• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Pendiri Lain yang Sudah Menyetorkan Modal Secara Tuna

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENDIRI LAIN YANG SUDAH MENYETORKAN MODALNYA SECARA TUNA

B. Perlindungan Hukum Terhadap Pendiri Lain yang Sudah Menyetorkan Modal Secara Tuna

Permodalan tidak layak adalah jumlah modal yang disetor oleh pemegang saham ke perusahaan tidak sesuai dengan jumlah modal atau sesuai jumlah saham yang dimiliki yang seharusnya disetorkan ke perusahaan untuk menjalankan kegiatan bisnisnya. Dalam hal ini, pemegang saham wajib menyetorkan tambahan modal kepada perusahaan.228

Tanggung jawab pemegang saham terbatas, maksudnya terbatas pada nilai saham yang diambilnya, kecuali dalam hal:229

227

Engga Prayoga, 233 Tanya Jawab Seputar Hukum Bisnis, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2001), hal. 56-57

228

Orinton Purba, op.cit. hal. 55

229

a. Persyaratan perseroan terbatas sebagai badan hukum belum terpenuhi; b. Pemegang saham memanfaatkan perseroan terbatas untuk kepentingan

pribadi;

c. Terlibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan perseroan terbatas dan menggunakan kekayaan perseroan terbatas;

d. Pemegang saham secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan terbatas sehingga perseroan tidak dapat melunasi utang- utangnya.

Bahwa bagi pendiri perseroan yang tidak menyetorkan modal untuk pendirian perseroan terbatas termasuk dalam pertanggung jawaban masing-masing pendiri. Pasal 37 menyebutkan bahwa:

(1) Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan dengan ketentuan:

a. pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih Perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan; dan b. jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh

Perseroan dan gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh Perseroan sendiri dan/atau Perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh Perseroan, tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam Perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundangundangan di bidang pasar modal.

(2) Pembelian kembali saham, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang bertentangan dengan ayat (1) batal karena hukum.

(3) Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pemegang saham yang beritikad baik, yang timbul akibat pembelian kembali yang batal karena hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Saham yang dibeli kembali Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya boleh dikuasai Perseroan paling lama 3 (tiga) tahun.

Pasal 37 mengatur kebolehan perseroan untuk membeli kembali saham yang dikeluarkan dengan ketentuan :230

a. Pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan. Yang dimaksud dengan kekayaan bersih menurut penjelasan Pasal 37 ayat (1) huruf a, adalah seluruh harta kekayaan Perseroan dikurangi seluruh kewajiban Perseroan sesuai dengan laporan keuangan terbaru yang disahkan oleh RUPS dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir.

b. Jumlah nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroan dan gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh perseroan lain yang secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh perseroan, tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam dalam perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-udangan di bidang pasar modal.

Pasal 62 menyebutkan bahwa:

(1) Setiap pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan Perseroan yang merugikan pemegang saham atau Perseroan, berupa: a. perubahan Anggaran Dasar;

b. pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50% (lima puluh persen) kekayaan bersih Perseroan; atau

c. Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan.

(2) Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melebihi batas ketentuan pembelian kembali saham oleh Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) huruf b, Perseroan wajib mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh pihak ketiga.

230

Terlihat dari Pasal di atas pemegang saham minoritas memperoleh perlindungan, baik kepentingan pribadi pemegang saham maupun kepentingan pemegang saham sebagai bagian dari perseroan, terhadap perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh organ perseroan. Perlindungan ini berdasarkan hak perseorangan (personal rights) dan kepentingannya sebagai bagian dari perseorangan (hak derivatif).231

Walaupun Undang-undang telah memberikan perlindungan kepada pemegang saham berdasarkan hak perseorangan dan hak derivative, tidaklah mudah di dalam praktek untuk meminta pertanggungjawaban dari organ perseroan, baik langsung pada diri organ tersebut maupun perseroan. Kesukaran ini terutama disebabkan semua data perseroan berada di tangan organ perusahaan dan biasanya mereka enggan mengungkapkannya, baik karena prinsip kerahasiaan untuk kepentingan perseroan ataupun pribadi organ tersebut, maupun karena prinsip fiduciary duty, di mana mereka harus bertindak sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Adalah suatu kenyataan bahwa pemegang saham minoritas yang hanya memiliki sedikit saham itu tidak mengendalikan manajemen perseroan dan juga tidak menentukan direksi perseroan.232

Hak perseorangan yang dimiliki oleh pemegang saham (minoritas) untuk menuntut perseroan apabila pemegang saham tersebut dirugikan akibat tindakan atau perbuatan perseroan. Dengan demikian, pemegang saham minoritas dapat

231

Chatamarrasjid, Menyingkap Tabir Perseroan (Piercing The Corporate Veil) Kapita Selekta Hukum Persahaan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 14

232 Ibid

bertindak atas namanya sendiri untuk membela kepentingannya bila ada tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham tersebut.233

Hak perseorangan merupakan hak yang lahir dari perikatan. Dalam hubungan dengan UU PT Nomor 40 Tahun 2007, hak ini timbul dari ketentuan Pasal 1 butir 1, yaitu:

1. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Dan Pasal 7 ayat (1), yaitu:

(1) Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta Notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.

Ketentuan di atas menegaskan bahwa perseroan terbatas sebagai suatu badan hukum, dibentuk berdasarkan perjanjian, dan karena itu memiliki lebih dari 1 (satu) orang pemegang saham. Perjanjian adalah sumber dari hak dan kewajiban. Dengan demikian, hubungan antara pemegang saham dan perseroan lebih didasarkan pada hubungan perikatan yang bersumber pada hak dan kewajiban yang diatur dalam peraturan perundang-undangan dan yang diperjanjikan sebagaimana tertuang dalam anggaran dasar perseroan.234

Hak yang dilahirkan dari perikatan ialah hak untuk memperoleh suatu penuaian prestasi dari seseorang. Sebaliknya, hak kebendaan memberikan kekuasaan langsung atas suatu barang atau ditujukan kepada suatu barang. Pada hak perseorangan terdapat suatu hubungan antara seseorang dengan orang lain,

233 Ibid 234

sedangkan pada hak kebendaan mewujudkan suatu hubungan antara seseorang dengan barang. 235

Di dalam setiap peraturan atau Undang-undang mengenai Perseroan Terbatas yang mengacu pada modal selalu mengatur hal-hal sangat mendasar mengenai hal tersebut, yaitu ketentuan-ketentuan yang berorientasi pada konsep:236

a. Melindungi kepentingan pihak ketiga.

b. Melindungi kepentingan pihak-pihak yang beritikad baik.

c. Membentuk keseimbangan kepentingan yang mungkin berbenturan. d. Memberi pilihan pengaturan khusus bagi semua pihak, dan

e. Memberi jalan keluar tertentu atau alternatif apabila pihak-pihak yang berkepentingan tidak mengatur secara khusus.

Apabila salah satu pendiri tak dapat membayar modal untuk perseroan terbatas yang akan didirikan maka para pendiri perseroan yang lain dapat membeli bagian dari modal tersebut.

Pemindahan hak atas saham melalui jual beli, tunduk kepada ketentuan Pasal 1457 Kitab Undang-undang Hukum Perdata:237

a. Terdapat persetujuan antara pihak;

b. Pihak yang satu mengikatkan diri untuk menyerahkan saham tersebut, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.

Kemudian mengenai penyerahannya tunduk kepada ketentuan Pasal 613 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Hal itu sesuai dengan ketentuan Pasal 48

235 Ibid 236

Sri Redjeki Hartono, Op.cit, hal. 2

237

ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, bahwa saham perseroan yang dikeluarkan adalah saham “atas nama”. Berdasarkan Pasal 613 Kitab Undang-undang Hukum Perdata penyerahan piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya:238

a. Dilakukan dengan bentuk akta otentik atau bawah tangan

b. Dan berdasarkan akta itu hak kebendaan tersebut dilimpahkan kepada orang lain (pembeli).

Syarat yang ditentukan Pasal 613 Kitab Undang-undang Hukum Perdata mengenai pengalihan saham atas nama, telah diatur Pasal 56 ayat (1) yang menentukan pemindahan hak atas saham dilakukan dengan akta pemindahan hak atas saham dilakukan dengan akta pemindahan hak, baik dalam bentuk Akta Notaris atau Akta bawah tangan.239

Keharusan mendapat persetujuan terlebih dahulu dari organ perseroan dalam pemindahan hak atas saham. Organ perseroan menurut Pasal 1 angka 2 Undang- undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan Komisaris. Hal ini dikarenakan Pasal 57 ayat (1) huruf b tidak menentukan secara spesifik Organ perseroan mana yang harus memberi persetujuan. Berarti anggaran dasar bebas menentukan organ perseroan mana yang dianggap lebih ideal memberikan persetujuan.240

238 Ibid 239 Ibid 240 Ibid, hal. 272

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN