• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Bio Va-Mikoriza Dan Pemberian Arang Sekam Terhadap Jamur Pythium spp. Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabaccum L.) Di Lapangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Bio Va-Mikoriza Dan Pemberian Arang Sekam Terhadap Jamur Pythium spp. Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabaccum L.) Di Lapangan"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BIO VA-MIKORIZA DAN PEMBERIAN ARANG SEKAM TERHADAP JAMUR Pythium spp. PADA TANAMAN

TEMBAKAU DELI (Nicotiana tabaccum L.) DI LAPANGAN

SKRIPSI

OLEH

NIKI SIMATUPANG 060302026

HPT

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH BIO VA-MIKORIZA DAN PEMBERIAN ARANG SEKAM TERHADAP JAMUR Pythium spp. PADA TANAMAN

TEMBAKAU DELI (Nicotiana tabaccum L.) DI LAPANGAN

SKRIPSI

OLEH

NIKI SIMATUPANG 060302026

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Departemen Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ir. Lahmuddin Lubis, MP Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr

Ketua Anggota

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

ABSTRACT

Niki Simatupang, “ The Effect of Bio VA-Mycorrhiza and application of

Charcoal to fungi Pythium spp. on Deli Tobacco Plant (Nicotiana tabaccum L.) in Field”, under supervised by Ir. Lahmuddin Lubis, MP and Ir.Mukhtar

Iskandar Pinem, M. Agr. This research aimed to know the effect of Bio

Va-Micoryza dan charcoal on Pythium spp. and know the effect charcoal to help the

(4)

ABSTRAK

Niki Simatupang, “PENGARUH BIO VA-MIKORIZA DAN PEMBERIAN ARANG SEKAM TERHADAP JAMUR Pythium spp. PADA TANAMAN TEMBAKAU DELI (Nicotiana tabaccum L.) DI LAPANGAN”, dibawah bimbingan Ir. Lahmuddin Lubis, MP dan Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Bio VA-Mikoriza dan pemberian arang sekam terhadap jamur Pythium spp dan mengetahui keefektifan arang sekam dalam membantu pertumbuhan Bio VA – Mikoriza untuk menekan jamur Pythium spp. pada tanaman tembakau Deli. Penelitian ini dilaksanakan di Lapangan BPTD Sampali, Medan pada bulan Oktober 2010 sampai Desember 2010. Penelitian menggunakan. Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yaitu faktor Bio VA –

Mikoriza dan faktor Arang sekam dengan 16 kombinasi perlakuan dan diulang

sebanyak dua kali.Hasil penelitian menunjukkan persentase serangan tertinggi terdapat pada perlakuan M0A0 ( Kontrol ) sebesar 100 % dan terendah pada perlakuan M1A1, M1A2, M1A3, M2A1, M2A2, M2A3, M3A1, M3A2 dan M3A3 sebesar 0,00 %. Produksi tertinggi terdapat pada perlakuan M3A3 (Bio VA

– Mikoriza 20 gr/tanaman dan Arang sekam 20 gr/tanaman) sebesar 25,55

(5)

RIWAYAT HIDUP

Niki Simatupang lahir pada tanggal 31 Desember 1986 di Simangumban

dari Ibunda Resmin Hutabarat dan Ayahanda Alm. Tumbur Parulian Simatupang.

Penulis merupakan anak ke empat dari empat bersaudara.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

- Lulus dari Sekolah Dasar Negeri Simangumban No. 174574 Pada Tahun

2000

- Lulus dari SLTP. Negeri 2 Pahae Jae Pada Tahun 2003.

- Lulus dari SMA Negeri 1 Simangumban Pada Tahun 2006.

- Pada tahun 2006 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Medan, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan melalui jalur PMP.

Penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu:

- Anggota IMAPTAN (Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman) tahun

2006-2011.

- Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN 3, Kebun

Rambutan, Kotamadya Tebing Tinggi pada tahun 2010.

- Melaksanakan penelitian skripsi di BPTD Sampali pada bulan Oktober –

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa karena

atas berkat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini

tepat pada waktunya.

Adapun judul dari Sikripsi ini adalah PENGARUH BIO VA-MIKORIZA DAN

PEMBERIAN ARANG SEKAM TERHADAP JAMUR Pythium spp. PADA TANAMAN

TEMBAKAU DELI (Nicotiana tabaccum L.) DI LAPANGAN sebagai salah satu syarat

untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Ir. Lahmuddin Lubis, MP selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak

Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr sebagai anggota komisi pembimbing yang

telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis, dan tidak lupa juga

kepada para rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan sikripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2011

(7)

DAFTAR ISI

Penyakit Busuk Batang Tembakau ... 10

Biologi Penyebab Penyakit (Pythium spp.) ... 10

Gejala Penyakit ... 11

Daur Hidup Penyakit ... 12

Faktor Yang Mempengaruhi ... 13

(8)

Inokulasi Susupensi Phytium spp. ... 26

Peubah Pengamatan ... 26

Persentase Serangan (%) ... 26

Produksi (g/tan) ... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Serangan a.Pengaruh Bio VA-Mikoriza terhadap persentase serangan (%) ... 27

b.Pengaruh pemberian arang sekam terhadap persentase serangan (%) ... 28

c.Pengaruh Bio VA-Mikoriza dan Pemberian arang sekam terhadap Persentase Serangan (%) ... 29

Produksi a.Pengaruh Bio VA – Mikoriza terhadap produksi pada tanaman tembakau Deli... .... ... 31

b.Pengaruh pemberian arang sekam terhadap produksi pada tanaman tembakau Deli ... 32

c.Pengaruh Bio VA – Mikoriza dan pemberian arang sekam terhadap produksi pada tanaman tembakau Deli ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 36

Saran ... 36

(9)

DAFTAR TABEL

Keterangan Hlm

1. Rataan Pengaruh Bio VA-Mikoriza Terhadap Persentase

Serangan (%) Tembakau Deli Pada Pengamtan I – X ... 27 2. Rataan Pengaruh Pemberian Arang Sekam Terhadap

Persentase Serangan (%) Tembakau Deli Pada Pengamtan I – X .... 27 3. Rataan Pengaruh Bio VA-Mikoriza dan Pemberian

Arang Sekam Terhadap Persentase Serangan (%) Tembakau Deli Pada Pengamatan I – X ... 27 4. Rataan Pengaruh Bio VA-Mikoriza Terhadap

Produksi (g/tan) Tembakau Deli…... 30 5. Rataan Pengaruh Arang Sekam Terhadap

Produksi (g/tan) Tembakau Deli ... 30 6. Rataan Pengaruh Bio VA – Mikoriza dan Arang Sekam

(10)

DAFTAR GAMBAR

Keterangan Hlm

1. Gambar Jamur Pythium spp...11

2. Gejala Serangan Pythium spp ... 12

3. Mikoriza... 15

4. Foto Biakan Murni Jamur Pythium spp……….. 82

5. Foto Plank Penelitian……….. 82

6. Foto Serangan Jamur Pythium spp Pada Batang……… 83

7. Foto Serangan Pythium spp Yang Merusak Akar Tanaman…………... 83

8. Foto Mikoriza Berupa Tepung……… 84

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Keterangan Hlm

1. Data Pengamatan I Persentase Serangan (%) Pythium spp ... 36

2. Data Pengamatan II Persentase Serangan (%) Pythium spp ... 38

3. Data Pengamatan III Persentase Serangan (%) Pythium spp ... 42

4. Data Pengamatan IV Persentase Serangan (%) Pythium spp ... 46

5. Data Pengamatan V Persentase Serangan (%) Pythium spp ... 50

6. Data Pengamatan VI Persentase Serangan (%) Pythium spp ... 54

7. Data Pengamatan VII Persentase Serangan (%) Pythium spp ... 58

8. Data Pengamatan VIII Persentase Serangan (%) Pythium spp ... 62

9. Data Pengamatan IX Persentase Serangan (%) Pythium spp ... 66

10. Data Pengamatan X Persentase Serangan (%) Pythium spp ... 70

11. Data produksi Daun Tembakau ... 74

12. Bagan Penelitian………... 78

13. Bagan Perlakuan………... 79

14. Deskripsi Tanaman Tembakau Deli……….. 81

(12)

ABSTRACT

Niki Simatupang, “ The Effect of Bio VA-Mycorrhiza and application of

Charcoal to fungi Pythium spp. on Deli Tobacco Plant (Nicotiana tabaccum L.) in Field”, under supervised by Ir. Lahmuddin Lubis, MP and Ir.Mukhtar

Iskandar Pinem, M. Agr. This research aimed to know the effect of Bio

Va-Micoryza dan charcoal on Pythium spp. and know the effect charcoal to help the

(13)

ABSTRAK

Niki Simatupang, “PENGARUH BIO VA-MIKORIZA DAN PEMBERIAN ARANG SEKAM TERHADAP JAMUR Pythium spp. PADA TANAMAN TEMBAKAU DELI (Nicotiana tabaccum L.) DI LAPANGAN”, dibawah bimbingan Ir. Lahmuddin Lubis, MP dan Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Bio VA-Mikoriza dan pemberian arang sekam terhadap jamur Pythium spp dan mengetahui keefektifan arang sekam dalam membantu pertumbuhan Bio VA – Mikoriza untuk menekan jamur Pythium spp. pada tanaman tembakau Deli. Penelitian ini dilaksanakan di Lapangan BPTD Sampali, Medan pada bulan Oktober 2010 sampai Desember 2010. Penelitian menggunakan. Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yaitu faktor Bio VA –

Mikoriza dan faktor Arang sekam dengan 16 kombinasi perlakuan dan diulang

sebanyak dua kali.Hasil penelitian menunjukkan persentase serangan tertinggi terdapat pada perlakuan M0A0 ( Kontrol ) sebesar 100 % dan terendah pada perlakuan M1A1, M1A2, M1A3, M2A1, M2A2, M2A3, M3A1, M3A2 dan M3A3 sebesar 0,00 %. Produksi tertinggi terdapat pada perlakuan M3A3 (Bio VA

– Mikoriza 20 gr/tanaman dan Arang sekam 20 gr/tanaman) sebesar 25,55

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman tembakau termasuk golongan semusim. Dalam dunia pertanian

tergolong tanaman perkebunan, tetapi bukan merupakan kelompok tanaman

pangan. Tembakau dimanfaatkan daunnya sebagai bahan pembuatan rokok

(Cahyono, 1998).

Penggunaan tembakau berasal dari bangsa Indian, berkaitan dengan

upacara-upacara keagamaan mereka. Colombus pertama kali mengetahui

penggunaan tembakau ini dari orang-orang Indian. Pada tahun 1556, tanaman

tembakau diperkenalkan di Eropa, dan mula-mula hanya digunakan untuk

keperluan dekorasi dan kedokteran/medis saja. Setelah itu tembakau menjadi

populer di Eropa dan digunakan untuk beberapa keperluan, misalnya untuk

menghilangkan rasa lapar dan mengobati beberapa penyakit (Matnawi, 1997).

Tembakau telah terkenal sebagai komoditi ekspor sejak dua setengah abad

yang lalu, yakni ketika penguasa kolonial yang kemudian digantikan oleh

pemodal swasta mengusahakan untuk pasaran Eropa. Kira-kira dua abad sejak

diperkenalkannya tembakau oleh bangsa Portugis di Nusantara, tanaman

tembakau merupakan tanaman untuk komsumsi kelompok elite, dan kemudian

secara bertahap meluas menjadi konsumsi rakyat kebanyakan

(Pedmo dan Djatmiko, 1991).

Di dunia pertembakan internasional, Indonesia telah terkenal karena jenis

(15)

samping tembakau deli, yang termasuk jenis tembakau cerutu yaitu tembakau

besuki dan tembakau vorstenladen. Di pasaran internasioanal, tembakau deli

lebih dikenal sebagai tembakau sumatera, sedangkan tembakau besuki dan

tembakau vorstenlanden lebih dikenal dengan nama tembakau jawa

(Tim Penulis, 1993).

Tembakau deli saat ini masih merupakan primadona tembakau cerutu,

kegunaannya lebih diutamakan untuk pembungkus cerutu, bahkan daun tembakau

deli lebih terkenal sebagai pembungkus dan pembalut cerutu nomor satu di dunia,

sehingga tetap dibutuhkan oleh pabrik penghasil cerutu berkualitas tinggi.

Tembakau deli termasuk tembakau kelas elite serta mempunyai keistimewaan

anatara lain memiliki cirri, rasa, dan aroma khas yang tidak dapat digantikan

posisinya dengan tembakau jenis lain (Erwin, 2000).

Perkembangan penanaman tembakau di Indonesia sangat dipengaruhi oleh

kebiasaan dan perkembangan perdagangan di dunia luar. Di samping itu karena

pengaruh iklim dan tanah di daerah-daerah pertanaman dan cara-cara bercocok

tanam, banyak terdapat tipe-tipe atau jenis tembakau antara lain : tembakau susur,

tembakau untuk sigaret kretek, rokok lintingan, tembakau sigaret putih, dan

tembakau cerutu yang hasilnya dipasarkan di Eropa untuk industry cerutu

(Abdullah dan Soedarmanto, 1990).

Dalam budaya tanaman sering kita jumpai berbagai kendala yang

mengakibatkan produksi berkurang. Salah satu kendala dalam budidaya tanaman

adalah adanya serangan penyakit khususnya patogen tular tanah. Beberapa upaya

(16)

benih dan pengendalian dengan secara kimia telah dilakukan agar tanaman

terhindar dari penyakit (Mujoko dkk, 1999).

Tanaman tembakau deli sangat peka terhadap penyakit, seperti penyakit

yang disebabkan oleh jamur, bakteri maupun virus. Penyakit tumbuhan

menyebabkan kerugian yang cukup besar di setiap musim tanam. Kemunculan

penyakit dapat terjadi pada berbagai fase mulai dari persemaian sampai saat

panen, bahkan penyakit dapat terjadi pula pada periode lepas panen. Salah satu

jenis penyakit tanaman yang menyerang pertanaman tembakau adalah penyakit

rebah semai yang disebabkan oleh jamur Pythium spp. (Erwin, 2000).

Pythium ini tergolong kedalam kelas Phycomycetes. Penyakit ini sering

disebut sebagai penyakit hangus batang atau damping off yang dapat

menyebabkan turunnya produksi sampai 20 % karena tidak baiknya bibit. Jamur

ini pada umumnya berkembang di daerah tropika. Sumber penyakit pada

umumnya berkembang di daerah tropika. Sumber penyakit pada umumnya

terdapat di dalam tanah yang dipergunakan, atau terikut oleh aliran air hujan dan

sebagainya (Erwin, 2000).

Usaha pengendalian penyakit tanaman akhir-akhir ini lebih banyak

ditekankan pada pengendalian secara biologi. Salah satu mikroba yang berpotensi

sebagai agen antagonis patogen tular tanah termasuk Pythium spp. adalah jamur

Mikoriza Vesikular-Arbuskular (MVA) (Hersanti, 1997).

Penggunaan agen biologi sebagai pengendali patogen tular tanah

memerlukan kondisi tanah yang cukup mendukung. Menurut Kobayashi dan

Branch (1989) dalam Hersanti (1997), kombinasi antara jamur MVA

(17)

Fusarium axysporum f.sp. cucumberinum, Rhizoctonian sealant, Pythium spp.

Jika dibandingkan dengan penggunaan MVA dan arang kelapa sawit secara

sendiri-sendiri.

BioVA-Mikoriza adalah jamur yang hidup bersimbiosis saling

menguntungkan dengan akar tanaman. BioVA-Mikoriza dapat membantu dan

mempermudah akar tanaman dalam menyerap mineral dan unsure hara dari

dalam tanah (Anonimus, 2006).

Sehubungan dengan uraian diatas, untuk mengetahui lebih lanjut dalam

menekan serangan jamur Pythium spp. maka perlu diadakan suatu penelitian

untuk mengendalikan penyakit ini di lapangan pada tanaman tembakau deli.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh Bio VA-Mikoriza dan pemberian arang sekam

terhadap jamur Pythium spp. Pada tanaman tembakau deli di lapangan.

2. Untuk mengetahui arang sekam yang efektif dalam membantu

pertumbuhan Bio VA-Mikoriza untuk menekan jamur Pythium spp pada

tanaman tembakau deli.

3. Untuk mengetahui efektifitas antara Bio VA-Mikoriza dan Arang sekam

dalam menekan jamur Pythium spp pada tanaman tembakau Deli.

Hipotesis Penelitian

1. Pemberian mikoriza dengan dosis yang berbeda mempengaruhi

efektifitasnya dalam pengendalian penyakit Pythium spp. pada tanaman

(18)

2. Pemberian arang sekam dengan dosis yang berbeda mempengaruhi

efektifnya penggunaan mikoriza dalam pengendalian penyakit

Pythium spp. pada tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabaccum L.).

3. Adanya interaksi antara Bio VA-Mikoriza dan Arang sekam dalam

menekan jamur Pythium spp pada tanaman tembakau Deli.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Sharma (1993), tembakau dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Sub division : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Personatae

Famili : Solananacea

Genus : Nicotiana

Spesies : Nicotiana tabaccum. L.

Tanaman tembakau memiliki akar tunggang, jika tanaman tumbuh bebas

pada tanah yang subur terkadang dapat tumbuh sepanjang 7,5 cm. Selain akar

tunggang terdapat bulu-bulu akar dan akar serabut. Akar tanaman tembakau

kurang tahan terhadap air yang berlebihan karena dapat mengganggu

pertumbuhan akar bahkan tanaman dapat mati (Matnawi, 1997).

Batang tanaman tembakau berbentuk agak bulat, batangnya agak lunak

tetapi kuat. Makin ke ujung semakin kecil, ruas-ruas batang mengalami penebalan

yang ditumbuhi daun. Batang tanaman tidak bercabang atau sedikit bercabang.

Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun juga ditumbuhi tunas yang disebut

tunas ketiak daun. Diameter batang sekitar 5 cm (Cahyono, 1998).

Daun tembakau berbentuk lonjong atau bulat, tergantung pada varietasnya.

Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya berbulat runcing, sedangkan

(20)

menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin. Ketebalan daun yang

berbeda-beda, tergantung varietas budidaya. Daun tumbuh berselang-seling

mengelilingi batang tanaman. Daun memiliki mulut daun yang terletak merata.

Jumlah daun dalam satu tanaman 28 – 32 helai (Cahyono, 1998).

Buah tembakau berbentuk lonjong dan berukuran yang kecil, didalamnya

banyak berisi biji yang bobotnya sangat ringan. Dalam setiap gram biji berisi

12000 butir biji. Tiap-tiap batang tembakau dapat menghasilkan rata-rata 25 gram

biji. Kira-kira 3 minggu sesudah pembuahan, buah tembakau telah jadi masak, biji

dari buah tembakau yang baru dipungut kadang-kadang belum dapat berkecambah

bila disemaikan, sehingga biji-biji tembakau perlu mengalami masa istirahat atau

dominasi kira-kira 2 – 3 minggu untuk dapat berkecambah. Untuk dapat

memperoleh kecambah yang baik sekitar 95% biji yang dipetik harus sudah masak

dan telah disimpan dengan baik dengan suhu yang kering

(Abdullah dan Soedarmanto, 1998).

Jika diurutkan ke bawah, tembakau termasuk sub-famili Nicotianae dan

genus Nicotiana. Dari sekian banyak species, yang mempunyai arti ekonomi

paling tinggi diantaranya species Nicotianae tabacum dan Nicotiana rustica.

Kedua species tembakau ini bisa dibedakan dari bentuk dan warna bunganya.

Lebih teliti lagi, kedua spesies ini bisa dibedakan dengan menggunakan

mikroskop. Walaupun keduanya dalam kedaan diploid mempunyai jumlah

kromosom yang sama (48), tetapi di bawah mikroskop bentuknya mudah

dibedakan. Beberapa spesies lainnya cukup dikenal baik, tetapi tidak mempunyai

nilai ekonomi terlalu tinggi dan lebih banyak dikenal sebagai tanaman hias

(21)

Syarat Tumbuh Tanah

Setiap jenis tembakau menghendaki jenis tanah yang berbeda, namun ada

syarat khusus yang dikehendaki oleh setiap jenis tembakau. Tembakau cerutu

dataran rendah seperti tembakau deli menghendaki tanah yang banyak

mengandung humus.Cerutu dataran tinggi seperti besuki menghendaki tanah

subur yang berasal dari gunung berasal dari gunung berapi. Tembakau Deli

banyak di tanam pada tanah yang berwarna hitam berdebu dengan kandungan

humus 16% dan pH 5-5,6. Ada juga yang ditanam pada tanah-tanah sendimenter

dan tanah alluvial yang endapannya mengandung bahan drastis

(Tim Penulis, 1993).

Sifat fisik tanah yang penting adalah tekstur dan struktur tanah. Tekstur

tanah adalah liat berpasir dengan kandungan pasir 50% dengan tekstur debu.

Struktur tanah yang baik untuk budidaya tembakau adalah gembur. Karena tanah

yang demikian itu memudah pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman,

meningkatkan peredaran udara di dalam tanah sehingga dapat mencegah

menggenangnya air (Matnawi, 1997).

Setiap jenis tembakau memiliki mutu yang khas dan menghendaki

ketinggian tempat penanaman yang berbeda-beda. Jenis tembakau cerutu

menghendaki daun yang tipis dan elastis. Daerah-daerah yang cocok untuk

penanaman tembakau cerutu adalah daerah rendah. Misalnya, daerah Klaten

dengan ketinggian tempat 120-300 m dpl., daerah Deli dengan ketinggian tempat

120-200 m dpl (Tim Penulis, 1993).

(22)

Keadaan temperatur dan kelembapan udara berbeda-beda sesuai dengan

jenis tanaman tembakau. Tembakau dataran tinggi memerlukan temperatur udara

yang rendah. Tembakau dataran rendah memerlukan temperatur yang tinggi

namun temperatur yang cocok untuk pertumbuhan tembakau pada umumnya

berkisar antara 21-32,30C (Cahyono, 1998).

Curah hujan yang dibutuhkan antara tembakau yang satu dengan yang

lainnya tidak sama. Masalah air berperan penting dalam pertumbuhan tanaman.

Misalnya tembakau cerutu menghendaki curah hujan berkisar antara 1500-200

mm/tahun. Artinya untuk setiap tahunnya areal daerah tembakau harus

mendapatkan siram air hujan sebanyak 1500-2000 mm. Untuk pengelolahan

tembakau cerutu mulai pengolahan tanah sampai pemetikan daun yang diinginkan

dibutuhkan 4 bulan kering. Jenis tembakau cerutu biasanya dipetik pada waktu

musim hujan sedang pengolahan tanah dan penanamannya di usahakan pada

waktu musim kemarau (Matnawi, 1997).

Suhu optimal yang dikehendaki adalah 270C atau berkisar antara

220C-330C. Kelembaban udara baik untuk di ketahui guna memperhitungkan saat

merajalelanya perkembangan cendawan seperti penyakit patik. Kelembaban udara

(23)

Penyakit Busuk Batang pada Tembakau (Pythium spp.) Biologi Penyakit

Menurut Erwin (2000) penyakit rebah semai atau hangus batang

(busuk batang) pada tembakau disebabkan oleh jamur Pythium spp. Jamur ini

dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Mycota

Subdivisio : Eumycotina

Kelas : Phycomycetes

Ordo : Peronosporales

Family : Pythiaceae

Genus : Pythium

Spesies : Pythium spp.

Jamur Pythium spp. Mempunyai miselium kasar, lebarnya kadang-kadang

sampai 7 µ m. Selain membentuk sporangium yang biasa, (berbentuk bulat atau

lonjong), jamur juga membentuk sporangium yang bentuknya tidak teratur seperti

batang atau bercabang-cabang, yang dipisahkan dari ujung hifa. Bagian ini sering

disebut presporangium dan ukurannya 800 x 20 µ m, sedangkan Oospora memiliki

dinding yang agak tebal dan halus, diameter 17-19 µ m. Hifa Pythium spp. adalah

hialin, tidak bersepta dan umumnya memiliki lebar 4-6 µ m. Pada agar kentang

jamur membentuk banyak klamidospora bulat yang berukuran 21-39 µ m

(Semangun, 2000).

Untuk lebih jelasnya, gambar Pythium spp. dapat dilihat pada gambar

(24)

Gambar 1. Bentuk klamidospora pada jamur pythium spp. a.Klamidospora b.Miselium

Sumber : Foto Langsung

Sporangia panjangnya bervariasi dari 50-1000 µ m dan umumnya memiliki

membedakan zoospore. Oorgonia berbentuk spherical dan terminal dengan

diameter 22-27 µm (Erwin, 2000).

Gejala Penyakit

Di Deli selain di pembibitan jamur juga menyerang tanaman tembakau

muda yang baru saja di pindah ke lapangan, dan menimbulkan penyakit yang

disebut “batang terbakar parasite” (parasitaire Stengel verbranding, Bld.)

(Semangun, 2000).

Di kebun, penyakit timbul pada hari-hari pertama sesudah pemindahan.

Pangkal batang berlekuk sepanjang 1-15 cm dan membusuk.Tanaman yang sakit

“busuk batang” ini biasanya tidak menunjukkan gejala kelayuan yang jelas. Kulit

batang sama sekali rusak dan empelur batang berlubang. Kalau batang belum

berkayu tanaman akan rebab, karena batang yang terserang mudah sekali patah.

Akhirnya tanaman busuk basah menjadi suatu massa berwarna gelap atau hitam

(25)

Akar tanaman yang terinfeksi akan berwarna coklat muda dan akan terlihat

berair. Pengamatan mikroskopis dari jaringan korteks umumnya menunjukkan

adanya jamur oospora dan beberapa tanaman akan mengalami penggulungan dan

klorotik (Erwin, 2000).

Gambar 2. Gejala serangan Phytium spp.

Sumber : foto langsung dari tembakau BPTD PTPN II Sampali (2010)

Daur Hidup

Temperatur optimum untuk Pythium spp. yang menyerang tanaman

tembakau bervariasi cukup besar yaitu 24-350C, pH optimum yang diinginkan

adalah 5,5. Jamur ini bersifat polifag sehingga dapat

mempunyai beberapa jenis tanaman inang antara lain lamtoro

(Leucana leucocephala), bayam (Amaranthus sp.), kucingan (Mimosa pudica),

kerokot (Portulaca oleracea) (Erwin, 2000).

Pythium spp. terdapat di dalam tanah sebagai saprofit atau dalam

bahan-bahan lemah dan dapat bertahan untuk masa waktu tertentu tanpa adanya

makanan. Sporangium akan berfungsi sebagai struktur survival jangka panjang

(Erwin, 2000).

(26)

Faktor Yang Mempengaruhi

Pada tanah yang mengandung air tinggi dan bibit yang rapat merupakan

hal yang tidak dikehendaki untuk proses pertumbuhan yang cepat dari jaringan

tembakau. Demikian halnya pH tanah antara 5,4 sampai 7,5 mendukung atau

meransang untuk berkembangnya rebah semai. Di samping itu factor-faktor lain

seperti bibit yang lambat tumbuh atau yang terluka oleh kadar garam tinggi dan

infeksi mematoda dapat meningkatkan kerusakan pada tanaman tembakau oleh

pathogen ini (Lucas et al.1985).

Beberapa faktor lingkungan seperti kelembaban, aerasi, suhu, derajat

keasaman tanah mempengaruhi penyebaran penyakit ini. Air dalam tanah

membantu penyebaran penyakit baik langsung maupun tidak langsung. Secara

tidak langsung, kebanyakan air menyebabkan kurangnya aerase, sehingga

berpengaruh kurang baik terhadap tanaman tembakau, dengan akibat pertumbuhan

yang lemah. Sehingga, air yang tergenang sangatlah tidak cocok dalam

pertumbuhan tembakau untuk mencegah keberadaan jamur ini. Jamur Pythium ini

mempunyai toleransi yang cukup besar terhadap suhu antara 15-300C

(Mehrotra, 1983).

Pengendalian

Beberapa upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit

Pythium spp. sebagai berikut :

1. Untuk media pembibitan diusahakan tanah yang mudah meluluskan air,

(27)

2. Sanitasi,dengan membuang bibit yang sakit untuk menghindari penularan

lebih lanjut, juga membuang bibit disekitar pembibitan yang sakit dengan

radius 1 m atau lebih.

3. Jarak tanam bibit agar tidak terlalu rapat untuk mengurangi kelembaban di

pembibitan.

4. Penyemprotan dengan fungisida terutama yang mengandung bahan aktif

metalaxyl. Rekomendasi penggunaan fungisida harus diikuti dengan

benar.

(Erwin, 2000).

Untuk mengurangi busuk batang di kebun-kebun yang selalu mendapat

serangan, di Deli dianjurkan untuk menanam bibit yang agak berkayu. Bibit

ditanam dalam lubang-lubang,hanya akar dan leher akar saja yang ditutup dengan

tanah,karena bagian ini lebih rentan terhadap infeksi. Lubang baru diisi penuh

dengan tanah lebih kurang 7 hari sesudah penanaman.Juga cara ini dilakuakan

pada penyulaman tanaman yang mati (Semangun, 2000).

Bio VA-Mikoriza

Mikoriza merupakan jamur yang hidup secara bersimbiosis dengan system

perakaran tananaman tingkat tinggi. Walau ada juga yang bersimbiosis dengan

rizoid (akar semu) jamur. Mikoriza secara umum terbagi atas 2 (dua) golongan,

yaitu : ektonikoriza dan endomikoriza.Pembagian ini didasarkan pada tempat

mikoriza yang bersimbiosis pada akar. Eltomikoriza : merupakan mikoriza yang

menginfeksi permukaan luar tanaman dan di antara sel-sel apeks akar.

Endomikoriza : merupakan mikoriza yang menginfeksi bagian dalam akar

(28)

Gambar 3. Mikoriza (Glomus sp.)

Sumber

Bio VA-Mikoriza adalah jamur yang hidup bersimbiosis saling

menguntungkan dengan akar tanaman. Bio VA-Mikoriza ini dirancang untuk

membantu dan mempermudah akar tanaman menyerap mineral dan unsure hara

dari dalam tanah khususnya fosfat dan air. Tanaman yang berasosiasi dengan

VA-Mikoriza lebih tahan terhadap kekeringan.

Ada 4 manfaat mikoriza yaitu :

1. Berfungsi melarutkan mineral tanah khususnya fosfat yang sangat

dibutuhkan tanaman.

2. Membantu proses penyerapan mineral dan air kedalam akar tanaman.

3. Menghasilkan hormone pertumbuhan tanaman antimicrobial.

4. Digunakan cukup hanya sekali pada saat tanaman disemai, jumlah Bio

Va-Mikoriza terus bertambah seiring dengan pertumbuhan tanaman.

(29)

Pemberian inokulum mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan

tumbuhan dan kemampuan tanaman memamfaatkan nutrisi yang ada dalam tanah,

terutama P, Ca, N, Cu, Mn, K, dan Mg. Kolonisasi jamur MVA dapat memperluas

bidang serapan akar, berkat adanya hifa eksternal yang tumbuh dan berkembang

melebihi jangkauan bulu akar. Selain itu MVA dapat juga meningkatkan

kandungan klorofil, penyerapan air, dan perangsang tumbuh. Terpacunya produksi

substansi-substansi zat perangsang tumbuh, menjadikan tanaman lebih toleran

terhadap shock, terutama untuk tanaman yang dipindahkan ke lapangan

(Rompas,1997).

Jamur MVA mempunyai pengaruh fisiologis pada inang uga dapat

melindungi akar serabut yang tidak bersuberin terhadap serangan patogen.

Perbaikan status hara akibat asosiasi jamur MVA menunjukkan toleransi tanaman

lebih tinggi terhadap keracunan logam berat, kekeringan, suhu, pH tanah, dan

serangan beberapa patogen tular tanah (Soenartiningsi dan Talanea, 1997).

Akar tanaman yang terbungkus oleh mikoriza akan menyebabkan akar

tersebut terhindar dari serangan hama dan penyakit. Infeksi akar akan

terhambat,disamping itu mikoiza akan menggunakan semua kelebihan karbohidrat

dan eskudat akar lainnya,sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok bagi

pertumbuhan patogen. Dipihak lain, jamur mikoriza ada yang dapat melepaskan

antibiotik yang dapat mematikan patogen. Beberapa hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa jamur mikoriza dapat menghasilkan hormon seperti

sitokinin,giberalin dan vitamin (Anonimus, 2007).

Peingkatan ketahanan tanaman terhadap patogen juga dipengaruhi oleh

(30)

fenol,quinone dan berbagai phytoalexine. Tanaman yang terinfeksi jamur MVA

dapat memproduksi bahan atsiri yang bersifat fungistatik jauh lebih banyak

dibanding dengan yang tidak terinfeksi MVA. Juga mengandung asam amino

3-10 kali lebih banyak dibanding tanaman yang tidak terinfeksi MVA. Hal ini

dapat menyebabkan peningkatan ketahanan melalui eksudat akar. Eksudat akar

yang terinfeksi jamur MVA berbeda dengan eksudat akar yang tidak terinfeksi

jamur MVA. Perubahan eksudat akar sangat mempengaruhi mikroorganisme

dalam rhizosfer dan bentuk perubahannya dapat mengakibatkan peningkatan

ketahanan tanaman, sehingga dapat menguntngkan tanaman karena tanaman dapat

terhindar serangan patogen tanah. Dosis yang umum digunakan adalah sebesar 20

gram/tanaman (Soenartiningsih dan Talanea, 1997).

Arang

Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%

karbon,dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan

pada suhu tinggi. ketika pemanasan berlangsung,diusahakan agar tidak terjadi

kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung

karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi

(Tryana dan Sarma, 2007).

Sekam padi merupakan limbah pertanian yang belum dimamfaatkan secara

luas dan secara umum jumlahnya cukup banyak,diberbagai daerah pertanian.

Sekam padi mengandung 11,5% air, 20,03% abu dan 44,31 selulosa. Bio

VA-Mikoriza dapat memamfaatkan selulosa sebagai sumber karbon dan energi untuk

(31)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lapangan Balai Penelitian Tembakau Deli

(BPTD) Sampali PTPN II. Dengan ketinggian tempat + 25 m dpl. Penelitian

dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanaman tembakau varietas F1-45,

Bio VA-Mikoriza, arang sekam padi, PDA, pupuk NPK dan pupuk KNO3,

tanaman yang terserang Pythium spp, Alkohol 96%, Clorox 0,1% dan Aquades.

Adapun alat yang digunakan adalah cawan petri, erlenmeyer, handsprayer,

objek glass,mikroskop, plastik, kukusan, polibeg dan plank.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak

Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu :

Faktor 1: Bio VA-Mikoriza (M)

M0 : Kontrol

M1 : Bio VA-Mikoriza dengan dosis 10 gr/tanaman

M2 : Bio VA-Mikoriza dengan dosis 15 gr/tanaman

(32)

Faktor 2 : Pemberian Arang (A)

A0 : Kontrol

A1 : Arang sekam padi dengan dosis 10 gr/tanaman

A2 : Arang sekam padi dengan dosis 15 gr/tanaman

A3 : Arang sekam padi dengan dosis 20 gr/tanaman

Kombinasi Perlakuan :

M0A0 M0A1 M0A2 M0A3

M1A0 M1A1 M1A2 M1A3

M2A0 M2A1 M2A2 M2A3

M3A0 M3A1 M3A2 M3A3

Jumlah ulangan 2, yang diperoleh dari rumus sebagai berikut:

(r) = (t-1) (r-1) > 15

(16-1) (r-1) > 15

15(r-1) > 15

15r > 15+15

r > 30 : 15

r > 2

r = 2 ulangan

Kombinasi Perlakuan : 16 perlakuaan

Ulangan : 2 blok

Jumlah tanaman per plot : 4 tanaman

Jumlah plot : 2 x 16 = 32 plot

(33)

Ukuran plot : 210 cm x 195 cm

Jarak antar plot : 50 cm

Paret keliling : 30 cm

Luas lahan : p x l = 13,10 x 12,35 = 161,785 m

Jarak tanam : 50 x 45 cm

Jumlah seluruh tanaman : 4 x 32 = 128 tanaman

Model linier yang digunakan adalah :

Yijk = µ + ρi + αj +βk + (αβ)jk + Eijk

Dimana:

Yijk = Data yang dihasilkan dari pengaruh ulangan pada taraf ke i dan

perlakuan ke j dan perlakuan ke k.

µ = Rataan/Nilai tengah

ρi = Efek blok ke i

αj = Efek perlakuan ke j

βk = Efek perlakuan ke k

(αβ)jk = Efek interaksi perlakuan ke j dan perlakuan ke k

Eijk = Efek error dari ulangan pada taraf ke i dan perlakuan ke j dan perlakuan

ke k.

Pelaksanaan Penelitian

Survey pendahuluan dilakukan untuk menentukan wilayah atau lokasi

(34)

Pembuatan Bedengan

Pembuatan bedengan dilaksanakan adalah untuk keperluan

perkecambahan dan untuk jarangan bibit (Plat). Pembuatan bedengan sudah

selesai saat 5-7 hari sebelum bedengan digunakan (sebelum tabur benih).

Pekerjaan yang dilakukan dalam pembuatan bedengan adalah mula-mula

bedengan dibuat membujur dari utara ke selatan, dengan panjang bedengan 6 m,

lebar 1 m dan tinggi 30 – 40 cm. Payungan menghadap timur dengan tinggi 100

cm bagian depan dan 80 cm bagian belakang. Atap payungan terdiri dari dua

lapisan yaitu lapisan bawah terdiri dari plastik transparan putih dan lapisan atas

terdiri dari atap lalang.

Pada bedengan persemaian permukaan harus rata dan halus, diberi alas

dengan plastik tembus air, diisi dengan media campur dengan komposisi tanah :

kompos : pasir sebanyak 5 : 3 : 2, pada setiap sisi deberi bumbu untuk menahan

media campuran. Tinggi media campuran 6 cm. Pada bedengan jarangan

permukaan bedengan harus miring bagian depan dengan tinggi bedengan 30 cm

dan bagian belakang 40 cm, permukaan bedengan diberi lembaran plastik yang

tidak tembus air. Arah depan bedengan pada bagian yang tinggi menghadap ke

timur dan arah belakang menghadap ke barat.

Persiapan Bibit Tembakau

Benih tembakau varietas F1-45 terlebih dahulu diletakkan di atas kain kasa

basah selama 72 jam (3 hari) di ruangan yang tidak langsung terkena sinar

matahari selama 3 hari agar benih tersebut menggembung dan mudah untuk

(35)

persemaian. Setelah berumur 16 – 20 hari bibit siap untuk dipindahkan ke plat

bibit hingga bibit berumur 40 hari dan siap untuk dipindahkan ke lapangan.

Persiapan Media Tanam

Tanah top soil, pasir dan kompos yang akan digunakan (2:1:1) diayak

terlebih dahulu. Diletakkan pada tempat yang terlindung. Media campuran

tersebut kemudian disterilkan dengan cara memanaskannya (mengukus) pada

suhu ± 105 0C selama ± 30 menit. Media yang dipanaskan dikeluarkan dari

kukusan lalu dikering-anginkan di atas alas plastik di ruangan tertutup selama ± 2

hari. Kemudian tanah tersebut dimasukkan ke dalam polibeg ukuran 15 kg

setinggi 2/3 dari polibeg. Disusun rapi menjadi 2 bagian, yaitu ulangan I, II

dengan masing-masing plot dapat 4 polibeg.

Pemberian Arang Sekam dan Bio VA-Mikoriza

Pengaplikasian arang sekam dilakukan pada saat pengisian tanah ke dalam

polibeg dengan dosis sesuai perlakuan. Setelah 3 hari dilakukan pengaplikasian

Bio VA-Mikoriza dengan dosis sesuai perlakuan . Kedua aplikasi ini dilakukan 7

hari sebelum dilakukan penanaman.

Penanaman

Tanaman tembakau yang telah berumur 40 hari ditanam ke dalam polibeg

yang telah tersedia. Sebelum penanaman dilakukan penyiraman pada media tanam

1 hari sebelum penanaman.

Pemeliharaan

Dalam kegiatan pemeliharaan meliputi penyisipan, penyiraman dengan

(36)

Penyiraman dilakukan sebanyak 3 kali bila cuaca panas dan 2 kali bila cuaca

mendung. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan hansprayer, pemupukan

sesuai dengan anjuran selama masa penanaman, dan pengendalian hama dan

penyakit. Jika diperlukan, diberikan perlakuan secara kimia sesuai dengan dosis

yang dianjurkan.

Penyediaan sumber inokulum Pythium spp.

Sumber inokulum diambil dari tanaman tembakau yang terserang patogen

Pythium spp. Bagian tanaman yang terinfeksi dibersihkan dengan aquades steril.

Bagian batang yang terserang dipotong-potong (0,5 x 0,5 cm) lalu disterilisasi

permukaanya dengan Clorox 0,1 % selama dua menit. Kemudian dibilas

permukaanya dengan aquades steril sebanyak 3 kali. Selanjutnya potongan batang

tersebut dikeringkan di atas kertas saring. Potongan tersebut kemudian ditanam

diatas media PDA. Setelah miselium tumbuh, miselium tersebut diperiksa dengan

menggunakan mikroskop kemudian miselium dari jamur Pythium spp. diisolasi

kembali untuk mendapatkan biakan murni. Biakan murni yang digunakan adalah

biakan yang telah berumur lima hari.

Inokulasi Pythium spp.

Sebelum memperoleh suspensi dari Pythium spp, dibiakkan terlebih

dahulu dalam media PDA sampai diperoleh biakan murninya. Kemudian biakan

murni dari Pythium spp. diberi aquades steril sebanyak 10 ml, lalu dishaker

selama 15 menit agar bagian permukaan atas dari media terlepas dan tercampur

dengan larutan air. Setelah itu suspensi disaring dengan menggunakan kertas

(37)

Inokulasi Suspensi Pythium spp

Inokulasi suspensi Pythium spp. dilakukan pada media tanam yang telah

dibuat lubang melingkar disekitar perakaran tanaman yang dilakukan dengan cara

disemprot dengan handsprayer sampai tanah tersebut basah. Inokulasi dilakukan

pada saat tanaman tembakau berumur 2 minggu setelah tanam.

Peubah Amatan

1. Persentase Serangan (%)

Pengamatan dilakukan dengan mengamati tanaman tembakau yang

terserang jamur Pythium spp. Pengamatan pertama dilakukan 3 hari setelah

inokulasi Pythium spp. dengan interval 3 hari sekali. Persentase kerusakan

dihitung dengan menggunakan rumus :

a = Jumlah tanaman yang terserang

b = Jumlah tanaman yang sehat

(Abadi, 2003).

2. Produksi (g/tan)

Pemanenan daun tembakau dapat dilakukan setelah berumur 40 hari.

Panen pertama dilakukan dengan memetik dua helai daun tembakau. Panen kedua

dilakukan 3 hari setelah panen pertama dengan memetik 2-3 lembar daun. Panen

dilakukan sebaiknya 3 kali dengan interval waktu 3 hari. Kemudian daun yang

telah dipanen ditimbang basah yang diperoleh pada setiap perlakuan pada

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian Pengaruh Bio VA-Mikoriza dan Pemberian Arang Sekam

Terhadap Jamur Pyhtium spp. Pada Tanaman Tembakau Deli

(Nicotiana tabacum L.) Di Lapangan adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Rataan Pengaruh Bio VA - Mikoriza dan Pemberian Arang Sekam iTerhadap Persentase Serangan Tembakau Deli (%)

Perlakuan Hari pengamatan (hst)

(39)

1. Persentase Serangan (%)

a. Pengaruh Bio VA-Mikoriza terhadap persentase serangan

Data pengamatan persentase serangan tanaman tembakau Deli dimulai

pengamatan I-X dapat dilihat pada lampiran 1-10. Dari hasil analisis sidik ragam

diketahui bahwa Bio VA-Mikoriza memberikan hasil yang tidak berbeda nyata

pada pengamatan I dan berpengaruh sangat berbeda nyata pada pengamatan II –

X, hal ini dapat dilihat pada tabel 1.

Dari data yang didapat bahwa pada pengamatan I pada tabel 1 diperoleh

hasil tidak nyata tapi pada pengamatan II – X hasil yang diperoleh bahwa M0

(Kontrol) sangat nyata dengan M1 10 gr/tanaman, M2 15 gr/tanaman dan M3 20

gr/tanaman.

Pada pengamatan X persentase serangan tertinggi pada M0 (Kontrol)

yaitu 71,88% sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan M3 20

gr/tanaman dan M2 15 gr/tanaman.

Dari hasil yang dapat disimpulkan bahwa serangan pythium spp. terbesar

terdapat pada M0 (Kontrol) yang mana tidak adanya pemberian Bio VA –

Mikoriza ataupun pemberian arang sekam. Hal ini sesuai dengan literatur

(Erwin, 2000) yang menyatakan bahwa akar tanaman yang terinfeksi akan

berwarna coklat muda dan akan terlihat berair. Pengamatan mikroskopis dari

jaringan korteks umumnya menunjukkan adanya jamur oospora dan beberapa

tanaman akan mengalami penggulungan dan klorotis.

a. Pengaruh pemberian arang sekam terhadap persentase serangan (%)

Data pengamatan persentase serangan tanaman tembakau deli dimulai

(40)

diketahui bahwa arang sekam memberikan hasil yang sangat berbeda nyata pada

pengamatan II – IV, hal ini dapat dilihat pada tabel 1.

Dari data yang didapat bahwa pada pengamatan I pada tabel 1 diperoleh

hasil yang tidak berbeda nyata. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa arang sekam

efektif dalam menekan perkembangan jamur Pythium spp.

b. Pengaruh Bio VA-Mikoriza dan Pemberian arang sekam terhadap Persentase Serangan (%).

Data pengamatan persentase serangan tanaman tembakau Deli dimulai

pengamatan I – X dapat dilihat pada lampiran 1-10. Dari hasil analisis sidik ragam

diketahui bahwa pengaruh Bio VA-Mikoriza dan pemberian arang sekam terhadap

persentase serangan memberikan hasil yang sangat berbeda nyata pada

pengamatan II-X, hal ini dapat dilihat pada tabel 1.

Dari data yang didapat bahwa pada pengamatan I pada tabel 1 diperoleh

hasil tidak berbeda nyata tetapi pada pengamatan II – X hasil yang diperoleh

bahwa M0A0(Kontrol) sangat berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan

M0A1 (arang sekam 10gr/tanaman) tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

Pada pengamatan X diperoleh persentase serangan yang terendah terdapat

pada M1A1, M1A2, M1A3, M2A1, M2A2, M2A3, M3A1, M3A2 dan M3A3

sebesar 0,00%. Sedangkan persentase serangan tertinggi terdapat pada perlakuan

M0A0 (Kontrol) sebesar 100 %. Hal ini sesuai literatur (Anonimous, 2006) yang

menyatakan Bio VA-Mikoriza ini dirancang untuk membantu dan mempermudah

akar tanaman menyerap mineral dan unsur hara dari dalam tanah khususnya fosfat

dan air. Tanaman yang berasosiasi dengan Bio VA-Mikoriza lebih tahan terhadap

(41)

Tabel 2. Rataan Pengaruh Bio VA - Mikoriza dan Pemberian Arang Sekam iTerhadap Produksi Tembakau Deli (g/tan)

Perlakuan Produksi Tembakau

Keterangan : Superscript yang sama pada satu kolom menunjukan perlakuan memberikan pengaruh yang sama dan superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda

a. Pengaruh Bio VA – Mikoriza terhadap produksi pada tanaman tembakau Deli

Hasil pengamatan produksi tembakau Deli dapat dilihat pada lampiran 11.

Dari hasil analisa sidik ragam dapat dilihat bahwa Bio VA – Mikoriza memberikan

pengaruh yang sangat berbeda nyata terhadap produksi daun tembakau Deli.

Dari hasil pengamatan pada tabel 2, diperoleh bahwa M0 (Kontrol) tidak

berbeda nyata dengan perlakuan. Pada perlakuan M0 (Kontrol) yaitu sebesar

(42)

23,18 g/tan dan M3 20 gr/tanaman sebesar 24,90 g/tan. Hal ini disebabkan banyak

tanaman yang terserang penyakit Pythium spp.

b. Pengaruh pemberian arang sekam terhadap produksi pada tanaman tembakau Deli

Hasil pengamatan produksi tembakau Deli dapat dilihat pada lampiran 11.

Dari hasil analisa sidik ragam dapat dilihat bahwa arang sekam memberikan

pengaruh yang sangat berbeda nyata terhadap produksi daun tembakau Deli, hal

ini dapat dilihat pada tabel 2.

Dari hasil pengamatan pada tabel 2, diperoleh bahwa A0 (Kontrol) sangat

berbeda nyata dengan perlakuan. Pada perlakuan A0 (Kontrol) yaitu sebesar

15,45 g/tan, A1 (Arang sekam 10 gr/tanaman) sebesar 19,75 g/tan, A2 (Arang

sekam 15 gr/tanaman) sebesar 21,68 g/tan dan A3 (Arang sekam 20 gr/tanaman)

sebesar 22,33 g/tan. Hal ini disebabkan banyak tanaman yang terserang penyakit

Pythium spp.

c. Pengaruh Bio VA– Mikoriza dan pemberian arang sekam terhadap produksi pada tanaman tembakau Deli

Hasil pengamatan produksi tembakau Deli dapat dilihat pada lampiran 11.

Dari hasil analisa sidik ragam dapat dilihat bahwa pengaruh Bio VA – Mikoriza

dan pemberian arang sekam memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata

terhadap produksi daun tembakau Deli.

Dari hasil pengamatan pada tabel 2, diperoleh bahwa M0A0 (Kontrol)

sangat berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Produksi terendah terdapat pada

perlakuan M0A0 (Kontrol) yaitu sebesar 0,00 g/tan sedangkan yang tertinggi

terdapat pada perlakuan M3A3 (Bio VA – Mikoriza 20 gr/tanaman dan Arang

(43)

tanaman yang terserang penyakit Pythium spp. sehingga menurunkan hasil

produksi daun tembakau. Hal ini sesuai literatur (Wikipedia,2007) yang

menyatakan bahwa akar tanaman yang terbungkus oleh mikoriza akan

menyebabkan akar tersebut terhindar dari serangan hama dan penyakit. Infeksi

akar akan terhambat, disamping itu mikoriza akan menggunakan semua kelebihan

karbohidrat dan eskudat akar lainnya dan peningkatan ketahanan tanaman

terhadap patogen juga dipengaruhi oleh adanya beberapa jamur MVA yang dapat

(44)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Persentase serangan tertinggi pada pengamatan M0A0 sebesar 100 %

sedangkan Persentase serangan terendah pada pengamatan M1A1, M1A2,

M1A3, M2A1, M2A2, M2A3, M3A1, M3A2 dan M3A3 sebesar 0,00%.

2. Produksi tertinggi terdapat pada perlakuan M3A3 (Bio VA – Mikoriza 20

gr/tanaman dan Arang sekam 20 gr/tanaman) sebesar 25,55 g/tanaman

sedangkan Produksi terendah terdapat pada perlakuan M0A0 (Kontrol)

yaitu sebesar 0,00 g/tan.

3. Pemberian arang sekam efektif dalam mengendalikan penyakit Pythium

spp pada tanaman tembakau Deli.

4. Pemberian mikoriza yang paling efektif dalam mengendalikan penyakit

Pythium spp terdapat pada perlakuan M1 (Persentase serangan 0%) dan

terendah terdapat pada M0 (71,88%).

Saran

Diperlukan adanya penelitian lanjut terhadap serangan jamur Pythium spp.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, A.L., 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan III. Bayumedia Publishing, Malang. Hlm. 33.

Abdullah, A. Dan Soedarmanto, 1990. Budidaya Tembakau. Yasaguna, Jakarta. Hlm. 9 – 33.

Akehurst, B.C., 1991. Tobacco. Longmans, Green dan Co. Ltd. London. p. 42-43.

Anonimus, 2006. Bio VA-Mikoriza. Pusat penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, LIPI. Hlm. 1.

________ , 2007. Mikoriza. Available at : 11 September 2007.

________ , 2010. Phytium spp. Available at :

Cahyono, B., 1998. Tembakau Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius Yogyakarta. Hlm. 11 – 13.

Erwin, 2000. Hama dan Penyakit Tembakau Deli. Balai Penelitian Tembakau Deli PTPN II, Tanjung Morawa, Medan. Hlm 52 – 56.

Hersanti, 1997. Pengaruh Jamur Mikoriza Vasikular-Arbuskular (Glomus sp.)

dan Pemberian Arang Kelapa Sawit Terhadap Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Tomat dalam Prosiding Kongres XIV Dan Seminar

Nasional. Vol. I. Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Palembang. Hlm. 213 – 215.

Lucas, G.B., C. L. Cambell and L. T. Lucas, 1985. Introduction to Plant Diseases

Identification and Management. The Avi Publishing Company, Inc.

Westport, Connection North Carolina. P. 153.

Matnawi. H., 1997. Budidaya Tembakau Bawah Naungan. Kanisius, Yogyakarta. Hlm. 9-16.

(46)

Mujoko, T. dan Djajati, 1999. Pengaruh Pemberian Effective Microorganisme 4

Terhadap Patogen Tular Tanah dalam Prosiding Kongres Nasional XV

dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian, Univesitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Hlm. 413.

Pedmo, S., dan E. Djatmiko, 1991. Tembakau Kajian Sosial Ekonom. Aditya Media, Yogyakarta, hlm. 26.

Rompas, J.P., 1997. Potensi Mikoriza (MVA) Dalam Pengendalian Hayati

Patogen Tumbuhan dalam Prosiding Kongres Nasional XVI dan Seminar

Nasional Vol. I. Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Palembang. Hlm. 217 – 219.

Sastrosupadi, A., 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius, Jakarta. Hlm. 102.

Semangun. H., 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hlm. 661 – 665.

Sharma, O. P., 1993. Plant Taxonomy. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi. p. 342.

Soenartiningsih dan H. Talanea, 1997. Potensi Penggunaan Jamur Mikorisa

Vesikula Arbuskula (MVA) Sebagai Pengendali Patogen Tanah Pada

Tanaman Jagung dalam Prosiding Kongres XVI Dan Seminar Nasional. Vol. I. Perhimpunan Fotopathologi Indonesia. Palembang. Hlm. 371 – 373.

Tim Penulis, 1993. Pembudiadayaan Pengolahan dan Pemasaran Tembakau. Penebar Swadaya, Jakarta. Hlm. 22 – 39.

Tryana, M. S., dan Sarma, T. S., 2007. Arang Aktif. Diakses dari :

2007.

Winarsih S., dan Syafrudin, 2008. Pengaruh Pemberian Trichoderma viridae Dan Sekam Padi Trhadap Penyakit Rebah Kecambah Di Persemaian

Tembakau. Diakses dari :

(47)

Lampiran 1. Data persentase serangan Pythium spp. pada tanaman tembakau Deli pengamatan I (3 hari setelah aplikasi) (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(48)
(49)

Lampiran 2. Data persentase serangan Pythium spp. pada tanaman tembakau Deli pengamatan II (6 hari setelah aplikasi) (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(50)

Dwikasta data pengamatan II

Uji BNJ 1% Transformasi Faktor M

(51)

Faktor M Total Rataan Notasi

A0 75.00 9.38 B

A1 0.00 0.00 A

A2 0.00 0.00 A

A3 0.00 0.00 A

Keterangan : BNJ 1% = 0.67

Uji BNJ 1% Transformasi Faktor A

Faktor M Total Rataan Notasi

A0 16.40 2.05 B

A1 5.66 0.71 A

A2 5.66 0.71 A

A3 5.66 0.71 A

(52)

Uji Ducan 1% Perlakuan

Duncan Tab. Dun x 0.26

Nilai p = 2 p = 3 p = 4 p = 5 p = 6 p = 7 p = 8 p = 9 p = 10 p = 11 p = 12 p = 13 p = 14 p = 15 p = 16

Tab. Dun 4.17 4.37 4.50 4.58 4.64 4.72 4.77 4.81 4.84 4.84 4.90 4.90 4.94 4.94 4.97

Duncan 1.08 1.14 1.17 1.19 1.21 1.23 1.24 1.25 1.26 1.26 1.27 1.27 1.28 1.28 1.29

Perlakuan M0A1 M0A2 M0A3 M1A0 M1A1 M1A2 M1A3 M2A0 M2A1 M2A2 M2A3 M3A0 M3A1 M3A2 M3A3 M0A0 Rataan 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 6.08

A A A A A A A A A A A A A A A B

(53)

Lampiran 3. Data persentase serangan Pythium spp. pada tanaman tembakau Deli pengamatan III (9 hari setelah aplikasi) (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(54)

Dwikasta data pengamatan III

Uji BNJ 1% Transformasi Faktor M

Faktor M Total Rataan Notasi

M0 22.80 2.85 B

M1 5.66 0.71 A

M2 5.66 0.71 A

(55)

Uji BNJ 1% Faktor A

Faktor A Total Rataan Notasi

A0 100.00 12.50 B

A1 25.00 3.13 AB

A2 0.00 0.00 A

A3 0.00 0.00 A

Keterangan : BNJ 1% = 1.42

Uji BNJ 1% Transformasi Faktor A

Faktor A Total Rataan Notasi

A0 18.46 2.31 B

A1 10.00 1.25 AB

A2 5.66 0.71 A

A3 5.66 0.71 A

(56)

Uji Ducan 1% Perlakuan

Duncan Tab. Dun x 0.54

Nilai p = 2 p = 3 p = 4 p = 5 p = 6 p = 7 p = 8 p = 9 p = 10 p = 11 p = 12 p = 13 p = 14 p = 15 p = 16

Tab. Dun 4.17 4.37 4.50 4.58 4.64 4.72 4.77 4.81 4.84 4.84 4.90 4.90 4.94 4.94 4.97

Duncan 2.25 2.36 2.43 2.47 2.51 2.55 2.58 2.60 2.61 2.61 2.65 2.65 2.67 2.67 2.68

Perlakuan M0A2 M0A3 M1A0 M1A1 M1A2 M1A3 M2A0 M2A1 M2A2 M2A3 M3A0 M3A1 M3A2 M3A3 M0A1 M0A0 Rataan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.88 7.11

A A A A A A A A A A A A A A A B

(57)

Lampiran 4. Data persentase serangan Pythium spp. pada tanaman tembakau Deli pengamatan IV (12 hari setelah aplikasi) (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(58)
(59)

Uji BNJ 1% Transformasi Faktor M

Faktor M Total Rataan Notasi

M0 47.68 5.96 B

M1 10.00 1.25 A

M2 5.66 0.71 A

M3 5.66 0.71 A

Keterangan : BNJ 1% = 1.42

Uji BNJ 1% Faktor A

Faktor A Total Rataan Notasi

A0 175.00 21.88 B

A1 50.00 6.25 A

A2 50.00 6.25 A

A3 50.00 6.25 A

Keterangan : BNJ 1% = 1.42

Uji BNJ 1% Transformasi Faktor A

Faktor A Total Rataan Notasi

A0 25.96 3.25 B

A1 14.34 1.79 A

A2 14.34 1.79 A

A3 14.34 1.79 A

(60)

Uji Ducan 1% Perlakuan

Duncan Tab. Dun x 0.54

Nilai p = 2 p = 3 p = 4 p = 5 p = 6 p = 7 p = 8 p = 9 p = 10 p = 11 p = 12 p = 13 p = 14 p = 15 p = 16

Tab. Dun 4.17 4.37 4.50 4.58 4.64 4.72 4.77 4.81 4.84 4.84 4.90 4.90 4.94 4.94 4.97

Duncan 2.25 2.36 2.43 2.47 2.51 2.55 2.58 2.60 2.61 2.61 2.65 2.65 2.67 2.67 2.68

Perlakuan M1A1 M1A2 M1A3 M2A0 M2A1 M2A2 M2A3 M3A0 M3A1 M3A2 M3A3 M1A0 M0A2 M0A3 M0A1 M0A0 Rataan 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 2.88 5.05 5.05 5.05 8.69

A A A A A A A A A A A AB B B B C

(61)

Lampiran 5. Data persentase serangan Pythium spp. pada tanaman tembakau Deli pengamatan V (15 hari setelah aplikasi) (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(62)
(63)

Uji BNJ 1% Transformasi Faktor M

Faktor M Total Rataan Notasi

M0 53.85 6.73 B

M1 10.00 1.25 A

M2 5.66 0.71 A

M3 5.66 0.71 A

Keterangan : BNJ 1% = 1.54

Uji BNJ 5% Faktor A

Faktor A Total Rataan Notasi

A0 175.00 21.88 B

A1 100.00 12.50 AB

A2 75.00 9.38 A

A3 50.00 6.25 A

Keterangan : BNJ 5% = 1.19

Uji BNJ 5% Transformasi Faktor A

Faktor A Total Rataan Notasi

A0 25.96 3.25 B

A1 18.46 2.31 AB

A2 16.40 2.05 A

A3 14.34 1.79 A

(64)

Uji Ducan 1% Perlakuan

Duncan Tab. Dun x 0.58

Nilai p = 2 p = 3 p = 4 p = 5 p = 6 p = 7 p = 8 p = 9 p = 10 p = 11 p = 12 p = 13 p = 14 p = 15 p = 16

Tab. Dun 4.17 4.37 4.50 4.58 4.64 4.72 4.77 4.81 4.84 4.84 4.90 4.90 4.94 4.94 4.97

Duncan 2.42 2.53 2.61 2.66 2.69 2.74 2.77 2.79 2.81 2.81 2.84 2.84 2.87 2.87 2.88

Perlakuan M1A1 M1A2 M1A3 M2A0 M2A1 M2A2 M2A3 M3A0 M3A1 M3A2 M3A3 M1A0 M0A3 M0A2 M0A1 M0A0 Rataan 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 2.88 5.05 6.08 7.11 8.69

A A A A A A A A A A A AB BC CD CD D

(65)

Lampiran 6. Data persentase serangan Pythium spp. pada tanaman tembakau Deli pengamatan VI (18 hari setelah aplikasi) (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(66)
(67)

Uji BNJ 1% Transformasi Faktor M

Faktor M Total Rataan Notasi

M0 55.43 6.93 B

M1 10.00 1.25 A

M2 5.66 0.71 A

M3 5.66 0.71 A

Keterangan : BNJ 1% = 1.58

Uji BNJ 5% Faktor A

Faktor A Total Rataan Notasi

A0 175.00 21.88 B

A1 125.00 15.63 AB

A2 75.00 9.38 AB

A3 50.00 6.25 A

Keterangan : BNJ 5% = 1.22

Uji BNJ 5% Transformasi Faktor A

Faktor A Total Rataan Notasi

A0 25.96 3.25 B

A1 20.04 2.50 AB

A2 16.40 2.05 AB

A3 14.34 1.79 A

(68)

Uji Ducan 1% Perlakuan

Duncan Tab. Dun x 0.60

Nilai p = 2 p = 3 p = 4 p = 5 p = 6 p = 7 p = 8 p = 9 p = 10 p = 11 p = 12 p = 13 p = 14 p = 15 p = 16

Tab. Dun 4.17 4.37 4.50 4.58 4.64 4.72 4.77 4.81 4.84 4.84 4.90 4.90 4.94 4.94 4.97

Duncan 2.50 2.62 2.70 2.75 2.78 2.83 2.86 2.89 2.90 2.90 2.94 2.94 2.96 2.96 2.98

Perlakuan M1A1 M1A2 M1A3 M2A0 M2A1 M2A2 M2A3 M3A0 M3A1 M3A2 M3A3 M1A0 M0A3 M0A2 M0A1 M0A0 Rataan 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 2.88 5.05 6.08 7.90 8.69

A A A A A A A A A A A AB BC CD CD D

(69)

Lampiran 7. Data persentase serangan Pythium spp. pada tanaman tembakau Deli pengamatan VII (21 hari setelah aplikasi) (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(70)
(71)

Uji BNJ 1% Transformasi Faktor M

Faktor M Total Rataan Notasi

M0 60.16 7.52 B

M1 10.00 1.25 A

M2 5.66 0.71 A

M3 5.66 0.71 A

Keterangan : BNJ 1% = 1.64

Uji BNJ 5% Faktor A

Faktor A Total Rataan Notasi

A0 225.00 28.13 B

A1 125.00 15.63 AB

A2 75.00 9.38 A

A3 75.00 9.38 A

Keterangan : BNJ 5% = 1.28

Uji BNJ 5% Transformasi Faktor A

Faktor A Total Rataan Notasi

A0 28.64 3.58 B

A1 20.04 2.50 AB

A2 16.40 2.05 A

A3 16.40 2.05 A

(72)

Uji Ducan 1% Perlakuan

Duncan Tab. Dun x 0.63

Nilai p = 2 p = 3 p = 4 p = 5 p = 6 p = 7 p = 8 p = 9 p = 10 p = 11 p = 12 p = 13 p = 14 p = 15 p = 16

Tab. Dun 4.17 4.37 4.50 4.58 4.64 4.72 4.77 4.81 4.84 4.84 4.90 4.90 4.94 4.94 4.97

Duncan 2.63 2.75 2.84 2.89 2.92 2.97 3.01 3.03 3.05 3.05 3.09 3.09 3.11 3.11 3.13

Perlakuan M1A1 M1A2 M1A3 M2A0 M2A1 M2A2 M2A3 M3A0 M3A1 M3A2 M3A3 M1A0 M0A3 M0A2 M0A1 M0A0 Rataan 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 2.88 6.08 6.08 7.90 10.02

A A A A A A A A A A A A B B BC C

(73)

Lampiran 8. Data persentase serangan Pythium spp. pada tanaman tembakau Deli pengamatan VIII (24 hari setelah aplikasi) (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(74)
(75)

Uji BNJ 1% Transformasi Faktor M

Faktor M Total Rataan Notasi

M0 62.21 7.78 B

M1 12.06 1.51 A

M2 5.66 0.71 A

M3 5.66 0.71 A

Keterangan : BNJ 1% = 2.18

Uji BNJ 5% Faktor A

Faktor A Total Rataan Notasi

A0 250.00 31.25 B

A1 125.00 15.63 AB

A2 100.00 12.50 AB

A3 75.00 9.38 A

Keterangan : BNJ 5% = 1.69

Uji BNJ 5% Transformasi Faktor A

Faktor A Total Rataan Notasi

A0 30.69 3.84 B

A1 20.04 2.50 AB

A2 18.46 2.31 AB

A3 16.40 2.05 A

(76)

Uji Duncan 1% Perlakuan

Duncan Tab. Dun x 0.83

Nilai p = 2 p = 3 p = 4 p = 5 p = 6 p = 7 p = 8 p = 9 p = 10 p = 11 p = 12 p = 13 p = 14 p = 15 p = 16

Tab. Dun 4.17 4.37 4.50 4.58 4.64 4.72 4.77 4.81 4.84 4.84 4.90 4.90 4.94 4.94 4.97

Duncan 3.46 3.63 3.74 3.80 3.85 3.92 3.96 3.99 4.02 4.02 4.07 4.07 4.10 4.10 4.13

Perlakuan M1A1 M1A2 M1A3 M2A0 M2A1 M2A2 M2A3 M3A0 M3A1 M3A2 M3A3 M1A0 M0A3 M0A2 M0A1 M0A0 Rataan 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 3.91 6.08 7.11 7.90 10.02

A A A A A A A A A A A AB BC BC BC C

(77)

Lampiran 9. Data persentase serangan Pythium spp. pada tanaman tembakau Deli pengamatan IX (27 hari setelah aplikasi) (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(78)
(79)

Uji BNJ 1% Transformasi Faktor M

Faktor M Total Rataan Notasi

M0 64.27 8.03 B

M1 12.06 1.51 A

M2 5.66 0.71 A

M3 5.66 0.71 A

Keterangan : BNJ 1% = 2.13

Uji BNJ 5% Faktor A

Faktor A Total Rataan Notasi

A0 250.00 31.25 A

A1 125.00 15.63 A

A2 100.00 12.50 A

A3 100.00 12.50 A

Keterangan : BNJ 5% = 1.65

Uji BNJ 5% Transformasi Faktor A

Faktor A Total Rataan Notasi

A0 30.69 3.84 A

A1 20.04 2.50 A

A2 18.46 2.31 A

A3 18.46 2.31 A

(80)

Uji Duncan 1% Perlakuan

Duncan Tab. Dun x 0.81

Nilai p = 2 p = 3 p = 4 p = 5 p = 6 p = 7 p = 8 p = 9 p = 10 p = 11 p = 12 p = 13 p = 14 p = 15 p = 16

Tab. Dun 4.17 4.37 4.50 4.58 4.64 4.72 4.77 4.81 4.84 4.84 4.90 4.90 4.94 4.94 4.97

Duncan 3.38 3.54 3.65 3.71 3.76 3.82 3.86 3.90 3.92 3.92 3.97 3.97 4.00 4.00 4.03

Perlakuan M1A1 M1A2 M1A3 M2A0 M2A1 M2A2 M2A3 M3A0 M3A1 M3A2 M3A3 M1A0 M0A3 M0A2 M0A1 M0A0 Rataan 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 3.91 7.11 7.11 7.90 10.02

A A A A A A A A A A A AB BC BC BC C

(81)

Lampiran 10. Data persentase serangan Pythium spp. pada tanaman tembakau Deli pengamatan X (30 hari setelah aplikasi) (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(82)
(83)

Uji BNJ 1% Transformasi Faktor M

Faktor M Total Rataan Notasi

M0 67.44 8.43 B

M1 12.06 1.51 A

M2 5.66 0.71 A

M3 5.66 0.71 A

(84)

Uji Duncan 1% Perlakuan

Duncan Tab. Dun x 0.86

Nilai p = 2 p = 3 p = 4 p = 5 p = 6 p = 7 p = 8 p = 9 p = 10 p = 11 p = 12 p = 13 p = 14 p = 15 p = 16

Tab. Dun 4.17 4.37 4.50 4.58 4.64 4.72 4.77 4.81 4.84 4.84 4.90 4.90 4.94 4.94 4.97

Duncan 3.59 3.76 3.87 3.94 3.99 4.06 4.10 4.14 4.16 4.16 4.21 4.21 4.25 4.25 4.27

Perlakuan M1A1 M1A2 M1A3 M2A0 M2A1 M2A2 M2A3 M3A0 M3A1 M3A2 M3A3 M1A0 M0A3 M0A2 M0A1 M0A0 Rataan 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 3.91 7.90 7.90 7.90 10.02

A A A A A A A A A A A AB BC BC BC C

(85)

Lampiran 11. Data produksi tembakau

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(86)

Dwikasta data produksi tembakau

Transformasi dwikasta data produksi tembakau

Dwikasta A0 A1 A2 A3 Total

Analisis keragaman data produksi tembakau

Gambar

Gambar 1. Bentuk klamidospora pada jamur pythium                                                                                      a.Klamidospora b.Miselium  spp
Gambar 2. Gejala serangan Phytium spp. Sumber : foto langsung dari tembakau BPTD PTPN II Sampali (2010)
Gambar 3. Mikoriza (Glomus sp.)
Tabel 1.  Rataan Pengaruh Bio VA -  Mikoriza dan Pemberian Arang Sekam iTerhadap Persentase Serangan Tembakau Deli (%)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar, metode pengakuan pendapatan bagi hasil yang dilakukan oleh bank bagi hasil dari pembiayaan mudharabah diakui pada saat

Publication series on ecology, volume 1, Berlin: Heinrich-Böll-Foundation, Christian Aid, EcoEquity and the Stockholm Environment Institute.. GCI Briefing: Contraction

Bagaimana pimpinan merangsang ide baru yang terkait dengan produk..

Dalam kasus tindak pidana kekerasan terhadap perempuan dan anak penyandang disabilitas di Pengadilan Negeri Sukoharjo, korban telah mengajukan perlindungan kepada

Beton yang mempunyai nilai redaman dan loss factor tertinggi dalam penelitian ini yaitu beton polimer dengan penambahan komposisi filler 20% sehingga sampel

Pada umumnya virus yang berjalan pada sistem operasi windows kebanyakan menggunakan teknik modifikasi konfigurasi sistemyang terletak di registry windows, serta beberapa

Leave was granted to the appellant to appeal to the Federal Court on the following question of law: whether the second respondent as a guarantor could again raise issues decided by