ASPEK HUKUM KELALAIAN MENYETORKAN MODAL
DALAM PROSES PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS DAN
AKIBAT HUKUMNYA
TESIS
Oleh
HUJJATUL MARWIYAH
127011015
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Perseroan terbatas (PT) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UU serta peraturan pelaksanaannya. Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat Perseroan didirikan. Pada saat PT didirikan, pendiri adalah pemegang saham yang pertama dialah sebenarnya pemasok modal pertama yang menjadikan PT mempunyai kekayaan sendiri.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif yang bersifat deskriptif analisis, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan tertier sebagai data utama. Data-data yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis dan ditafsirkan secara logis, sistematis dengan menggunakan metode deduktif.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada saat mendirikan PT pendiri perseroan dapat membuat surat pernyataan telah menyetorkan modal. Namun salah satu pendiri yang telah membuat surat pernyataan telah menyetor modal tidak menyetorkan modal sebagaimana yang telah dibuatnya padahal perseroan terbatas telah mendapatkan pengesahan badan hukum dari Menkum dan HAM. Hak-hak pendiri yang tidak menyetorkan modal tersebut sebagai pemegang saham ditunda sampai dengan pendiri yang bersangkutan menyetorkan modal sahamnya ke dalam rekening perusahaan atau perseroan menarik kembali saham-saham yang dikeluarkan atas nama pendiri yang tidak menyetorkan modal tersebut sehingga terjadi pengurangan modal pada PT tersebut. Pendiri tersebut di diskualifikasi telah melakukan pelanggaran perjanjian pendirian PT dengan konsekuensi hukum pendiri yang dirugikan dapat meminta perubahan perjanjian pendirian PT baik disertai ganti rugi maupun tidak. Perlindungan hukum terhadap pendiri lain yang telah menyetorkan modal pada saat pendirian dan pengesahan PT dapat dilakukan berdasarkan ketentuan dalam perjanjian pendiri perseroan dan perlindungan berdasarkan Undang-undang PT. Perlindungan berdasarkan perjanjian dapat dilakukan melalui gugatan wanprestasi kepada pendiri lain yang tidak menyetorkan modal. Dasar gugatan ini adalah kelalaian pendiri yang bersangkutan dalam melaksanakan kewajibannya berdasarkan perjanjian. Perlindungan berdasarkan Undang-undang PT dalam bentuk hak untuk menawar terlebih dahulu saham-saham dari pendiri yang tidak menyetor sesuai dengan porsi kepemilikan sahamnya. Perlindungan lain adalah melalui RUPS menyetujui agar perseroan melakukan buy back (pembelian kembali saham) apabila para pemegang saham yang ada tidak menggunakan hak mereka untuk menawar terlebih dahulu.
ABSTRACT
A corporation is a legal entity which constitutes capital partnership; it is established based on an agreement to do business activities with initial capital which consists of stocks and has fulfilled all requirements stipulated in law and its administrative regulations. A corporation is established by 2 (two) or more people with a Notarial deed in Indonesian. Each member of the corporation has to get his share of stocks at the time it is established so that the founders are the first shareholders; they are the suppliers of the initial capital which makes a corporation have its own assets.
The research used judicial normative and deductive analytic method. The data were gathered by using secondary data which consisted of primary, secondary, and tertiary legal materials as the main data. The gathered data were processed, analyzed, and interpreted logically, systematically, and deductively.
The result of the research shows that by the time a corporation was established, its founders can write a declaration that they have deposited their capital. The problem is that one of them has written a declaration which states that he has deposited his capital; in reality, he does not do it while the corporation has gotten its legalization from the Minister of Law and Human Right. In consequence, his right as a shareholder is postponed until he deposits his capital into the corporation’s savings account. If he fails to do it, the company will withdraw his stocks which mean that the company’s capital is reduced. He is then disqualified since he has breached the agreement in establishing the corporation. The legal consequence is that a founder who feels that he is harmed can make a request for the change of the agreement in establishing the corporation, either with indemnity or not. Legal protection for the other founders who have deposited their capital by the time the corporation is established and legalized can be done, based on the provisions in the contract made by corporation founders and on Law on Corporation. Protection which based on an agreement can be done through the claim for default to the other founders who do not deposit their capital. The ground of this claim is the negligence of the founder himself in carrying out his duties, based on the contract. Protection which is based on Law on Corporation in the form of the right is to bid the stocks beforehand from the founder who does not deposit his capital according to portion of his stocks. Another protection is through RUPS which agrees that the corporation carry out buy-back when the shareholders do not use their right to bid beforehand.
LEGAL ASPECT OF NEGLECTING TO DEPOSIT CAPITAL IN THE PROCESS OF ESTABLISHING A CORPORATION AND ITS
LEGAL CONSEQUENCE
THESIS
BY
HUJJATUL MARWIYAH 127011015/M.Kn
MAGISTER OF NOTARIAL AFFAIRS STUDY PROGRAM FACULTY OF LAW
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Hujjatul Marwiyah
Tempat dan Tanggal Lahir : Kota Pinang, 16 Juni 1989
Alamat : Jl. Karya Wisata, Komplek Johor Indah
Permai Blok 5 No. 57 Medan
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 25 Tahun
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Nama Bapak : H. Sofyan M. Arifin Siregar
Nama Ibu : Hj. Masliana Harahap
II. PENDIDIKAN
Sekolah Dasar : 1995-2001 Sekolah Dasar Negeri 112224
Kota
Pinang
Sekolah Menengah Pertama : 2001-2004 Sekolah Menengah Pertama Al-
Azhar Medan
Sekolah Menengah Atas : 2004-2007 Sekolah Menengah Atas Negeri
2
Medan
Universitas : 2007-2011 Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara
2012-2015 Magister Kenotariatan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai salah
satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan di Universitas
Sumatera Utara Medan. Dalam memenuhi tugas inilah penulis menyusun dan
memilih judul : “Aspek Hukum Kelalaian Menyetorkan Modal Dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Dan Akibat Hukumnya”. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan didalam penulisan tesis ini, untuk itu
dengan hati terbuka menerima saran dan kritik dari semua pihak, agar dapat
menjadi pedoman dimasa yang akan datang.
Dalam penulisan dan penyusunan tesis ini, penulis mendapat bimbingan
dan pengarahan serta saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tidak
ternilai harganya secara khusus kepada Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, MHum., serta Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum.,
masing-masing selaku anggota komisi pembimbing yang banyak memberi
masukan dan bimbingan kepada penulis selama dalam penulisan tesis ini dan
Selanjutnya ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K).
selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Runtung SH. M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan.
4. Ibu T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, MHum., selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan.
5. Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu Guru Besar dan Staf Pengajar dan juga para
karyawan Biro Administrasi pada Program Studi Magister Kenotariatan
Universitas Sumatera Utara Medan.
Secara khusus penulis menghaturkan terimakasih yang tak terhingga kepada
ayahanda H. Sofyan M. Arifin Siregar dan Ibunda Hj. Masliana Harahap, yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik ananda dengan penuh kasih
sayang dan segala doa serta semangat yang telah diberikan kepada penulis selama
Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada rekan-rekan
seperjuangan, khususnya rekan-rekan Magister Kenotariatan Universitas Sumatera
Utara Kelas Reguler Angkatan 2012, Ivo Farah Zara SH, MKn, Dina Arfina SH
MKn, Dini Novrina SH, Sheila Aristyani SH, Suci Mulani SH, MKn, Afriyani
Pohan SH dan kawan-kawan satu angkatan lain yang namanya tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang terus memberikan motivasi, semangat dan kerjasama
dan diskusi, membantu dan memberikan pemikiran kritik dan saran dari awal
masuk di Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara sampai saat penulis
selesai menyusun tesis ini.
Penulis berharap semoga bantuan dan kebaikan yang telah diberikan
kepada penulis, mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa, agar
selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah.
Akhirnya, semoga tesis ini dapat berguna bagi diri penulis dan juga bagi semua
pihak khususnya yang berkaitan dengan bidang Kenotariatan.
Medan, Januari 2015
D. Manfaat Penelitian
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
………...
1. Sifat dan Jenis Penelitian
……….
20
2. Sumber Data/ Bahan Hukum
………...
22
3. Teknik Pengumpulan Data
………...
23
4. Analisis Data
………
24
BAB II PENYETORAN MODAL SAHAM PERSEROAN MELALUI
PERNYATAAN MENYETORKAN MODAL ………
A. Penyetoran Modal Saham Pada Saat Pendirian Perseroan
Terbatas
………
…..
26
B. Penyetoran Modal Saham Pada Saat Pendirian Perseroan
Terbatas Dalam Prakteknya
………...
44
C. Penyetoran Modal Saham Perseroan Terbatas Melalui
Pernyataan Menyetor Modal Saham
………..
68
BAB III AKIBAT HUKUM KEGAGALAN PENDIRI
MENYETORKAN MODAL SESUAI PERNYATAAN
MENYETORKAN MODAL SAHAM ………..
59
A. Hubungan Hukum Antara Pendiri Dalam Perseroan Terbatas
….………...………
……
59
B. Bentuk Kegagalan Pendiri Dalam Menyetorkan Modal Ke
Perseroan Terbatas Yang Akan Didirikan
……….
68
C. Akibat Hukum Kegagalan Pendiri Menyetorkan Modal Sesuai
Pernyataan Menyetorkan Modal Saham
………...
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENDIRI LAIN YANG SUDAH MENYETORKAN MODALNYA SECARA
SECARA TUNAI ………....
78
A. Kegagalan Pendiri Menyetorkan Modal Sebagai Perbuatan
Wanprestasi
……….………...
78
B. Perlindungan Hukum Terhadap Pendiri Lain Yang Sudah
Menyetorkan Modal Secara Tunai
………...…….
98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..
105
A. KESIMPULAN
………...
105
B. SARAN
………
106
DAFTAR PUSTAKA ……….
LAMPIRAN
DAFTAR ISTILAH
Absolute majority : suara terbanyak mutlak
Contract Teory : teori kontrak
Discrecy : kerahasiaan
Fiduciary duty : tugas dan tanggung jawab
melakukan
pengurusan perseroan terbatas
Force majeure : keadaan memaksa
Freight forwarding : perusahaan penanaman modal asing
Geplaats Capitaal/ Authorised Capitaal : modal ditempatkan
Gestort Capitaal/ Paid Capitaal : modal disetor
hak derivative : kepentingannya sebagai bagian dari
perseorangan
Inbreng : Pemasukan
Intention : sengaja
Ingebreke stelling : Surat peringatan ini disebut
Issued of shares : penerbitan saham
Law in the books : peraturan Perundang-undangan
Library Research : studi Kepustakaan
limited liability : pemegang saham tidak bertanggung
jawab untuk berkontribsi terhadap asset
korporasi melebihi saham yang mereka
miliki
Naamloze Venootschap (NV) : perseroan terbatas
Notarial deed : akta Notaris
Personal rights : hak perseorangan
Private Instrument : akta dibawah tangan
Qualified/special majority : suara terbanyak khusus
Rechtspersoon legal person : Perseroan Terbatas sebagai badan
hukum
Statutaire Capitaal/ Statute Capitaal : modal dasar
Statute aprroach : pendekatan Perundang-undangan
DAFTAR SINGKATAN
KUH Perdata : Kitab Undang-undang Hukum Perdata
PT : Perseroan Terbatas
Permenkum dan HAM : Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
SABH : Sistem Administrasi Badan Hukum
UU : Undang-undang
ABSTRAK
Perseroan terbatas (PT) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UU serta peraturan pelaksanaannya. Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat Perseroan didirikan. Pada saat PT didirikan, pendiri adalah pemegang saham yang pertama dialah sebenarnya pemasok modal pertama yang menjadikan PT mempunyai kekayaan sendiri.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif yang bersifat deskriptif analisis, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan tertier sebagai data utama. Data-data yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis dan ditafsirkan secara logis, sistematis dengan menggunakan metode deduktif.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada saat mendirikan PT pendiri perseroan dapat membuat surat pernyataan telah menyetorkan modal. Namun salah satu pendiri yang telah membuat surat pernyataan telah menyetor modal tidak menyetorkan modal sebagaimana yang telah dibuatnya padahal perseroan terbatas telah mendapatkan pengesahan badan hukum dari Menkum dan HAM. Hak-hak pendiri yang tidak menyetorkan modal tersebut sebagai pemegang saham ditunda sampai dengan pendiri yang bersangkutan menyetorkan modal sahamnya ke dalam rekening perusahaan atau perseroan menarik kembali saham-saham yang dikeluarkan atas nama pendiri yang tidak menyetorkan modal tersebut sehingga terjadi pengurangan modal pada PT tersebut. Pendiri tersebut di diskualifikasi telah melakukan pelanggaran perjanjian pendirian PT dengan konsekuensi hukum pendiri yang dirugikan dapat meminta perubahan perjanjian pendirian PT baik disertai ganti rugi maupun tidak. Perlindungan hukum terhadap pendiri lain yang telah menyetorkan modal pada saat pendirian dan pengesahan PT dapat dilakukan berdasarkan ketentuan dalam perjanjian pendiri perseroan dan perlindungan berdasarkan Undang-undang PT. Perlindungan berdasarkan perjanjian dapat dilakukan melalui gugatan wanprestasi kepada pendiri lain yang tidak menyetorkan modal. Dasar gugatan ini adalah kelalaian pendiri yang bersangkutan dalam melaksanakan kewajibannya berdasarkan perjanjian. Perlindungan berdasarkan Undang-undang PT dalam bentuk hak untuk menawar terlebih dahulu saham-saham dari pendiri yang tidak menyetor sesuai dengan porsi kepemilikan sahamnya. Perlindungan lain adalah melalui RUPS menyetujui agar perseroan melakukan buy back (pembelian kembali saham) apabila para pemegang saham yang ada tidak menggunakan hak mereka untuk menawar terlebih dahulu.
ABSTRACT
A corporation is a legal entity which constitutes capital partnership; it is established based on an agreement to do business activities with initial capital which consists of stocks and has fulfilled all requirements stipulated in law and its administrative regulations. A corporation is established by 2 (two) or more people with a Notarial deed in Indonesian. Each member of the corporation has to get his share of stocks at the time it is established so that the founders are the first shareholders; they are the suppliers of the initial capital which makes a corporation have its own assets.
The research used judicial normative and deductive analytic method. The data were gathered by using secondary data which consisted of primary, secondary, and tertiary legal materials as the main data. The gathered data were processed, analyzed, and interpreted logically, systematically, and deductively.
The result of the research shows that by the time a corporation was established, its founders can write a declaration that they have deposited their capital. The problem is that one of them has written a declaration which states that he has deposited his capital; in reality, he does not do it while the corporation has gotten its legalization from the Minister of Law and Human Right. In consequence, his right as a shareholder is postponed until he deposits his capital into the corporation’s savings account. If he fails to do it, the company will withdraw his stocks which mean that the company’s capital is reduced. He is then disqualified since he has breached the agreement in establishing the corporation. The legal consequence is that a founder who feels that he is harmed can make a request for the change of the agreement in establishing the corporation, either with indemnity or not. Legal protection for the other founders who have deposited their capital by the time the corporation is established and legalized can be done, based on the provisions in the contract made by corporation founders and on Law on Corporation. Protection which based on an agreement can be done through the claim for default to the other founders who do not deposit their capital. The ground of this claim is the negligence of the founder himself in carrying out his duties, based on the contract. Protection which is based on Law on Corporation in the form of the right is to bid the stocks beforehand from the founder who does not deposit his capital according to portion of his stocks. Another protection is through RUPS which agrees that the corporation carry out buy-back when the shareholders do not use their right to bid beforehand.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bentuk Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk yang lazim dan banyak
dipakai dalam dunia usaha di Indonesia karena perseroan terbatas merupakan
asosiasi modal dan badan hukum yang mandiri.1 Perseroan terbatas sebagai badan
hukum sering digunakan sebagai institusi oleh seseroang untuk mencapai
tujuannya dalam berusaha.2
Perseroan terbatas sebagai salah satu pilar pembangunan perekonomian
nasional perlu diberikan landasan hukum yang kuat untuk lebih memacu
pembangunan nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan, dengan tetap memunculkan prinsip-prinsip keadilan dalam
berusaha.3
Aktivitas pendirian Perseroan Terbatas merupakan langkah-langkah yang
meliputi upaya untuk menemukan kesempatan bisnis apa yang akan
dikembangkan. Hal tersebut merupakan analisis terhadap rencana bisnis yang Oleh karena itulah Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia mengundangkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas menggantikan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas yang dipandang tidak sesuai lagi dengan
perkembangan dunia usaha.
1
I. G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Bekasi: Mega Poin, 2006), hal 1
2
Try Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas Keberadaan, Tugas, Wewenang & Tanggung Jawab, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal. 9
3
telah dipilih untuk mendapatkan kepastian apakah suatu aktivitas bisnis tertentu
itu memiliki kelayakan ekonomis apa tidak.4
Perseroan terbatas disebut suatu badan usaha harus mempunyai ciri-ciri,
antara lain harus mempunyai kekayaan sendiri, ada pemegang saham sebagai
pemasok modal yang tanggung jawabnya tidak melebihi dari nilai saham yang
diambilnya (modal yang disetor) dan harus ada pengurus yang terorganisir guna
mewakili perseroan dalam menjalankan akivitasnya dalam lalu lintas hukum, baik
diluar maupun didalam Pengadilan dan tidak bertanggung jawab secara pribadi
terhadap perikatan-perikatan yang dibuat oleh perseroan terbatas.
5
Artinya bahwa badan usaha yang disebut perseroan terbatas harus
menjadikan dirinya sebagai badan hukum, sebagai subjek hukum yang berdiri
sendiri yang mampu mendukung hak dan kewajiban sebagaimana halnya dengan
orang, yang mempunyai harta kekayaan tersendiri terpisah dari harta kekayaan
para pendirinya, pemegang saham dan para pengurusnya.6
Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahan 2007 menyatakan
dengan tegas di dalam Pasal 1 ayat (1) bahwa perseroan terbatas adalah badan
hukum. Dengan demikian, kedudukan perseroan terbatas sebagai badan hukum
terjadi karena Undang-undang dengan tegas menyatakan demikian.7
Perseroan terbatas memiliki status sebagai badan hukum (legal entity)
dengan penekanan sebagai persekutuan modal. Ini berarti perseroan terbatas
4
Tri Budiyono , Hukum Perusahaan Telaah Yuridis terhadap Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, (Salatiga: Griya Media, 2011), hal 36
5
Agus Budiarto, Kedudukan Hukum dan Tanggungjawab Pendiri Perseroan Terbatas, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009) hal. 19
6
Ibid, hal 20
7
merupakan subjek hukum, namun bersifat artificial. Sama seperti halnya subjek
hukum orang perseorangan, badan hukum memiliki sifat dapat melakukan
perbuatan hukum yaitu perbuatan yang dapat menimbulkan hak dan kewajiban,
dapat dituntut maupun menuntut dimuka pengadilan.8
Modal merupakan faktor yang sangat penting artinya, bukan saja sebagai
salah satu sarana untuk meraih keuntungan dalam kegiatan usaha perseroan
terbatas, namun juga sangat penting artinya bagi eksistensi, kelangsungan
kehidupan maupun pengembangan perseroan terbatas sebagai organisasi ekonomi.
Bagaimanapun modal adalah sarana untuk meraih laba yang sebesar-besarnya,
sedangkan laba adalah tujuan dari kegiatan usaha perseroan yang nantinya
dibagi-bagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen.9
Perseroan terbatas pada umumnya mempunyai kemampuan untuk
mengembangkan diri, mampu mengadakan kapitalisasi modal dan sebagai wahana
yang potensial untuk memperoleh keuntungan baik bagi instansinya sendiri
maupun bagi para pendukungnya (pemegang saham). Oleh karena itu, bentuk
badan perseroan terbatas usaha ini sangat diminati oleh masyarakat.10
Pada saat perseroan terbatas didirikan, pendiri adalah pemegang saham yang
pertama dialah sebenarnya pemasok modal pertama yang menjadikan perseroan
terbatas mempunyai kekayaan sendiri.
11
Pendiri yang dimaksud adalah orang yang mengambil bagian dengan
sengaja (intention) untuk mendirikan perseroan yang selanjutnya melakukan
8
Tri Budiyono, op.cit, hal 32.
9
Agus Budiarto, op.cit. hal. 50-51
10
Ibid, hal 1
11
langkah-langkah penting untuk mewujudkan pendirian perseroan, sesuai dengan
syarat yang ditentukan perundang-undangan.12
Berhubung dasarnya menggunakan perjanjian, maka tidak dapat dilepaskan
dari syarat-syarat yang ditetapkan Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata dan asas-asas lainnya.
13
Dalam perseroan terbatas modal dibagi dalam 3 (tiga) pengertian, yaitu apa
yang dinamakan dengan:
14
1. Modal dasar (Statutaire Capitaal/ Statute Capitaal);
2. Modal ditempatkan (Geplaats Capitaal/ Authorised Capitaal);
3. Modal disetor (Gestort Capitaal/ Paid Capitaal).
Modal dasar (Statutaire Capitaal/ Statute Capitaal) adalah jumlah modal
yang ditetapkan dalam anggaran dasar perseroan terbatas. Jumlah modal ini harus
habis terbagi dalam nominal saham yang dikeluarkan oleh perseroan. Dengan
demikian, modal dasar sejatinya terdiri atas akumulasi dari seluruh saham
perseroan. 15
Modal ditempatkan (Geplaats Capitaal/ Authorised Capitaal) adalah jumlah
modal saham yang telah diambil baik oleh pendiri maupun orang lain dan
karenanya telah terjual, tetapi harga modal tersebut belum dibayar secara penuh.
12
Orinton Purba, Petunjuk Praktis Bagi RUPS, Komisaris dan Direksi Perseroan Terbatas Agar Terhindar Dari Jerat Hukum, (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2012), hal. 22
13
Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas Yang Baru, (Jakarta: Djambatan, 1996), hal.3
14
Rudhi Prasetya, Teori & Praktik Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal.124
15
Oleh karenanya, orang yang telah mengambil saham ini mempunyai kewajiban
untuk menyetor ke perseroan sejumlah harga saham yang diambilnya tersebut.16
Pengertian dari modal yang disetor (Gestort Capitaal/ Paid Capitaal) adalah
modal yang telah dipenuhi kewajiban penyetorannya. Artinya dikatakan disini,
bahwa modal pada saat perseroan didirikan, para pendiri sudah harus memenuhi
dan merekalah pertama kali yang memberikan modal pada perseroan yang
didirikannya itu.17
Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham jelas kiranya
bahwa Undang-undang menentukan bahwa modal dasar perseroan harus berupa
saham-saham. Dengan demikian, maka saham adalah merupakan modal dari
perseroan.18
Saham yang telah dibayar penuh kepada perseroan yang menjadi penyertaan
atau penyetoran saham riil yang telah dilakukan, baik oleh pendiri maupun para
pemegang saham perseroan. Modal ditempatkan dan disetor penuh tersebut
dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah.19
Tidak jarang pada awal pendirian perseroan pemegang saham mangkir dari
kewajibannya menyetor modal kepada perseroan sesuai dengan akta pendirian.
Padahal, setiap pemegang saham harus menyetorkan modal secara penuh sesuai
dengan jumlah saham yang dimiliki. Modus yang umumnya digunakan adalah
16 Ibid 17
Agus Budiarto, Op.Cit, hal 43
18
Agus Budiarto, op.cit. hal. 53
19
dengan memalsukan bukti setoran modal pada saat perseroan dalam proses untuk
mendapatkan pengesahan perseroan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia. Modus lainnya, pada awal pendirian, pemegang saham menyetorkan
modal ke perseroan, tetapi setelah mendapat persetujuan dari Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia, modal tersebut ditarik kembali dan digunakan untuk
kepentingan pribadi.20
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan
Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian
Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan
Terbatas dalam Pasal 13 ayat (3) huruf c menyebutkan bahwa bukti setor modal
Perseroan berupa:
1. Fotokopi slip setoran atau fotokopi surat keterangan bank atas nama Perseroan atau rekening bersama atas nama para pendiri atau asli surat pernyataan telah menyetor modal Perseroan yang ditandatangani oleh semua anggota Direksi bersama-sama semua pendiri serta semua anggota dewan komisaris Perseroan, jika setoran modal dalam bentuk uang;
Maksud dari pengertian diatas bahwa para pendiri dapat membuat surat
pernyataan telah menyetor modal yang nantinya dilampirkan dalam Akta
pendirian perseroan terbatas. Artinya selama mengajukan pengesahan badan
hukum perseroan hal tersebut dapat berlaku setelah membuat surat pernyataan
telah menyetor modal ke perseroan terbatas yang akan didirikan.
20
Jadi dengan hanya membuat surat pernyataan tetapi tidak melampirkan bukti
penyetoran yang sah pada saat pengajuan pengesahan badan hukum perseroan
dapat berlaku karena pendiri yang telah berjanji tersebut telah membuat surat
pernyataan telah menyetorkan modal ke perseroan terbatas.
Penyetoran setiap bagian dari modal saham yang diambil bagiannya oleh
para pendiri perseroan dilakukan dengan uang tunai, namun apabila salah satu dari
pemegang saham lalai menyetorkan modal maka sipendiri tersebut tetap wajib
menyetorkan saham tersebut karena dasar dari didirikannya perseroan terbatas
adalah perjanjian.
Kelalaian penyetoran modal yang dimaksud disini adalah bahwa salah satu
pendiri yang telah membuat surat pernyataan telah menyetor modal tetapi
kenyataannya dia tidak menyetorkan modal seperti yang telah dibuatnya.
Slip setoran atau keterangan bank atas nama perseroan atau rekening
bersama atas nama para pendiri atau pernyataan telah menyetor modal perseroan
yang ditandatangani oleh semua anggota direksi bersama-sama semua pendiri
serta semua anggota Dewan Komisaris Perseroan, jika setoran modal dalam
bentuk uang.
Perjanjian yang dibuat dalam akta resmi, perjanjian tersebut dapat
dipaksakan pelaksanaannya apakah orang yang diberi janji itu telah memberi
suatu prestasi atau tidak.21
21
S. B. Marsh dan J. Soulsby, Hukum Perjanjian, (Bandung: Alumni, 2006), hal 103
Dalam hal ini pendiri tersebut telah melakukan
wanprestasi karena lalai tidak menyetorkan modal padahal pendiri tersebut telah
Apabila atas perjanjian yang disepakati terjadi pelanggaran, maka dapat
diajukan gugatan wanprestasi, karena ada hubungan kontraktual antara pihak yang
menimbulkan kerugian dan pihak yang menderita kerugian. Tujuan gugatan
wanprestasi adalah untuk menempatkan penggugat pada posisi seandainya
perjanjian tersebut terpenuhi.22
Seseorang dianggap wanprestasi dalam suatu perjanjian dan dapat dikatakan
wanprestasi, jika:
Pendiri tersebut telah lalai menyetorkan modal
maka ia harus mengganti kerugian yang telah dibuatnya.
1. tidak melakukan apa yang dijanjikan;
2. melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat;
3. melakukan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana mestinya; atau
4. melakukan apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan berdasarkan
perjanjian.
Untuk permasalahan dalam kelalaian pendiri dalam penyetoran modal
perseroan termasuk dalam tidak melakukan apa yang telah dijanjikan. Hal tersebut
telah dibuktikan bahwa ia telah membuat pernyataan telah menyetor modal tetapi
dia tidak melaksanakannya.
Pasal 1365 dan Pasal 1366 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menyatakan bahwa “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Setiap orang bertanggungjawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya”.
22
Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 32 ayat (1)
ditentukan dengan tegas bahwa suatu perseroan terbatas harus mempunyai modal
dasar minimum sebesar Rp. 50.000.000,- (limapuluh juta rupiah). Dari modal
tersebut, paling sedikit 25% (duapuluhlima persen) sudah harus ditempatkan dan
disetor penuh seperti yang dinyatakan dalam Pasal 33 ayat (1).23
Modal ditempatkan dan disetor penuh tersebut harus dibuktikan dengan
bukti penyetoran yang sah. Dalam penjelasan Pasal 33 ayat (2) tersebut dikatakan
bahwa yang dimaksud dengan bukti penyetoran yang sah antara lain berupa bukti
setoran pemegang saham ke dalam rekening bank atas nama perseroan, data dari
laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan, atau neraca perseroan yang
ditandatangani oleh direksi dan dewan komisaris.24
Pasal 12 dan penjelasannya Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa:
Perbuatan hukum yang berkaitan dengan kepemilikan saham dan penyetorannya yang dilakukan oleh calon pendiri sebelum perseroan didirikan, harus dicantumkan dalam akta pendirian. Maksud perbuatan hukum itu sendiri antara lain perbuatan hukum yang dilakukan oleh calon pendiri dengan pihak lain yang akan diperhitungkan dengan kepemilikan dan penyetoran saham calon pendiri dalam perseroan.
Perseroan terbatas didirikan minimal dua orang atau lebih. Sementara salah
seorang pendiri telah menyetorkan modal perseroan maka modal tersebut tetap
menjadi saham atas namanya. Pendiri yang telah menyetorkan modalnya menjadi
tanggung jawabnya sendiri.
23
Ibid, hal 44
24
Kekayaan ini dimulai dengan perolehannya dari para pendiri yang telah
mengambil saham dengan kewajiban untuk menyetor sejumlah uang sebesar nilai
saham yang telah diambilnya itu. Karenanya pada setiap saham yang dicantumkan
jumlah uang yang merupakan nilai nominal saham tersebut.25
Modal yang sudah terkumpul dalam perseroan yang dikumpulkan dengan
susah payah itu, perlu dijaga dan dilindungi. Prinsip perlindungan modal dan
kekayaan perseroan ini diwujudkan antara lain dalam ketentuan mengenai
larangan bagi perseroan untuk mengeluarkan saham untuk dimiliki sendiri atau
oleh anak perusahaannya dan pembatasan tertentu untuk perseroan membeli
sahamnya kembali.26
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dilakukan penelitian tesis
dengan judul Aspek Hukum Kelalaian Menyetorkan Modal Dalam Proses
Pendirian Perseroan Terbatas Dan Akibat Hukumnya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan pokok permasalahan yang akan
diteliti dan dibahas secara lebih mendalam pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaturan hukum atas penyetoran modal Perseroan Terbatas yang
dilakukan pendiri dengan hanya menyerahkan pernyataan untuk menyetorkan
modal saham?
2. Bagaimana akibat hukumnya jika pendiri yang memberikan pernyataan
menyetorkan modal ternyata lalai atau tidak bisa menyetorkan uang tunai untuk
Perseroan Terbatas yang didirikan tersebut?
25
Ibid, hal. 44
26
3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pendiri lain yang sudah menyetorkan
modalnya secara tunai?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penulisan tesis ini adalah:
1. Untuk mengetahui ketentuan Perundang-undangan mengenai penyetoran
modal saham pada saat pendirian perseroan terbatas, khususnya penyetoran
yang dilakukan dengan pernyataan untuk menyetor modal.
2. Untuk mengetahui akibat hukum apabila pendiri ternyata tidak menyetorkan
modal sahamnya setelah adanya pernyataan akan menyetorkan modal.
3. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan Perundang-undangan yang dapat
dijadikan dasar hukum bagi perlindungan terhadap pendiri perseroan terbatas
yang telah melakukan penyetoran modal tunai ke kas perseroan terbatas.
D. Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara
teoritis maupun secara praktis, yaitu:
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahwa kajian lebih lanjut bagi para
akedimisi maupun masyarakat umum dan dapat memberi manfaat guna
menambah khasanah ilmu hukum secara umum dan hukum perseroan terbatas
secara khusus yang diharapkan dapat memberikan masukan bagi
penyempurnaan peraturan dalam masalah peseroan terbatas khususnya
b. Manfaat Praktis
Pembahasan tesis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
ingin mendirikan perseroan terbatas dan pengembangan pengetahuan
penyetoran modal dalam perseroan terbatas.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran terhadap judul penelitian tesis yang ada pada
Universitas Sumatera Utara khususnya Program Magister Kenotarian Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara penelitian dengan judul Aspek Hukum
Kelalaian Menyetorkan Modal Dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas dan
Akibat Hukumnya belum pernah dilakukan, tetapi penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya adalah:
1. Penelitian atas nama Aini Halim dengan judul Analisis Pengenaan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Atas Inbreng Pendirian
Perseoan Terbatas, dengan pokok permasalahan dalam penelitian tersebut
adalah:
a. Bagaimana proses hukum inbreng tanah dan/atau bagunan ke dalam
pendirian Perseroan Terbatas?
b. Bagaimana status hukum atas tanah dan/atau bangunan setelah
diinbrengkan ke dalam pendirian perseroan terbatas?
c. Bagaimana Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
atas perolehan hak karena diinbrengkan tanah dan/atau bangunan ke
Penelitian ini berbeda dari penelitian-penelitian yang ada, khususnya dari
penelitian-penelitian sebagaimana disebutkan diatas. Oleh karena itu dalam
penelitian ini secara spesifik lebih membahas mengenai Kelalaian Penyetoran
Modal Yang Dilakukan Oleh Pendiri Perseroan Terbatas dan Akibat Hukumnya.
Berdasarkan penelusuran tersebut maka dapat dipastikan penelitian ini dapat
dijamin keasliannya dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
F. Kerangkan Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Teori hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori hukum
perjanjian. Suatu perjanjian adalah semata-mata suatu persetujuan yang diakui
oleh hukum. Persetujuan ini merupakan kepentingan yang pokok dalam dunia
usaha dan kebanyakan transaksi dagang termasuk pembentukan organisasi
usaha.27
Terbentuknya perjanjian tergantung pada kepercayaan atau pengharapan
yang muncul dari pihak lawan sebagai akibat dari pernyataan yang diungkapkan. Bahwa 2 (dua) orang atau lebih yang akan mengadakan perjanjian akan
memenuhi setiap prestasi yang diadakan dikemudian hari.
28
27
S. B. Marsh dan J. Soulsbby, op.cit., hal 93
Perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan, sebagaimana diatur dalam
Pasal 1234 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang menyebutkan bahwa
tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau tidak
berbuat sesuatu.
28
Berdasarkan Pasal 7 ayat Undang-undang Perseroan Terbatas yang berbunyi
sebagai berikut:
(1) Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta Notaris
yang dibuat dalam bahasa Indonesia.
(2) Setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat
Perseroan didirikan.
Berdasarkan Pasal diatas, dapat dikatakan bahwa untuk mendirikan suatu
Perseroan Terbatas haruslah dipenuhi unsur-unsur sebagai berikut:29
a. Adanya dua orang atau lebih untuk mendirikan perseroan.
b. Ada pernyataan kehendak dari pendiri untuk persetujuan mendirikan perseroan dengan mewajibkan setiap pendiri mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan.
c. Perjanjian pendirian perseroan tersebut dinyatakan di hadapan Notaris dalam bentuk akta pendirian berbahasa Indonesia yang sekaligus membuat Anggaran Dasar perseroan.
Sejak ditandatangani akta pendirian perseroan oleh para pendirinya, maka
perseroan telah berdiri dan hubungan antara pendiri adalah hubungan kontraktual
karena perseroan belum mempunyai status badan hukum.30
a. Sepakat mereka mengikatkan dirinya.
Agar suatu kontrak
atau perjanjian mengikat para pihak, menurut Pasal 1320 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata, harus dipenuhi 4 (empat) persyaratan utama, yaitu:
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
c. Perikatan harus mengenai sesuatu hal tertentu.
d. Perikatan harus mengenai sesuatu hal yang tidak bertentangan dengan
hukum.
29
Ibid, hal 34
30
Pihak-pihak yang berjanji tersebut harus bermaksud supaya perjanjian yang
mereka buat itu mengikat secara sah. Pengadilan harus yakin tentang maksud
mengikat secara sah itu. Mengikat secara sah artinya perjanjian itu menimbulkan
hak dan kewajiban bagi pihak-pihak yang diakui oleh hukum.31
Apabila salah seorang pendiri tidak menyetorkan modal sebagaimana yang
telah dibuat dalam surat pernyataan telah menyetorkan modal maka pendiri
tersebut dikatakan wanprestasi.
Wanprestasi adalah pelaksanaan kewajian yang tidak tepat pada waktunya
atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Apabila dalam melakukan pelaksanaan
prestasi perjanjian telah lalai sehingga terlambat dari jadwal waktu yang
ditentukan atau dalam melaksanakan prestasi tidak menurut sepatutnya atau
selayaknya.32
Akibat yang timbul dari wanprestasi adalah keharusan bagi debitur
membayar ganti rugi.
33
Teori sistem hukum dalam hukum perjanjian dipandang tepat dalam
menyelesaikan masalah penelitian ini dengan beberapa alasan, yaitu:
Artinya pendiri yang telah membuat surat penyataan telah
menyetorkan modal harus menyetorkan modal sebagaimana yang telah ia
janjikan.
1. Menyetor modal dalam pendirian perseroan terbatas merupakan
kewajiban para pendiri perseroan dari yang tertuang dalam akta yang
dibuat Notaris tentang perjanjian pendirian perseroan.
31
S.B. Marsh dan J. Soulsby, Op.Cit. 94
32
M. Yahya Harahap, (2), (Bandung: Alumni, 1986) (1), hal. 60
2. Sejak para pendiri menandatangani perjanjian pendirian perseroan
terbatas dihadapan Notaris, maka berdasarkan asas abligatoir, maka
sejak saat itu telah lahir kewajiban mutlak menyetorkan modal.
3. Apabila pendiri tidak melakukan (lalai) penyetoran mutlak saham pada
saat perseroan akan disahkan, maka yang terjadi adalah wanprestasi dari
pendiri yang bersangkutan terhadap kewajiban pendirian perseroan
terbatas sebagaimana dalam akta pendirian perseroan terbatas yang
dibuat oleh Notaris.
4. Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas adalah Perseroan Terbatas, yang selanjutnya
disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta
peraturan pelaksanaannya. Dengan demikian bahwa dasar hubungan
hukum para pendiri perseroan terbatas (pemegang saham) adalah
perjanjian pendirian perseroan.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas maka kelalaian pendiri dalam
menyetorkan modal sebagai fokus penelitian ini sangat tepat sehingga perbuatan
wanprestasi adalah tindakan dalam lingkup hukum perdata (perjanjian). Maka
teori hukum yang digunakan adalah teori-teori dalam hukum perjanjian.
Selain itu teori yang dapat digunakan adalah teori kontrak (Contract Teory)
kontrak antara anggota-anggotanya pada satu segi dan antara anggota-anggota
perseroan, yakni pemegang saham dengan pemerintah dari segi lain.34
Teori ini sejalan dengan pandangan Pasal 1 angka 1 jo. Pasal 7 ayat (1) dan
(3) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Menurut
Pasal ini, perseroan sebagai badan hukum merupakan persekutuan modal yang
didirikan berdasarkan perjanjian oleh pendiri dan/atau pemegang saham, yang
terdiri sekurang-kurangnya 2 (dua) orang atau lebih. Selanjutnya menurut Pasal 7
ayat (4), agar perseroan diakui sah sebagai badan hukum, harus mendapat
pengesahan dari pemerintah dalam hal ini Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia.35
2. Konsepsi
Konsepsi merupakan gambaran bagaimana hubungan antara konsep-konsep
yang akan diteliti. Salah satu cara untuk menjelaskan konsep-konsep tersebut
adalah dengan membuat definisi. Definisi merupakan suatu pengertian yang relatif
lengkap tentang suatu istilah dan definisi bertitik tolak pada referensi.36
Terlihat jelas bahwa suatu konsepsi pada hakikatnya merupakan suatu
pengarah atau pedoman yang lebih konkrit dari kerangka teoritis (tinjauan
pustaka), yang seringkali masih bersifat abstrak. Namun demikian, suatu kerangka
konsepsi belaka kadang-kadang dirasakan masih juga abstrak, sehingga
34
M. Yahya Harap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011) (1), hal. 56
35 Ibid 36
diperlukan defenisi operasional yang akan menjadi pegangan konkrit didalam
proses penelitian.37
Dalam penelitian tesis ini, perlu kiranya didefenisikan beberapa pengertian
tentang konsep-konsep guna menghindari kesalahpahaman atas berbagai istilah
yang dipergunakan dalam penelitian ini, selanjutnya akan dijelaskan maksud dari
istilah-istilah tersebut dalam suatu kerangka konsep. Untuk dapat menjawab
permasalahan dalam penelitian tesis ini perlu didefenisikan beberapa konsep dasar
dalam rangka menyamakan persepsi agar secara operasional dapat dibatasi ruang
lingkup variable dan dapat diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan
penelitian yang telah ditentukan, yaitu:
a. Perseroan terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta
peraturan pelaksanaannya.38
b. Modal adalah modal perseroan sebagai modal pendiri karena jumlah
modal yang disebut di dalam akta pendirian Perseroan Terbatas
merupakan suatu jumlah maksimum sampai jumlah mana dapat
dikeluarkan surat-surat saham.39
37
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hal 298.
38
Pasal 1 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
39
c. Modal disetor adalah modal yang telah diambil (baik oleh pendiri
maupun orang lain) dan harga saham tersebut telah disetorkan ke kas
perseroan.40
d. Saham adalah bagian pemegang saham di dalam perusahaan, yang
dinyatakan dengan angka dan bilangan tertulis pada surat saham yang
dikeluarkan oleh Perseroan.41
e. Wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada
waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Apabila dalam
melakukan pelaksanaan prestasi perjanjian telah lalai sehingga
terlambat dari jadwal waktu yang ditentukan atau dalam melaksanakan
prestasi tidak menurut sepatutnya atau selayaknya.42
f. Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Mengenai
perjanjian ini menegaskan bahwa akta Notaris mutlak untuk adanya
suatu Perseroan Terbatas.
G. Metode Penelitian
Metode (Inggris: method, Latin: methodus, Yunani: methodos-meta berarti
sesudah, diatas, sedangkan hodos, berarti suatu jalan, suatu cara). Mula-mula
metode diartikan secara harfiah sebagai suatu jalan yang harus ditempuh, menjadi
penyelidikan atau penelitian berlangsung menurut suatu rencana tertentu.43
40
Tri Budiyono, op.cit. hal 78
41
Ibid, hal. 88
42
M. Yahya Harahap, (2), hal. 60
43
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari
satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya, disamping
itu juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut,
untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas
permasalahan-permasalahannya yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.44
1. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan
Jenis penelitian yang digunakan dalam adalah tesis ini adalah penelitian
yurisdis normatif atau penelitian hukum doktrinal yaitu penelitian hukum yang
menggunakan sumber data sekunder atau data yang diperoleh melalui
bahan-bahan pustaka dengan meneliti sumber-sumber bacaan yang relevan dengan tema
penelitian, meliputi penelitian terhadap asas-asas hukum, sumber-sumber hukum,
teori hukum, buku-buku, peraturan Perundang-undangan yang bersifat teoritis
ilmiah serta dapat menganalisa permasalahan yang dibahas.45
Penelitian hukum normatif atau penelitian doktrinal dikonsepkan sebagai
apa yang tertulis didalam peraturan Perundang-undangan (law in the books) atau
hukum yang dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan
berprilaku manusia yang dianggap pantas.46
Penelitian hukum doktrinal dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan
peraturan perundang-undangan. Peraturan tersebut dikumpulkan dengan cara
mengkoleksi publikasi-publikasi dan dokumen-dokumen yang mengandung
44
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Pers, 2007), hal. 43
45
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 13-14
46
peraturan-peraturan hukum positif. Setelah bahan-bahan tersebut terkumpul,
kemudian diklarifikasi secara sistematis untuk melakukan inventarisasi data
sebagai bahan perpustakaan saat melakukan penelitian serta mengacu pada
norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan Perundang-undangan di Indonesia.47
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan Perundang-undangan
(statute aprroach) yang dilakukan dengan mencari dan menelaah semua peraturan
Perundang-undangan dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang
sedang ditangani. Oleh karena itu untuk memecahkan suatu isu hukum harus
menelusuri berbagai produk Perundang-undangan.
48
2. Sumber Data Penelitian
Dalam hal ini dilakukan studi
pustaka yang segala sesuatunya berkaitan dengan pengaturan hukum mengenai
Aspek Hukum Kelalaian Menyetorkan Modal Dalam Proses Pendirian Perseroan
Terbatas Dan Akibat Hukumnya.
Berhubung karena metode penelitian adalah penelitian hukum normatif
maka sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
bahan penelitian yang berupa bahan-bahan hukum, yang terdiri dari bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier, seperti:49
a. Bahan Hukum Primer yaitu bahan-bahan hukum atau dokumen peraturan
yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang berupa bahan
pustaka yang berisikan peraturan Perundang-undangan, yang antara lain
terdiri dari:
47
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal. 81-82
48
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 93
49
1. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
3. Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengajuan
Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan
Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan
Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas.
5. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai
6. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan
Tarif Bea Meterai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal
yang Dikenakan Bea Meterai.
b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan
bahan hukum primer berupa buku-buku yang berhubungan dengan objek
yang diteliti.
c. Bahan hukum tersier, yakni yang memberikan informasi lebih lanjut
mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti
kamus hukum dan kamus besar Bahasa Indonesia.
Selain data sekunder sebagai sumber data utama, dalam penelitian ini juga
digunakan data pendukung yang diperoleh dari wawancara dengan pihak yang
telah ditentukan sebagai informan yaitu Notaris Mauliddin Shatti, S.H di Kota
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun untuk mendapatkan data yang diperlukan, pengumpulan data
dilakukan melalui tahap-tahap penelitian antara lain sebagai berikut:
a. Studi Kepustakaan (Library Research)
Studi kepustakaan yaitu menghimpun data dari hasil penelaahan bahan
pustaka atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Untuk memperoleh data
sekunder yang berupa bahan hukum primer, hukum sekunder dan hukum
tersier dalam penelitian ini akan menggunakan alat penelitian studi
dokumen/pustaka atau penelitian pustaka (library research) yaitu dengan
cara mengumpulkan semua peraturan Perundang-undangan,
dokumen-dokumen hukum dan buku-buku yang berkaitan dengan rumusan masalah
penelitian.50
b. Wawancara
Hasil wawancara yang diperoleh akan digunakan sebagai data pendukung
dalam penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari pihak-pihak yang telah
ditentukan sebagai informan yaitu Notaris Mauliddin Shatti, S.H di Kota Medan
yang mengetahui permasalahan mengenai penyetoran modal dalam proses
pendirian perseroan terbatas.
50
4. Analisa Data
Dalam suatu penelitian sebelumnya perlu disusun secara sistematis kemudian akan dianalisa dengan menggunakan prosedur logika ilmiah yang
sifatnya kualitatif. Kualitatif berarti akan dilakukan analisa data yang bertitik tolak
dari penelitian terhadap asas atau prinsip sebagaimana yang diatur didalam bahan
hukum primer.51
Semua data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library
research) kemudian disusun secara berurutan dan sistematis dan selanjutnya
dianalisa dengan menggunakan metode kualitatif sehingga diperoleh gambaran
secara menyeluruh tentang gejala dan fakta yang terdapat dalam masalah yang
akan diteliti. Selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode
deduktif, yaitu cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang umum untuk
selanjutnya menarik hal-hal yang khusus dengan menggunakan ketentuan
berdasarkan pengetahuan umum seperti teori-teori, dalil-dalil atau prinsip-prinsip
dalam bentuk proposisi-proposisi untuk menarik kesimpulan terhadap fakta-fakta
yang bersifat khusus.
52
51
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 105
52
BAB II
PENYETORAN MODAL PERSEROAN TERBATAS MELALUI PERNYATAAN MENYETORKAN MODAL
A.Penyetoran Modal Pada Saat Pendirian Perseroan Terbatas
Perseroan terbatas terdiri dari dua kata, yaitu perseroan dan terbatas.
Perseroan merujuk kepada modal PT yang terdiri dari sero-sero atau
saham-saham, sedangkan kata terbatas merujuk kepada tanggung jawab pemegang saham
yang luasnya hanya terbatas pada nilai nominal saham yang dimilikinya. 53
Perseroan terbatas menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas dalam Pasal 1 butir 1 yaitu perseroan terbatas, yang
selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
Berdasarkan definisi perseroan terbatas diatas, terdapat beberapa unsur dari
perseroan terbatas, sebagai berikut:54
a. Perseroan terbatas merupakan badan hukum.
b. Perseroan terbatas merupakan persekutan modal.
c. Didirikan berdasarkan perjanjian.
53
Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas Doktrin, Peraturan Perundang-undangan dan Yurisprudensi, (Yogyakarta: Total Media Yogyakarta, 2009), hal. 1
54
d. Melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang terbagi dalam
saham-saham.
Didirikan berdasarkan perjanjian yang dimaksud diatas adalah: 55
a. Didirikan oleh 2 (dua) orang (perorangan atau badan hukum) atau lebih;
b. Adanya kesepakatan para pihak yang mendirikan perseroan terbatas;
c. Kewajiban mengambil bagian pada saat pendirian.
Perseroan Terbatas adalah suatu bentuk usaha yang berbadan usaha yang
berbadan hukum, yang pada awalnya dikenal dengan nama Naamloze
Venootschap (NV). Istilah terbatas di dalam perseroan terbatas tertuju pada
tanggung jawab pemegang saham yang hanya terbatas pada nilai nominal dari
semua saham yang dimilikinya.56
Perseroan terbatas didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih. Syarat bahwa
pendiri perseroan harus 2 (dua) orang atau lebih diatur dalam Pasal 7 ayat (1)
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pengertian
pendiri adalah orang yang mengambil bagian dengan sengaja (intention) untuk
mendirikan perseroan yang selanjutnya melakukan langkah-langkah penting untuk
mewujudkan pendirian perseroan, sesuai dengan syarat yang ditentukan
perundang-undangan.57
Pasal 7 ayat (7) menyebutkan ketentuan yang mewajibkan Perseroan
didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan
ketentuan pada ayat (5), serta ayat (6) tidak berlaku bagi:
55
R. Saliman, Hermansyah dan Ahmad Jalis, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori Dan Contoh Kasus, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hal. 116
56
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal 39.
57
a. Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara; atau
b. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam Undang-undang tentang Pasar Modal.
Karena status dan karakteristik yang khusus, persyaratan jumlah pendiri bagi
Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat ini diatur dalam peraturan
perundang-undangan tersendiri. Yang dimaksud dengan “persero” adalah badan usaha milik
negara yang berbentuk perseroan yang modalnya terbagi dalam saham yang diatur
dalam Undang-undang tentang Badan Usaha Milik Negara sebagaimana telah
diuraikan dalam penjelasan Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun
2007.
Perseroan harus berdasarkan “perjanjian” para pendiri. Hal ini ditegaskan
dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Hal tersebut juga dinyatakan pada Pasal 1313 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata bahwa perjanjian pendirian sebuah perseroan dilakukan secara
“konsensual” dan “kontraktual”. Artinya, bahwa pendirian perseroan dilakukan
oleh para pendiri atas persetujuan, dimana para pendiri antara satu dan yang lain
saling mengikatkan dirinya untuk mendirikan perseroan terbatas. Perjanjian
berbentuk akta Notaris (notarial deed) harus dibuat secara tertulis, tidak boleh
berbentuk akta dibawah tangan (private instrument).58
Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas Perseroan menyebutkan bahwa “Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang
atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia”.
Ketentuan Pasal diatas menegaskan bahwa akta Notaris merupakan syarat
mutlak untuk adanya suatu perseroan terbatas. Tanpa adanya akta otentik ini akan
meniadakan eksistensi perseroan terbatas, sebab akta pendirian inilah nantinya
yang harus disahkan oleh Menteri Kehakiman.59
Perseroan terbatas salah satu bentuk usaha yang paling banyak diminati dari
seluruh organisasi usaha yang ada. Di Indonesia, perseroan terbatas merupakan
salah satu bentuk perusahaan atau badan usaha yang berbadan hukum yang
banyak digunakan dalam dunia usaha. Badan hukum merupakan subjek hukum
sebagai pendukung hak dan kewajiban, badan hukum ini sengaja dibuat oleh
manusia dengan maksud dan tujuan tertentu, memiliki kapasitas sebagai pribadi
hukum yang dapat mempunyai harta kekayaan tersendiri yang terpisah dari harta
kekayaan para pendiri perseroan terbatas, para pemegang saham perseroan dan
pengurus perseroan.60
Bahwa perseroan terbatas mempunyai kemampuan untuk mengembangkan
diri dan berpotensi memberikan keuntungan, baik bagi instansinya sendiri maupun
bagi para pendukungnya (pemegang saham).
61
Sejak ditandatangani akta pendirian perseroan oleh para pendirinya, maka
perseroan telah berdiri dan hubungana antara para pendiri adalah hubungan
kontraktual karena perseroan belum mempunyai status badan hukum. Agar suatu
59
Agus Budiarto, hal. 35
60
Gatot Supramono, Kedudukan Perusahaan Sebagai Subjek dalam Gugatan Perdata di Pengadilan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal 135-136.
61
kontrak atau perjanjian mengikat para pihak, menurut Pasal 1320 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata, harus dipenuhi 4 (empat) persyaratan, yakni:62
(i) sepakat mengikatkan dirinya;
(ii) kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
(iii) suatu hal tertentu;
(iv) suatu sebab yang halal.
Syarat diatas mengenai pihak yang membuat perjanjian atau biasa disebut
syarat subjektif maupun syarat mengenai perjanjian itu sendiri (isi perjanjian) atau
yang biasa disebut syarat objektif.63
Kesepakatan yang dimaksudkan dalam Pasal ini adalah persesuai kehendak
antara para pihak, yaitu bertemunya antara penawaran dan penerimaan.
Kesepakatan ini dapat dicapai dengan berbagai cara, baik dengan tertulis maupun
secara tidak tertulis. Dikatakan tidak tertulis, bukan lisan karena perjanjian dapat
saja terjadi dengan cara tidak tertulis dan juga tidak lisan, tetapi bukan hanya
dengan menggunakan simbol-simbol atau dengan cara lainnya yang tidak secara
lisan.64
Sementara itu, kecakapan adalah kemampuan menurut hukum untuk
melakukan perbuatan hukum (perjanjian). Kecakapan ini ditandai dengan
dicapainya umur 21 tahun atau telah menikah, walaupun usianya belum mencapai
21 tahun. Khusus untuk orang yang belum menikah sebelum usia 21 tahun
62
Farida Hasyim, Hukum Dagang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal.151
63
Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2008), hal. 67-69
tersebut, tetap dianggap cakap walaupun dia bercerai sebelum mencapai usia 21
tahun. Jadi, janda atau duda tetap dianggap cakap walaupun usianya belum
mencapai 21 tahun.65
Walaupun ukuran kecakapan didasarkan pada usia 21 tahun atau sudah
menikah, tidak semua orang yang mencapai usia 21 tahun dan telah menikah
secara otomatis dapat dikatakan cakap menurut hukum karena ada kemungkinan
orang yang telah dianggap tidak cakap karena berada di bawah pengampuan
misalnya karena gila atau bahkan karena boros.66
Mengenai hal tertentu, sebagai syarat ketiga untuk sahnya perjanjian ini
menerangkan tentang harus adanya objek perjanjian yang jelas. Jadi suatu
perjanjian tidak bisa dilakukan tanpa objek tertentu. Jadi tidak bisa seseorang
menjual sesuatu (tidak tertentu) dengan harga seribu rupiah misalnya karena kata
sesuatu itu tidak menunjukkan hal tertentu, tetapi hal yang tidak tentu.
67
Syarat keempat mengenai suatu sebab yang halal, ini juga merupakan syarat
tentang isi perjanjian. Kata halal disini bukan dengan maksud memperlawankan
dengan kata haram dalam hukum Islam, tetapi yang dimaksudkan disini adalah
bahwa isi perjanjian tersebut tidak dapat bertentangan dengan Undang-undang
kesusilaan dan ketertiban umum.
68
Dalam mendirikan perseroan terbatas diatur dalam Pasal 7 ayat (2)
perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan. Berarti
pada saat pendiri menghadap Notaris untuk dibuat akta pendirian perseroan, setiap
pendiri perseroan sudah mengambil saham perseroan. Agar syarat ini sah menurut
hukum, pengambilan bagian saham itu harus sudah dilakukan setiap pendiri
perseroan pada saat pendirian perseroan itu berlangsung.69
Perbuatan hukum yang berkaitan dengan susunan dan penyertaan modal
serta susunan saham perseroan, yang dilakukan oleh pendiri sebelum perseroan
didirikan, harus dicantumkan dalam akta pendirian sebagai berikut:
70
a. Perbuatan hukum yang dimaksud antara lain mengenai penyetoran saham
dalam bentuk atau cara lain dari uang tunai.
b. Naskah asli atau salinan resmi akta otentik mengenai perbuatan hukum
tersebut di atas dilekatkan pada akta pendirian. Justru semua dokumen
yang memuat perbuatan hukum yang terkait dengan pendirian perseroan
yang bersangkutan harus ditempatkan sebagai satu kesatuan dengan akta
pendirian, dengan cara melekatkan atau menjahit dokumen tersebut
sebagai satu kesatuan dengan akta pendirian.
c. Apabila pencantuman perbuatan hukum dan pelekatan seperti
dimaksudkan di atas tidak terpenuhi, perbuatan hukum tersebut tidak
menimbulkan hak dan kewajiban bagi perseroan.
Kemudian hal itu dimuat dalam akta pendirian sesuai ketentuan Pasal 8 ayat
(2) huruf c yaitu “Nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham,
69
Orinton Purba, Op.Cit, hal. 24
70
rincian jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan
disetor”.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, yang dimaksud dengan “mengambil
bagian saham” sesuai dengan penjelasan Pasal 8 ayat (2) huruf c, adalah jumlah
saham yang diambil oleh pemegang saham pada saat pendirian perseroan.
Dengan demikian, agar syarat sah menurut hukum, pengambilan bagian
saham itu, harus dilakukan setiap pendiri perseroan pada saat pendirian perseroan
itu berlangsung. Tidak sah apabila dilakukan sesudah perseroan didirikan.71
Modal perseroan berbeda dengan harta kekayaan perseroan. Modal
perseroan hanya merupakan sebagian dari harta kekayaan perseroan. Harta
kekayaan perseroan selalu berubah-ubah sejalan dengan gerak perkembangan
usaha perseroan, sedangkan modal perseroan itu bersifat relatif tetap, walaupun
bila modal perseroan dikehendaki berubah, perubahan itu harus dibuat dengan
akta notariel tersendiri dan harus dimohonkan persetujuan dari Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia. Harta kekayaan biasanya akan dapat dibaca dalam
neraca dan perhitungan rugi laba yang dibuat setiap akhir tahun pembukuan.72
Dalam pendirian perseroan terbatas harus mempunyai harta kekayaan
tersendiri yang terpisah dari harta kekayaan para pendirinya dan yang didapat dari
pemasukan para pendirinya (pemegang saham), yang berupa modal dasar, modal
yang ditempatkan dan modal yang disetor penuh. Harta kekayaan ini sengaja
diadakan dan memang diperlukan sebagai alat untuk mengejar tujuan perseroan.
71
M. Yahya Harahap, (1), op.cit, hal 173
72