• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Finansial Dan Strategi Pengembangan Usahatani Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Finansial Dan Strategi Pengembangan Usahatani Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Tinjauan Ekonomi Tanaman Bawang Merah

Bawang merah merupakan salah satu komoditi holtikultura yang permintaannya cukup tinggi di Indonesia. Konsumsi bawang merah penduduk Indonesia sejak tahun 1993-2012 menunjukkan perkembangan yang fluktuatif namun relatif meningkat. Konsumsi rata-rata bawang merah untuk tahun 1993 adalah 1,33 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2012 konsumsi bawang merah telah mencapai 2,764 kg/kapita/tahun (Dirjen Holtikultura, 2013).

Tingkat konsumsi bawang merah tertinggi terjadi pada 2007 yang mencapai 3,014 kg/kapita/tahun dengan volume total permintaan bawang merah mencapai 901.102 ton (Badan Pusat Statistik,2013).

Peningkatan permintaan bawang merah tersebut tidak diikuti dengan peningkatan produksibawang merah nasional. Produksi bawang merah menunjukkan perkembangan negatif terhadap permintaan bawang merah.Penurunan tingkat produksi bawang merah pada titik terendah terjadi pada tahun 1998 dimana Indonesia sedang mengalami krisis. Penurunanproduksi bawang merah pada tahun 1998 mencapai 599.203 ton (Deptan Holtikultura, 2013).

(2)

Sebagai tanaman musiman, puncak produksi bawang merah terjadi pada bulan-bulan tertentu, sementara konsumsi bawang merah hampir digunakan setiap hari dan bahkan pada hari-hari besar keagamaan permintaan yang cenderung melonjak. Adanya perbedaan pola produksi dan permintaan menyebabkan terjadinya gejolak harga pada waktu tertentu, berupa lonjakan kenaikan harga.pada saat permintaan lebih tinggi dari pasokan, atau harga merosot pada saatpasokan lebih tinggi dari permintaan (Bappenas, 2014).

Tabel 2.1. Perkembangan Impor dan Ekspor Bawang Merah

Tahun Ekspor sejatinya menunjukkan bahwa masih adapeluang yang sangat besar untukpasar dalam negeri. Usaha budidaya bawang merah memiliki prospek dan peluangusaha yang sangat baik di masa yang akan datang.

(3)

dan sarana produksi terbatas, (c) belum diterapkannya SOP(Standard Operating Procedurs) spesifik lokasi secara benar sehingga belum dapat diatasinya permasalahan yang ada.

Produksi bawang merah sampai saat ini masih terpusat dibeberapa kabupaten di Jawa, yaitu:Kuningan, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Bantul, Nganjuk dan Probolinggo. Berdasarkan data dari Ditjen Hortikultura Departemen Pertanian, permintaan bawang merah secara nasional dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pada tahun 2007, permintaan bawang merah sebesar 909.853 ton sedangkan pada tahun 2008, permintaan bawang merah meningkat menjadi 943.301 ton. Produksi bawang merah dalam negeri tahun 2007 sebesar 807.000 ton dan tahun 2008 sebesar 855.000 ton.

(4)

Tabel 2.2. Perkembangan Harga Bawang Dalam Negeri Tahun 2011-2014

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2016

Menurut Ilyas dalam Liputan6.com (2015), permintaan masyarakat akan sayuran mengalami kenaikan menjelang tahun baru 2016. Hal tersebut membuat beberapa komoditas mengalami kenaikan harga seperti bawang merah. Di pasar, harga bawang merah di jual dengan harga Rp. 26.000/kg.

2.1.2. Tinjauan Sosial Tanaman BawangMerah

Bawang merah telah dikenal dan digunakan sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan sejarah banyak ditemukan bukti-bukti yang mengisahkan tentang khasiat dan kehebatan tanaman ini (Rahayu, E dan V.A.Nur Berlian, 1994).

Tanaman ini diduga berasal dari daerah asia tengah, yaitu sekitar India, Pakistan, Palestina. Tidak ada catatan resmi sejak kapan bawang merah mulai dikenal dan digunakan. Namun diduga sudah dikenal sejak lebih dari 5.000 tahun yang lalu (Wibowo, 1999).

(5)

karakteristik populasi. Karakteristik populasi seperti usia, kecerdasan, karakteristik biologis, mempengaruhi pola-pola perilaku anggota-anggota populasi itu. Kelompok orang tua melahirkan pola perilaku yang pasti berbeda dengan kelompok anak-anak muda.

Faktor sosial yang lain diantaranya bawang merah dimanfaatkan sebagai bumbu masakan, baik untuk masakan rumah tangga, restoran maupun industri makanan. Selain itu bawang merah dibuat sebagai bawang goreng, yaitu bawang merah yang diiris tipis dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak (Dewi, 2012). Eksistensi kelompok tani mampu memberikan kontribusi pada pendapatan melalui adanya kontinuitas kegiatan seperti pemberdayaan melalui pertemuan rutin yang mampu memberikan pengetahuan mengenai teknik bertani dan penanganan hama sehingga berpengaruh pada produktivitas, adanya kegiatan gotong royong, serta adanya partisipan yaitu anggota kelompok yang bergabung dengan kelompok untuk mendapatkan manfaat seperti kemudahan dalam mengakses sarana-prasarana, input usahatani seperti pupuk bersubsidi lebih terjangkau bagi anggota dibanding bukan anggota kelompok, serta mudahnya mendapat informasi dari pemerintah dan sesama anggota mengenai keberlanjutan pembangunan usahatani bawang merah (Shita, 2014)

(6)

pengembangan jiwa wirausaha dan kerjasama antar petani dengan pihak terkait lainnya untuk mengembangkan usahataninya.

2.2. Landasan Teori

Bawang merah adalah salah petani satu komoditas yang banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia. Banyak manfaat yang dapat diambil dari bawang merah dan tingginyanilai ekonomi yang dimiliki sayuran ini, membuat para petani di berbagai daerah tertarik membudidayakannya untuk mendapat keuntungan dari potensi bisnis tersebut (Dewi, 2012).

Tanaman bawang merah membutuhkan tempat yang beriklim kering dengan suhu

yang cukup panas antara - C. Tanaman ini rentan terhadap curah hujan yang tinggi. Angin kencang yang berhembus terus menerus secara langsung dapat

merobohkan tanaman karena sistem perakaran tanaman yang dangkal (Tim Bina Karya Tani, 2008).

Menurut Ginting (2006) tanaman bawang merah asal samosir selama puluhan tahun merajai pasar bawang merahSumatera Utara. Itu karena tanaman bawang merah tersebut sangat khas dan lebih menyengat, warna lebih merah dan mengkilap.

(7)

Menurut Rahim dan Hastuti (2007), biaya produksi dipengaruhi oleh faktor – faktor sebagai variabel akan tingkat produksi. Umumnya faktor – faktor utama untuk mempengaruhi produksi adalah faktor lahan, tenaga kerja, modal untuk pengadaan bibit, pupuk, obat – obatan, teknologi dan manajemen.

Menurut Soekartawi(1995), Penerimaan usahatani adalah perkalian antara volume produksi yang diperoleh dengan harga jual. Harga jual adalah harga transaksi antara petani (penghasil) dan pembeli untuk setiap komoditas menurut satuan tempat. Satuan yang digunakan seperti satuan yang lazim dipakai pembeli/penjual secara partai besar, misalnya : kg, kuintal, ikat, dan sebagainya.

Selisih antara penerimaan dan semua biaya dalam usahaadalah pendapatan. Dimana penerimaan usaha adalah nilai produk total suatu usaha dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, yang digunakan kembali untuk bibit atau yang disimpan digudang. Apabila pendapatan yang diperoleh lebih besar dari total biaya, atau diperoleh keuntungan maka usahatani bawang merah dikatakan layak.

(8)

Menurut Soekartawi (1995), efisiensi merupakan gambaran perbandingan terbaik antara suatu usaha dan hasil yang dicapai. Efisien tidaknya suatu usaha ditentukan oleh besar kecilnya hasil yang diperoleh dari usaha tersebut serta besar kecilnya biaya yang diperlukan untuk memperoleh hasil tersebut. Tingkat efisiensi suatu usaha biasa ditentukan dengan menghitung per cost ratio yaitu imbangan antara hasil usaha dengan total biaya produksinya.

Jika suatu usaha dikatakan layak untuk diusahakan, maka untuk pengembangan usaha atau memperbesar skala usaha tersebut diperlukan peningkatan jumlah produksi atau penambahan modal dalam pembelian bahan baku produksi dengan meminimalisir biaya produksi agar penerimaan yang diperoleh dapat lebih besar dan memberikan keuntungan. Penambahan biaya pada suatu usaha akan meningkatkan penambahan penerimaan sebesar nilai perbandingan penerimaan terhadap biaya tersebut.

Untuk memperoleh pendapatan yang besar, maka total penerimaan harus lebih besar dari pada total biaya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan penerimaan maka jumlah produk pada suatu usaha harus ditingkatkan dengan penambahan input produksi berupa pembelian bahan baku atau penambahan modal suatu usaha. Penambahan biaya tambahan akan memberikan penambahan pendapatan sebesar nilai perbandingan antara total pendapatan terhadap total biaya.

(9)

Soekartawi (2000) kriteria tersebut adalah Break Event Point (BEP) dan return cost ratio (R/C).

Break Event Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana produksi dalam suatu usahatani tidak ada untung tidak ada rugi, impas antara biaya yang dikeluarkan usahatani dengan pendapatan yang diterima.R/C adalah singkatan dari return cost ratio. R/C juga dikenal sebagai perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya.

R/C (Revenue Cost Ratio) adalah pembagian antara penerimaan usaha dengan biaya dari usaha tersebut. Analisis ini digunakan untuk melihat perbandingan total penerimaan dengan total biaya usaha. Jika nilai R/C diatas satu rupiah yang dikeluarkan akan memperoleh manfaat sehingga penerimaan lebih dari satu rupiah. Secara sistematis R/C ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:

R/C Rasio = otal enerimaan en ualan otal ia a

R/C Rasio digunakan untuk melihat keuntungan dan kelayakan dari usaha tani. Usaha tersebut dikatakan menguntungkan jika nilai R/C ratio lebih besar dari satu (R/C > 1). Hal ini menunjukkan bahwa setiap nilai rupiah yang dikeluarkan dalam produksi akan memberikan manfaat sejumlah nilai penerimaan yang diperoleh (Harmono dan Andoko, 2005).

(10)

Analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengembilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan (Rangkuti, 1997).

Analisis SWOT dibuat dalam bentuk matriks. Matriks ini menggambarkan dengan jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dalam perusahaandan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini menghasilkanempat set alternatif strategis, yaitu:

1. Strategi SO (Strenghts-Opportunities)

Strategi berdasarkan jalan pemikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan dengan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST (Strenghts-Threats)

Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities)

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT (Weaknesses-Threats)

(11)

2.3. Kerangka Pemikiran

Usahatani adalah kombinasi dari faktor-faktor produksi berupa alam, tenaga kerja, modal dan keahlian yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output.

Usahatani bawang merah merupakan salah satu usaha holtikultura sayur-sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan karena bawang merah sering digunakan sebagai bahan utama untuk bumbu dasar masakan. Berkembangnya bisnis kuliner dan industri bahan pangan seperti makanan ringan, restoran siap saji dan lain sebagainya turut serta mempengaruhi permintaan bawang merah yang cenderung meningkat.

Usahatani bawang merah (Allium ascalonicum) adalah usahatani yang mengusahakan bawang merah sebagai komoditasnya. Agar usahatani bawang merah dapat berjalan sebagaimana mestinya maka dibutuhkan beberapa input produksi yang menunjang dalam proses produksinya tersebut yaitu bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Ada beberapa masalah yang dihadapi petani bawang merah dalam penyediaan input produksi salah satunya adalah distribusi input produksi yang kurang lancar akibat akses ke daerah.

(12)

Pendapatan yang diterima petani merupakan jumlah penerimaan petani bawang merah yang dikurangi oleh total biaya produksi. Usahatani bawang ini nantinya akan dianalisis dengan menghitung R/C ratio dan BEP. Jika usahatani bawang merah sesuai dengan kriteria kelayakan secara finansial maka usaha ini layak untuk dikembangkan dan menguntungkan atau memberi manfaat.

(13)

Keterangan :

= Menyatakan hubungan

(14)

2.4. Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang telah disusun, diperoleh hipotesis penelitian sebagai berikut:

1.Input usahatani bawang merah di daerah penelitian tersedia

Gambar

Tabel 2.1. Perkembangan Impor dan Ekspor Bawang Merah
Tabel 2.2. Perkembangan Harga Bawang Dalam Negeri Tahun 2011-2014
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Kalimantan Selatan akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan

PANI TI A PENGADAAN BARANG DAN JASA METODA LELANG SEDERHANA DI LI NGKUNGAN DI NAS PERTANI AN PETERNAKAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KOTA BANDAR

JUDUL : NYERI PANGGUNG, JANGAN ASAL TERAPI. MEDIA : BERNAS JOGJA TANGGAL : 14

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan upaya pemerintah kota Salatiga dalam penataan dan pengelolaan pedagang kaki lima, dan menjelaskan pola

Berdasarkan beberapa hal yang disampaikan di atas, kami selaku penulis dengan judul “Pola Perilaku Anak pada Jalur Sirkulasi Horisontal dan Vertikal di Rusunawa Cibeureum Cimahi”

The impact of positive which is in the tourism activity of "Mahakarya Legend Goa Kreo" is the society directly involved in the activities of tourist

Dari kajian dan hasil analisa teori yang terkait terhadap kondisi eksisting di lapangan dapat disimpulkan bahwa terdapat 2 fungsi pada bangunan The Bellagio Jakarta yaitu