• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II STRUKTUR MODAL DAN SAHAM DI PERSEROAN TERBATAS A. Pengaturan Perseroan Terbatas dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas - Akuntabilitas Pembatasan Pembagian Dividen Dalam Rangka Perlindungan Modal di Perseroan Terbatas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II STRUKTUR MODAL DAN SAHAM DI PERSEROAN TERBATAS A. Pengaturan Perseroan Terbatas dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas - Akuntabilitas Pembatasan Pembagian Dividen Dalam Rangka Perlindungan Modal di Perseroan Terbatas"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

STRUKTUR MODAL DAN SAHAM DI PERSEROAN TERBATAS

A. Pengaturan Perseroan Terbatas dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Pasal 7 ayat (4) UUPT secara jelas menyatakan bahwa badan hukum dapat terjadi atau lahir karena amanat undang-undang. Namun badan hukum itu diakui atau diukur melalui ciri-ciri badan hukum sebagaimana diajarkan oleh doktrin atau ajaran umum (de heersende leer) tentang badan hukum, maka unsur-unsur badan hukum sesuai dengan de heersende leer ada pada PT, seperti:12

1. Adanya kekayaan terpisah

Terdapat kekayaan terpisah di dalam PT antara lain didapat dari modal dasar

(stood kapitaal), modal yang ditempatkan (geplaat kapitaal) dan modal yang disetor

penuh (gestoort kapitaal). Harta kekayaan terpisah ini dibentuk dengan tujuan jika di kemudian hari timbul tanggung jawab hukum yang harus dipenuhi oleh PT sebagai badan hukum, maka pertanggungjawaban yang timbul tersebut semata-mata dibebankan kepada harta kekayaan yang terhimpun dari PT tersebut.

Akibat lebih lanjut dari terpisahnya harta kekayaan PT sebagai badan hukum dengan harta kekayaan pribadi para persero, yakni :

a. kreditur pribadi para persero dan /atau alat perlengkapan PT secara pribati tidak mempunyai hak untuk menuntut harta kekayaan PT;

b. para persero pribadi, juga alat perlengkapan PT secara pribadi tidak mempunyai hak menagih piutang dari badan hukum terhadap pihak ketiga;

12

(2)

c. kompensasi antara hutang pribadi dan hutang PT tidak diperbolehkan; d. hubungan hukum, baik perikatan maupun proses-proses yang lain antara

para persero dan/atau alat perlengkapan PT dengan PT sebagai badan hukum, dapat saja terjadi seperti halnya hubungan hukum maupun perikatan antara badan hukum dengan pihak ketiga;

e. dalam hal terjadi kepailitan, maka para kreditur PT hanya dapat menuntut harta kekayaan terpisah itu.

2. Adanya tujuan tertentu

Kegiatan usaha merupakan kegiatan yang dijalankan oleh perseroan dalam rangka mencapai maksud dan tujuannya, yang harus dirinci secara jelas dalam anggaran dasar, dan rincian tersebut tidak boleh bertentangan dengan angaran dasar.13 Maksud dan tujuan perseroan yang dicantumkan dalam anggaran dasar memiliki dua aspek. Pertama, maksud dan tujuan ini menjadi pembatasan dari ruang lingkup kewenangan bertindak bagi perseroan. Kedua, menjadi pembatasan dari ruang lingkup kewenangan bertindak perseroan yang bersangkutan selain dibatasin oleh peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar.14

Sebelum keluarnya Undang-Undang Perseroan Terbatas 1995 dan UUPT 2007 ditentukan bahwa pemakaian nama PT harus mencerminkan pokok atau tujuan darai perusahaannya, misalnya PT Jaya Abadi Motor, jadi dapat dilihat dari nama PT tersebut ada tercermin tujuan PT yaitu bergerak dalam kegiatan usaha jual beli motor. Setelah keluarnya UUPT pemakaian nama PT sudah tidak diharuskan mencerminkan tujuan dari PT tersebut. Menurut ketentuan pasal 16 UUPT 2007 disebutkan bahwa:

13

Jamin Ginting, Hukum Perseroan terbatas (Jakarta:Citra Aditya Bakti,2007),hlm.16.

14 Ibid,.

(3)

a. Perseroan tidak boleh memakai nama yang:

1) telah dipakai secara sah oleh perseroan lain atau sama pada pokoknya dengan nama perseroan lain;

2) bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan;

3) sama atau mirip dengan nama lembaga negara, lembaga pemerintah, atau lembaga internasional, kecuali mendapat izin dari yang bersangkutan; 4) tidak sesuai dengan maksud dan tujuan, serta kegiatan usaha, atau

menunjukkan maksud dan tujuan perseroan saja tanpa nama diri;

5) terdiri atas angka dan rangkaian angka, huruf atau rangkaian huruf yang tidak membentuk kata; atau

6) mempunyai arti sebagai perseroan, badan hukum, atau persekutuan perdata.

b. Nama perseroan harus didahului dengan frasa “Perseroan Terbatas” atau

disingkat “PT”.

c. Dalam hal perseroan terbuka selain berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), pada akhir nama perseroan ditambah kata singkatan “Tbk”.

d. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemakaian nama perseroan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Jelas bahwa PT sebagai badan hukum telah memenuhi kriteria mempunyai tujuan tertentu. Perjuangan meraih tujuan itu dilakukan oleh suatu organ yang disebut direksi.

3. Mempunyai kepentingan sendiri

(4)

dalam PT, kepentingan itu tercermin di dalam hak-haknya untuk dapat menuntut dan mempertahankan kepentingannya terhadap pihak ketiga dalam pergaulan hukumnya. Kepentingan PT akan berbeda dengan kepentingan para pemegang saham secara individu atau secara pribadi. Kepentingan PT adalah sesuatu yang utama bagi PT yaitu tujuan PT, tujuan untuk memperoleh keuntungan bagi PT yang secara tidak langsung juga bagi kepentingan para pemegang saham. Kepentingan PT bisa saja berbeda dengan kepentingan para pemegang saham PT. Misalnya : jika kepentingan para pemegang saham adalah Dividen atau capital gain, maka kepentingan PT barangkali bukan itu, melainkan lebih memilih pada dana cadangan dan bukan dividen atau capital gain.

4. Adanya organisasi yang teratur

(5)

anggaran dasar PT masih ada hal-haql yang belum tertampung, dimungkinkan diatur dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (selanjutnya disebut RUPS) dan/atau keputusan direksi. Jadi PT jelas memenuhi syarat sebagai badan hukum untuk mempunyai organisasi yang teratur.

Dapat diketahui dari penjelasan diatas bahwa badan hukum hanya dapat bertindak melalui organ-organnya. Pasal 1 angka 2 UUPT menyatakan bahwa organ perseroan antara lain adalah:

1. Direksi

Pasal 1 angka 5 UUPT menyatakan bahwa direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Dari definisi diatas tampak bahwa istilah tugas, wewenang, dan tanggung jawab direksi hampir memiliki arah dan maksud yang sama, yakni melakukan pengurusan perseroan (sesuai dengan maksud dan tujuan dalam anggaran dasar perseroan) dan mewakili perseroan (baik di dalam maupun diluar pengadilan).15 Dalam pengertian pengurusan yang dipercayakan kepada direksi itu, dapat dibedakan atas perbuatan beheren dan perbuatan beschiking atau kadang kala disebut pula sebagai perbuatan pengurusan (dalam arti sempit). Sedang perbuatan

beschikking atau eigendom lazim diterjamahkan sebagai perbuatan kepemilikan

(dalam arti luas).16

Sebenarnya perbuatan pengurusan (beheren) itulah yang merupakan wewenang murni dari direksi, yaitu yang ditandai sebagai perbuatan yang biasa dilakukan

15

Mulhadi,, Hukum Perusahaan Bentuk-bentuk Usaha di Indonesia (Medan: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 102.

16

(6)

sehari-hari. Sepanjang perbuatan itu merupakan perbuatan pengurusan, maka berwenang diselenggarakan sendiri oleh direksi. Sebaliknya perbuatan kepemilikan

(daden van beschicking/eigendom) sudah bukan lagi perbuatan sehari-hari melainkan

merupakan perbuatan khusus/istimewa, dan bukan lagi murni wewenang Direksi. Untuk Direksi dapat melakukan perbuatan ini harus terlebih dahulu Direksi memperoleh persetujuan dari organ lainnya, yang mungkin lebih dahulu harus mendapatkan persetujuan dari dewan komisaris atau mungkin pula dari RUPS tergantung menurut ketentuan undang-undang dan atau anggaran dasar perseroan.17

Direksi perseroan terdiri atas satu orang direksi atau lebih. Tetapi untuk perseroan tertentu, wajib mempunyai paling sedikit dua orang anggota direksi. Perseroan tertentu tersebut adalah sebagai berikut:18

a. Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan mengelola dana masyarakat.

b. Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang. c. Perseroan terbuka.

Direksi sebagai organ Perseroan juga memiliki tanggung jawab, yang diatur dalam Pasal 97 UUPT, yaitu sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan dengan itikad baik. b. Bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan apabila

yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.

c. Bertanggung jawab secara renteng dalam hal Direksi terdiri atas dua orang atau lebih atas kerugian yang sama seperti pada poin 2 di atas.

Terhadap kerugian-kerugian tertentu, anggota Direksi tidak bisa dimintai pertanggung jawaban apabila dapat membuktikan berikut ini:

17 Ibid

, 20.

18Op.cit.,

(7)

a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya.

b. Telah melakukan tanggung jawab untuk kepentingan serta sesuai dengan maksud dan tyujuan perseroan.

c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian.

d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.

Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit atau persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota direksi bila terdapat indikasi anggota direksi melakukan kesalahan atau lalai dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, sehingga menimbulkan kerugian pada perseroan,

Undang-Undang Perseroan Terbatas juga menetapkan beberapa kewajiban yang melekat pada Direksi, antara lain sebagai berikut:

a. Direksi wajib membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS dan risalah rapat direksi, Direksi wajib membuat laporan tahunan dan dokumen keuangan perseroan, Direksi wajib memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan perseroan.

b. Anggota Direksi wajib melaporkan kepada perseroan mengenai saham yang dimiliki anggota.

2. Dewan komisaris

Landasan hukum eksistensi dan kedudukan dewan komisaris, diatur dalam beberapa pasal. Pertama pasal 1 angka 2 UUPT, yang berbunyi:

“organ perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Dewan

(8)

Eksistensi dan kedudukan dewan komisaris sebagai organ perseroan lebih spesifik ditegaskan pada pasal 1 angka 6 UUPT yang berbunyi:

“Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan

secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat

kepada direksi”.

Dewan komisaris sebagai salah satu organ dalam perseroan memiliki tugas atau fungsi yang diatur dalam pasal 108 ayat (1) dan ayat (2), yaitu:

a.Melakukan pengawasan

Tugas utama dewan komisaris adalah melakukan pengawasan terhadap kebijaksanaan pengurusan perseroan yang dilakukan direksi, dan jalannya pengurusan pada umumnya. Jadi, tugas atau fungsi pengawasan dewan komisaris, sasarannya ditujukan terhadap kebijaksanaan pengurusan dan jalannya pengurusan perseroan maupun perusahaan perseroan yang dilakukan direksi.19

Tugas pengawasan tersebut, dapat juga dilakukan dewan komisaris terhadap sasaran atau objek tertentu, antara lain sebagai berikut:20

1) Melakukan audit keuangan

Pengawasan dibidang keuangan dianggap sangat relevan dan urgen, karena masalah keuangan merupakan urat nadi yang sangat sentral bagi perseroan. Keadaan keuangan perseroan merupakan refleksi dari gambaran kondisi perseroan. Oleh karena itu, pengawasan dengan cara melakukan audit atas keluar masuknya (cash flow) keuangan perseroan, harus dilakukan dengan cermat.

19

M.Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm 439.

(9)

2) Pengawasan atas organisasi perseroan

Pengawasan atas organisasi perseroan, dilakukan dengan cara mengaudit strukturnya, apakah kebesaran atau terlalu kecil organisasinya, hubungan dan jenjang pimpinan apakah ada benturan yang menghambat kelancaran komunikasi atau informasi. Tujuan utama melakukan audit organisasi, agar strukturnya selalu dapat di-up date, sesuai dengan keadaan dan perkembangan perseroan.

3) Pengawasan terhadap personalia

Caranya dapat dilakukan dengan mengaudit personalia agar dapat diketahui kekurangan atau kelebihan personalia yang mungkin terjadi. Juga untuk menegakkan prinsip the right man in the right place serta untuk mengetahui apakah cara rekruit dan seleksi yang berjalan sudah tepat atau tidak.

b. Memberi nasihat

Tugas umum yang kedua, “memberi nasihat” kepada Direksi. Akan

tetapi undang-undang ini tidak menjelaskan rincian tugas tersebut, tidak dijelaskan nasihat apa saja yang dapat diberikan. . Dalam Juridisch Lexicon,

advies bisa berarti opinion atau recommendation. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, nasehat atau nasihat dapat berarti ajaran atau pelajaran yang baik. Bisa juga anjuraan (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik.21 Bertitik tolak dari pengertian nasihat yang dikemukakan diatas dihubungkan dengan tugas dewan komisaris memberikan nasihat, cakupan atau spektrumnya sangat luas. Dewan komisaris bisa menyampaikan pendapat atau memberi pertimbangan yang layak dan tepat kepada direksi. Bahkan

21

(10)

dapat menyampaikan ajaran yang baik maupun petunjuk, peringatan, atau teguran baik.

Akan tetapi, semua bentuk-bentuk nasihat yang telah dikemukakan tersebut, dari saga yuridis bersifat rekomendasi. Oleh karena itu, tidak mengikat kepada direksi. Dapat diterima untuk kemudian dijadikan dasar pertimbangan, sebaliknya dapat juga diabaikan.

3. Rapat umum pemegang saham (RUPS)

Organ ketiga adalah RUPS, menjadi pertanyaan mengapa dan apa perlunya diadakan organ ketiga ini. Setiap pemegang saham mempunyai hak menghadiri RUPS, undang-undang perseroan pada masa modern mengatur ketentuan yang menegaskan hak tersebut. Begitu juga anggaran dasar perseroan, mengatur ketentuan perseroan harus mengadakan RUPS paling tidak satu kali satu tahun. Pada dasarnya, dalam RUPS pemegang saham melakukan kontrol atas jalnnya kepengurusan perseroan yang dilakukan direksi.22

Kepengurusan perusahaan sehari-hari dilakukan oleh direksi, untuk menduduki jabatan direksi ini dalam prinsipnya bukanlah karena ia atau mereka pemegang saham. Bahkan secara konsepsional menurut hukum perseroan, cenderung diarahkan kepada kemampuan manager profesional, oleh karena itu dirasakan perlu adanya organ untuk mengawasi tindak-tanduk direksi, organ inilah yang disebut komisaris. Sebagaimana pada organ direksi, untuk menduduki jabatan komisaris dalam konsepnya bukan karena ia atau mereka pemegang saham, melainkan cenderung disediakan kepada mereka yang profesional. Lalu jika keadaannya demikian, bagaimana dengan pemegang saham, bukanlah pemegang saham yang paling berkepentingan dengan berhasil atau ketidak berhasilan perseroan. Mereka akan

22Ibid.

(11)

merugi jika perseroan ternyata tidak berhasil mendatangkan keuntungan, hingga akibatnya pemegang saham tidak akan memperoleh pembagian keuntungan yang dinamakan dividen. Bahkan kemungkinan perseroan rugi. Dalam hubungan inilah, maka dalam filosofisnya dirasakan perlu diciptakan adanya wadah di mana para pemegang saham dapat menyalurkan kepentingannya. Wadah inilah yang disebut RUPS.23

Secara umum, menurut Pasal 1 angka 4 UU PT, RUPS sebagai organ perseroan mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris, namun dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar perseroan. Jika dideskripsi, kewenangan RUPS yang paling utama sesuai dengan UUPT, antara lain sebagai berikut:24

a. Menyatakan menerima atau mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan hukum yang dilakukan pendiri atau kuasanya.

b. Menyetujui perbuatan hukum atas nama perseroan yang dilakukan semua anggota Direksi, semua anggota Dewan Komisaris bersama-sama pendiri dengan syarat semua pemegang saham hadir dalam RUPS tersebut.

c. Perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh RUPS.

d. Memberi persetujuan atas pembelian kembali atau pengalihan lebih lanjut saham yang dikeluarkan perseroan.

e. Menyerahkan kewenangan kepada Dewan Komisaris guna menyetujui pelaksanaan keputusan RUPS atas pembelian kembali atau pengalihan lanjut saham yang dikeluarkan perseroan.

f. Menyetujui penambahan modal perseroan, menyetujui pengurangan modal perseroan.

23

Rudhi prasteya, Teori dan Praktik Perseroan Terbatas, (Jakarta; Sinar Grafika, 2014), hal 40.

24Op.cit.,

(12)

g. Menyetujui rencanan kerja tahunan apabila anggaran dasar menentukan demikian.

h. Memberi persetujuan laporan tahunan dan pengesahan laporan keuangan serta laporan tugas pengawasan dewan komisaris.

i. Memutuskan penggunaan laba bersih, termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan wajib dan cadangan lain.

j. Menetapkan pembagiann tugas dan pengurusan perseroan antara anggota direksi.

k. Mengangkat anggota direksi.

l. Menetapkan tentang besarnya gaji dan tunjangan anggota Direksi.

m. Menunjuk pihak lain untuk mewakili perseroan apabila seluruh anggota direksi atau dewan komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan.

n. Memberi persetujuan kepada Direksi untuk: 1) Mengalihkan kekayaan perseroan, atau

2) Menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan

Persetujan itu diperlukan apabila lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih perseroan dalam 1 (satu) transaksi atau lebih baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.

o. Memberi persetujan kepada direksi untuk mengajukan permohonan pailit atas perseroan sendiri kepada pengadilan niaga.

p. Memberhentikan anggota direksi.

q. Menguatkan keputusan pemberhentian sementara yang dilakukan dewan komisaris terhadap anggota direksi.

(13)

s. Menetapkan tentang besarnya gaji atau honorarium dan tunjangan anggota dewan komisaris.

t. Mengangkat komisaris independen.

u. Memberi persetujuan mengenai penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau pemisahan.

v. Memberi keputusan atas pembubaran perseroan

w. Menerima pertanggung jawaban likuidator atas penyelesaian likuidasi.

Dari penjelasan ini dapat diketahui di samping kewenangan umum yang dirumuskan pada Pasal 1 angka 4 dan Pasal 75 ayat (1), terdapat lagi kewenangan yang bersifat spesifik berupa pemberian persetujuan atas tindakan direksi atau dewan komisaris atau mengeluarkan penetapan atas perbuatan hukum tertentu seperti yang dijelaskan pada deskripsi tersebut.

B. Kedudukan Perseroan Terbatas sebagai Badan Hukum

Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasar perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksananya.25

Berdasarkan dari ketentuan Pasal 1 angka 1 undang-undang nomor 40 tahun 2007 diatas, maka dapat dipahami bahwa untuk melahirkan suatu perseroan sebagai badan hukum ( rechtpersoon, legal person, legal entity ) harus terpenuhi beberapa syarat :26

25

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.40 Tahun 2007

26

(14)

1. Merupakan persekutuan modal

Perseroan sebagai badan hukum memiliki modal dasar yang disebut juga

authorized capital, yakni jumlah modal yang disebutkan atau dinyatakan dalam Akta

Pendirian atau Anggaran Dasar (selanjutnya disebut AD) perseroan.

Modal dasar tersebut, terdiri dan terbagi dalam saham atau sero (aandelen,

share, stock). Modal yang terdiri dan dibagi atas saham itu, dimasukkan para

pemegang saham dalam status mereka sebagai anggota perseroan dengan jalan membayar saham tersebut kepada perseroan. Jadi ada beberapa orang pemegang saham yang bersekutu mengumpulkan modal untuk melaksanakan kegiatan perusahaan yang dikelola perseroan. Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham27.

2. Didirikan berdasar perjanjian

Perseroan sebagai badan hukum, didirikan berdasar “perjanjian”. Demikian

penegasan bunyi Pasal 1 angka 1 UUPT. Kalau begitu, pendirian perseroan sebagai persekutuan modal diantara pendiri/atau pemegang saham, harus memenuhi ketentuan hukum perjanjian yang diatur dalam Buku Ketiga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, khususnya Bab kedua, Bagian kesatu tentang ketentuan umum perjanjian (Pasal 1313-1319) dan Bagian kedua tentang syarat-syarat sahnya perjanjian (Pasal 1320-1337), serta Bagian ketiga tentang akibat perjanjian (Pasal 1338-1341).

Ditinjau dari segi hukum perjanjian, pendirian perseroan sebagai badan hukum,

bersifat “kontraktual”, yakni berdirinya perseroan merupakan akibat yang lahir dari

perjanjian. Selain itu perseroan sebagai badan hukum bersifat “konsensual” yaitu berupa adanya kesepakatan untuk mengikat perseroan.

27

(15)

Menurut pasal 1320 KUHPerdata, agar suatu perjanjian pendirian perseroan itu sah, harus memenuhi syarat adanya kesepakatan (overeenkomst, agreement), kecakapan (bevoegheid, competence), untuk membuat suatu perikatan, mengenai suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal.28bila perjanjian tersebut sah, maka berdasarkan ketentuan pasal 1338 KUHPerdata, perjanjian pendirian perseroan tersebut mengikat sebagai undang-undang kepada mereka.

3. Melakukan kegiatan usaha

Suatu perseroan dikatakan hidup apabila memiliki maksud dan tujuan didirikannya perseroan tersebut serta memiliki kegiatan usaha. Pasal 18 UUPT menjelaskan bahwa maksud dan tujuan serta kegiatan usaha itu harus dimuat dalam AD perseroan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kegiatan usaha harus dirinci secara jelas dalam AD, dan rincian tersebut tidak boleh bertentangan dengan undang-undang.

Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk dikatakan hidup suatu perseroan harus menjalankan kegiatan usaha, walaupun dalam AD perseroan dicantumkan secara rinci kegiatan usahanya tetapi tidak ada aktivitasnya, pada dasarnya perseroan semacam itu tidak eksis lagi sebagai badan hukum.

4. Lahirnya perseroan melalui proses hukum dalam bentuk pengesahan pemerintah Perkataan orang (persoon) dalam dunia hukum berarti pembawa hak, yaitu sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban dan disebut subjek hukum. Subjek hukum terdiri dari manusia (natuurlijke persoon) dan badan hukum (recht

persoon)29. Berbeda dengan manusia sebagai subjek hukum yang terlahir secara

alamiah (natural birth process) kelahiran perseroan sebagai badan hukum

28

Ibid.,Hlm.34.

29

(16)

(rechtpersoon, legal entity) karena dicitpta dan melalui serangkaian proses hukum

(created by legal process) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Itu

sebabnya perseroan disebut makhluk badan hukum yang berwujud artifisial

(kumstmatig, artificial) yang dicipta negara melalui proses hukum :

a. Untuk proses kelahirannya, harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan peraturan perundang-undangan.

b. Apabila persyaratan tidak terpenuhi, kepada perseroan yang bersangkutan tidak diberikan keputusan pengesahan untuk berstatus sebagai badan hukum oleh pemerintah, dalam hal ini Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Sehingga dapat dikatakan proses kelahiran suatu perseroan sebagai badan hukum, sepenuhnya tergantung kepada keputusan pengesahan oleh menteri. Hal tersebut secara jelas dimuat dalam ketentuan Pasal 7 ayat (2) UUPT yang berbunyi:

“Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan

Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan”.

Status badan hukum ini penting karena akan berpengaruh kepada keterbatasan tanggung jawab para pendiri PT. Berdasarkan pasal 13 UUPT setelah PT berstatus sebagai badan hukum, ada dua kemungkinan yang akan terjadi terhadap perbuatan hukum yang dilakukan para pendiri PT pada masa sebelum PT disahkan sebagai badan hukum. Pertama, perbuatan hukum tersebut mengikat PT setelah PT menjadi badan hukum, dengan persyaratan:

a. PT secara tegas menyatakan menerima semua perjanjian yang dibuat oleh pendiri;

(17)

c. PT mengukuhkan secara tertulis semua perbuatan hukum yang dilakukan atas nama PT.

Kedua, perbuatan hukum tersebut tidak diterima, tidak diambil alih atau tidak dikukuhkan oleh PT.30 Setelah Perseroan memperoleh status badan hukumnya melalui pengesahan oleh Mentri Hukum dan HAM maka kedudukan perseroan telah sebagai subyek hukum. Sebagaimana subyek hukum maka perseroan dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum yang dilakukan melalui organ-organnya, dan perbuatannya akan mengikat secara hukum.

C. Struktur Permodalan Perseroan Terbatas

Modal atau kapital sering diartikan sebagai kekayaan total seseorang atau suatu badan atau nilai total dari usaha ekonomi, kekayaan usaha yang segera dapat diubah ke dalam bentuk kontan, bagian pokok dari pinjaman sebagai yang dibedakan dari bunga, bahkan sering diartikan sejumlah uang saja. Dalam perseroan ada dikenal beberapa modal, antara lain:

1. Modal dasar

Pasal 32 ayat (1) UUPT 2007 mengatur bahwa modal dasar perseroan paling sedikit Rp.50.000.000.00,00. Ini adalah syarat modal minimum pendirian perseroan. Pemenuhan syarat modal minimum bertujuan agar pada waktu perseroan didirikan setidak-tidaknya sudah mempunyai modal, yaitu sebesar modal dasar

(maatschappelijk kapitaal; statutarie kapitaal; authorized capital), modal

ditempatkan (geplaats kapitaal; issued capital) dan modal disetor (gestort kapitaal;

paid capital) yang akan menjadi jaminan bagi pihak ketiga terhadap perseroan.31

30

Adrian Sutedi, Buku Pintar Hukum Perseroan Terbatas (Jakarta: Niaga Swadaya,2015),.hlm.22.

31

(18)

Tetapi mengenai jumlah modal minimum ini ternyata bukan ketentuan yang pasti, karena Undang-Undang yang mengatur kegiatan usaha tertentu dapat menentukan jumlah minimum modal perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar sebagaimana dimaksud pada pasal 32 ayat (1).32 Kegiatan usaha tertentu yang dimaksud antara lain usaha perbankan, asuransi, atau freight forwarding. Modal dasar perseroan pada prinsipnya merupakan total saham yang dapat diterbitkan oleh Perseroan. Anggaran dasar sendiri yang menentukan berapa banyak jumlah saham yang dijadikan modal dasar. Jumlah yang ditentukan dalam anggaran dasar merupakan nilai nominal yang murni, dengan demikian setiap lembar saham mempunyai nilai nominal yang akan menjadi jumlah nilai nominal modal dasar perseroan, yang nilainya sama dengan nilai nominal seluruh saham.33

Perubahan atas besar kecilnya modal dasar dapat dilakukan. Sesuai dengan ketentuan Pasal 21 ayat (2) huruf d UUPT, perubahan anggaran dasar mengenai besarnya modal dasar, termasuk perubahan anggaran dasar tertentu yang memerlukan persetujuan Menteri. Dari penjelasan pasal tersebut dapat diketahui bahwa boleh memperbesar atau memperkecil jumlah modal yang ditetapkan dalam anggaran dasar. Perubahan tersebut harus sesuai dengan tata cara yang ditentukan Pasal 21 dan Pasal 22 serta harus diminta persetujuan Menteri.34

2. Modal ditempatkan

Modal ditempatkan adalah hasil perkalian antara jumlah saham yang diterbitkan dikalikan dengan nilai nominalnya.35 Paling sedikit 25 % (dua puluh lima persen) dari modal dasar harus ditempatkan dan disetor penuh.36 Modal ditempatkan

(19)

dan disetor penuh dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah.37 Bukti penyetoran yang sah antara lain: bukti setoran pemegang saham ke dalam rekening bank atas nama perseroan, data dari laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan atau neraca perseroan yang ditandatangani oleh direksi dan dewan komisaris. Pengeluaran saham lebih lanjut untuk menambah modal ditempatkan harus disetor penuh.38

3. Modal disetor

Struktur atau bentuk modal perseroan yang ketiga, disebut modal disetor

(gestort kapital, paid-up capital) yakni saham yang telah dibayar penuh oleh

pemegang atau pemiliknya, jadi modal disetor adalah modal yang sudah dimasukkan pemegang saham sebagai pelunasan pembayaran saham yang diambilnya sebagai modal yang ditempatkan dari modal dasar perseroan.

Struktur modal ditempatkan dan modal disetor yang diatur dalam Pasal 33 UUPT 2007 berbeda dengan Pasal 25 UUPT 1995. Pada UUPT 1995, memang ditentukan paling sedikit 25% dari modal dasar harus telah ditempatkan, akan tetapi yang harus disetor tidak penuh 25%. Boleh paling sedikit 50% dari modal ditempatkan, jadi 50% dari 25%. Sedangkan dalam Pasal 33 ayat (1) UUPT 2007 menyatakan paling sedikit 25% dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 harus ditempatkan dan disetor penuh.

D. Jenis-jenis Saham di dalam Perseroan Terbatas

Saham merupakan sejumlah uang yang diinvestasikan oleh investor dalam suatu perseroan. Atas invenstasi itu pada umumnya pemegang saham (shareholder)

37 Ibid.,

ayat (2).

38 Ibid.,

(20)

mendapat keuntungan dari perseroan dalam bentuk dividen sebanding dengan besarnya uang yang diinvestasikan.39

Saham adalah kekayaan pribadi (personal property) pemegang saham yang bersifat benda bergerak (moveable property) yang tidak dapat diraba (intangeble). Tetapi saham ini dapat dialihkan (fronsferable) sehingga pemegang saham dapat menjual sahamnya atau mengagunkannya dalam bentuk gadai maupun fidusia. Bahkan dapat mengalihkannya kepada orang lain, akibatnya segala hak yang melekat pada saham itu akan beralih kepada penerima saham.

Pemegang saham sebagai anggota perseroan, pada dasarnya tidak mempunyai kepentingan atas pengurusan harta kekayaan Perseroan. Kepemilikannya atas saham Perseroan dalam kedudukannya sebagai pemegang saham, hanya mempunyai keterlibatan yang terbatas:40

1. Mempunyai pertisipasi dalam RUPS yang diselenggarakan perseroan serta berhak atas dividen, sepanjang perseroan masih berlangsung,

2. Berpartisipasi atas sisa aset hasil likuidasi perseroan, apabila perseroan dibubarkan.

Pemegang saham tidak bertanggung jawab terhadap kontrak dan transaksi yang dilakukan Perseroan. Juga tidak bertanggung jawab atas utang Perseroan melebihi saham yang dimilikinya dalam Perseroan.

Ketentuan mengenai saham dapat dilihat dalam Pasal 511 ayat 3 juncto ayat 4 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, saham dianggap sebagai benda bergerak tak bertubuh, sedangkan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas tidak mendefinisikan secara lengkap tentang saham, namun demikian pada pasal 48

39

M.Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas (Jakarta: sinar Grafika, 2009), hlm.257.

(21)

Undang-Undang Perseroan Terbatas tersebut mensyaratkan kondisi dan ketentuan yang seharusnya terdapat dalam suatu saham, yaitu:

a. Dikeluarkan atas nama pemiliknya.

b. Persyaratan kepemilikan saham dapat ditetapkan dalam anggaran dasar dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dimana apabila persyaratan kepemilikan saham tersebut tidak terpenuhi, pihak yang memperoleh kepemilikan saham tersebut tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang saham dan saham tersebut tidak diperhitungkan dalam kuorum yang harus dicapai sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas dan/atau anggaran dasar.

Jika ditinjau dari cara mengeluarkan saham, menurut pasal 40 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (selanjutnya disebut KUHD) dahulu atau menurut pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Perseroan Terbatas 1995 terdapat 2 (dua) jenis saham, yaitu:

1. Saham atas nama (op naam: Belanda, Register stock atau register share: Inggris) 2. Saham atas tunjuk (aan toonder: Belanda, to bearer stock atau to bearer share :

Inggris).

Yang dimaksud dengan saham atas nama adalah saham yang nama pemiliknya sudah tertera didalamnya. Saham ini biasanya dipergunakan untuk pengamanan agar tidak jatuh ketangan orang yang tidak berkepentingan atau tidak diinginkan.41 Yang dimaksud dengan saham atas tunjuk adalah saham yang tidak menyebut nama pemiliknya. Oleh karena nama pemilik tidak disebut dalam saham tersebut, maka

41

(22)

saham jenis ini juga sering disebut saham blanko. Saham atas tunjuk ini hanya melegitimasi pemegangnya sebagai pemilik, kecuali bila ada bukti sebaliknya.42

Undang-Undang Perseroan Terbatas dalam penerapannya memberikan kewenangan kepada perseroan untuk mengklasifikasikan saham yang dikeluarkannya tersebut kedalam beberapa klasifikasi, antara lain:43

1. Saham Biasa

Klasifikasi atau jenis saham yang pertama disebut “saham biasa” (gewoonte

aandeel), disebut juga ordinary share (common share, equity share). Menurut pasal

53 ayat (3), apabila anggaran dasar menetapkan lebih dari 1 (satu) klasifikasi saham,

harus ditetapkan salah satu diantaranya sebagai “saham biasa”. Yang dimaksud

dengan saham biasa menurut penjelasan pasal ini adalah:

a. saham yang “mempunyai hak suara” untuk mengambil keputusan dalam RUPS mengenai segala hal yang berkaitan dengan pengurusan perseroan;

b. mempunyai “hak untuk menerima dividen” yang dibagikan;

c. mempunyai hak menerima sisa kekayaan hasil likuidasi.

Saham biasa diberikan kepada setiap orang yang memberikan pemasukan sejumlah uang kepada Perseroan. Kepada orang itu diberikan beberapa lembar saham sesuai dengan uang pemasukannya. Pada setiap saham biasa secara imperatif melekat hak-hak yang disebut diatas. Hak-hak itu dicantumkan dalam anggaran dasar. Pengaturannya dalam anggaran dasar boleh melebihi hak-hak yang disebut diatas.

2. Saham dengan tanpa hak suara

Pasal 53 ayat (4) huruf a membolehkan pengeluaran saham “tanpa hak suara”

(aandelen zonderstemrecht, non voting share) bagi pemiliknya. Dengan demikian,

42Ibid.

43

(23)

pemilik saham jenis ini tidak berhak mengikuti RUPS Perseroan, karena tidak mempunyai hak suara dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan pengurusan Perseroan.

3. Saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota direksi dan/atau anggota komisaris

Pemilik saham jenis ini mempunyai “hak bicara khusus” (bijzondere

zeggenschaprechten). Dalam hal ini menurut Pasal 50 ayat (4) huruf b, kepada

pemilik saham diberi hak khusus untuk mencalonkan anggota direksi dan/atau anggota dewan komisaris. Berarti kepada pemilik saham ini, diberi hak prioritas hak

khusus untuk “mencalonkan” anggota direksi dan/atau angota dewan komisaris, dan

hak ini tidak diberikan kepada pemilik klasifikasi saham yang lain. Oleh karena itu,

pemilik saham klasifikasi ini memiliki klausul “oligarki” (oligarchische clausule,

oligarchic clause) mengenai pencalonan anggota direksi dan/atau dewan komisaris

secara mutlak.

4. Saham yang Dapat Ditarik Kembali

Merupakan saham yang setelah jangka waktu tertentu: a. Ditarik kembali, atau

b. Ditukar dengan klasifikasi lain (converteerbaar aandelen, convertible share).

5. Saham yang memberikan hak dividen lebih dahulu

Klasifikasi saham berikutnya adalah saham yang memberi hak kepada

pemegangnya untuk “menerima dividen lebih dahulu” (preferent aandelen,

preference share). Saham klasifikasi ini disebut juga “saham utama”, saham ini

(24)

keuntungan dan/atau saldo. Oleh karena itu, saham yang mempunyai hak utama atau hak preferen, dapat lagi dipecah dalam subklasifikasi sebagai berikut:

a. Saham preferen atau saham utama (prefente aandelen, preference share) memperoleh dividen.

Saham ini mempunyai hak lebih dahulu memperoleh pembagian dividen dari pemegang saham klasifikasi lain. Misalnya, kalau pemegang saham biasa menerima dividen 20%, maka saham utama lebih dahulu menerima dividen 20% ditambah 5% sehingga menjadi 25%.

b. Saham utama kumulatif (cumulatief preferent aandiel, cumulative preference

share).

Saham ini mempunyai hak lebih dahulu daripada saham utama atau

saham preferen untuk memperoleh hak atas “dividen tunggakan”.

Umpamanya kalau pada satu tahun pemegang saham utama kumulatif karena keadaan tertentu hanya menerima dividen, maka pada tahun berikutnya apabila keadaan telah memungkinkan, pemegang saham dapat menerima dividen yang tertunggak pada tahun yang lalu.

6. Saham utama menerima lebih dahulu pembagian sisa kekayaan perseroan dalam likuidasi.

(25)

demikian, ada klasifikasi saham yang berpartisipasi (participating) dan ada juga yang tidak berpartisipasi (nonparticipating) terhadap pembagian hasil kekayaan Perseroan dalam likuidasi.

Pada ketentuan Pasal 53 UUPT, tidak diatur klasifikasi “saham pendiri”

(oprichters aandel), yakni saham yang diberikan sebagai balas jasa kepada pendiri

dalam usaha mereka mendirikan dan mengembangkan Perseroan. Setoran mereka tidak berupa uang, tetapi tenaga fisik dan pikiran. Saham pendiri tidak berbeda dengan saham biasa. Oleh karena itu, memberi hak suara dan hak dividen kepada

pemegangnya. Juga tidak diatur “saham bonus” (bonusaandel), jenis saham ini sama

Referensi

Dokumen terkait

yang dianalisis berdasarkan data yang diperoleh dilapangan dengan menggunakan teori belajar sosial dari Albert Bandura, Programming dan Identifikasi, selain hal

Sistem pendukung keputusan sistem yang menentukan sebuah keputusan untuk memanajemen dan menganalisa pekerjaan secara jelas.Ada beberapa hal yang melemahkan daya

Hasil analisis kandungan iodium urin pada anak sekolah menun-jukkan prosentase perubahan status iodium urin sebelum dan sesu- dah iodisasi adalah 45.5% di daerah perlakuan

Hal ini didasarkan hasil wawancara dengan Bapak Riyadi selaku Kepala Madrasah MTs Surya Buana Malang : “Tentunya sangat berdampak sekali dengan adanya reward dan punishment,

Pelayanan air bersih sistem non perpipaan yang dimanfaatkan oleh penduduk di Kabupaten Luwu untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya cukup tinggi dibanding dengan

Berdasarkan hasil uji secara visual dapat disimpulkan bahwa perbedaan kemasan wadah tembus cahaya (TC) dan wadah tidak tembus cahaya (TTC) tidak berpengaruh

Guru yang diangkat dalam jabatan Pengawas yang namanya tercantum pada diktum 1 di atas TELAH MEMENUHI beban kerja yang ekuivalen dengan 24 (dua puluh empat)

Motif ragam hias yang digunakan pada bangunan Keraton Surakarta yaitu kaligrafi, motif tumbuhan / sulur (pola lengkung-lengkung tanaman, batang, daun dan buah) dan geometri