commit to user
i
TUGAS AKHIR
PEMBUATAN JAMU GODHOG ASAM URAT
DI MERAPI FARMA HERBAL YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Ahli Madya Pertanian
Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh:
KHASIA FERA WAHYUNI
H 3509011
PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS AGROFARMAKA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
PENGESAHAN
Laporan tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat guna meraih
gelar Ahli Madya dan telah diketahui serta disahkan oleh Dosen Penguji serta
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan Judul :
PEMBUATAN JAMU GODHOG ASAM URAT
DI MERAPI FARMA HERBAL YOGYAKARTA
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
KHASIA FERA WAHYUNI
H 3509011
Telah dipertahankan didepan dosen penguji pada tanggal : ...
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.
Susunan Tim Penguji:
Pembimbing dan Penguji I
Ir. Heru Irianto,MM
NIP. 196305141992021001
Penguji II
Ir. Wartoyo, S.P. MS.
NIP. 195209151979031003
Surakarta, 10 Mei 2012
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Fakultas Pertanian
Dekan,
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia–Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir
dengan judul ″ Pembuatan Jamu Godhog Asam Urat″ Di Merapi Farma Herbal
Yogyakarta.
Dalam menyelesaikan penulisan laporan Tugas Akhir ini tentunya tidaklah
lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan Terima
Kasih kepada :
1. Prof. DR. Ir. Bambang Pudjiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ir. Wartoyo S.P, MS selaku Ketua Program Studi DIII Agribisnis
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ir. Heru Irianto, MM dan Ir. Wartoyo, S.P. MS selaku Dosen
Pembimbing.
4. Ibu Tien Sri Karyani dan karyawan Merapi Farma Herbal yang telah
membimbing dan membantu selama penulis magang.
5. Bapak, Mamak dan Adik-adik saya yang ada di rumah, terima kasih atas
dukungannya.
Semoga laporan ini dapat bemanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca semua pada umumnya.
Surakarta, 10 Mei 2012
commit to user
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 3
1. Tujuan Umum ... 3
2. Tujuan Khusus ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
III.TATALAKSANA PELAKSANAAN ... 39
A. Tempat Pelaksanaan ... 39
B. Waktu Pelaksanaan ... 39
C. Tata Cara Pelaksanaan ... 39
D. Sumber data ... 40
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42
A. Kondisi Umum Perusahaan ... 42
B. Uraian kegiatan dan Pembahasan ... 47
C. Analisis Usaha ... 58
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
v
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Komposisi Simplisia jamu godhog asam urat... 52
Tabel 4.2. Biaya bahan baku jamu godhog asam urat. ... 58
Tabel 4.3. Biaya tenaga kerja jamu godhog asam urat ... 59
Tabel 4.4 Biaya lain-lain ... 59
Tabel 4.5 Biaya Tetap Produksi ... 60
Tabel 4.6 Biaya Variabel Produksi ... 61
commit to user
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendukung gerakan back to
nature, di Indonesia terjadi peningkatan industri obat tradisional bahkan
menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM-RI) sampai tahun
2002 terdapat 1012 industri obat tradisional yang memiliki izin usaha industri
yang terdiri dari 105 industri berskala besar dan 907 industri berskala kecil.
Dengan melihat kelimpahan bahan baku obat herbal di Indonesia dan tuntutan
masyarakat akan produk yang aman, manjur dan berkualitas maka perlu
pembuktian-pembuktian yang nyata melalui penelitian sinergis antara
berbagai disiplin ilmu dan unsur masyarakat. Indonesia memiliki lebih kurang
30.000 spesies tumbuhan dan 940 spesies di antaranya termasuk tumbuhan
berkhasiat obat sehingga merupakan potensi pasar obat herbal (Herbal
medicine). Obat herbal telah diterima secara luas di negara berkembang dan
negara maju.
Penggunaan obat tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan
berkhasiat obat semakin meningkat. Penggunaan tanaman yang berkhasiat
obat yang dikenal sebagai obat tradisional merupakan salah satu jawaban
untuk mengatasi masalah masyarakat dalam hal pemenuhan kebutuhan
kesehatan, karena obat tradisional lebih murah, mudah diperoleh dan efek
samping relatif kecil. Selain itu juga, adanya trend masyarakat untuk
menggunakan bahan-bahan alami (gerakan back to nature) yang menyadari
efek samping dari obat kimia, mendorong masyarakat awam, masyarakat kelas
menengah keatas dan terdidik untuk menggunakan obat tradisional.
Obat tradisional dapat diperoleh di Industri jamu atau dengan membuat
sendiri secara sederhana. Kesulitan para pabrikan, dokter herbal, pengobat
alternatif dan masyarakat untuk mencari tanaman obat dan bahan baku jamu
yang bermutu mendorong berdirinya Merapi Farma Herbal. Merapi Farma
Herbal adalah salah satu perusahaan yang berusaha ikut berperan dalam
commit to user
dan obat tradisional, mencari dan menggali manfaat kesehatan dan ekonomi
dari tanaman obat dan jamu tradisional untuk kesejahteraan diri, bangsa dan
negara serta mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan tentang
pemanfaatan tanaman obat dan obat tradisional kepada masyarakat.
Dewasa ini, Fenomena Penggunaan Obat Tradisional dengan
memanfaatkan tanaman berkhasiat obat semakin menunjukkan identitasnya.
Khususnya, menggunakan keahlian mencegah dan mengobati berbagai
penyakit dengan talenta meracik jamu tradisional Jawa, dimana produknya
dengan merek dagang Jamu Godhog dan Jamuku telah dijual dan di pasarkan
mulai dari lingkungan kota Yogyakarta (1994), hingga pada tahun 2004, mulai
merambah ke pasar nasional hingga hari ini. Selain memproduksi jamu
godhog, Merapi Farma Herbal juga mengusahakan pembibitan tanaman obat
dan budidaya tanaman obat, yang juga digunakan sebagai bahan utama jamu,
sebagian dipanen dari kebun budidaya tanaman obat yang terletak di lahan
dalam kawasan wisata agro tanaman obat merapi farma, sebagian yang lain
juga hasil budidaya petani binaan. Dengan demikian, selain untuk pemakaian
sendiri, berbagi jenis tanaman obat juga ditanam dalam berbagai ukuran
polibag untuk memudahkan konsumen yang ingin mengoleksi tanaman obat.
Jamu godhog adalah kumpulan dari beberapa simplisia yang menjadi
satu kesatuan untuk meringankan, mengurangi dan menyembuhkan penyakit.
Dalam jamu godhog ini terdirindari berbagai simplisia baik simplia akar,
batang dan daun serta rimpang dan masih banyak lagi jenis simplisia.
Merapi Farma Herbal didirikan pada tahun 1994 (17 tahun silam) oleh
Bapak Sidik Raharjo yang pada mulanya hanya melayani kebutuhan customer
di lingkungan sekitar kota Yogyakarta. Akan tetapi melalui pengembangan
dan berbagai diversifikasi produk yang pemasarannya mulai merambah ke
berbagai kota bahkan ke beberapa pulau lain di Indonesia. Merapi Farma
herbal berbadan hukum pada tahun 2004, sebagai berikut: Akte pendirian CV.
Merapi Farma, Ijin Gangguan (HO), NPWP (perusahaan dan pribadi), Surat
Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Ijin Prinsip,
commit to user
seputar peluang usaha di atas akhirnya mendorong berdiri dan eksisnya
Merapi Farma Herbal hingga hari ini. Merapi Farma Herbal senantiasa
concern dan fokus dalam mengembangkan sistem dan teknologi Agro Industri
Biofarmaka yang bergerak dari hulu ke hilir dimulai dari Wisata Agro berupa
Pembibitan dan Budidaya Tanaman Obat, penelitian dan pelatihanya, hingga
memproduksi jamu godhog untuk pengobatan juga Jamu sebagai gaya hidup
sehat.
B. Tujuan Magang
a) Tujuan umum
1. Untuk memperluas pengetahuan dan wawasan berfikir dalam
menerapkan ilmu yang dipelajari serta keterkaitannya dengan bidang
ilmu yang lain.
2. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat
membandingkan antara teori yang telah diperoleh dengan aplikasinya
di lapangan.
3. Memberikan pengetahuan dan pengalaman praktis kepada mahasiswa
dalam rangka kesiapan menghadapi dunia kerja yang mengarah pada
kegiatan kewirausahaan, dan penciptaan lapangan kerja.
4. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi dengan Instansi
pemerintah, perusahaan swasta dan masyarakat, dalam rangka
meningkatkan kualitas Tri Darma Perguruan Tinggi.
5. Memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai gelar Ahli Madya
Agrofarmaka di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
b) Tujuan khusus
1. Memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja dalam bidang
pertanian khususnya pada pembuatan jamu godhog di Merapi Farma
Herbal, Yogyakarta.
2. Mempelajari tata cara meracik jamu godhog khususnya jamu untuk
commit to user
II. TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit asam urat adalah penyakit yang timbul akibat kadar asam urat
darah yang berlebihan. Adanya produksi asam urat yang berlebihan tersebut
karena meningkatnya pembentukan zat purin dalam tubuh. Peningkatan tersebut
berasal dari asupan makanan yang mengandung purin yang tinggi dan gangguan
pada ginjal. Produk buangan termasuk asam urat dan garam-garam organic
dibuang melalui saluran ginjal, kandung kemih, dan saluran kemih dalam bentuk
urin. Kegagalan ginjal dalam proses pembuangan asam urat dalam jumlah yang
cukup banyak dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Hal tersebut juga
dapat menimbulkan komplikasi lain yaitu pengendapan asam urat dalam ginjal
yang akhirnya terjadi pembentukan batu ginjal dari kristal asam urat
(Kertia, 2009).
Kadar normal asam urat bisa diketahui dengan pemeriksaan asam urat di
laboratorium dilakukan dengan dua cara, Enzimatik dan Teknik Biasa. Kadar
asam urat normal menurut tes enzimatik maksimum 7 mg/dl. Sedangkan pada
teknik biasa, nilai normalnya maksimum 8 mg/dl. Bila hasil pemeriksaan
menunjukkan kadar asam urat melampaui standar normal itu, penderita
dimungkinkan mengalami hiperurisemia. Kadar asam urat normal pada pria dan
perempuan berbeda. Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,5 – 7 mg/dl dan
pada perempuan 2,6 – 6 mg/dl. Kadar asam urat diatas normal disebut
hiperurisemia (Saraswati, 2009).
Menurut Nugroho, salah satu pengelola usaha jamu dan tanaman obat di Jl.
Kaliurang Km 21,5 Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta, jamu dibagi 2
yaitu jamu penyembuhan dan jamu pencegahan. Jamu penyembuhan misalnya
untuk menyembuhkan batu ginjal, asam urat dan diabetes. Sedangkan jamu
pencegahan lebih seperti minuman kesehatan yang mencegah badan dari
terserangnya penyakit, juga menyehatkan badan. Jamu pencegahan ini misalnya
jamu beras kencur, kunir asem, jahe merah, dan temulawak.
Untuk jamu penyembuhan sebaiknya terdiri dari 3 bagian, yaitu bahan
commit to user
digunakan untuk mengobati penyakit utama juga, misalnya untuk batu ginjal,
digunakan tanaman gempur batu, tempuyung atau kembang bugang, yang
berfungsi untuk menghancurkan batu. Bahan pendamping berfungsi untuk
mengobati komplikasi penyakit, misalnya radang di ginjal dan susah buang air
kecil, diobati dengan kunyit atau binahong. Sedangkan bahan pelengkap
digunakan untuk mencegah gejala-gejala penyakit, misalnya kencur serta jahe
merah yang berguna untuk menurunkan kolesterol dan mengurangi rasa nyeri
(Anonim, 2012).
Untuk ramuan jamu terbaik, unsur ketiga bahan tersebut direbus dengan
temperatur 100oC hingga air berkurang sekitar setengahnya. Untuk beberapa
bahan mempunyai batas maksimal panas untuk pengeringannya supaya
kandungan dalam bahan tersebut tidak hilang. Sedangkan batas toleransi berat
adalah 70g - 100g bahan tiap kali minum. Jika kebanyakan, dikhawatirkan akan
adanya gangguan pada lambung dan ginjal. Sedangkan untuk jamu pencegahan,
cukup minum jamu beras kencur, kunir asem, atau pun jahe merah. Yang perlu
diperhatikan adalah jika jamu tersebut ada endapannya, dianjurkan endapan
tersebut tidak dikocok dan tidak diminum. Kerena itu merupakan penumpukan
kalsium yang malah menambah kerja ginjal dan tidak baik untuk lambung dan
usus (Anonim, 2012).
Jamu-jamu tersebut bisa kita buatnya sendiri di rumah. Asalkan semua
bahan ada, takaran benar, dan pembuatan benar, jamu-jamu tersebut bisa dibuat
sendiri. Sedangkan untuk tanaman obat, kita juga bisa menanamnya di rumah.
Tidak dibutuhkan pekarangan yang luas ataupun perawatan yang rumit.
Tanaman-tanaman yang bisa kita tanam sendiri misalnya jenis empon-empon (temulawak,
jahe, kunir) dan kumis kucing. Dengan bahan alami tanpa campuran bahan kimia,
tentu saja badan akan mendapatkan khasiat yang maksimal. Apalagi ternyata jamu
tidak menimbulkan efek-efek buruk asalkan diminum secara tepat. Di samping itu
ternyata juga mudah untuk mendapatkannya. Karenanya, tak ada salahnya untuk
kembali ke alam dan membuat badan sehat dengan cara yang alami
commit to user
Simplisia merupakan bahan alam yang digunakan sebagai obat, tetapi
belum mengalami pengolahan apapun kecuali dinyatakan lain telah dikeringkan.
Simplisia yang berasal dari tanaman utuh, bagian tanaman (seperti daun, bunga,
buah, kuli buah, biji, kulit, batang, kayu, akar, rimpang), atau eksudat tanaman
disebut Simplisia Nabati. Eksudat tanaman bisa merupakan isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau
zat nabati lain yang dengan cara tertentu dipisahkan dari selnya atau zat nabati
lain yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanaman dan belum berupa zat
kimia murni.
Adapun jenis-jenis simplisia nabati adalah sebagai berikut:
a) Herba (herba)
Herba merupakan seluruh bagian tanaman obat mulai dari akar, batang,
daun, bunga, dan buah dari tanaman jenis terna yang bersifat herbaceous.
Contohnya: Herba Sidogori
b) Daun (folium)
Simplisia tersebut bisa berupa daun segar atau kering dan dapat berupa
pucuk daun seperti kumis kucing dan daun tua seperti daun salam.
c) Bunga (flos)
Bunga yang digunakan sebagai simplisia dapat berupa bunga tunggal atau
majemuk. Contohnya: Bunga cengkeh
d) Buah (fructus)
Buah untuk simplisia dikumpulkan setelah masak.
e) Kulit Buah (pericarpium)
Kulit buah dikumpulkan dari buah masak seperti kulit buah jeruk.
f) Biji (semen)
Biji biasanya dikumpulkan dari buah yang sudah masak.
g) Kulit Kayu (cortex)
Kulit kayu merupakan bagian terluar dari batang pada tanaman tinggi atau
commit to user h) Kayu (lignum)
Kayu yang biasa digunakan sebagai simplisia merupakan kayu tanpa kulit.
Pemotongan kayu biasanya dilakukan miring sehingga permukaan menjadi
lebar. Kedangkala berupa serutan kayu.
i) Akar (radix)
Akar merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah.
j) Rimpang (rhizoma)
Rimpang merupakan batang dan daun yang terdapat di dalam tanah,
bercabang-cabang, dan tumbuh mendatar. Dari ujungnya dapat tumbuh tunas
yang muncul ke atas tanah dan tumbuhan baru.
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun
kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Dan untuk
dapat memenuhi persyaratan minimal tersebut, ada beberapa faktor yang
berpengaruh, antara lain adalah:
1. Bahan baku simplisia
2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia.
3. Cara pengepakan dan penyirnpanan simplisia.
A. Tahap tahap dalam pembuatan simplisia
1. Bahan baku
Bahan baku simplisia yang dipilih harus yang bermutu baik. Hal yang
mempengaruhi mutu bahan baku simplisia adalah:
a) Umur tumbuhan atau bagian tumbuhan yang dipanen tidak tepat dan
berbeda-beda. Umur tumbuhan atau bagian tumbuhan yang dipanen
berpengaruh pada kadar senyawa aktif. Ini berarti bahwa mutu
simplisia yang dihasilkan sering tidak sama, karena umur pada saat
panen tidak sama.
b) Jenis (Species) tumbuhan yang dipanen sering kurang diperhatikan.
sehingga simplisia yang diperoleh tidak sama. Sering juga terjadi
kekeliruan dalarn menetapkan suatu jenis tumbuhan, karena dua jenis
commit to user
morfologi yang sama. Untuk itu pengumpul harus seorang yang ahli
atau berpengalaman dalam mengenal jenis-jenis tumbuhan. Perbedaan
jenis tumbuhan akan memberikan perbedaan pada kandungan senyawa
aktif, yang berarti mutu simplisia yang dihasilkan akan berbeda pula.
c) Lingkungan tempat tunibuh yang berbeda sering mengakibatkan
perbedaan kadar kandungan senyawa aktif. Pertumbuhan tumbuhan
dipengaruhi tinggi tempat keadaan tanah dan cuaca.
Usaha membudidayakan tanaman obat untuk memenuhi keperluan
simplisia, diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Keseragaman
umur pada saat panen, lingkungan tempat tumbuh dan jenis yang benar
dapat ditentukan dan diatur sesuai dengan tujuan untuk memperoleh mutu
simplisia yang seragam. Selain itu, tanaman budidaya dapat diusahakan
untuk meningkatkan mutu simplisia dengan jalan:
1. Bibit dipilih untuk mendapatkan tanaman unggul sehingga simplisia
yang dihasilkan memiliki kandungan senyawa aktif yang tinggi.
2. Pengolahan tanah pemeliharaan, pemupukan dan perlindungan
tanaman dilakukan dengan saksama dan bila mungkin menggunakan
teknologi tepat guna.
2. Dasar pembuatan
a) Simplisia dibuat dengan cara pengeringan
Pembuatan simplisia dengan cara ini pengeringannya dilakukan
dengun cepat, tetapi pada suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan
yang dilakukan dengan waktu lama akan mengakibatkan simplisia
yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan yang dilakukan pada
suhu terlalu tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia pada
kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut untuk
bahan simplisia yang memerlukan perajangan perlu diatur
perajangannya, sehingga diperoleh tebal irisan yang pada pengeringan
commit to user b) Simplisia dibuat dengan proses fermentasi
Proses fermentasi dilakukan dengan saksama agar proses tersebut
tidak berkelanjutan ke arah yang tidak diinginkan.
c) Simplisia dibuat dengan proses khusus
Pembuatan simplisia dengan cara penyulingan, pengentalan
eksudat nabati, pengeringan sari air dan proses khusus lainnya
dilakukan dengan berpegang pada prinsip bahwa simplisia yang
dihasilkan harus memiliki mutu sesuai dengan persyaratan.
d) Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air
Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan
air. Air yang digunakan harus bebas dari pencemaran racun serangga,
kuman patogen, logam berat dan lain-lain.
3. Tahapan pembuatan
Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan seperti berikut:
a) Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalarn suatu simplisia berbeda-beda
antara lain tergantung pada :
1. Waktu Panen, Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat
panen.
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan
pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan
dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman
tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.
Senyawa aktif terbentuk secara maksimal di dalam bagian
tanaman atau tanaman pada umur tertentu. Di samping waktu
panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula saat
panen dalam sehari. Simplisia yang mengandung minyak atsiri
lebih baik dipanen pada pagi hari. Dengan demikian untuk
menentukan waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan
stabilitas kimiawi dan fisik senyawa aktif dalam simplisia
commit to user
2. Bagian tanaman yang digunakan
Secara garis besar, pedoman panen sebagai berikut :
a) Buah
Tanaman yang pada saat panen diambil buahnya, waktu
pengambilan sering dihubungkan dengan tingkat kemasakan,
yang ditandai dengan terjadinya perubahan pada buah seperti
perubahan tingkat kekerasan misal labu merah. Perubahan
warna, misalnya asam (Tamarindus indica), kadar air buah,
misalnya belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi).
b) Pucuk
Pengambilan dilakukan pada saat tanaman mengalami
perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke generatif. Pada saat
itu penumpukan senyawa aktif dalam kondisi tinggi, sehingga
mempunyai mutu yang terbaik. Contoh tanaman yang diambil
daun pucuk ialah kumis kucing (Orthosiphon starnineus).
c) Daun
Daun yang diambil dipilih yang telah membuka sempurna
dan terletak di bagian cabang atau batang yang menerima sinar
matahari sempurna. Pada daun tersebut terjadi kegiatan
asimilasi yang sempurna. Contoh panenan ini misal sembung
(Blumea balsamifera).
d) Kulit Batang
Pengambilan dilakukan pada saat tanaman telah cukup
umur. Agar pada saat pengambilan tidak mengganggu
pertumbuhan, sebaiknya dilakukan pada musim yang
menguntungkan pertumbuhan antara lain menjelang musim
kemarau.
e) Rimpang
Pengambilan dilakukan pada musim kering dengan
tanda-tanda mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam keadaan ini
commit to user
Panen dapat dilakukan dengan tangan, menggunakan alat atau
menggunakan mesin.
Cara pengambilan bagian tanaman untuk pembuatan simplisia:
No Bagian
untuk kulit batang mengandung minyak atsiri
atau golongan senyawa fenol digunakan alat
pengelupas bukan logam.
-
2. Batang Dari cabang dipotong-potong dengan
panjang tertentu dan diameter cabang
tertentu.
mengupas menggunakan tangan, pisau, atau
menggilas,biji dikumpulkan dan dicuci
8%
11. Kulit buah Seperti biji, kulit buah dikumpulkan dan
dicuci
commit to user
b) Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran
atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada
simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan
asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah
rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang.
c) Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan
pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian
dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau
air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di
dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang
sesingkat mungkin. Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi
jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang
digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada
permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat
pada permukaan bahan tersebut dapat menipercepat pertumbuhan
mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air adalah Pseudomonas,
Proteus, Streptococcus. Pada simplisia akar, batang atau buah dapat
pula dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah
mikroba awal karena sebagian besar jumlah mikroba biasanya
terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas
tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara
pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih.
d) Perajangan
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah
proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang
baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan
utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan
alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau
commit to user
akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga
mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis
juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat
yang mudah menguap. sehingga mempengaruhi komposisi bau dan
rasa yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti
temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya
dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya
kadar minyak atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba
tidak bertambah. Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk
mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau.
Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari selama satu hari.
e) Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang
tidak mudah rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih
lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi
enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air
yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat
merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari
atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu
diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan,
kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas
permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan
rnenggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan
simplisia, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh
simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama
penyimpanan. Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan
terjadinya "Face hardening", yakni bagian luar bahan sudah kering
sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan
oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang
commit to user
penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air
dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan
menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. "Face
hardening" dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian
dalam bahan yang dikeringkan. Suhu pengeringan tergantung kepada
bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat
dikeringkan pada suhu 30" sampai 90°C, tetapi suhu yang terbaik
adalah tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang mengandung
senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus
dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 30" sampai 45"
C. Kelembaban juga tergantung pada bahan simplisia, cara
pengeringan, dan tahap tahap selama pengeringan. Kelembaban akan
menurun selama berlangsungnya proses pengeringan. Berbagai cara
pengeringan telah dikenal dan digunakan orang. Pada dasarnya
dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah dan
buatan.
f) Sortasi kering
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti
bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan
pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk kernudian
disimpan. Pada simplisia bentuk rimpang, sering jumlah akar yang
rnelekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian
pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda benda tanah lain
yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.
g) Pengepakan dan Penyimpanan
Simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena
commit to user
1. Cahaya
Sinar dari panjang gelombang tertentu dapat menimbulkan
perubahan kimia pada simplisia, misalnya isomerisasi,
polimerisasi, rasemisasi dan sebagainya.
2. Oksigen udara
Senyawa tertentu dalam simplisia dapat mengalami
perubahan kimiawi oleh pengaruh oksigen udara terjadi oksidasi
dan perubahan ini dapat berpengaruh pada bentuk simplisia,
misalnya, yang semula cair dapat berubah menjadi kental atau
padat, berbutir-butir dan sebagainya.
3. Reaksi kimia intern
Perubahan kimiawi dalam simplisia yang dapat disebabkan
oleh reaksi kimia intern misalnya oleh enzim, polimerisasi,
oksidasi dan sebagainya.
4. Dehidrasi
Apabila kelembaban luar lebih rendah dari simplisia, maka
simplisia secara perlahan-lahan akan kehilangan sebagian airnya
sehingga rnakin lama makin mengecil (kisut).
5. Penyerapan air
Simplisia yang higroskopik, misalnya agar-agar, bila
disimpan dalam wadah yang terbuka akan menyerap lengas udara
sehingga menjadi kempal, basah atau mencair (lumer).
6. Pengotoran
Pengotoran pada silnplisia dapat disebabkan oleh berbagai
sumber, misalnya debu atau pasir, ekskresi hewan, bahan-bahan
asing (misalnya minyak yang tertumpah), dan fragmen wadah
(karung goni).
7. Serangga
Serangga dapat menimbulkan kerusakan dan pengotoran
pada simplisia, baik oleh bentuk ulatnya maupun oleh bentuk
commit to user
tetapi juga sisa-sisa metamorfosa seperti cangkang telur bekas
kepompong, anyaman benang bungkus kepompong, bekas kulit
serangga dan sebagainya.
8. Kapang
Bila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi, maka simplisia
dapat berkapang. Kerusakan yang timbul tidak hanya terbatas
pada jaringan simplisia, tetapi juga akan merusak susunan kimia
zat yang dikandung dan malahan dari kapangnya dapat
mcngeluarkan toksin yang dapat mengganggu kesehatan.
Cara penyimpanan simplisia dalam gudang harus diatur
sedemikian rupa, sehingga tidak menyulitkan pemasukan dan
pengeluaran bahan simplisia yang disimpan. Untuk simplisia yang
sejenis harus diberlakukan prinsip "pertama masuk pertama keluar
(FIFO)", untuk itu perlu dilakukan administrasi pergudangan yang
teratur dan rapi. Semua simplisia dalam bungkus atau wadahnya
masing-masing harus diberi label yang mudah dibaca, pada label
dicantumkan nama jenis dan asal bahan, tanggal penerimaan dan
pemasukan dalam gudang, tanda pengesahan pemeriksaan atau uji
mutu, dan data lain yang diperlukan. Sedapat mungkin simplisia yang
disimpan di gudang jangan terlampau lama dengan memperhitungkan
jumlah persediaan dan penggunakan masing-masing simplisia. Dalam
jangka waktu tertentu-dilakukan pemeriksaan gudang secara umum,
dilakukan pengecekan dan pengujian mutu terhadap semua simplisia
yang dipandang perlu. Simplisia yang setelah diperiksa ternyata tidak
lagi memenuhi syarat yang ditentukan misalnya ditumbuhi kapang,
dimakan serangga, berubah warna atau baunya dan lain sebagainya
harus dikeluarkan dari gudang dan dibuang. Simplisia yang beracun
atau mengandung racun harus disimpan dalam tempat atau lemari
commit to user
h) Pemeriksaan Mutu
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu
penerimaan atau pembeliannya dari pengumpul atau pedagang
simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni dan
memenuhi persyaratan umum untuk simplisia seperti yang disebutkan
dalam Buku Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia
ataupun Materia Medika Indonesia Edisi terakhir. Apabila untuk
simplisia yang bersangkutan terdapat paparannya dalam salah satu
atau ketiga buku tersebut, maka simplisia tadi harus memenuhi
persyaratan yang disebutkan pada paparannya. Suatu simplisia dapat
dinyatakan bermutu Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope
Indonesia, atau Materia Medika Indonesia, apabila simplisia
bersangkutan memenuhi persyaratan yang disebutkan dalam
buku-buku yang bersangkutan. Agar selalu diperoleh simplisia dengan mutu
yang mantap, seyogyanya disediakan contoh untuk tiap-tiap simplisia
dengan mutu yang pasti dan memenuhi persyaratan yang dapat
digunakan sebagai simplisia pembanding. Pada tiap-tiap penerimaan
atau pembelian simplisia tertentu perlu dilakukan pengujian mutu
yang dicocokkan dengan simplisia pembanding yang bersangkutan.
Contoh simplisia pembanding tersebut disimpan secara khusus untuk
menjaga mutunya, dan tiap jangka waktu tertentu diperiksa kembali
mutunya dan apabila kedapatan kemunduran mutu perlu diganti
dengan simplisia pembanding yang baru. Pada pemeriksaan mutu
simplisia pemeriksaan dilakukan dengan cara organoleptik,
makroskopik, cara mikroskopik dan atau cara kimia. Beberapa jenis
simplisia tertentu ada yang perlu diperiksa dengan uji mutu secara
biologi. Pemeriksaan organoleptik dan makroskopik dilakukan
dengan menggunakan indera manusia pemeriksa kemurnian dan mutu
simplisia dengan mengamati bentuk dan ciri-ciri luar serta warna dan
commit to user
i) Penyimpanan
Secara umum tujuan Penyimpanan antara lain:
1. Melindungi simplisia dari kerusakan baik secara kimia maupun
fisik.
2. Memudahkan proses produksi sehingga tidak terlalu banyak biaya
yang harus dikeluarkan untuk produksi lagi.
3. Menjaga keaslian khasiat dari simplisia.
4. Menyediakan simplisia dalam jumlah yang cukup jika pada suatu
saat dibutuhkan dalam jumlah yang banyak.
Penyebab kerusakan simplisia yang utama adalah air dan
kelembaban, sehingga agar dapat disimpan dalam waktu lama,
simplisia harus dikeringkan sampai kering agar kandungan airnya
tidak menyebabkan kerusakan yang merugikan. Oleh karena itu pada
penyimpanan simplisia perlu diperhatikan hal-hal yang dapat
mengakibatkan kerusakan simplisa, yaitu cara pengepakan,
pembungkusan dan pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara
sortasi dan pemeriksaan mutu, serta cara pengawetannya.
j) Pengemasan
Pengemasan ialah kegiatan mewadahi, membungkus, memberi
etiket dan atau kegiatan lain yang dilakukan terhadap produk ruahan
untuk menghasilkan produk jadi. Bahan pengemas ialah semua bahan
yang digunakan untuk pengemasan produk ruahan untuk
menghasilkan produk jadi. Wadah harus bersifat tidak beracun dan
tidak bereaksi (inert) dengan isinya sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi serta penyimpangan warna, bau, rasa dan sebagainya
pada simplisia. Selain dari itu wadah harus melindungi simplisia dari
cemaran mikroba. Kotoran dan serangga serta mempertahankan
senyawa aktif yang mudah menguap atau mencegah pengaruh sinar,
masuknya uap air dan gas-gas lainnya yang dapat menurunkan mutu
simplisia. Untuk simplisia yang tidak tahan terhadap sinar misalnya
commit to user
wadah yang melindungi simplisia terhadap cahaya, misalnya
aluminum foil, plastic atau botol yang berwarna gelap, kaleng dan
sebagainya. Bungkus yang paling lazim digunakan untuk simplisia
ialah karung goni. Sering juga digunakan karung atau kantong plastik,
peti atau drum dari kayu atau karton dan drum atau kaleng besi
berlapis.
k) Persyaratan gudang
Penyimpanan simplisia dapat dilakukan di ruang biasa (suhu
kamar) ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus
bersih, udaranya cukup kering dan ber-ventilasi. Ventilasi harus
cukup baik karena hama menyukai udara yang lembab dan panas.
Perlakuan simplisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy dapat
menurunkan jumlah patogen yang dapat mengkontaminasi simplisia
tanaman obat. Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak
atsiri simplisia selama penyimpanan 3 - 6 bulan. Jadi sebelum
disimpan pokok utama yang harus diperhati-kan adalah cara
penanganan yang tepat dan higienis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat
penyimpanan simplisia adalah :
1. Gudang harus terpisah dari tempat penyimpanan bahan lainnya
ataupun penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik.
2. Gudang penyimpanan harus bersih dan tertutup, agar tidak ada
tikus, mikroorganisme maupun serangga yang masuk dan agar
terhindar dari kontaminan.
3. Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau
ke-mungkinan masuk air hujan (sirkulasi udara baik).
4. Suhu gudang tidak melebihi 30oC atau suhu kamar serta
kelembaban udara sebaiknya diusahakan serendah mungkin
(65oC) untuk mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban
commit to user
se-hingga menurunkan mutu bahan baik dalam bentuk segar
maupun kering.
5. Mencegah masuknya sinar matahari secara langsung karena dapat
merusak mutu dari simplisia.
6. Konstruksi dibuat sedemikian rupa disesuaikan dengan jenis
simplisia.
7. Menggunakan alas dari kayu yang baik (hati-hati karena balok
kayu sangat disukai rayap) atau bahan lain untuk meletakkan
simplisia.
8. Pengeluaran simplisia yang disimpan dengan cara mendahulukan
bahan yang disimpan lebih awal (“First in — First out” = FIFO).
9. Penyimpanan produk jadi sebelum dijual
Jamu yang siap dijual disimpan terlebih dahulu dalam rak-rak
besar secara teratur. Gudang penyimpanan jamu harus kering dan
tidak lembab sehingga tidak menurunkan kualitas jamu yang telah
dihasilkan. Rak-rak penyimpanan tidak boleh menempel pada
dinding, tetapi harus ada sedikit jarak sehingga jamu tersebut
tidak menjadi lembab.
10. Pengepakan dan penyimpanan
B. Simplisia jamu godhog asam urat
Pada pengobatan asam urat terdiri dari berbagai simplisia yaitu:
a) Sidogori (Sidae Herba)
Sidaguri termasuk famili Malvaceae, dengan nama latin Sida
rhombifolia (L.) tanaman ini dapat tumbuh di daerah-daerah yang beriklim
tropis, baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Tinggi tanaman
Sidaguri dapat mencapai 2 meter. Pengobatan tradisional untuk asam urat
dan rematik, berupa akar-akaran tumbuhan yang bisa ditemukan hidup
subur dan liar di Indonesia. Sidaguri merupakan tumbuhan perdu liar yang
tumbuh tegak bercabang. Tinggi tumbuhan mencapai 1 sampai 2 meter di
daerah tropis berketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut. Tanaman
commit to user
bercabang ini tingginya dapat mencapai 2 m dengan cabang kecil
berambut rapat. Daun tunggal, letak berseling, bentuknya bulat telur atau
lanset, tepi bergerigi, ujung runcing, pertulangan menyirip, bagian bawah
berambut pendek warnanya abu-abu, panjang 1,5-4 cm, lebar 1–1,5 cm.
Bunga tunggal berwarna kuning cerah yang keluar dari ketiak daun, mekar
sekitar pukul 12 siang dan layu sekitar tiga jam kemudian. Buah dengan 8–
10 kendaga, diameter 6–7 mm. Akar dan kulit sidaguri kuat, dipakai untuk
pembuatan tali. Bagian yang digunakan sebagai obat adalah akar, daun dan
bunga, tapi lebih sering akarnya. (Saraswati, 2009).
Cara budidaya dengan biji atau stek, pemeliharaannya mudah. Semak,
batang berkayu, bulat, warna putih kehijauan. Daun tunggal, berseling,
bentuk jantung, ujung bertoreh, berbulu rapat, warna hijau. Bunga tunggal,
bulat telur, di ketiak daun, mahkota bunga berwarna kuning. Buah batu,
buah muda berwama hijau, buah tua berwarna hitam.
b) Daun salam (Eugenia polyantha Folium)
Tanaman salam (Syzygium polyanthum) sebagai salah satu tanaman
herbal yang tumbuh di Indonesia termasuk daerah tropis, merupakan jenis
tanaman herbal yang baik ditanam pada awal musim hujan, karena
ketersediaan air yang cukup melimpah, jadi kita tidak sulit untuk
melakukan penyiraman setiap hari. Kondisi iklim untuk pertumbuhan
tanaman salam yaitu : Tanaman salam membutuhkan iklim panas dengan
curah hujan tinggi dan tidak merata / tidak banyak perubahan sepanjang
tahun; Suhu udara lingkungan sekitar 25-300C, sedangkan curah hujan
merata sepanjang tahun. Penanaman tanaman salam untuk mendapatkan
produk herbal yang baik, membutuhkan tanah yang gembur, subur, dan
sangat cocok dengan tanah vulkanik, memiliki drainase yang baik.
Tanaman ini tumbuh baik di tanah berpasir tekstur tanah liat dengan
kandungan bahan organik tinggi. Cocok pada tanah dengan pH tanah
sekitar 5, 5 – 6, 5. Tanaman salam peka terhadap genangan air, sehingga
commit to user
ketinggian 300-700 m di atas permukaan laut. Sementara di ketinggian di
atas 700 m, produktivitasnya akan menurun.
Penanaman tanaman salam dilakukan melalui bibit yanag berasal dari
stek atau bijinya. Penanaman dengan menggunakan stek lebih mudah dan
lebih cepat. Pembuatan bibit stek dilakukan dengan memilih cabang yang
produktif, pilih cabang batang yang memiliki minimal 3 ranting. Potong
cabang dengan ukuran 20 – 25 cm, tanam pada polybag yang diisi dengan
campuran tanah dan pupuk kandang, disiram setiap hari, ditaruh pada
tempat yang terlindung panas matahari agar batang tanaman tidak kering
dan mati.
Penanaman dengan biji dapat dilakukan dengan menggunakan
polybag, atau pesemaian. Benih dimasukkan pada lubang tanam,
permukaan tanah di lubang tanam dibuat sedikit di bawah permukaan
media tanam. Setelah benih ditanam dilakukan penyiraman sehingga
media menjadi basah sampai benihnya berkecambah dan tumbuh, kurang
lebih berumur 2 bulan pindahkan ke polybag yang lebih besar. Ditaruh
pada tempat yang terlindung panas matahari agar batang tanaman tidak
kering dan mati. Baik penanaman dari biji dan dari stek, setelah tanaman
tumbuh baik lebih besar, dalam usia antara 6-7 bulan dapat
memindahkannya ke tanah kebun yang telah disiapkan. Benih yang
dipindahkan sebelum ditanam dilapangan atau kebun, daunnya dikurangi
untuk mencegah penguapan. Penanamn dilakukan pada lubang tanam yang
cukup dan diisi tanah aslinya ditambahkan pupuk kandang atau kompos.
Lubang tanam benih tanaman salam dari stek yang dipindahkan harus
dilakukan lebih mendalam, agar setelah tanaman tumbuh menjadi tua tidak
akan mudah roboh karena sistem akar tanaman dari stek tidak memiliki
Akar Tunggang. Setelah penanaman benih, lubang tanam harus segera
disiram agar media tanam menjadi basah sampai tanaman tumbuh besar
commit to user
c) Kapulaga (Amomi Fructus)
Kapulaga (Amomum cardamomum) adalah sejenis buah yang sering
digunakan sebagai rempah (bumbu) untuk masakan tertentu dan juga
untuk campuran jamu. Tanaman ini termasuk dalam suku jahe-jahean atau
zingiberaceae. Ada dua macam kapulaga yang banyak digunakan di
Indonesia, yakni kapulaga Jawa (Amomum compactum) yang banyak
dijumpai di daerah Sumatera Selatan dan Jawa Barat, dan kapulaga
sabrang atau kapulaga India (Elettaria cardamomum). Beranjak dari
kapulaga yang relatif mudah dibudidayakan dan bisa dipanen 4 kali dalam
setahun, maka hal tersebut telah banyak menarik minat petani untuk
membudidayakan.
Bibit yang baik adalah tunas yang tingginya lebih kurang 50 cm
dengan akar rizoma yang muda dan mata tunasnya banyak, rizoma yang
sudah tua pertumbuhannya kurang baik. Untuk penanaman pada lahan
yang sangat luas atau di perkebunan, digunakan bibit dari biji buah yang
lebih dulu disemaikan. Bibit ini harus berasal dari buah yang sudah masak.
Bibit kapulaga yang tingginya sudah mencapai 70 s.d. 80 sentimeter
dan memiliki dua atau tiga daun telah siap ditanam di lahan. Dalam waktu
satu tahun sudah akan terbentuk suatu rumpun kapulaga yang bisa
mencapai diameter antara 50 s.d. 60 sentimeter. Setiap bulannya akan
muncul satu batang baru dalam pertumbuhannya. Sehingga dalam 7 bulan,
setiap rumpun akan akan menghasilkan 6-7 batang baru dan menghasilkan
pula 10 buah manggar buah kapulaga.
Mengingat tanaman kapulaga yang rakus akan unsur hara dan untuk
peningkatan mutu, untuk ini pupuk organik diberikan pada saat
pengolahan tanah, dan pada saat penggemburan diluar rumpun sebanyak 1
– 1,5 kg pupuk kandang, pemupukan berikutnya setiap 3 bulan sekali.
Bagi tanaman kapulaga yang sudah menghasilkan, pupuk kandang
diberikan sebanyak 10 – 15 kg setiap rumpun.
Kapulaga dapat memberikan hasil setelah berumur 2–3 tahun.
commit to user
menentu. Dalam pemanenan kapulaga dikenal istilah panen besar 4 kali
dan panen kecil 4 kali yang berlangsung dalam 1 tahun secara
berselang-seling. Tanaman dapat dipergunakan sampai umur 10–15 tahun. Hasil
panen per hektar bisa mencapai 2–3 ton buah kering per tahun dan ini
berlaku untuk tanaman yang sudah berumur belasan tahun.
Adapun syarat-syarat pemanenan kapulaga adalah: Buah harus dipanen
sebelum benar-benar matang, bila dipanen terlalu matang atau kering,
buah akan pecah dan warnanya juga kurang bagus. Waktu panen yang
tepat adalah jika buah sudah berwarna hijau kekuning-kuningan.Cara
panen yaitu dengan memotong karangan bunga dibawah dompolan buah.
Buah yang sudah dipanen kemudian dijemur sampai kering, sebaiknya
jangan terkena sinar matahari langsung atau dikering anginkan
(Warsana,2000)
Pemetikan buah pertama biasanya terbatas dan hasil pemetikan kedua
pun masih belum banyak. Barulah pada pemetikan ke-3 dan seterusnya,
yaitu setelah 5 tahun ditanam, tercapailah panen yang seutuhnya (penuh).
Di Pulau Jawa, orang memetik Amomum cardamomum setelah berumur 3
tahun dalam jangka waktu 10-15 hari sekali. Setiap satu rumpun Amomum
cardamomum biasanya terdiri dari 10-15 batang. Hasil panen di cuci
dengan sabun, kemudian baru dijemur. Dalam proses pengeringan tidak
boleh terlalu cepat, karena dapat mengakibatkan buahnya mudah pecah.
Setelah masa panen, yang penting adalah pengeringan, pemutihan,
pengguntingan, pemilihan (sortasi), pengemasan, dan penyimpanan.
(Bambang, 1974).
d) Lempuyang Wangi (Zingiberis aromaticae Rhizoma)
Perawakan, herba rendah sampai tinggi, perennial, batang asli berupa
rimpang di bawah tanah, tinggi lebih dari 1 m. Batang semu berupa
kumpulan pelepah daun yang berseling, di atas tanah, beberapa batang
berkoloni, hijau, rimpang merayap, berdaging, gemuk, aromatik. Daun
tunggal, berpelepah, duduk berseling, pelepah; membentuk batang semu,
commit to user
3-7 kali lebar, pangkal runcing atau tumpul, ujung sangat runcing atau
meruncing, berambut di permukaan atas, tulang daun atau di pangkal,
14-40 x 3-8,5 cm, tangkai berambut, 45 mm. Lidah daun tegak, tumpul,
seperti membran, berambut 1,5-3 cm. Bunga susunan majemuk bulir,
bentuk bulat telur, muncul di atas tanah, tegak, berambut halus, ramping
tebal, 9-31 cm, 2-2,5 kali lebar, ujung runcing agak lebar, daun pelindung
dengan ujung datar, ukuran 1,54 x 1,54 cm, sisik tangkai bulir 4-6, lanset,
tumpul, berambut, merah 3-6,5 cm. Daun pelindung sangat lebih besar dari
kelopak, sama panjang dengan tabung mahkota. Ukuran bulir 3,5-10,5 x
1,75-5,5 cm. Kelopak 13-17 mm. Mahkota kuning terang, hijau gelap,
atau. putih, tabung 2-3 cm, cuping bulat telur bulat memanjang, ujung
meruncing atau runcing, daun mahkota posterior paling besar 1,5-2,5 x 1-2
cm, bibir bibiran bulat telur atau membulat, jingga .atau kuning lemon, 12
- 20 x 15 - 20 mm. Benang sari: kepala sari elip bulat memanjang, kuning
terang, 8 - 10 mm, penghubung 7 mm. Putik bakal buah 3 ruang, bakal biji
banyak, posisi aksiler, tangkai putik bercabang dua bebas. Buah bulat telur
terbalik, merah, 12 x 8 mm. Biji bulat memanjang bola, rata rata 4 mm.
Waktu berbunga yaitu Januari - April. Di Jawa dapat tumbuh di daerah
dengan ketinggian 1-1200 m dpl, banyak tumbuh sebagai tumbuhan liar di
tempat-tempat yang basah di dataran rendah dan tinggi. Tumbuh baik di
bawah hutan jati. Perbanyakan pada umumnya dengan potongan rimpang
yang bermata tunas atau anakan yang masih muda setidaknya dengan 1
tunas. Secara alami potongan potongan rimpang yang telah bertunas akan
memperbanyak diri dengan biji. Tumbuhan ini akan dapat berkembang
secara baik di hutan, kebun, pekarangan dengan intensitas matahari di
bawah naungan kurang lebih 11-585 lux. Hamanya yaitu ulat pemakan
daun Kerana diocles dan Udapes sering menimbulkan kerusakan.
Bagian yang digunakan adalah rimpang tanaman Zingiber aromaticum
Val. Rimpang dikumpulkan apabila batang mulai mengering.
Rimpang-rimpang tersebut d-pisahkan antara Rimpang-rimpang induk dengan anak
commit to user
bersih sampai bersih dan ditiriskan untuk membebaskan sisa-sisa air
cucian. Rimpang-rimpang yang telah bersih dan bebas dari sisa-sisa air
cucian kemudian diiris-iris melintang dengan ketebalan antara 2 mm
sampai 4 mm. Irisan-irisan rimpang tersebut kemudian dikeringkan di
sinar matahari langsung dengan alas tikar atau alas lain yang
berlubang-lubang. Setelah kering disimpan ditempat yang kering
(Widyastuti,Chrisanti, Chamid, 2002).
e) Meniran (Phylanthi Herba)
Tanaman ini tidak dibudidayakan secara khusus. Meniran tumbuh liar
di pekarangan, galangan sawah, tepi sungai, daerah berbatu, lapangan
rumput, pekarangan, dan hutan yang lembap. Tumbuh di dataran rendah
sampai ketinggian 1.000 m dpl. Perbanyakan tanaman meniran
menggunakan biji. Biji disemaikan dan dipindahkan. Pemeliharaan
tanaman ini mudah, seperti tanaman lain dibutuhkan cukup air dengan
penyiraman untuk menjaga kelembaban tanah dan pemupukan terutama
pupuk dasar. Pemanenan dilakukan saat tanaman berumur 3 bulan.
Meniran disebut Phyllanthusurinaria Linn untuk yang batangnya
berwarna hijau kemerahan, atau Phyllanthus niruri untuk yang batangnya
berwarna pucat. Termasuk dalam famili tumbuhan Euphorbiaceae.
Tanaman ini dikenal dengan nama daerah Memeniran atau meniran merah.
Tumbuhan ini kaya dengan berbagai kandungan kimia yang sudah
diketahui, antara lain: lignan (Filantin, hipofilantin, nirantin, lintetratin),
flavonoid (quercetin, quercitrin, isoquercitrin, astragalin, rutin,
kaempferol-4, rhamnopynoside), alkaloid, triterpenoid, asam lemak (asam
ricinoleat, asam linoleat, asam linolenat), vitamin C, kalium, damar, tanin,
geraniin, phyllanthin dan hypophyllanthin. Pemerian bau aromatik, rasa
pahit. Tumbuhan ini bersifat: peluruh air seni (menghambat pembentukan
kristal kalsium oksalat) (Bambang, 1974).
f) Daun Kumis Kucing (Orthosiphonis Folium)
Tanaman Kumis Kucing tersebar di pulau Jawa dari dataran rendah
commit to user
selokan atau dipakai sebagai tanaman pagar, bunganya menarik perhatian
karena mempunyai benangsari dan putik yang panjang yang mencuat
keluar sehingga menyerupai kumis kucing. Menurut Kroeber ada 3
varietas kumis kucing yaitu satu variaetas berbunga ungu dan dua
variaetas lainnya berbunga putih dengan batang, tangkai serta urat daun
yang berwarna merah adalah yang paling produktif dan terbaik mutunya
untuk perdagangan ekspor. Tinggi tanaman 0,5 – 1 m, lebar daun 2,5 Cm
dan panjangnya 10 cm.
Daerah Produksi di Indonesia ialah Jawa Barat yaitu Bogor dan
Sukabumi, daerah lainnya ialah Sumatera Timur, Sumatera Barat, Aceh,
dan Sulawesi Utara. Selain Indonesia juga Vietnam, Cina, Kepulauan
Polinesia dan Australia. Khasiat daun kumis kucing sebagai di ureticum
karena kumis kucing mengandung glucosida ortosiponin (van itallie,
1886), bahan lainnya adalah kalium (0,6 – 3,5 %). Pemakaian secara
tradisional cukup dengan direbus 1 – 2 Gr daun kering/hari, rebusan ini
berguna bagi obat ginjal, melancarkan pengeluaran urine sebagai obat
sengal atau pirai encok pengapuran dalam pembuluh darah dan radang
kandung kencing. Daun kumis kucing diperdagangkan di pasaran terutama
untuk industri farmasi dan kerajinan jamu , ekspornya ditujukan ke negeri
Belanda, Jerman, Eropa Barat dan Amerika Serikat.
Kumis kucing termasuk suku labiate dapat tumbuh dengan baik pada
tempat-tempat sebagai berikut:
- Ketinggian tempat : Dataran rendah – 1000 m dpl.
- Curah hujan : 3000 mm/th (iklim tropis)
- Solum tanah : tebal
- Sinar matahari : Penuh/tidak ternaungi
- Struktur tanah : Gembur, Subur
- Kandungan humus : Tinggi
Kumis kucing sebenarnya menghasilkan bibit juga tetapi cara
perbanyakan melalui stek telah umum sekali dan mudah dilakukan. Stek
commit to user
ruas. Untuk penanaman sebaiknya kumis kucing disemai dulu, bila
keperluan bibit hanya sedikit maka stek disemai dalam peti kecil yang diisi
pasir sungai setebal 20 cm, tetapi bila bibit yang diperlukan banyak maka
dibuat persemaian, juga atap menutup persemaian.
Tanah persemaian dicangkul sedalam 30 cm jarak tanam 5 x 10 cm
dan stek ditanam miring dengan kedalaman 5 cm cara lain yaitu dengan
menumbuhkan stek batang tersebut pada kantong plastik (polibag).
Pesemaian ditempat terbuka harus diberi atap naungan dan dilakukan
penyiraman secukupnya (tidak terlalu basah karena bibit mudah busuk),
pada umur 10 hari biasanya stek mulai berakar dan bertunas dan umur 2
minggu tanaman sudah siap ditanam dilapangan. Sebelum pemindahan
kelapangan naungan dikurangi secara bertahap.
Tanah dipersiapkan sebelumnya dengan cara mencangkul sedalam 50
cm dan diberi pupuk kandang sebanyak 0,5 – 1 Kg per lubang tanam.
Jarak tanam dilapangan berkisar antara 40 x 40 cm hingga 60 x 60 cm.
Satu lubang tanam dapat ditanami 1 – 6 stek. Waktu penanaman
sebaiknya pada awal musim penghujan.
Penyiangan dilakukan tergantung keadaan gulma yang tumbuh atau
pada saat akan dilakukan pemupukan. Selain itu tanah harus dalam
keadaan gembur, cara penggemburan bisa dengan cangkul atau
digarpu.Pada tanah yang kurang mengandung humus maka diantara
tanaman kumis kucing ditanam pupuk hijau. Setelah tanaman cukup
tingginya dilakukan pemangkasan dan daunnyadimasukan kedalam tanah
diantara barisan tanaman kumis kucing.
Ditempat yang subur dan curah hujannya memadai, pemangkasan
dapat dilakukan 4 – 6 minggu, setelah tanam, biasanya ditandai dengan
kuncup mekar, untuk menjaga mutu daun maka bunga-bunga harus segera
dipotong. Pemetikan yang terbaik bila berumur tanaman sudah mencapai
10 minggu. Cara memetiknya dengan 4 - 6 helai daun paling atas beserta
batangnya di petik, daun dibawahnya dipetik karena masuk daun tua dan
commit to user
sedang sampai baik akan diperoleh hasil 1.000 – 1.500 Kg/Ha daun
kering/th.
Daun yang dipetik kemudian dijemur dipanas matahari (merupakan
cara konvensional), cara pengeringan yang baik dengan panas buatan
(oven) caranya mula-mula daun dikering angin-anginkan di tempat atau di
bangsal-bangsal yang mempunyai sirkulasi udara baik lalu daun di letakan
diatas para-para, suhu yang baik dalam kamar oven antara 45o C sampai
50o C, pada waktu permulaan udra yang dialairkan cukup sedikit saja, baru
setelah daun itu layu betul yaitu setelah 5 – 6 jam aliran udara ditambah,
lamanya pengeringan sekitar 24 – 36 jam tergantung dari basahnya daun
serta kelembaban udara .
Tempat pengeringan dibuat dari papan jangan dari logam, pada papan
seluas 1 m2 dapat dihamparkan 1,5 Kg daun basah. Perlu diperhatikan
daun yang baru dipetik harus segera dikeringkan agar tidak terperam yang
akan mengakibatkan warna sawo matang pada daun, disamping itu juga
harus dijaga pula agar daun tidak luka atau rusak karena akan
mengakibatkan daun bergaris-garis hitam. Pengeringan dianggap cukup
bila daun sudah rangup tetapi tidak mudah rapuh. Daun yang telah kering
harus segera dipacking dengan cara di bungkus dan dimasukan kedalam
kaleng yang dilapisi aluminium dan tertutup rapat agar tidak menghisap
uap air. Tiap kaeleng atau peti dapat dimasukan 50 kg daun kering.
Biasanya penyusutan dari daun basah menjadi daun kering denngan
perbandi 5 : 1.
Standar kualitas kumis kucing adalah :
- Warna : daun hijau jernih dan tangkai ungu.
- Bau : harum
- Rasa : agak pahit
- Kadar air : max 13%
- Kotoran : max 2%
- Abu : 10%
commit to user
- Tidak mengandung serangga dan cendawan
g) Adas (Foeniculi Fructus)
Tanaman Adas (Foeniculum vulgare Mill.) adalah tanaman herba
tahunan dari famili Umbelliferae dan genus Foeniculum. Tanaman ini
berasal dari Eropa Selatan dan daerah Mediterania. Adas merupakan
tanaman obat yang dapat pula di manfaatkan sebagai sayur. Di daerah
dataran tinggi biasanya tanaman ini akan tumbuh baik dan menghasilkan
daun yang lebat yang dapat dimanfaatkan sebagai sayur. Biasanya yang di
manfaatkan sebagai obat adalah biji dari tanaman tersebut sedangkan
daunya dapat di manfaatkan sebagai sayuran.
Kandungan atsiri adas bervariasi antara 0,6 - 6%. Buah yang terletak
di tengah-tengah payung umumnya mengandung minyak atsiri yang lebih
tinggi dan baunya lebih tajam dibandingkan dengan buah yang terletak di
bagian lain. Iklim dan waktu panen sangat menentukan kandungan
minyak atsiri.
Pembungaan tersusun berbagai bunga payung majemuk dengan 6 – 40
gagang bunga, panjang ibu gagang bunga 5 – 10 cm, panjang gagang
bunga 2 – 5 mm, mahkota berwarna kuning, keluar dari ujung batang.
Buah lonjong, berusut, panjang 6 – 10 mm, lebar 3 – 4 mm, masih muda
hijau setelah tua coklat agak hijau, atau coklat agak kuning sampai
sepenuhnya coklat. Namun warna buahnya ini berbeda-beda tergantung
negara asalnya (Supriyadi, 2001 ).
Pengolahan lahan dimulai dari pembersihan lahan dari gulma,
pencangkulan dan penggarpuan yang dilanjutkan dengan pembuangan
sisa-sisa akar tanaman lain. Selanjutnya dilakukan pembuatan lubang
ta-nam dengan jarak tata-nam yang biasa digunakan yaitu (0,5 - 1) x 1 m.
Lubang tanam yang telah disiapkan kemudian diisi dengan pupuk kandang
sebanyak lebih kurang 100 g/lubang. Penanaman dilakukan pada
permulaan musim hujan, dimana setiap lubang tanam ditanam 1 bibit.
Adas selain dibudidayakan secara monokultur juga dapat ditanam di
commit to user
pinggir jalan (tumpang sari dengan tanaman lain). Pemeliharaan yang
dilakukan meliputi penyiangan gulma, pemupukan ulang dan
pem-berantasan hama dan penyakit(Dalimarta, 2009).
h) Jahe (Zingiberis Rhizoma)
a) Klasifikasi
Divisi :Spermatophyta
Sub-divisi :Angiospermae
Kelas :Monocotyledonea
Ordo :Zingiberales
Famili :Zingiberaceae
Genus :Zingiber
Species :Zingiber officinale
Untuk budidaya jahe diperlukan lahan di daerah yang sesuai untuk
pertumbuhannya. Untuk pertumbuhan jahe yang optimal diperlukan
persyaratan iklim dan lahan sebagai berikut : iklim tipe A, B dan C
(Schmidt & ferguson), ketinggian tempat 300 - 900 m dpl., temperatur
rata-rata tahunan 25 - 30º C, jumlah bulan basah (> 100 mm/bl) 7 - 9 bulan
per tahun, curah hujan per tahun 2 500 – 4 000 mm, intensitas cahaya
matahari 70 - 100% atau agak ternaungi sampai terbuka, drainase tanah
baik, tekstur tanah lempung sampai lempung liat berpasir, pH tanah 6,8 –
7,4. Pada lahan dengan pH rendah dapat diberikan kapur pertanian
(kaptan) 1 - 3 ton/ha atau dolomit 0,5 - 2 ton/ha untuk meningkatkan pH
tanah.
Pada lahan dengan kemiringan > 3% dianjurkan untuk dilakukan
pembuatan teras, teras bangku sangat dianjurkan bila kemiringan lereng
cukup curam. Hal ini untuk menghindari terjadinya pencucian lahan yang
mengakibatkan tanah menjadi tidak subur, dan benih jahe hanyut terbawa
arus. Persyaratan lahan lainnya yang juga penting bagi penamaman jahe
adalah lahan bukan merupakan daerah endemik penyakit tular tanah (soil
borne diseases) terutama bakteri layu dan nematoda. Untuk menjamin
commit to user
tidak ada serangan penyakit bakteri layu dilahan tersebut dan hanya dua
kali berturut-turut ditanami jahe. Tahun berikutnya dianjurkan pindah
tempat untuk menghindari kegagalan panen karena kendala penyakit dan
adanya gejala allelopati.
Jahe (Zingiber officinale Rosc. Ginger) adalah tanaman herba tahunan
yang tergolong famili Zingiberaceae, dengan daun berpasangpasangan
dua-dua berbentuk pedang, rimpang seperti tanduk, beraroma. Selama ini
di Indonesia, berdasarkan pada bentuk, warna dan aroma rimpang serta
komposisi kimianya dikenal 3 tipe jahe, yaitu jahe putih besar, jahe emprit
dan jahe merah. Jahe putih besar (Z. officinale var. officinarum)
mempunyai rimpang besar berbuku, berwarna putih kekuningan dengan
diameter 8,47 – 8,50 cm, aroma kurang tajam, tinggi dan panjang rimpang
6,20 – 11,30 dan 15,83 – 32,75 cm, warna daun hijau muda, batang hijau
muda dengan kadar minyak atsiri didalam rimpang 0,82 – 2,8%. Jahe putih
kecil (Z. officinale var. amarum) mempunyai rimpang kecil berlapis-lapis,
aroma tajam, berwarna putih kekuningan dengan diameter 3,27 – 4,05 cm,
tinggi dan panjang rimpang 6,38 – 11,10 dan 6,13 – 31,70 cm, warna daun
hijau muda, batang hijau muda dengan kadar minyak atsiri 1,50 – 3,50%.
Jahe merah (Z. officanale var. rubrum) mempunyai rimpang kecil berlapis,
aroma sangat tajam, berwarna jingga muda sampai merah dengan diameter
4,20 – 4,26 cm, tinggi dan panjang rimpang 5,26 – 10,40 dan 12,33 –
12,60 cm, warna daun hijau muda, batang hijau kemerahan dengan kadar
minyak atsiri 2,58 – 3,90%.
Benih yang digunakan harus jelas asal usulnya, sehat dan tidak
tercampur dengan varietas lain. Benih yang sehat harus berasal dari
pertanaman yang sehat, tidak terserang penyakit. Pemilihan benih harus
dilakukan sejak pertanaman masih di lapangan. Apabila terdapat tanaman
yang terserang penyakit atau tercampur dengan jenis lain, maka tanaman
yang terserang penyakit dan tanaman jenis lain harus dicabut dan
dijauhkan dari areal pertanaman. Pemilihan (penyortiran) selanjutnya
commit to user
dilakukan untuk membuang benih yang terinfeksi hama dan penyakit atau
membuang benih dari jenis lain. Rimpang yang akan digunakan untuk
benih harus sudah tua minimal berumur 10 bulan. Ciri-ciri rimpang tua
antara lain kandungan serat tinggi dan kasar, kulit licin dan keras tidak
mudah mengelupas, warna kulit mengkilat menampakkan tanda bernas.
Rimpang yang terpilih untuk dijadikan benih, sebaiknya mempunyai 2
- 3 bakal mata tunas yang baik dengan bobot sekitar 25 - 60 g untuk jahe
putih besar, 20 - 40 g untuk jahe putih kecil dan jahe merah. Kebutuhan
benih per ha untuk jahe merah dan jahe emprit 1 – 1,5 ton, sedangkan jahe
putih besar yang dipanen tua membutuhkan benih 2 - 3 ton/ha dan 5 ton/ha
untuk jahe putih besar yang dipanen muda. Bagian rimpang yang terbaik
dijadikan benih adalah rimpang pada ruas kedua dan ketiga.
Sebelum ditanam rimpang benih ditunaskan terlebih dahulu dengan
cara menyemaikan yaitu, menghamparkan rimpang di atas
jerami/alang-alang tipis, di tempat yang teduh atau di dalam gudang penyimpanan dan
tidak ditumpuk. Untuk itu biasa digunakan wadah atau rak-rak terbuat dari
bambu atau kayu sebagai alas. Selama penyemaian dilakukan penyiraman
setiap hari sesuai kebutuhan, untuk menjaga kelembaban rimpang. Benih
rimpang bertunas dengan tinggi tunas yang seragam 1 - 2 cm, siap ditanam
di lapangan dan dapat beradaptasi langsung, juga tidak mudah rusak.
Rimpang yang sudah bertunas tersebut kemudian diseleksi dan dipotong
menurut ukuran. Untuk mencegah infeksi bakteri, dilakukan perendaman
didalam larutan antibiotik dengan dosis anjuran. Kemudian dikering
anginkan.
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna
rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
1. Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak :
Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih
menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias
dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai