• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penyetoran Modal Saham PT Melalui Pernyataan Menyetor Modal Saham

PENYETORAN MODAL PERSEROAN TERBATAS MELALUI PERNYATAAN MENYETORKAN MODAL

C. Analisis Penyetoran Modal Saham PT Melalui Pernyataan Menyetor Modal Saham

Modal dalam perseroan dibagi-bagi dalam saham-saham, yang merupakan atau menunjukkan besarnya bagian penyertaan dari setiap penyetor modal ke dalam perseroan. Modal awal perseroan adalah penyisihan dari harta kekayaan pendiri perseroan yang pertama kali. Dengan demikian berarti jumlah saham perseroan yang diterbitkan pertama kali dikalikan dengan nilai nominal saham, besarnya sama dengan seluruh modal disetor dalam perseroan. Selanjutnya kepada para penyetor modal ini diberikan sejumlah saham-saham yang merefleksikan besarnya jumlah setoran masing-masing secara proporsional ke dalam perseroan terbatas. Hanya mereka yang telah melakukan penyetoran penuh atas setiap lembar saham yang diambil bagian oleh yang berhak sepenuhnya atas saham- saham tersebut.112

110

Joni Emirzon, Hukum Bisnis Indonesia, (Palembang: Prenhalindo Jakarta, 2000), hal. 199

111 Ibid 112

Dasar hukum pernyataan menyetor modal saham dalam pendirian perseroan terbatas adalah Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas dalam Pasal 13 ayat (3) huruf c bukti setor modal Perseroan, berupa:

1. fotokopi slip setoran atau fotokopi surat keterangan bank atas nama Perseroan atau rekening bersama atas nama para pendiri atau asli surat pernyataan telah menyetor modal Perseroan yang ditandatangani oleh semua anggota Direksi bersama-sama semua pendiri serta semua anggota dewan komisaris Perseroan, jika setoran modal dalam bentuk uang;

Berdasarkan hal diatas para pendiri perseroan membuat surat pernyataan telah menyetor modal perseroan yang menjadi syarat untuk pengesahan Perseroan Terbatas. Hal ini diperbolehkan untuk memudahkan proses pendirian perseroan tersebut.

Surat pernyataan yang dibuat tersebut merupakan akta di bawah tangan yang dilekatkan dalam akta pendirian perseroan terbatas. Agar surat tersebut dapat digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan, atau keadaan yang bersifat perdata maka surat pernyataan tersebut ditandatangani di atas meterai Rp6.000,- (Pasal 2 ayat (1) huruf a Undang-undang No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai jo Pasal 2 ayat (1) PP No. 24 Tahun 2000 tentang Perubahan

Tarif Bea Meterai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang Dikenakan Bea Meterai.113

Untuk akta di bawah tangan pemeriksaan yang paling pertama dilakukan adalah mengenai benar tidaknya akta yang bersangkutan telah ditandatangani oleh pihak pihak yang bersangkutan. Akta di bawah tangan yang diakui isi dan tanda tangannya, memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna seperti suatu akta otentik (Pasal 1875 Kitab Undang-undang Hukum Perdata). Jadi, selama tidak disangkal, akta di bawah tangan memiliki kekuatan pembuktian yang sama seperti akta otentik. Dengan demikian di dalam surat pernyataan tersebut perlu

dimasukkan dua orang saksi yang suda

pembuktian.114

Selain itu, juga dalam konteks memperkuat pembuktian, akta di bawah tangan dapat dilegalisasi oleh Notaris. Seperti ditegaskan dalam Pasal 15 ayat (2) UU No. 30 Tahun 2004 tentang Undang-undang Jabatan Notaris, Notaris berwenang pula untuk mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus. Dalam penjelasan Pasal 15 ayat (2) huruf a Undang-undang Jabatan Notaris dikatakan bahwa ketentuan ini merupakan legalisasi terhadap akta di bawah tangan yang dibuat sendiri oleh orang perseorangan atau oleh para pihak di atas kertas yang

113

114 Ibid

bermaterai cukup dengan jalan pendaftaran dalam buku khusus yang disediakan oleh Notaris.115

Legalisasi akta surat pernyataan tersebut berarti dokumen/surat yang dibuat di bawah tangan tangan tersebut ditanda-tangani di hadapan Notaris, setelah dokumen/surat tersebut dibacakan atau dijelaskan oleh Notaris yang bersangkutan. Dalam legalisasi Notaris menjamin bahwa yang tanda tangan adalah orang yang namanya tertulis di dalam surat di bawah tangan. Notaris juga menjelaskan isi surat tersebut sehingga di kemudian hari yang bersangkutan tidak bisa ingkar bahwa dia hanya tanda tangan saja tapi tidak mengerti isinya. Dengan demikian jika suatu hari terjadi sengketa mengenai isi surat pernyataan tersebut, pihak yang bersangkutan dapat melihat surat yang telah di-waarmerking tersebut..

116

Perjanjian dengan saksi Notaris untuk melegalisir tanda tangan para pihak. Fungsi kesaksian Notaris atas suatu dokumen semata-mata hanya untuk melegalisir kebenaran tanda tangan para pihak. Akan tetapi kesaksian tersebut tidaklah mempengaruhi kekuatan hukum dari isi perjanjian. Pihak yang menyangkal itu adalah pihak yang harus membuktikan penyangkalannya.117

Pendiri perseroan yang telah membuat surat pernyataan telah menyetor modal seperti yang telah tertulis maka si pendiri tersebut wajib membayarkan atau menyetorkan modal ke kas perseroan.

115 Ibid 116

diakses pada hari Selasa dan tanggal 21 Oktober 2014

117 Ibid

Apabila tidak dapat membayar modal seperti yang telah pendiri janjikan dalam surat pernyataan telah menyetorkankan modal maka ia dapat digugat ke pengadilan dengan dasar gugatan wanprestasi atau ingkar janji. Gugatan wanprestasi tersebut sendiri dapat berupa:118

1. Pemenuhan perikatan;

2. Pemenuhan perikatan dan ganti rugi; 3. Ganti rugi;

4. Pembatalan persetujuan timbal balik; 5. Pembatalan perikatan dan ganti rugi.

Untuk dapat menuntut hal-hal sebagaimana disebutkan di atas, harus memenuhi syarat dengan terlebih dahulu menyatakan kelalaian pihak debitur dengan mengirimkan somasi. Somasi tersebut berisi tentang teguran atas tidak dilaksanakannya kewajiban pihak debitur serta sanksi yang tuntut.119

Perbuatan hukum yang dilakukan para pendiri untuk kepentingan perseroan sebelum perseroan disahkan, mengikat perseroan setelah perseroan menjadi badan hukum apabila:120

a. Perseroan secara tegas menyatakan menerima semua perjanjian yang dibuat oleh pendiri atau orang lain yang ditugaskan pendiri dengan pihak ketiga; 118 119 Ibid 120

b. Perseroan secara tegas menyatakan mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian yang dibuat pendiri, walaupun perjanjian tidak dilakukan atas nama perseroan; atau

c. Perseroan mengukuhkan secara tertulis semua perbuatan hukum yang dilakukan atas nama perseroan.

Perlu dijelaskan di sini bahwa perbuatan hukum yang dilakukan oleh pendiri dibuat setelah perseroan didirikan tetapi belum disahkan menjadi badan hukum, yaitu:

a. Apabila perbuatan hukum tersebut tidak diterima, tidak diambil alih atau tidak dilakukan oleh perseroan, para pendiri yang melakukan perbuatan hukum tersebut masing-masing bertanggung jawab secara pribadi atas segala akibat yang timbul.

b. Kewenangan perseroan untuk mengukuhkan perbuatan hukum, sebagaimana disebutkan di atas ada pada RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Akan tetapi karena RUPS biasanya belum dapat diselenggarakan segera setelah perseroan disahkan, maka pengukuhannya dilakukan oleh seluruh pendiri pemegang saham, dan Direksi. Selama belum dikukuhkan, baik karena perseroan tidak jadi disahkan ataupun karena perseroan tidak melakukan pengukuhan, perseroan tidak terikat.

Pasal 13 menyebutkan bahwa perbuatan hukum yang dilakukan calon pendiri untuk kepentingan Perseroan yang belum didirikan, mengikat perseroan setelah perseroan menjadi badan hukum apabila RUPS pertama perseroan secara

tegas menyatakan menerima atau mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan hukum yang dilakukan oleh calon pendiri atau kuasanya. RUPS pertama sebagaimana dimaksud tersebut harus diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah perseroan memperoleh status badan hukum. Dalam hal RUPS tidak diselenggarakan dalam jangka waktu yang ditentukan tersebut atau RUPS tidak berhasil mengambil keputusan maka, setiap calon pendiri yang melakukan perbuatan hukum tersebut bertanggung jawab secara pribadi atas segala akibat yang timbul. Persetujuan RUPS tidak diperlukan apabila perbuatan hukum tersebut dilakukan atau disetujui secara tertulis oleh semua calon pendiri sebelum pendirian Perseroan. 121

Keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Bila hal tersebut tidak tercapai, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak biasa dari jumlah suara yang dikeluarkan secara sah kecuali Undang-undang dan atau anggaran dasar menentukan bahwa keputusan harus diambil berdasarkan suara yang lebih besar dari pada suara terbanyak biasa.122

Pada dasarnya semua keputusan RUPS harus dicapai melalui musyawarah untuk mufakat. Apabila setelah diusahakan musyawarah untuk mufakat tidak dapat dicapai, keputusan RUPS dapat diambil melalui pemungutan suara dengan suara terbanyak. Secara umum suara terbanyak yang diperlukan adalah suara terbanyak biasa yaitu jumlah suara yang lebih banyak dari pada kelompok suara lain tanpa harus mencapai lebih dari setengah keseluruhan suara dalam pemungutan suara tersebut. Namun demikian, dalam hal-hal tertentu keputusan

121

Sudargo Gautama, op.cit. hal. 33

122

RUPS yang berkaitan dengan sesuatu yang sangat mendasar bagi keberadaan, kelangsungan, sifat suatu perseroan atau anggaran dasar dapat menetapkan suara terbanyak yang lebih besar daripada suara terbanyak biasa, yaitu suara terbanyak mutlak (absolute majority) atau suara terbanyak khusus (qualified/special majority). Suara terbanyak mutlak adalah suara terbanyak yang lebih dari setengah dari seluruh jumlah suara dalam pemungutan suara tersebut. Sedangkan suara terbanyak khusus adalah suara terbanyak ditentukan secara pasti jumlahnya seperti 2/3, 3/4 atau 3/5.123

Dinyatakan bahwa perbuatan hukum oleh para pendiri untuk kepentingan perseroan yang dilakukan sebelum perseroan disahkan, mengikat perseroan setelah menjadi badan hukum tetapi ada syarat-syarat tertentu, yaitu:

124

a. Secara tegas perseroan terbatas harus menyatakan menerima semua perjanjian yang dibuat oleh pendiri atau orang lain yang ditugaskan oleh pendiri, dengan pihak ketiga.

b. Perseroan terbatas juga secara tegas menyatakan mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian pendirian sebelum didirikan perseroan terbatas ini.

c. Atau perseroan mengukuhkan secara tertulis, semua perbuatan bersangkutan itu.

Dinyatakan sanksinya apabila tidak diterima, tidak diambil alih, atau tidak dikukuhkan oleh perseroan, maka untuk segala perbuatan hukum walaupun atas

123 Ibid 124

nama perseroan terbatas tetapi dilakukan sebelum pengesahannya, akan menjadi bertanggung jawab secara pribadi dari masing-masing pendiri yang melakukannya. Jadi diperlukan adanya ketegasan mengenai penerimaan, pengambil alihan atau pengukuhan oleh perseroan terbatas yang baru didirikan ini dari semua perbuatan hukum sebelum pengesahan yang dilakukan oleh pihak pendiri.125

Akan merupakan beban bagi para pihak yang turut membuat perjanjian ini. Misalnya, sebelum perseroan disahkan, akan tetapi sesudah didirikan dengan akta Notaris namun salah satu pihak telah melakukan jual beli dengan pengleveran belakangan Perseroan Terbatas “X”. Tetapi Perseroan Terbatas “X” ini belum disahkan.126

Pembentukan kehendak membuat surat pernyataan merupakan proses yang terjadi dalam ranah kejiwaan seseorang. Karenanya, pihak lawan tidak mungkin mengetahui apa yang sebenarnya berlangsung di dalam benak seseorang. Konsekuensi logis darinya ialah bahwa suatu kehendak yang tidak dapat dikenali oleh pihak luar tidak mungkin menjadi dasar terbentuknya perjanjian. Kekuatan mengikat perjanjian dikaitkan pada fakta bahwa pihak yang bersangkutan telah memilih melakukan tindakan tertentu dan tindakan tersebut mengarah atau memunculkan keterikatan.127 125 Ibid 126 Ibid, hal. 34 127

Tindakan menjadi dasar bagi keterikatan karena kehendak yang tertuju pada suatu akibat hukum tertentu sebagaimana tertulis dalam pernyataan. Terikatnya individu dilandaskan pada pernyataan individu tersebut, tanpa perlu memperhatikan bahwa dalam perjanjian selalu ada dua atau lebih orang yang masing-masing membuat pernyataan. Bukan kata-kata yang menentukan, melainkan tujuan yang hendak dicapai melalui pilihan pernyataan.128

Peryataan yang dibuat secara memadai mendasari kekuatan mengikat perjanjian, terlepas dari apa yang sesungguhnya dikehendaki oleh pihak yang membuat pernyataan tersebut dan juga dengan mengesampingkan apa yang secara mendalam dipikirkan dan dapat dipikirkan pihak lawan berkenaan dengan pernyataan tersebut.129

Perjanjian semata-mata karena adanya pernyataan dari masing-masing pihak. Dengan perkataan lain, jika pernyataan ternyata tidak sesuai dengan kehendak atau maksud dari pihak yang menyatakan, hal itu tidak akan menghalangi terjadinya perjanjian.130

Pernyataan yang melahirkan perjanjian hanyalah pernyataan kepada pihak lain yang menurut kebiasaan di dalam masyarakat menimbulkan kepercayaan bahwa hal yang dinyatakan memang benar dikehendaki.131

Kekuatan mengikat perjanjian harus dicari dalam kepercayaan yang dimunculkan atau dibangkitkan pada pihak lawan. Kepercayaan tersebut tertuju

128 Ibid, hal. 78 129 Ibid 130 Ibid 131 Ibid

pada suatu prilaku seseorang. Untuk menunjuk pada kekuatan mengikat dan akibat darinya berupa kepercayaan (pengharapan) yang dimunculkan pada pihak lawan. Suatu perjanjian terbentuk bukan sekedar dari pernyataan-pernyataan, baik yang mengungkap kehendak para pihak maupun melalui kehendak itu sendiri. Terbentuknya perjanjian justru bergantung pada kepercayaan (pengharapan) yang muncul pada pihak lawan sebagai akibat pernyataan dari yang diungkapkan.132

Kehendak yang dimaksud diatas sebagai kehendak yang dinyatakan dan ditujukan untuk timbulnya akibat hukum. Pada umumnya pernyataan yang diberikan seseorang adalah sesuai dengan kehendaknya.133

Antara para pendiri sepakat yang mengikatkan dirinya, sepakat tersebut tidak saja sepakat untuk mengikatkan diri tetapi juga sepakat untuk mendapatkan prestasi dalam perjanjian yang telah dibuat, masing-masing pihak tidak saja mempunyai kewajiban, tetapi juga berhak atas prestasi yang telah diperjanjikan. Suatu perjanjian sepihak yang memuat hak dan kewajiban satu pihak untuk mendapatkan adanya kata sepakat dari kedua belah pihak.134

Setiap perseroan terbatas didirikan berdasarkan perjanjian (kontrak), artinya harus dilakukan oleh minimal dua orang atau lebih sebagai pemegang saham, yang sepakat bersama-sama mendirikan suatu perseroan terbatas yang dibuktikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia, tersusun dalam bentuk anggaran dasar, kemudian dimuat dalam akta pendirian yang dibuat di depan Notaris, dan setiap

132 Ibid, hal. 79 133 Ibid, hal.80 134 Ibid, hal. 74

pendiri wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan terbatas didirikan oleh satu orang pemegang saham dan tanpa akta Notaris ketentuan ini adalah merupakan asas dalam pendirian perseroan terbatas.135 Apabila seseorang menyatakan ingin membuat perjanjian, selayaknya hal itu memang diinginkannya.136

135

Zaeni Asyhadie, op.cit. hal. 42

136 Ibid

BAB III

AKIBAT HUKUM KEGAGALAN PENDIRI MENYETORKAN