• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Hukum Antara Perdiri Dalam Perseroan Terbatas

AKIBAT HUKUM KEGAGALAN PENDIRI MENYETORKAN MODAL SESUAI PERNYATAAN MENYETORKAN MODAL SAHAM

A. Hubungan Hukum Antara Perdiri Dalam Perseroan Terbatas

Modal merupakan satu hal yang sangat penting artinya bagi eksistensi, kelangsungan kehidupan maupun pengembangan perseroan terbatas sebagai organisasi ekonomi. Modal, saham dan dividen serta struktur organisasi serta kewenangan pemegang saham merupakan satu hal sentral yang sangat dominan pada perserooan terbatas, sehingga membutuhkan pengaturan yang seksama, dalam rangka mengadakan antisipasi terhadap semua kemungkinan yang dapat terjadi.137

Menurut ilmu ekonomi, perusahaan modal diartikan sebagai suatu perwujudan persatuan benda yang dapat berupa barang, uang dan hal-hal yang dipergunakan oleh suatu badan usaha untuk mendapatkan keuntungan. Pengertian modal di sini berbeda dengan pengertian kekayaan, karena dengan kekayaan dimaksudkan selisih antara milik badan usaha itu yang dinilai dengan hutang- hutang badan usaha yang bersangkutan. Dengan demikian, berarti modal merupakan bagian atau salah satu komponen harta kekayaan suatu perusahaan, yang nanti akan diperhitungkan bersama-sama dengan hutang yang dimiliki suatu perusahaan.138

137

Sri Redjeki Hartono¸op.cit. hal. 5

138

Pendirian perseroan terbatas diawali dengan pembuatan perjanjian tertulis oleh para pihak, yang kemudian dituangkan dalam akta otentik yang dibuat di hadapan seorang Notaris. Akta otentik tersebut merupakan akta pendirian perseroan terbatas, yang berisikan anggaran dasar maupun keterangan lainnya yang diperlukan dalam rangka pendirian perseroan terbatas. Akta pendirian perseroan terbatas ini mempunyai fungsi intern dan ekstren. Fungsi intern, yaitu sebagai aturan main para pemegang saham dan organ perseroan. Sedang fungsi ekstren terhadap pihak ketiga sebagai identitas dan pengaturan tanggung jawab perbuatan hukum yang dilakukan oleh yang berhak atas nama perseroan terbatas.139

Sebelum mendirikan perseroan terbatas ditentukan pula mengenai perjanjian-perjanjian yang telah dilakukan oleh para pendiri sebelum perseroan mereka dirikan. Semua perjanjian ini sepanjang berkenaan dengan susunan dan penyertaan modal serta susunan saham dalam perseroan, perlu dicantumkan dalam akta pendirian.

140

Apabila perbuatan hukum bersangkutan tidak dimuat dalam akta pendirian, maka perbuatan hukum bersangkutan ini tidak akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi perseroan. Demikian sanksi atas tidak dipenuhinya persyaratan untuk melekatkan perjanjian pendahuluan sebelum pendirian perseroan terbatas ini pada akta pendirian perseroan terbatas.

141

139

Rachmadi Usman, Op.cit, hal. 60

140

Sudargo Gautama, Komentar Atas Undang-undang Perseroan Terbatas (Baru) Tahun 1995 No. 1 Perbandingan Dengan Peraturan Lama, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995). Hal. 31

141 Ibid

Perbuatan hukum yang dilakukan oleh perseroan sebelum perseroan berbadan hukum menurut Pasal 10 ayat 1 UUPT tahun 1995 menyatakan bahwa:

(1) Perbuatan hukum yang berkaitan dengan susunan dan penyertaan modal serta susunan saham perseroan, yang dilakukan oleh pendiri sebelum perseroan didirikan, harus dicantumkan dalam Akta Pendirian.

(2) Naskah asli atau salinan resmi akta otentik mengenai perbuatan hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diletakkan pada Akta Pendirian. (3) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)

tidak dipenuhi,maka perbuatan hukum tersebut tidak menimbulkan hak dan kewajiban bagi perseroan.

Perbuatan hukum yang berkaitan dengan susunan dan penyertaan modal serta susunan saham perseroan, yang dilakukan oleh pendiri sebelum perseroan didirikan harus dicantumkan dalam akta pendiri. Pasal ini memberikan kewajiban kepada pendiri untuk mencantumkan hal-hal yang diatur dalam Pasal 10 ayat 1 UUPT tahun 1995 dalam akta pendirian. Sanksi terhadap pelanggaran ini berdasarkan Pasal 10 ayat 2, perbuatan hukum tersebut tidak menimbulkan hak dan kewajiban bagi perseroan. Ini berarti, tanggung jawab perbuatan tersebut merupakan tanggung jawab dari pendiri yang melakukan perbuatan itu.142

Akta pendirian perseroan terbatas yang dibuat oleh Notaris telah selesai dan ditandatangani oleh para pendirinya, maka selanjutnya dimintakan pengesahan kepada Menteri Kehakiman, dalam hal ini kepada Direktorat Perdata Departemen Kehakiman. Untuk meminta pengesahan ini, para pendiri atau salah seorang pendirinya dapat menghadap langsung dengan membawa pengantar dari Notaris, namun dapat pula memberikan kuasa kepada Notaris untuk meminta pengesahan dari Menteri Kehakiman tersebut.143

142

Try Widiyono, hal. 56

143

Agus Budiarto, Kedudukan Hukum & Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas Edisi 2, op.cit. hal. 99

Berdasarkan adanya permohonan tersebut, Menteri kemudian meneliti isi dari akta tersebut. Pengesahan akta pendirian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) UU PT Nomor 40 Tahun 2007 diberikan waktu paling lama 14 (empat belas) hari setelah persyaratan diterima. Setelah diadakan penelitian atau pemeriksaan terhadap akta pendirian perseroan terbatas tersebut, maka Menteri dapat memberikan pengesahan atau menolak memberikan pengesahan dengan disertai alasan-alasan penolakannya secara tertulis.144

Bila akta pendirian itu disetujui oleh Menteri dan telah disahkan, maka akta pendirian perseroan terbatas tersebut oleh pendirinya didaftarkan dulu di kantor kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat yang membawahi wilayah hukum tempat kedudukan perseroan terbatas yang bersangkutan.145

Perseroan terbatas merupakan badan hukum yang merupakan persekutuan modal dan didirikan berdasarkan perjanjian. Yang dimaksud dengan persekutuan menurut Pasal 1618 Kitab Undang-undang Hukum Perdata memberikan arti persekutuan perdata sebagai suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam persekutan dengan maksud dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya. Sedangkan persekutuan modal adalah yang mengutamakan terkumpulnya modal sebanyak- banyaknya dengan cara menjual saham.146

Suatu perseroan terbatas berdiri semata-mata karena perjanjian oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta resmi atau akta Notaris. Demikian ditentukan dalam

144 Ibid 145

Ibid 146

Hasbullah F, Sjawie, Direksi Peseroan Terbatas Serta Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2013), hal. 61

Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang menyatakan bahwa “Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta Notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.147

Sejak ditandatangani akta pendirian perseroan oleh para pendirinya, maka perseroan telah berdiri dan hubungan antara para pendiri adalah hubungan kontraktual karena perseroan belum mempunyai status badan hukum. Agar suatu kontrak atau perjanjian mengikat para pihak, menurut Pasal 1320 Kitab Undang- undang Hukum Perdata, harus dipenuhi 4 (empat) syarat, yaitu:

Artinya perseroan terbatas didirikan oleh para pendiri perseroan berdasarkan perjanjian yang mereka lakukan diantara mereka.

148

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang halal.

Perikatan yang telah memenuhi persyaratan yang telah disebutkan diatas secara hukum mengikat para pihak. Setelah badan hukum diperoleh, maka perseroan terbatas adalah badan yang mandiri dan hubungan antara para pendiri perseroan tidak lagi merupakan hubungan kontrakutal, pendiri perseroan sebagai pemegang saham tidak lagi bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang

147

Zaeni Asyhadie, Op.Cit,hal. 44-45

148

dibuat oleh perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang diambilnya.149

Status badan hukum perseroan terbatas dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 menganut sistem campuran yaitu menurut sistem ini status badan hukum diperoleh karena ditentukan oleh Undang-undang itu sendiri dan setelah adanya pengesahan dari instansi yang berwenang. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (1) bahwa Perseroan Terbatas adalah badan hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan pada Pasal 7 ayat (4).

150

Sebuah perseroan terbatas yang baru didirikan dengan hanya berdasarkan akta pendirian yang dibuat di hadapan Notaris (Pasal 7 ayat (1)) sudah dapat melakukan perbuatan hukum, hal ini dalam praktek sering disebut dengan perseroan dalam pendirian, artinya para pendiri telah dapat melakukan kegiatan atas nama perseroan yang bersangkutan, dan segala kegiatan yang dilakukan selama masa tersebut menjadi tanggungjawab secara pribadi para pendirinya sampai perbuatan hukum tersebut diterima, diambil alih, atau dikukuhkan oleh perseroan terbatas yang bersangkutan setelah mendapat pengesahan, hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 14 UU PT, yaitu:151

(1) Perbuatan hukum atas nama Perseroan yang belum memperoleh status badan hukum, hanya boleh dilakukan oleh semua anggota Direksi bersama-sama semua pendiri serta semua anggota Dewan Komisaris

149

Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Bandung: Alumni, 2004), hal. 24

150

Habib Adjie, Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip dan Tanggung Jawab Sosial Perseroan Terbatas, (Bandung: Mandar Maju, 2008), hal. 20

151 Ibid

Perseroan dan mereka semua bertanggung jawab secara tanggung renteng atas perbuatan hukum tersebut.

(2) Dalam hal perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pendiri atas nama Perseroan yang belum memperoleh status badan hukum, perbuatan hukum tersebut menjadi tanggung jawab pendiri yang bersangkutan dan tidak mengikat Perseroan.

(3) Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), karena hukum menjadi tanggung jawab Perseroan setelah Perseroan menjadi badan hukum.

(4) Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya mengikat dan menjadi tanggung jawab Perseroan setelah perbuatan hukum tersebut disetujui oleh semua pemegang saham dalam RUPS yang dihadiri oleh semua pemegang saham Perseroan.

(5) RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah RUPS pertama yang harus diselenggarakan paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah Perseroan memperoleh status badan hukum.

Penjelasan Ayat (1) menyatakan yang dimaksud dengan “perbuatan hukum atas nama perseroan” adalah perbuatan hukum, baik yang menyebutkan perseroan sebagai pihak dalam perbuatan hukum maupun menyebutkan perseroan sebagai pihak yang berkepentingan dalam perbuatan hukum. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa anggota direksi tidak dapat melakukan perbuatan hukum atas nama perseroan yang belum memperoleh status badan hukum, tanpa persetujuan semua pendiri, anggota direksi lainnya dan anggota dewan komisaris.

Dan penjelasan Ayat (2) Yang dimaksud dengan “tanggung jawab pendiri yang bersangkutan dan tidak mengikat perseroan” adalah tanggung jawab pendiri yang melakukan perbuatan tersebut secara pribadi dan perseroan tidak bertanggung jawab atas perbuatan hukum yang dilakukan pendiri tersebut.

Pendiri dalam masa persiapan pendirian perseroan terbatas belum mempunyai kedudukan apa pun dan bertanggung jawab secara pribadi atas perbuatan hukum yang dilakukannya. Namun demikian, dalam kaitannya dengan

akibat yang tertuju pada perseroan dengan adanya perbuatan hukum dari pendiri itu, perbuatan mana dilakukan sebelum adanya perseroan, perlu diketahui sejauh mana perbuatan itu mengikat perseroan.152

Pasal 12 Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 menyebutkan bahwa perbuatan hukum yang berkaitan dengan kepemilikan saham dan penyetorannya yang dilakukan oleh calon pendiri sebelum perseroan didirikan, harus dicantumkan dalam akta pendirian. Apabila perbuatan hukum tersebut dinyatakan dengan akta yang bukan otentik, akta tersebut dilekatkan pada akta pendirian. Dan apabila perbuatan hukum ini dinyatakan dengan dengan akta otentik, selanjutnya nomor akta, tanggal dan nama serta kedudukan Notaris yang membuat akta otentik tersebut disebutkan dalam akta pendirian perseroan. Jika ketentuan tersebut tidak dipenuhi, perbuatan hukum tersebut tidak menimbulkan hak dan kewajiban serta tidak mengikat perseroan.

153

Perbuatan hukum yang dilakukan oleh pendiri untuk kepentingan perseroan yang belum didirikan, akan mengikat perseroan setelah perseroan nantinya menjadi badan hukum apabila RUPS pertama perseroan secara tegas menyatakan menerima atau mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan hukum yang dilakkan oleh calon pendiri atau kuasanya seperti yang dijelaskan dalam Pasal 13 Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007.

Penyetoran setiap bagian dari modal saham secara umum yang diambil bagiannya dilakukan dengan uang tunai, tetapi dalam Pasal 34 Undang-undang

152

Agus Budiarto, op.cit. hal. 105

153

Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 menyebutkan tidak menutup kemungkinan penyetoran saham dalam bentuk lain, baik berupa benda berwujud maupun benda tidak berwujud, yang dapat dinilai dengan uang dan yang secara nyata telah diterima oleh perseroan.

Penyetoran saham dalam bentuk lain selain uang harus disertai rincian yang menerangkan nilai atau harga, jenis atau macam, status, tempat kedudukan, dan lain-lain yang dianggap perlu demi kejelasan mengenai penyetoran tersebut.

Akta pendirian memuat anggaran dasar perseroan, yaitu seperangkat aturan yang menjadi dasar berdirinya organisasi dan bekerjanya menurut hukum. Pencantuman maksud dan tujuan perseroan memegang peranan penting karena menjadi batas bagi kecakapan dan ruang lingkup kewenangan perseroan. Penentuan maksud dan tujuan ini merupakan salah satu perbedaan manusia dan badan hukum karena manusia dapat melakukan apa saja yang tidak dilarang hukum, sedangkan badan hukum hanya dapat melakukan apa yang secara eksplisit atau implisit diizinkan oleh hukum atau anggaran dasarnya yang dengannya di satu pihak merupakan sumber dan di lain pihak menjadi pembatas ruang lingkup kewenangan bertindak perseroan.154

Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang berbunyi “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya dan Pasal 1338 ayat (2) KUH Perdata yang menyatakan bahwa “perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan

154

persetujuan dari para pihak yang membuatnya atau karena alasan yang dianggap cukup oleh Undang-undang.

Artinya dapat dikatakan bahwa akta pendirian perseroan terbatas hanya mengikat para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut, baik untuk hal-hal yang secara tegas dinyatakan di dalamnya, maupun segala sesuatu yang menurut sifatnya diwajibkan oleh kepatutan, kebiasaan dan UU. Akta pendirian tersebut mengatur segala hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari pihak-pihak yang membuatnya yaitu para pendiri perseroan terbatas tersebut.155

B. Bentuk Kegagalan Pendiri Perseroan Menyetorkan Modal Ke Perseroan