip kubus) contohnya: Thiosarcina rosea (Hawley, 2003).

C.Bentuk spiral

(12)

16 Ada tiga macam bentuk spiral, yaitu:

a. Spiral (tubuhnya kaku) contohnya: Thiospirillopsis floridiana. b. Vibrio (spiral tak sempurna) contohnya: Vibrio cholerae.

c. Spirochaeta (spiral lentur) contohnya: Treponema pallidum (Irianto, 2006). 2.4.2 Pembagian bakteri

a. Bakteri Gram positif yaitu bakteri yang dapat mengikat zat warna utama (kristal violet) sehingga tampak berwarna ungu tua (Manton, 2010).

b. Bakteri Gram negatif yaitu bakteri yang kehilangan warna utama (kristal violet) ketika dicuci dengan alkohol dan menyerap zat warna kedua sewaktu pemberian safranin tampak berwarna merah (Pratiwi, 2008).

2.4.3 Klasifikasi bakteri

2.4.3.1 Bakteri Staphylococcus aureus (Tjitrosoepomo, 2010): Divisi : Schizophyta

Kelas : Schizomycetes Bangsa : Eubacteriales Suku : Micrococaceae Marga : Staphylococcus

Species : Staphylococcus aureus

Staphylococcus berasal dari kata Staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan Coccus yang berarti benih bulat dan aureus adalah benih berwarna kuning. Bakteri ini sering ditemukan sebagai bakteri flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia (Hawley, 2003).

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif, aerob dan anaerob

(13)

17

µm, tidak membentuk spora atau tidak bergerak, koloni berwarna kuning. Bakteri ini tumbuh pada suhu 370C tetapi paling baik membentuk pigmen pada suhu 20-250C. Koloni pada pembenihan padat terbentuk bulat halus, menonjol dan berkilau membentuk berbagai pigmen. Bakteri ini terdapat pada kulit, selaput lendir, bisul dan luka. Dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuanya berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan (Jawetz, 2001).

Keracunan makanan oleh enterotoksin Staphylococcus aureus dapat menimbulkan berbagai gejala. Gejala-gejala tersebut yaitu muntah, diare, mual, kejang dan kram pada abdominal serta sakit kepala, pemulihannya cepat, berkisar sampai dua hari (ICMSF, 1996).

2.4.3.2 Bakteri Escherichia coli (Dwijoseputro, 2010) : Divisi : Schizophyta

Kelas : Schizomycetes Bangsa : Eubacteriales Suku : Enterobacteriaceae

Marga : Escherichia Species : Escherichia coli

Escherichia coli adalah bakteri Gram negatif, aerob, atau anaerob

(14)

18

karbohidrat dan asam-asam lemak menjadi asam dan gas serta dapat menghasilkan gas karbondioksida dan heterogen (Pelczar dkk, 1988).

Escherichia coli banyak di temukan didalam usus besar manusia sebagai

flora normal, tetapi bila kesehatan menurun, bakteri ini dapat bersifat patogen terutama akibat toksin yang dihasilkan. Escherichia coli umumnya tidak menyebabkan penyakit bila berada dalam usus, tetapi dapat menyebabkan penyakit pada saluran kencing, paru, saluran empedu dan saluran otak (Jawetz, et al., 2001).

2.5 Fase Pertumbuhan Bakteri

Bakteri mengalami pertumbuhan melalui beberapa fase yaitu (Lay, 1992): 1. Fase penyesuaian diri (Lag phase)

Pada saat dipindahkan ke media yang baru, bakteri tidak langsung tumbuh dan membelah, meskipun kondisi media sangat mendukung untuk pertumbuhan. Bakteri biasanya akan mengalami masa penyesuaian untuk menyeimbangkan pertumbuhan.

2. Fase pembelahan (Logarhytmic phase)

Selama fase ini, populasi meningkat dua kali pada interval waktu yang teratur. Jumlah koloni bakteri akan terus bertambah seiring lajunya aktivitas metabolisme sel.

3. Fase stasioner/tetap (Stationary phase)

(15)

19 4. Fase kematian (Death phase)

Jumlah bakteri hidup berkurang dan menurun dari beberapa jenis bakteri timbul bentuk-bentuk abnormal (Syahrurachman, A., dkk, 1994).

2.6 Uji Aktivitas Antimikroba

Uji kepekaan terhadap obat antimikroba pada dasarnya dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu:

a. Metode dilusi: cara ini digunakan untuk menentukan KHM (Kadar Hambat Minimum) dan KBM (Kadar Bunuh Minimum) dari obat antimikroba. Prinsip dari metode dilusi adalah sebagai berikut:

Menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi media cair dan sejumlah tertentu sel mikroba yang diuji. Masing-masing tabung diuji dengan obat yang telah diencerkan secara serial. Seri tabung diinkubasi pada suhu 370C selama 18 - 24 jam dan diamati terjadinya kekeruhan pada tabung. Konsentrasi terendah obat pada tabung yang ditunjukkan dengan hasil biakan yang mulai tampak jernih (tidak ada pertumbuhan mikroba) adalah KHM dari obat. Konsentrasi terendah obat pada biakan padat yang ditunjukkan dengan tidak adanya pertumbuhan koloni mikroba adalah KBM dari obat terhadap bakteri uji (Pratiwi, 2008).

b. Metode difusi

(16)

20

kuat daya aktivitas antibakterinya maka semakin luas daerah hambatnya. Metode ini dipengaruhi oleh banyak faktor fisik dan kimia, misalnya: pH, suhu, zat inhibitor, sifat dari media dan kemampuan difusi, ukuran molekul dan stabilitas dari bahan obat (Jawetz, et al., 2010).

c. Metode turbidimetri

Referensi

Dokumen terkait

[r]

DINAS PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN KABUPATEN WONOSOBO TAHUN ANGGARAN

Dengan demikian klausul- klausul dan ketentuan lain yang tidak diubah dinyatakan masih berlaku dan mengikat dalam proses pelelangan ini. Demikian Addendum ini dibuat

[r]

Kami informasikan bahwa penerima hibah program Pengabdian Masyarakat tahun 2016 adalah pengusul yang proposalnya dinyatakan lolos seleksi, dan yang bersangkutan juga telah

Berdasarkan visi, misi, program kerja dan dukungan sumber daya dosen yang sangat kompetitif serta pengalaman dosen-dosen Unand melaksanakan Program Pengabdian

[r]

Setiap usulan Pemegang Saham akan dimasukkan dalam acara Rapat jika memenuhi persyaratan dalam Pasal 14 ayat 10 Anggaran Dasar Perseroan dan usul tersebut harus sudah