• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa Pubertas di SMU Negeri 2 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa Pubertas di SMU Negeri 2 Medan"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dengan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa

Pubertas di SMU Negeri 2 MEDAN

Eka Nina Bangun

Skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan

(2)

Judul : Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dengan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Perubahan Fisik dan Psikososial di SMU Negeri 2 Medan Peneliti : Eka Nina Bangun

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Tahun akademik : 2006/2007

Pembimbing Penguji

………. ………Penguji I

(Ns. M. Sukri Tanjung, S.Kep) (Ns. M. Sukri Tanjung, S.Kep)

………Penguji II (Dewi Elizadiani Suza, S.Kp, MNS) NIP. 132 258 269

………Penguji III (Ns. Wardiyah Daulay, S.Kep) NIP. 132 315 379

Program Studi Ilmu Keperawatan telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan.

………. ………

Erniyati, S.Kp, MNS dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH NIP. 132 238 510 NIP. 140 105 365

(3)

Judul : Hubungan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa Pubertas Di SMU Negeri 2 Medan

Peneliti : Eka Nina Bangun Program : Pendidikan Ners Tahun akademik : 2006/2007

ABSTRAK

Masa remaja merupakan masa dimana banyak terjadi perubahan-perubahan diantaranya perubahan-perubahan fisik dan psikososial. Masa ini tidak hanya menjanjikan kesempatan untuk maju menuju kehidupan yang berhasil di masa depan tetapi juga menawarkan risiko terpaparnya masalah kesehatan. Pengetahuan yang terbentuk dalam diri individu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, pengalaman dan sumber informasi.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan dengan menggunakan desain deskripsi korelasi. Sampel diambil dari siswa siswi SMU Negeri 2 Medan sebanyak 102 orang dimana sampel dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu kelas 1, 2 dan 3 dengan masing-masing 34 orang. Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus 10-20% bila populasi lebih dari 1000. Sampel diambil dengan teknik stratified random sampling. Untuk menganalisa hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas digunakan metode analisis korelasi regresi linear ganda. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 10.0.

Hasil analisis regresi linier ganda dengan metode backward menunjukka n bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (pendidikan, pengalaman dan sumber informasi) berhubungan secara keseluruhan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan dengan nilai signifikan p adalah 0.024 dikatakan signifikan bila nilai p < 0.05 dan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.303, hal ini mengartikan bahwa hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas positif dengan interpretasi memadai.

Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk meneliti pengaruh pendidikan, pengalaman dan sumber informasi terhadap pengetahuan remaja tentang perubahan-perubahan pada masa pubertas diharapkan responden dapat diambil dari SMU lain sehingga lebih representatif mewakili karakteristik remaja kota Medan.

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan dan berkat-Nya yang selalu menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa Pubertas di SMU Negeri 2 Medan”, yang merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

(5)

Sembiring, Bapak Erik Tarigan, Bapak Adi Sajusman, Ibu Angelina L.Tobing selaku guru-guru yang selalu membantu saya pula selama di SMU Negeri 2 Medan. Terimakasih pula saya ucapkan kepada Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, Ibu Evi Rahini Amri, Psi, dan Ibu Jenny M. Purba S.Kp, MNS yang membantu saya dalam memberi masukan dan kritikan guna memperbaiki penelitian saya.

Terimakasih kepada Ayahanda Ir. Brontak Bangun Mulia dan Ibunda Dra. Nurlela Ketaren, MSP tercinta yang menjadi motivasi dalam hidupku yang selalu berdoa dan menyanyangiku, memberiku dorongan baik moril maupun materiil, kakakku dan adikku (Artha Karina Bangun, ST; Kurnia Putra Bangun) dan nenek-nenekku tersayang (Nenek Karo dan Nenek Biring), serta semua keluarga yang mendukungku dalam doa, memberikan motivasi dan perhatiannya. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih juga kepada dr. Perjuangan D.H. Simbolon selaku seseorang yang paling dekat dengan saya dan banyak membantu penyelesaian skripsi ini.

Sahabat-sahabat terbaikku LiaTse, YesiKa, RieCiRo, TatiNa, Melda yang selalu memberiku dorongan, semangat dan selalu menghibur aku dalam suka dan duka dan terimakasih juga untuk teman seperjuanganku Deasy, Manotar, Eli, Ida Risma, Iis, Linda, Nurul, Sugi. Yeni T.A. Senior-senior tercinta kak Tita’01, kak Lucy’01, kak Sihol’01. Teman PSIK USU 2002 yang tidak bisa disebutkan namanya, terimakasih atas bantuan dan perhatiannya padaku.

(6)

penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.

Medan, Januari 2007

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Ucapan Terimakasih ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... xi

Daftar Skema ... x

Bab 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang ... 1

2. Tujuan Penelitian ... 3

3. Pertanyaan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 5

Bab 2 Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan ... 7

1.1.Defenisi Pengetahuan ... 7

1.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 7

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Remaja tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa Pubertas... 9

2.1. Pendidikan ... 9

(8)

2.3. Sumber Informasi ... 10

2.3.1. Keluarga ... 10

2.3.2. Guru (Sekolah) ... 12

2.3.3. Teman Sebaya ... 13

2.3.4. Media Massa ... 14

2.3.5. Masyarakat ... 15

3. Remaja ... 16

3.1. Defenisi Remaja... 16

3.2. Perubahan Fisik pada Masa Pubertas ... 19

3.3. Perubahan Psikososial pada Masa Pubertas ... 22

Bab 3 Kerangka Konseptual 1. Kerangka Konsep ... 27

2. Defenisi Operasional ... 28

3. Hipotesa ... 29

Bab 4 Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian ... 30

2. Populasi dan Sampel ... 30

2.1. Populasi ... 30

2.2. Sampel ... 30

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

4. Pertimbangan Etik ... 31

(9)

5.1. Kuesioner Penelitian ... 32

5.2. Reliabilitas Instrumen ... 33

6. Pengumpulan Data ... 34

7. Analisa Data ... 35

Bab 5 Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian ... 38

2. Pembahasan ... 44

Bab 6 Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan ... 50

2. Saran ... 51

Daftar Pustaka ... 53

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 57

2. Instrumen Penelitian ... 58 3. Surat Izin Penelitian dari PSIK FK USU

4. Surat Izin Pengambilan Data dari Dinas Pendidikan Kota Medan 5. Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Pengambilan Data

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Defenisi Operasional ... 28

5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden ... 39

5.2. Deskripsi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 40

5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pendidikan ... 41

5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pengalaman... 41

5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Sumber Informasi ... 41

5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Pengetahuan Responden .... 42

5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Responden ... 42

(11)

DAFTAR SKEMA

Skema Halaman 1. Kerangka Penelitian Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

(12)

Judul : Hubungan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa Pubertas Di SMU Negeri 2 Medan

Peneliti : Eka Nina Bangun Program : Pendidikan Ners Tahun akademik : 2006/2007

ABSTRAK

Masa remaja merupakan masa dimana banyak terjadi perubahan-perubahan diantaranya perubahan-perubahan fisik dan psikososial. Masa ini tidak hanya menjanjikan kesempatan untuk maju menuju kehidupan yang berhasil di masa depan tetapi juga menawarkan risiko terpaparnya masalah kesehatan. Pengetahuan yang terbentuk dalam diri individu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, pengalaman dan sumber informasi.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan dengan menggunakan desain deskripsi korelasi. Sampel diambil dari siswa siswi SMU Negeri 2 Medan sebanyak 102 orang dimana sampel dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu kelas 1, 2 dan 3 dengan masing-masing 34 orang. Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus 10-20% bila populasi lebih dari 1000. Sampel diambil dengan teknik stratified random sampling. Untuk menganalisa hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas digunakan metode analisis korelasi regresi linear ganda. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 10.0.

Hasil analisis regresi linier ganda dengan metode backward menunjukka n bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (pendidikan, pengalaman dan sumber informasi) berhubungan secara keseluruhan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan dengan nilai signifikan p adalah 0.024 dikatakan signifikan bila nilai p < 0.05 dan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.303, hal ini mengartikan bahwa hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas positif dengan interpretasi memadai.

Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk meneliti pengaruh pendidikan, pengalaman dan sumber informasi terhadap pengetahuan remaja tentang perubahan-perubahan pada masa pubertas diharapkan responden dapat diambil dari SMU lain sehingga lebih representatif mewakili karakteristik remaja kota Medan.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini merupakan tahap yang kritis karena merupakan tahap peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana terjadi perubahan yang drastis dan cepat yaitu perubahan fisik dan perubahan psikososial yang berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Masa ini tidak hanya menjanjikan kesempatan untuk maju menuju kehidupan yang berhasil di masa depan tetapi juga menawarkan risiko terpaparnya masalah kesehatan (Asfriyati, 2005). Perubahan fisik yang dialami remaja berhubungan dengan produksi hormon yang menimbulkan perubahan ukuran tubuh, proporsi tubuh, ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Lonjakan pertumbuhan tubuh dan pematangan organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang dihadapi remaja dimana menimbulkan perubahan dalam pola perilaku, sikap dan kepribadian (Harlock, 1999).

(14)

mengenal tubuh dan bingung dalam menghadapi perubahan perasaan, pikiran dan pergaulan. Menurut Hall (1904, dalam BKKBN, 2006), masa remaja adalah masa stress emosional yang timbul dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas.

Erikson (1939, dalam Ratna, 2006), menekankan pada perkembangan psikososial dimana remaja memecahkan konflik identitas diri untuk menjadi orang dewasa yang unik dan untuk mencari peran penting dalam kehidupannya. Untuk membentuk identitas seseorang, diperlukan kemampuan untuk mengorganisir kebutuhan dan hasrat pribadinya, dan mengadaptasi aspek-aspek tersebut dengan tuntutan masyarakat. Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah, bagaikan kapal yang kehilangan kompas. Dampaknya, mereka mungkin akan mengembangkan perilaku yang menyimpang (delinquent), melakukan kriminalitas, atau menutup diri dari masyarakat (Yusuf, 2004).

Di Indonesia jumlah remaja sangat besar yaitu kurang lebih 48 juta orang yang berusia antara 13-24 tahun. Jumlah tersebut meliputi hampir 22% dari total 217,9 juta penduduk Indonesia. Setengah penduduk dunia (61,1 milyar) berusia di bawah 25 tahun, lebih dari satu milyar berusia antara 10-19 tahun (BPS, 2004). Masa depan remaja menjadi agenda setiap orang di negara ini untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang sehat jasmani dan rohani (Wilopo, 2006).

(15)

diberikan terhadap lingkungan tersebut (Monks, 1999). Pengaruh lingkungan yang berperan antara lain: lingkungan keluarga, teman sebaya, sekolah dan masyarakat (Yusuf, 2004). Base line survey yang dilakukan oleh Youth Centre PKBI (2001, dalam Guntoro 2006) di beberapa kota yakni: Cirebon, Tasikmalaya, Singkawang, Palembang dan Kupang mengungkapkan bahwa sumber pengetahuan remaja tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya terutama didapat dari teman sebaya, disusul dari televisi, majalah atau media cetak lain, sedang orangtua dan guru menduduki posisi setelah kedua sumber tadi. Menurut penelitian Mahmudah dan kawan-kawan (1997, dalam Notobroto, 1999) terhadap 100 responden usia remaja menunjukkan bahwa dalam masalah reproduksi yang menjadi sumber informasi remaja adalah media massa, diikuti guru sedangkan peran orangtua merupakan pilihan terakhir. Notoatmodjo (2003) mengemukakan ada beberapa faktor yang berperan dalam terbentuknya pengetahuan dalam diri seorang individu yakni: pendidikan, pengalaman dan sumber informasi.

(16)

dalam masyarakat. Dipilihnya lokasi penelitian di SMU karena SMU merupakan salah satu tempat komunitas usia remaja dimana hal tersebut akan memudahkan penulis untuk langsung berinteraksi dengan remaja.

2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

2.1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan.

2.2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan.

2.3. Mengidentifikasi hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan.

3. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian ini adalah

3.1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan?

3.2. Bagaimana tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan?

(17)

4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian diharapkan bermanfaat bagi: 4. 1. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang bermakna untuk meningkatkan kualitas pendidikan, baik di bagian keperawatan Komunitas, keperawatan Anak maupun di bagian keperawatan Jiwa.

4.2. Praktik Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan berkaitan dengan pertumbuhan perkembangan anak terutama pada masa remaja didalam meningkatkan mutu pelayanan usaha kesehatan sekolah (UKS) sebagai salah satu sasaran komunitas dalam meningkatkan/ mencapai derajat kesehatan di dalam komunitas secara menyeluruh.

4. 3. Penelitian Keperawatan

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengetahuan

1.1. Defenisi Pengetahuan

1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Remaja tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa Pubertas

2.1. Pendidikan 2.2. Pengalaman 2.3. Sumber Informasi

2.3.1. Keluarga 2.3.2. Guru (Sekolah)

2.3.3. Teman Sebaya 2.3.4. Media Massa 2.3.5. Masyarakat

3. Remaja

3.1. Defenisi Remaja

(19)

1. Pengetahuan

1.1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu baik melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 1997).

1.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan dalam diri seseorang, yaitu:

a. Pendidikan

(20)

penyuluhan, ceramah, seminar, diskusi, pameran, iklan-iklan yang bersifat mendidik, spanduk, billboard.

b. Pengalaman

Sudarmita (2002) mengatakan bahwa pengetahuan dapat terbentuk dari pengalaman dan ingatan yang didapat sebelumnya. Notoatmodjo (2003) juga mengatakan pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa apa itu panas adalah setelah memperoleh pengalaman tangan atau kakinya kena panas. Seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya setelah melihat anak tetangganya kena penyakit polio sehingga cacat, karena anak tersebut belum pernah memperoleh imunisasi polio.

c. Sumber Informasi

Sumber informasi berhubungan dengan pengetahuan, baik dari orang maupun media (Notoatmodjo, 2003). Sarwono (1997) juga menekankan kalau sumber informasi dari orang itu mempengaruhi pengetahuan seseorang, yang dipengaruhi antara lain: masyarakat, baik teman bergaul maupun tenaga kesahatan. Dalam proses peningkatan pengetahuan agar diperoleh hasil yang efektif diperlukan alat bantu. Fungsi media dalam pembentukan pengetahuan seseorang menyampaikan informasi atau pesan-pesan (Notoatmodjo, 2003).

(21)

Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan terbentuknya pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas adalah:

2.1. Pendidikan

Pengertian pendidikan digunakan untuk menunjuk atau menyebutkan suatu jenis peristiwa yang dapat terjadi di berbagai jenis lingkungan. Jenis peristiwa ini ialah interaksi antara dua manusia atau lebih yang dirancang untuk menimbulkan atau berdampak timbulnya suatu proses pengembangan atau pematangan pandangan hidup pribadi. Jenis lingkungan tempat terjadinya interaksi ini dapat berupa keluarga, sekolah, tempat bermain, berolahraga atau berekreasi, ataupun tempat lain (Muzaham, 1995). Untuk memaksimalkan akses remaja terhadap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan mengenai kesehatan reproduksi dapat dilakukan dengan berbagai metode pendidikan, dalam upaya meningkatkan pengetahuan, kesadaran, perubahan sikap dan perilaku kesehatan reproduksi yang sehat dan bertanggung jawab di kalangan remaja (Wilopo, 2002). Pelaksanaan bentuk pendidikan ini antara lain dengan metode: penyuluhan, ceramah, seminar, diskusi dan lain-lain (Notoatmodjo, 2003).

2.3. Pengalaman

(22)

(psikososial). Dalam proses pembentukan identitas diri seorang remaja, di awali dengan terbentuknya konsep diri terlebih dahulu. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya (Harlock, 1999). Konsep diri terbagi dua yaitu konsep diri negatif dan konsep diri positif. Konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk melalui pengalaman individu dalam berhubungan dengan orang lain (Ritandiyono & Ratnaningsih, 1996).

2.3. Sumber Informasi 2.3.1. Keluarga

Keluarga merupakan orang-orang yang saling berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari (Friedman, 1998). Orangtua merupakan “guru” yang utama, karena orangtua menginterpretasikan dunia dan masyarakat bagi anak-anak mereka. Keluarga memegang peranan penting dalam unsur pendidikan dan pembina bagi para remaja, karena keluarga merupakan lingkungan utama dan pertama dalam pendidikan (Drajat, 1979 dalam Fatah, 2004). Keluarga telah lama dilihat sebagai konteks yang paling vital bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Keluarga memiliki pengaruh penting sekali terhadap pembentukan identitas seorang individu dan perasaan harga diri (Friedman, 1998).

(23)

getirnya kehidupan, menghadapi dan mengatasi masalah sendiri. Namun dalam batas-batas tertentu anak masih tetap memerlukan campur tangan orangtua untuk mengubah dan mengarahkanya pada seluruh aspek perkembangan yang baik. Dengan kata lain, orangtua tetap menjadi sumber informasi utama dalam mempersiapkan anak menghadapi masa remaja (Gunarsa, 1993).

Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orangtua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik-biologis maupun sosiopsikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri (Yusuf, 2004).

(24)

pembimbing dalam mengembangkan aspirasi; dan sumber persahabatan/ teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk mendapatkan teman di luar rumah, atau apabila persahabatan di luar rumah tidak memungkinkan.

2.3.2. Guru (Sekolah)

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional maupun sosial (Yusuf, 2004). Sekolah merupakan perpanjangan tangan pendidikan bagi keluarga. Sekolah, terutama guru pada umumnya dipatuhi oleh murid-muridnya. Oleh sebab itu lingkungan sekolah, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang sehat, akan sangat berpengaruh terhadap penerimaan pengetahuan anak murid. Kunci pendidikan di sekolah adalah guru, oleh sebab itu perilaku guru harus dikondisikan, melalui pelatihan-pelatihan, seminar, lokakarya, diskusi, pameran, penyuluhan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

(25)

memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses dan sekolah memberi kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya, kemampuannya secara realistik (Yusuf, 2004).

Menurut Havighurst (1961, dalam Yusuf, 2004), sekolah mempunyai peranan atau tanggung jawab penting dalam membantu para siswa mencapai tugas perkembangannya. Sehubungan dengan hal ini, sekolah seyogianya berupaya menciptakan iklim yang kondusif, atau kondisi yang dapat memfasilitasi siswa untuk mencapai tugas perkembangannya.

2.3.3. Teman Sebaya

Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja (siswa) mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan pengetahuannya di masa pubertas yang dapat berlanjut kepada proses pembentukan kepribadian seorang remaja. Peranannya itu semakin penting, terutama pada saat terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat pada beberapa dekade terakhir ini, yaitu: perubahan struktur keluarga, dari keluarga besar ke keluarga kecil; kesenjangan antara genarasi tua dan generasi muda; ekspansi jaringan komunikasi di antara kawula muda; dan panjangnya masa atau penundaan memasuki masyarakat orang dewasa (Yusuf, 2004).

(26)

persahabatan remaja adalah dipengaruhi oleh kesamaan: usia, jenis kelamin dan ras.

Yusuf (2004) mengemukakan, bahwa kelompok teman sebaya telah memberikan kesempatan yang penting untuk memperbaiki bencana kerusakan psikologis selama masa anak, dan dapat mengembangkan hubungan baru yang lebih baik antar satu sama lainnya. Kelompok sebaya yang suasananya hangat, menarik dan tidak eksploitatif dapat membantu remaja untuk memperoleh pemahaman tentang: konsep diri, masalah dan tujuan yang lebih jelas; perasaan berharga; dan perasaan optimis tentang masa depan. Peran lainnya adalah membantu remaja untuk memahami identitas diri (jati diri) sebagai suatu hal yang sangat penting, sebab tidak ada fase perkembangan lainnya yang kesadaran identitas dirinya itu mudah berubah, kecuali masa remaja ini. Kelompok teman sebaya mempunyai kontribusi yang sangat positif terhadap perkembangan kepribadian remaja. Namun di sisi lain, tidak sedikit remaja yang berprilaku menyimpang, karena pengaruh teman sebayanya.

2.3.4. Media massa

(27)

Ada beberapa unsur penting dalam media massa menurut Kuswandi (1996), yaitu: adanya sumber informasi, isi pesan (informasi), saluran informasi (media), khalayak sasaran (masyarakat) dan umpan balik khalayak sasaran

Peran media sangat berpengaruh bagi remaja dalam memberikan informasi tentang pengetahuan, gaya hidup dan cenderung memberikan penghargaan berlebihan untuk gaya hidup hura-hura dan glamour. Jenis media yang paling banyak digunakan oleh remaja adalah televisi, internet dan radio. Sebagian lainnya senang membaca majalah, koran, dan buku-buku (PKBI, 2002).

Peran media massa hampir setiap saat mensosialisasikan sebuah gaya hidup remaja, baik berupa tayangan sinetron, iklan yang ada di televisi maupun sajian yang tersedia dalam majalah. Media begitu gencarnya memberi hanya satu pilihan ideal yang tidak mungkin dapat dicapai semua remaja, akibatnya remaja ragu atas pendiriannya dan tidak ada jalan lain selain mengikuti arus tren (Bambang dalam Elandis, 2005).

2.3.5. Masyarakat

(28)

bahwa tidak sedikit kecenderungan ke arah penyimpangan perilaku dan kenakalan remaja, sebagai salah satu bentuk penyesuaian diri yang tidak baik, berasal dari pengaruh lingkungan masyarakat (Ali & Asrori, 2004).

3. Remaja

3.1. Pengertian Remaja

Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya: tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Hurlock (1991, dalam Ali & Asrori, 2004) mengatakan istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan fisik, mental, emosional.

Remaja adalah anak yang berada pada masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa (Daradjat, 1975 dalam Ghifari, 2004). Remaja merupakan kelompok manusia yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh ketergantungan menuju masa pembentukan tanggung jawab (Basri dalam Ghifari, 2004).

(29)

hubungannya dengan orang tua, orang lain dan cita-cita yang dikejarnya (Freud dalam Gunarsa, 2003).

Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun, yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek fisik, kognitif maupun emosi (Ali & Asrori, 2004).

3.2. Perubahan Fisik pada Masa Pubertas

Selama pertumbuhan pesat masa puber, terjadi empat perubahan fisik penting di mana tubuh anak dewasa: perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, perkembangan ciri-ciri seks primer dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder.

3.2.1. Perubahan Ukuran Tubuh

(30)

Bagi anak laki-laki, permulaan periode pertumbuhan pesat tinggi tubuh dimulai rata-rata pada usia 12,8 tahun dan berakhir rata-rata pada usia 15,3 tahun, dengan puncaknya pada empat belas tahun. Peningkatan tinggi badan yang terbesar terjadi setahun sesudah dimulainya masa puber. Sesudahnya, pertumbuhan menurun dan berlangsung lambat sampai usia dua puluh atau dua puluh satu. Karena periode pertumbuhan yang lebih lama, anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan pada saat sudah matang (Hurlock, 1999).

Pertambahan berat tidak hanya karena lemak, tetapi juga karena tulang dan jaringan otot bertambah besar. Jadi, meskipun anak puber dengan pesat bertambah berat, tetapi seringkali kelihatannya kurus dan kering. Pertambahan berat yang paling besar pada anak perempuan terjadi sesaat sebelum dan sesudah haid. Setelah itu pertambahan berat hanya sedikit. Bagi anak laki-laki, pertambahan berat maksimum terjadi setahun atau dua tahun setelah anak perempuan dan mencapai puncaknya pada usia enam belas tahun, setelah itu pertambahan berat hanya sedikit (Hurlock, 1999).

3.2.2. Perubahan Proporsi Tubuh

(31)

Badan yang kurus dan panjang mulai melebar di bagian pinggul dan bahu, dan ukuran pinggang berkembang. Dengan bertambah panjangnya badan, ukuran pinggang berkurang sehingga memberikan perbandingan tubuh dewasa. Lebar pinggul dan bahu dipengaruhi oleh usia kematangan. Anak laki-laki yang lebih cepat matang biasanya mempunyai pinggul yang lebih lebar daripada anak yang lebih lambat matang, dan anak perempuanyang lebih lambat matang mempunyai pinggul yang sedikit lebih besar daripada anak yang cepat matang (Hurlock, 1999).

Hurlock (1999) menjelaskan tidak lama sebelum masa puber, tungkai kaki lebih panjang daripada badan dan keadaan ini bertahan sampai sekitar usia lima belas tahun. Pada anak yang lambat matang, pertumbuhan tungkai kaki berlangsung lebih lama daripada anak yang cepat matang, sehingga tungkai kaki lebih panjang. Tungkai kaki anak yang cepat matang cenderung pendek, gemuk sedangkan tungkai kaki yang lambat matang pada umumnya lebih ramping.

Pola yang sama terjadi pada pertumbuhan lengan, yang pertumbuhannya mendahului pertumbuhan pesat badan, sehingga tampaknya terlalu panjang. Seperti halnya dengan pertumbuhan tungkai kaki, pertumbuhan lengan dipengaruhi oleh usia kematangan. Sampai pertumbuhan lengan dan tungkai kaki mendekati sempurna, barulah tercapai perbandingan yang baik dengan tangan dan kaki, yang keduanya mencapai ukurannya kematangan pada awal masa puber (Hurlock, 1999).

3.2.3. Ciri-ciri Seks Primer

(32)

Pada pria, gonad atau testes, yang terletak di dalam scrotum, pada usia empat belas tahun baru sekitar 10 persen dari ukuran matang. Kemudian terjadi pertumbuhan pesat selama satu atau dua tahun, setelah itu pertumbuhan menurun. Segera setelah pertumbuhan pesat testes terjadi, maka pertumbuhan penis meningkat pesat. Yang mula-mula meningkat adalah panjangnya, kemudian disertai secara berangsur-angsur dengan besarnya (Yusuf, 2004).

Kalau fungsi-fungsi organ reproduksi pria sudah matang, maka biasanya mulai terjadi ‘basah malam’, biasanya kalau anak laki-laki bermimpi tentang seksual yang menggairahkan, kalau kandung kemihnya penuh atau mengalami sembelit, kalau ia memakai piyama yang ketat atau kalau ia terselimuti dengan hangat. Banyak anak laki-laki tidak menyadari apa yang terjadi sampai ia melihat bercak-bercak pada alas tempat tidur atau piyama (Hurlock, 1999).

Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber, meskipun dalam tingkat kecepatan berbeda. Berat uterus anak usia sebelas atau dua belas tahun berkisar 5,3 gram; pada usia enam belas rata-rata beratnya 43 gram. Tuba falopi, telur-telur, dan vagina juga tumbuh pesat pada saat ini. Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang adalah datangnya ‘haid’. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari sampai mencapai menopause, pada akhir empat puluhan atau lima puluhan tahun (Hurlock, 1999).

3.2.4. Ciri-ciri Seks Sekunder

(33)

seks tertentu tertarik pada organ jenis kelamin lain. Ciri ini tidak berhubungan dengan reproduksi meskipun secara tidak langsung ada juga hubungannya, yaitu karena pria tertarik pada wanita dan begitu pula sebaliknya. Inilah sebabnya mengapa ciri ini disebut “sekunder”, dibandingkan dengan organ-organ seks “primer” yang langsung berhubungan dengan reproduksi (Hurlock, 1999).

[image:33.596.110.514.355.751.2]

Dengan berkembangnya periode ini, penampilan anak laki-laki dan anak perempuan semakin berbeda. Perubahan ini disebabkan oleh perkembangan ciri-ciri sekunder secara berangsur-angsur seperti halnya dengan perkembangan lain pada masa puber, mengikuti pola yang dapat diramalkan (Hurlock, 1999).

Tabel 2.1. Ciri-ciri Seks Sekunder Pada Anak Laki-laki dan Perempuan Ciri-ciri seks sekunder yang penting

pada anak laki-laki:

Ciri-ciri seks sekunder yang penting pada anak perempuan:

a. Rambut, rambut kemaluan timbul sekitar setahun setelah testes dan penis mulai membesar. Rambut ketiak dan rambut di wajah timbul kalau pertumbuhan rambut kemaluan hampir selesai, demikian pula rambut tubuh. Pada mulanya rambut yang tumbuh hanya sedikit, halus dan warnanya terang. Kemudian menjadi lebih gelap, lebih kasar, lebih subur dan agak keriting.

b.Kulit, kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-pori meluas.

c. Kelenjar, kelenjar lemak atau yang memproduksi minyak dalam kulit semakin membesar dan menjadi

a. Pinggul, pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai akibat membesarnya tulang pinggul, dan berkembangnya lemak bawah kulit. b.Payudara, segera setelah pinggul

mulai membesar, payudara juga berkembang. Puting susu membesar dan menonjol, dan dengan berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.

(34)

lebih aktif, sehingga dapat menimbulkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mulai berfungsi dan keringat bertambah banyak dengan berjalanya masa puber

d.Otot, otot-otot bertambah besar dan kuat, sehingga memberi bentuk bagi lengan, tungkai kaki dan bahun. e. Suara, suara berubah setelah rambut

kemaluan timbul. Mula-mula suara menjadi serak dan kemudian tinggi suara menurun, volumenya meningkat dan mencapai pada yang lebih enak. Suara yang pecah sering terjadi kalau kematangan berjalan pesat.

f. Benjolan dada, benjolan-benjolan kecil di sekitar kelenjar susu pria timbul sekitar usia dua belas dan empat belas tahun. Ini berlangsung selama beberapa minggu dan kemudian menurun baik jumlahnya maupun besarnya.

terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.

d.Kulit, kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang pori-pori bertambah besar.

e. Kelenjar, kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mengeluarkan banyak keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.

f. Otot, otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki.

g.Suara, suara menjadi lebih penuh dan lebih semakin merdu. Suara serak dan suara yang pecah jarang terjadi pada anak perempuan.

3.3. Perubahan Psikososial pada Masa Pubertas

(35)

memberikan impuls-impuls baru pada perkembangan psikososial. Jadi hubungan ‘kausalitas’ ini berjalan dari aspek fisik ke aspek psikososial (Monks, 1999).

Gunarsa (1997) mengungkapkan penguasaan terhadap tubuhnya sendiri yang sudah dicapai sekarang mulai goyah. Kegoncangan ini mempengaruhi integrasi antara id, ego dan superego. Mekanisme pertahanan diri (defenses) antara lain sublimasi dari dorongan seksual yang tadinya sudah bisa terjadi dengan baik, kini mulai berubah dan menuntut perbuatan yang nyata dengan lawan jenis kelaminnya. Suatu hal yang mudah dipahami karena mereka berada pada masa genital. Fungsi ego kini berhadapan dengan peranan superego. Ego membentuk sintesa antara apa yang sudah lewat dan apa yang akan datang dengan norma-norma sendiri dalam usahanya menemukan identitas dirinya baik yang berhubungan dengan seks, maupun dengan anggota masyarakat, anggota keluarga, dan dengan kepastian mengenai jabatan atau pekerjaan yang akan dilakukan kelak.

Gunarsa (1997) dalam bukunya menjelaskan masa remaja yang berlangsung lama sebenarnya diberikan oleh masyarakatnya agar mampu mengintegrasikan dirinya dalam kehidupan dewasa. Pada remaja timbul pertanyaan-pertanyaan: “siapa saya?” dan “akan menjadi apa nanti?”, merupakan pertanyaan yang bersangkut paut dengan perkembangan psikososial dan pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab.

(36)

dialami dalam diri sendiri, dan dorongan masyarakat yang tidak berfungsi positif bagi pembentukan identitas diri, menyebabkan timbulnya krisis identitas. Kalau remaja mengetahui siapa dirinya, mengetahui apa yang akan dan harus dilakukan, mengetahui kapan dan bagaimana harus melakukan maka ia mengetahui peranannya dalam masyarakat. Kalau remaja juga melibatkan diri terhadap sesuatu ideologi, maka berarti ia sudah mencapai identitas. Kalau terjadi sebaliknya, di samping terjadi kekaburan dalam identitas, juga akan terbentuk identitas yang negatif (delinquent) (Gunarsa, 1997).

3.3.1. Identitas Diri

(37)

menghadapi beberapa kesulitan dalam memasuki dunia dewasa (Thompson, 1995).

3.3.2. Rasa Keakraban

Perkembangan keakraban adalah berhubungan dengan proses mencari identitas diri, sebagai remaja yang menuju kedewasaan, mereka siap untuk menerima resiko dari berkelompok, berteman dan untuk membuat hubungan yang lebih dekat dengan lawan jenis. Penghindaran terhadap hal ini membuat remaja tersebut terasing atau terisolasi. Masa remaja adalah periode mencoba dan menguji. Ketidaksetujuan dengan orangtua, sering berputar di sekitar berpacaran, mobil keluarga, uang, berkelompok, tingkat sekolah, memilih teman, merokok, melakukan seks dan memakai obat (Thompson, 1995).

Orang dewasa yang mempengaruhi remaja harus berusaha untuk mengkreasikan suasana ketertarikan dan pemahaman. Para remaja harus tahu bahwa orang dewasa (yang lebih tua dari mereka) perhatian kepadanya. Mereka memerlukan praktik atau contoh dalam membuat keputusan, yang dimana menjadi respek walaupun mereka melakukan kesalahan. Orangtua harus membuat batasan dan berharap mereka memberi teguran tetapi yang mengikat (Thompson, 1995). 3.3.3. Citra Tubuh

Antara tubuh serta ciri-ciri fisik para remaja dengan gambaran tentang dirinya terdapat hubungan yang sangat penting. Selama masa kanak-kanak seseorang membentuk gambaran tentang dirinya. Persepsi tentang gambaran ini menunjuk kepada apa yang disebut body image (Sulaeman, 1995).

(38)
(39)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1.Kerangka Konsep

Skema 1. Kerangka konsep penelitian

Kerangka konsep penelitian ini dibuat untuk melihat hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas. Pada masa pubertas ada banyak perubahan yang dialami seorang remaja seperti perubahan fisik dan perubahan psikososial yang merupakan suatu peristiwa alamiah yang harus diterima dan disikapi secara positif oleh remaja, oleh karena itu remaja berupaya untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang dialami. Upaya penerimaan perubahan fisik dan psikososial tersebut banyak berhubungan dengan faktor seperti: pendidikan, pengalaman dan sumber informasi. Dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi pengetahuan remaja dalam menjalani perubahan fisik dan perubahan psikososial pada masa pubertas untuk mendukung tercapainya remaja yang sehat dengan baik.

2.Defenisi Operasional

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

• Pendidikan • Pengalaman • Sumber Informasi

- Keluarga - Guru (sekolah) - Teman sebaya - Media Massa - Masyarakat

(40)
[image:40.596.106.518.105.754.2]

Tabel 3.1. Defenisi Operasional Variabel Defenisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Variabel Independen: Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan a. Pendidikan b. Pengalaman c. Sumber Informasi Variabel Dependen: Proses pengembangan dan pematangan pandangan hidup remaja yang diperoleh dengan adanya

interaksi dengan orang lain dan lingkungan dalam bentuk

penyuluhan, ceramah, seminar, diskusi dan lain-lain pada siswa siswi SMU 2 Medan.

Segala peristiwa yang terjadi pada diri sendiri yang memberikan masukan pengetahuan tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas pada siswa siswi SMU 2 Medan.

Segala alat ataupun orang yang memberikan informasi mengenai perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas kepada siswa siswi SMU 2 Medan.

(41)

Pengetahuan tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas

Segala sesuatu yang diketahui mengenai perubahan pada tubuh meliputi perubahan ukuran, proporsi, ciri seks primer, ciri-ciri seks sekunder dan pembentukan identitas diri, rasa keakraban, citra diri pada masa pubertas pada siswa siswi SMU 2 Medan.

Kuisioner yang terdiri dari 12 pertanyaan

dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak Nilai tertinggi 12 dan terendah 0 0-4 = pengetahuan buruk 5-8 = pengetahuan cukup 9-12 = pengetahuan baik Rasio 3. Hipotesa

(42)

BAB 4

METODELOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif korelasi, yaitu jenis penelitian yang menelaah hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek (Notoatmodjo, 2002). Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas.

2. Populasi dan Sampel 2.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa siswi SMU Negeri 2 Medan, dengan jumlah populasi sebanyak 1020 orang.

2.2. Sampel

Pada penelitian ini pengambilan jumlah sampel dilakukan dengan teknik stratified random sampling. Dimana pengambilan sampel dilakukan dengan

membagi terlebih dahulu populasi dalam 3 tingkatan yaitu kelas 1, 2, dan 3 kemudian dari setiap tingkatan pengambilan sampel dilakukan secara acak. Penentuan jumlah sampel dengan jumlah subjek lebih dari 1000 dapat menggunakan 10%-20% dari populasi dipandang sudah cukup (Nursalam, 2003).

(43)

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Remaja berusia 15-18 tahun

2. Sehat jasmani

3. Bersedia menjadi responden penelitian

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMU Negeri 2 Medan pada tanggal 7 sampai 11 Desember tahun 2006. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah karena di sekolah tersebut terdiri dari siswa siswi yang heterogen dan majemuk yaitu beraneka ragam suku, agama, tingkat ekonomi, prestasi belajar dan lain-lain sehingga diharapkan dapat mewakili karakteristik remaja Medan. Selain itu, penelitian tentang hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas belum pernah dilakukan di SMU Negeri 2 Medan.

4. Pertimbangan Etik

(44)

instrumen penelitian setelah proses penulisan proposal selesai. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

5. Instrumen Penelitian 5.1. Kuesioner Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Instrumen ini terdiri atas 3 bagian, yaitu kuesioner data demografi, kuesioner data faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Muzaham, 1995; Notoatmodjo, 2003; Yusuf, 2004; Gunarsa, 1993; Kuswandi, 1996; Sulhi, 2002; Elandis, 2005; Hurlock, 1999; Monks, 1999; Gunarsa, 1997; Thompson, 1995; Sulaeman, 1995) dan kuesioner data tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas (Harlock, 1999; Monks, 1999; Gunarsa, 1997; Thompson, 1995; Sulaeman, 1995).

Kuesioner data demografi responden meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku, status tempat tinggal, uang saku perbulan, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, kegiatan tambahan yang diikuti.

Kuesioner data faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan meliputi pendidikan terdiri dari 3 pertanyaan (pertanyaan no:1,2,3), pengalaman yang terdiri dari 4 pertanyaan (pertanyaan no:4,5,6,7) sedangkan sumber informasi terdiri dari 1 pernyataan (pernyataan no: 8).

(45)

question yang terdiri dari 12 pertanyaan. Dimana dari antara

pertanyaan-pertanyaan tersebut terdapat 9 pertanyaan-pertanyaan positif (pertanyaan-pertanyaan nomor: 2,3,5,6,7,8,10,11,12) dengan penilaian untuk jawaban “Ya = 1” dan “Tidak = 0” dan 3 pertanyaan negatif (pertanyaan nomor: 1, 4 dan 9) dengan penilaian untuk jawaban “Ya = 0” dan “Tidak = 1”. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 12 dan terendah 0. Berdasarkan rumus statistika menurut Sudjana (1992).

P =

kelas Banyak

Rentang

Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) sebesar 12 dan banyak kelas 3 kategori (pengetahuan baik, cukup dan buruk) maka didapatkan panjang kelas sebesar 4. Menggunakan P = 4 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas pertama, data tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas dikategorikan sebagai berikut:

0-4 = pengetahuan buruk 5-8 = pengetahuan cukup 9-12 = pengetahuan baik 5.2. Reliabilitas Instrumen

(46)

dengan satu bentuk instrumen kepada satu subyek studi (Dempsey & Dempsey, 2002; Azwar, 2003).

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan formula Cronbach Alpha dalam program SPSS versi 10.0 terhadap kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah 0.7640 (lihat pada lampiran). Untuk uji reliabilitas kuesioner tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas digunakan formula KR 20 secara manual dengan hasil 0.760. Menurut Polit & Hungler (1995) suatu instrumen yang baru reliabel bila koefisiennya 0.70 atau lebih. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan kuesioner tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.

6. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan penyebaran kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran USU dan peneliti juga mengajukan permohonan ijin kepada Dinas Pendidikan Kota Medan kemudian permohonan ijin penelitian yang diperoleh dikirimkan ke tempat penelitian yaitu SMU Negeri 2 Medan.

(47)

seizin pihak sekolah. Setelah responden terkumpul kemudian peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur pengisian kuesioner kepada calon responden dan yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani informed consent. Responden yang bersedia, diberi lembar kuesioner dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Peneliti memberi kuesioner pertama yaitu kuesioner data demografi dan data faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan terlebih dahulu lalu setelah diisi semua oleh responden peneliti mengumpulkan kuesioner pertama dan kemudian membagi kembali kuesioner yang kedua yaitu kuesioner tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas. Dikelas 1 waktu yang digunakan 15 menit, dikelas 2 selama 15 menit dan dikelas 3 selama 20 menit. Selesai pengisian, peneliti mengambil kuesioner yang telah diisi responden, kemudian memeriksa kelengkapan data. Jika ada data yang kurang, dapat langsung dilengkapi. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis.

7. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan data, kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi yaitu program SPSS versi 10.0

(48)

Untuk variabel pendidikan diperoleh dengan menjumlahkan jawaban responden pada pertanyaan 1, 2 dan 3; variabel pengalaman dengan menjumlahkan jawaban responden pada pertanyaan 4, 5, 6, dan 7; variabel sumber informasi dengan menjumlahkan jawaban responden pada pertanyaan 8. Sedangkan untuk pengolahan data untuk variabel tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial yang terdiri dari 12 pertanyaan, untuk setiap pertanyaan positif yang menjawab ‘Ya’ mendapatkan nilai 1 dan yang menjawab ‘Tidak’ mendapat nilai 0 (nol), dan untuk pertanyaan negatif yang menjawab ‘Ya’ mendapatkan nilai 0 (nol) dan yang menjawab ‘Tidak’ mendapat nilai 1. Maka untuk data tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas dengan menjumlahkan semua jawaban responden akan diperoleh nilai tertinggi 12 dan terendah 0.

Metode statistik yang digunakan untuk menggambarkan dan menentukan hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas adalah metode korelasi multivariat (multivariate correlational methods) yaitu metode korelasi regresi linier ganda. Metode ini digunakan karena jumlah variabel bebas lebih dari dua variabel.

(49)

nilai p lebih besar atau sama dengan 0,10 dikeluarkan dari model, dikatakan signifikan bila nilai p-value < 0,05 (Hastono, 2001). Koefisien korelasi (R) untuk menyatakan derajat hubungan, nilai R menunjukka n besarnya pengaruh dari beberapa faktor (variabel independen) secara bersama-sama terhadap variabel dependen dengan pembagian (Burns & Grove, 1993):

(50)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan sejak 7 sampai 11 Desember 2006 di SMU Negeri 2 Medan.

Selain menjawab pertanyaan penelitian tentang hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas, dalam bab ini juga dijabarkan deskripsi karakteristik responden.

1.1.Karakteristik Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 102 orang. Adapun karakteristik responden yang akan dipaparkan mencakup usia, jenis kelamin, agama, suku, status tempat tinggal, uang saku perbulan, pendidikan terakhir orangtua, pekerjaan orangtua.

(51)
[image:51.596.115.510.319.752.2]

bersama orangtua atau keluarga (n:100; 98%), kategori uang saku responden per-bulan yang terbanyak adalah dibawah Rp.300.000 (n:71; 69.6%). Pendidikan terakhir orangtua responden terbanyak adalah tamat perguruan tinggi (n:62; 60.8%), mayoritas pekerjaan orangtua responden adalah PNS/TNI/POLRI (n:55; 53,9%) sedangkan lain-lain (Pegawai BUMN, Pegawai Bank, Karyawan Swasta, Dokter) (n:15; 14,7%). Sementara kegiatan tambahan yang diikuti oleh responden mayoritas adalah bimbingan/ les privat (n:67; 65.7%).

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Usia 15 tahun 16 tahun 17 tahun 18 tahun 35 32 34 1 34.3 31.4 33.3 1.0 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 49 53 48.0 52.0 Agama Islam Kristen Hindu 59 41 2 57.8 40.2 2.0 Suku Batak Jawa Padang Melayu Lain-lain 58 20 8 9 7 56.9 19.6 7.8 8.8 6.9 Status Tempat Tinggal

Kost Orangtua/ Keluarga 2 100 2.0 98.0 Uang Saku Per-Bulan

≥ Rp. 600.000

Rp. 300.000-Rp. 600.000 ≤

5 26

(52)

Pendidikan Terakhir Orangtua Tamat SD

Tamat SMP Tamat SMU

Tamat Perguruan Tinggi

2 4 34 62 2.0 3.9 33.3 60.8 Pekerjaan Orangtua Petani PNS/TNI/POLRI Wiraswasta Buruh Lain-lain 1 55 27 4 15 1.0 53.9 26.5 3.9 14.7 Kegiatan tambahan yang diikuti

Bimbingan/ Les privat PMR/ Paskibraka/ Pramuka

Tidak mengikuti kegiatan tambahan

67 26 9 65.7 25.5 8.8 1.2.Deskripsi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan meliputi variabel pendidikan, pengalaman dan sumber informasi terdiri dari nilai range, minimum, maximum, mean, dan standart deviasi untuk setiap variabel (tabel 5.2).

Tabel 5.2. Deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pendidikan 3 3 6 4.62 1.02

Pengalaman 4 4 8 6.83 1.18

Sumber Informasi 4 1 5 3.55 1.42

(53)

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan persentase faktor pendidikan

Ya Tidak

Frekuensi Persentase (%)

Frekuensi Persentase (%) Pendidikan Mengikuti penyuluhan Mengikuti ceramah Mengikuti seminar 61 77 27 59.8 75.5 26.5 41 25 75 40.2 24.5 73.5 Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa dari faktor pengalaman mayoritas responden tidak menyadari bahwa berkelompok atau bergeng sebagai tanda pubertas (n:47; 46.1%).

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi dan persentase faktor pengalaman

Ya Tidak

Frekuensi Persentase (%)

Frekuensi Persentase (%) Pengalaman

Mimpi basah/ menstruasi Perubahan pada

kaki,tangan dan hidung Berkelompok/bergeng Tidak percaya diri

[image:53.596.112.512.340.485.2]

91 70 55 73 89.2 68.6 53.9 71.6 11 32 47 29 10.8 31.4 46.1 28.4 Sementara untuk pertanyaan sumber informasi (tabel 5.5) mayoritas responden mendapatkan informasi tentang perubahan-perubahan pada masa pubertas dari keluarga (n:47; 46.1%).

[image:53.596.114.512.613.716.2]
(54)

1.3.Deskripsi Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa Pubertas

[image:54.596.112.511.279.338.2]

Deskripsi tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas terdiri dari frekuensi dan persentase untuk masing-masing katagori (tabel 5.6).

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan responden tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas

Katagori Frekuensi Persentase (%)

Pengetahuan Baik Pengetahuan Cukup Pengetahuan Buruk 77 24 1 75.5 23.5 1.0

Pada tabel 5.7. terdapat 12 pernyataan yang ditujukan untuk mengeksplorasi tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas, terlihat satu pertanyaan yang banyak tidak diketahui oleh responden, yaitu pertanyaan nomor 11 (n:56; 54.9%).

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan responden tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas

Pertanyaan

Ya Tidak

Frekuensi Persentase

(%) Frekuensi

Persentase (%)

1. Perubahan fisik

hanya tinggi badan 2. Jerawat dan bau

badan tanda pubertas 3. Pertumbuhan rambut

di wajah, ketiak dan daerah kemaluan

4. Mimpi basah atau menstruasi bukan tanda pubertas

5. Tertarik dengan lawan jenis

[image:54.596.115.514.516.756.2]
(55)

pengaturan orang dewasa

7. Membandingkan diri dengan teman sebaya 8. Memperhatikan

perubahan pada fisik

9. Perasaan tidak

percaya diri bukan tanda pubertas

10.Senang diperhatikan orang lain

11.Memiliki teman berkelompok/bergeng berperan membentuk percaya diri

12.Keinginan untuk mencoba segala sesuatu yang baru

71 90 30 68 46 69 69.6 88.2 29.4 66.7 45.1 67.6 31 12 72 34 56 33 30.4 11.8 70.6 33.3 54.9 32.4

(56)
[image:56.596.114.510.128.240.2]

Tabel 5.8. Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial

Variabel bebas R df1 df2 F p-value

(Sig) 1. Pendidikan,

Pengalaman dan Sumber Informasi 2. Pendidikan dan

Pengalaman 3. Pengalaman 0.303 0.302 0.283 3 2 1 98 99 100 3.293 4.971 8.717 0.024 0.009 0.004 2. Pembahasan

Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas, bagaimana tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas serta bagaimana hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan.

2.1. Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa Pubertas

(57)

Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja seperti sistem pendidikan, pengalaman dan sumber informasi mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan berhubungan dengan tingkat pengetahuan remaja.

Berikut dijelaskan satu persatu faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan tersebut berurut mulai dari variabel yang nilai korelasinya terendah:

a. Sumber Informasi

Sumber informasi merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan remaja. Remaja banyak berinteraksi dengan lingkungan sosial seperti lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, masyarakat dan media massa yang berperan dalam memberikan informasi (Yusuf, 2004).

Dalam penelitian ini mayoritas responden banyak mendapatkan sumber informasi dari keluarga (n:47; 46.1%) (tabel 5.5). Tingginya persentase keluarga sebagai sumber informasi responden dapat diasumsikan berhubungan dengan tingkat pendidikan terakhir orangtua responden yang mayoritas tamat perguruan tinggi (n:62; 60.8%). Hal ini juga didukung dengan status tempat tinggal responden yang mayoritas tinggal bersama keluarga (n:100; 98.0%) (tabel 5.1). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Darwisyah (2006), apabila keluarga (orangtua) memiliki pengetahuan yang cukup mendalam tentang kesehatan reproduksi termasuk didalamnya perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas, maka mereka lebih yakin dan tidak merasa canggung untuk membicarakan masalah-masalah terkait dengan masa pubertas. Berbeda dengan hasil penelitian Mahmudah (1997) yang menunjukkan bahwa sumber informasi remaja paling banyak tentang kesehatan reproduksi diperoleh dari media massa. Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil survei Youth Centre PKBI (2001), dimana sumber informasi remaja tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya terutama diperoleh dari teman sebaya.

(58)

objektif. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan diikuti oleh semakin tingginya tingkat pengetahuan seseorang. Jika pendidikan rendah, maka pengetahuan tentang hidup sehat cenderung kurang terutama kemampuan hidup sehat untuk diri sendiri (Resti, 2005). Dapat diasumsikan bahwa pendidikan formal orangtua mempengaruhi penyampaian informasi kepada responden, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan, maka pengetahuan tentang kesehatan reproduksi juga akan semakin baik. Dengan kata lain, orangtua tetap menjadi sumber informasi utama dalam mempersiapkan anak menghadapi masa remaja karena keluarga merupakan lingkungan utama dan terdekat dalam membentuk pengetahuan anak (Gunarsa, 1993).

b. Pendidikan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada umumnya responden pernah mengikuti bentuk pendidikan berupa ceramah (n:77; 75.5%). Bentuk pendidikan lain yang banyak diikuti oleh responden adalah penyuluhan (n:61; 59.8%) (tabel 5.3). Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa ceramah sebagai salah satu bentuk pendidikan yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan remaja. Hasil penelitian ini didukung pula oleh penelitian Wulandari (2001), dimana penyuluhan terbukti merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan pengetahuan.

(59)

Tersedianya sarana-sarana di sekolah yang memudahkan akses responden dalam mengikuti kegiatan-kegiatan pendidikan tidak lepas dari peran sekolah itu sendiri sebagai tempat dimana responden banyak menghabiskan waktu di sekolah dari pada di tempat lain di luar rumah (Yusuf, 2004). Ini dapat diasumsikan sebagai faktor pendukung yang memudahkan responden banyak mengikuti kegiatan-kegiatan seperti ceramah dan penyuluhan seperti yang ditemukan pada hasil penelitian ini.

c. Pengalaman

Pengalaman juga memiliki peran dalam membentuk pengetahuan dimana pengetahuan tersebut terbentuk dari ingatan sebelumnya pada diri seorang individu termasuk pada remaja (Sudarmita, 2002). Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden menyadari bahwa pengalaman pribadi yang terkait dengan perubahan fisik dan psikososial sebagai tanda pubertas. Namun, pengalaman pribadi mengenai pembentukan kelompok atau geng (n:47; 46.1%) kurang disadari oleh responden sebagai tanda pubertas dibandingkan pengalaman responden mengenai perubahan fisik dan psikososial yang lain (tabel 5.4).

(60)

Anak yang cenderung lebih dekat dengan keluarga akan memiliki hubungan interpersonal yang kuat (Friedman, 1998). Oleh karena itu diasumsikan responden tidak menyadari berkelompok/ bergeng sebagai salah satu tanda pubertas adalah karena mayoritas responden bertempat tinggal bersama keluarga dan menjadikan keluarga sebagai sumber teman/ sahabat bagi mereka.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan berhubungan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas dan faktor yang paling dominan adalah pengalaman.

2.2. Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa Pubertas

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas (tabel 5.8) terlihat bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik (n:77; 75.5%). Namun, ada satu pertanyaan yang tidak diketahui oleh sebagian besar responden, yaitu bahwa memiliki teman berkelompok (bergeng) berperan dalam membentuk rasa percaya diri pada masa pubertas (n:56;54.9%).

(61)
(62)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan.

1. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan responden berjenis kelamin perempuan (n:53; 52%), laki-laki (n:49; 48%). Mayoritas responden suku Batak (n:58; 56.9%), beragama Islam (n:59; 57.2%), status tempat tinggal (n:100; 98%) dengan keluarga/ orangtua, pendidikan terakhir orangtua (n:62; 60.8%) tamat perguruan tinggi, pekerjaan orangtua (n:55; 53.9%) PNS/TNI/POLRI.

(63)

pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas adalah pengalaman dengan nilai signifikansi 0.004 (p< 0.05).

Selain itu hasil penelitian menunjukkan pula tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas mayoritas adalah baik (75,5%).

2. Saran

2.1.Untuk Praktik Keperawatan

Dalam praktik keperawatan baik keperawatan komunitas maupun keperawatan anak dan jiwa perlu dipertimbangkan dilakukannya penyuluhan ataupun promosi bagi komunitas remaja baik di sekolah (melalui UKS) maupun di masyarakat dalam upaya mengantisipasi masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi khususnya perubahan fisik dan psikososial. Informasi yang diberikan akan menambah pengetahuan bagi remaja dalam menghadapi proses perubahan-perubahan yang akan mereka alami selama masa pubertas.

2.2.Untuk Pendidikan Keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan perlu diberikan penekanan materi mengenai kesehatan reproduksi khususnya perubahan-perubahan yang dialami seorang anak baik di masa anak-anak maupun di masa remaja, sehingga perawat dapat memberikan informasi yang benar.

2.3.Untuk Penelitian Selanjutnya

(64)
(65)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M dan Asrori, M. (2004). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Asfriyati. (2005). Masalah Kehamilan Pranikah Pada Remaja Ditinjau dari

Kesehatan Reproduksi. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

_________. (2004). Indikator Ketenagakerjaan/ Badan Pusat Statistik. Jakarta: BPS

Dahlan, S. (2004). Seri Statistik: Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT. Arkans

Demsey, P. A., & Demsey, A. D. (2002). Riset Keperawatan: buku ajar dan latihan (terjemahan, edisi 4). Jakarta: EGC

Elandis, Melati H. (2005). Hentikan Pembodohan Remaja Putri di Media. Dibuka pada tanggal 16 September, 2006 dari

Effendy, Nasrul. (1998). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0205/26/1104.htm

Fatah, M Zainal. (2004). Self Curiosity Remaja terhadap Perubahan Perilaku Reproduksi (Perilaku Seksual) Siswa SMU Negeri I Kamal Madura.

(66)

Friedman, Marilyn M. (1998). Keperawatan Keluarga: teori dan praktik. Jakarta: EGC

Gunarsa, Singgih D. (1993). Psikologi Praktis: anak, remaja dan keluarga. Jakarta: Gunung Mulia

Gunarsa, Singgih D. (1997). Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia

Guntoro, U. (2006). Self Esteem dan Peer Pressure Pada Remaja. Dibuka pada

tanggal 26 April, 2006 dari

Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

http://72.14.203.104/custom?q=www.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/kw2pd.

Adolescent identity exploration: a test of Erikson's theory of transitional

crisis - E.H. Erikson. Dibuka pada tanggal 26 Oktober, 2006 dari

Kuswandi, W. (1996). Komunikasi Massa: Sebuah analisis isi media televisi. Jakarta: Rineka Cipta

http://www.findarticles.com

Monks, F.J. (1999). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: UGM Press

Muzaham, Fauzi. (1995). Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan. Jakarta: UI Press Notoatmojdo, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan praktik. Jakarta:

PT Rineka Cipta

(67)

Notobroto, Hari Basuki. (1999). Pengetahuan dan Sikap Siswa SMU dan Guru Bimbingan Konseling di Jawa Timur terhadap Penyakit Menular Seksual

dan AIDS. Dibuka pada tanggal 26 Oktober, 2006 dari

Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman skripsi, tesis dan instrumen penelitian

keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-1999-notobroto2c-1817-konseling&node=124&start=6

Polit, D. F., & Hungler, B. P. (1995). Nursing research: principles and method (5th edition). Philadelphia: J. B. Lippincott Company

Ratna, E. (2006). Seksualitas Remaja. Dibuka pada tanggal 10 Agustus, 2006 dari

R esti, K . (2005). A rtikel fungsi ibu sulit diganti; fungsi istri dapat diganti. D ibuka pada tanggal 18 Agustus, 2006, dari

Ritonga, A. R. (1997). Statistika: untuk penelitian psikologi dan pendidikan. Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi UI

Santrock, Jhon W. (2003). Adolescene Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga Sarwono, Sarlito W. (1997). Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sawitri, S. (2002). Konsultasi Psikologi. Dibuka pada tanggal 10 Agustus, 2006

(68)

Sulaeman, D. (1995). Psikologi Remaja Dimensi-dimensi Perkembangan. Bandung: Mandar Maju

Sulhi, M. (2002). Artikel; Seks Masuk Sekolah,Ya..Ya..!.Dibuka 17 Agustus, 2006 dari

Thompson, Eleanor D. (1995). Introduction to maternity and pediatric nursing. US: W.B. Saunders Company

http://www.kompas.com/kesehatan/news/0210/17/211514.htm.

Wilopo, Siswanto Agus. (2002). Kebijakan dan Program Kesehatan Reproduksi Remaja. Dibuka pada tanggal 22 November, 2006 dari

Wilopo, Siswanto Agus. (2006). Kebijakan dan Program Kesehatan Reproduksi Remaja. Dibuka pada tanggal 10 Agustus, 2006 dari http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/pengelolaceria/pkprogram.html

Yusuf, Syamsu LN. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

http://72.14.203.104/search?q=bkkbn.go.id/hqweb/ceria/pengelolaceria/pk 7kebijakan.

(69)

Lampiran 1

Lemba

Gambar

Tabel 2.1. Ciri-ciri Seks Sekunder Pada Anak Laki-laki dan Perempuan
Tabel 3.1. Defenisi Operasional
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden
Tabel 5.4.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Muhtasari wa somo la Kiswahili (2016:2), ufundishaji wa somo la Kiswahili katika elimumsingi umelenga kumwezesha mwanafunzi, kuzungumza, kusikiliza, kusoma na kuandika kwa

(3) bukti memilikiilmu pengetahuan dinilai dari keterampilannya, bukan dari sert ifikatnya, (4) biasanya tidak terlalu terikat dengan ketentuan yang ketat, (5) isi, staf

Pencon bagian depan dari kuningan, bagian bahu dari besi dicat dengan Brom warna kuning emas, rancakan diberi list dengan brom warna kuning emas Pencon bagian depan dari

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

Penegakan s Penegakan sanksi anksi pidana pidana pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun