PERBEDAAN MODAL DAN KEKAYAAN DALAM PERSEROAN TERBATAS
• Modal Dasar
Modal Dasar adalah seluruh nilai nominal saham PT yang disebut dalam Anggaran Dasar. Pada prinsipnya modal ini adalah total jumlah saham yang dapat diterbitkan oleh perseroan terbatas (PT). Anggaran Dasar yang menentukan berapa banyak jumlah saham yang akan dijadikan Modal Dasar. Modal dasar PT, Pasal 109 angka 3 UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 32 UU PT mengatur sebagai berikut:
1. Perseroan wajib memiliki modal dasar perseroan.
2. Besaran modal dasar perseroan ditentukan berdasarkan keputusan pendiri perseroan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai modal dasar perseroan diatur dalam peraturan pemerintah.
Sejalan dengan ketentuan di atas, PP 8/2021 juga mengatur bahwa besaran modal dasar PT ditentukan berdasarkan keputusan pendiri PT.1 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa saat ini tidak ditetapkan lagi batas minimum modal dasar PT. Akan tetapi, untuk PT yang melaksanakan kegiatan usaha tertentu, besaran minimum modal dasarnya harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Modal Ditempatkan
M. Yahya Harahap menjelaskan bahwa modal ditempatkan adalah jumlah saham yang sudah diambil pendiri atau pemegang saham, dan saham yang diambil tersebut ada yang sudah dibayar dan ada yang belum dibayar.2 Jadi, modal ditempatkan itu adalah modal yang disanggupi pendiri atau pemegang saham untuk dilunasinya, dan saham itu telah diserahkan kepadanya untuk dimiliki. Sementara itu, menurut Rudhi Prasetya modal ditempatkan (issued capital/geplaats capitaal) adalah keseluruhan harga nominal saham yang telah diterbitkan. Lebih lanjut Rudhi Prasetya menjelaskan bahwa modal dasar PT yang terdiri dari jumlah saham dengan nilai nominalnya itu, tidak berarti jumlah saham tersebut harus sekaligus diterbitkan oleh perseroan. Dimungkinkan untuk hanya diterbitkan sebagian, dan sebagian lagi disimpan jika perseroan memerlukan modal tambahan. Saham yang disimpan ini disebut sebagai saham portepel (portofolio) dan saham yang diterbitkan disebut dengan saham atau modal yang ditempatkan.
Adapun besaran modal ditempatkan adalah minimal 25%. Hal ini termaktub di dalam Pasal 33 ayat (1) dan (2) UU PT yang menyatakan bahwa paling sedikit 25% dari modal dasar harus ditempatkan dan disetor penuh yang dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah
1 Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2021 tentang Modal Dasar Perseroan serta Pendaftaran Pendirian, Perubahan, dan Pembubaran Perseroan yang Memenuhi Kriteria untuk usaha Mikro dan Kecil (“PP 8/2021”)
2 M. Yahya Harahap. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika, 2016, Hal. 236.
• Modal Disetor
Modal disetor menurut M. Yahya Harahap adalah modal yang sudah dimasukkan pemegang saham sebagai pelunasan pembayaran saham yang diambilnya sebagai modal yang ditempatkan dari modal dasar perseroan. Jadi, modal disetor adalah saham yang telah dibayar penuh oleh pemegang atau pemiliknya. Ketentuan mengenai modal disetor merujuk pada bunyi Pasal 33 ayat (1) dan (2) UU PT sebagaimana disebutkan di atas, yaitu sebesar 25%. Artinya, modal ditempatkan atau yang telah diterbitkan/diambil pemegang saham atau pendiri, maka harus disetor sepenuhnya.
Selain itu, pengeluaran saham yang dilakukan setiap kali untuk menambah modal yang ditempatkan juga harus disetor penuh.
Dengan demikian, paling sedikit 25% dari modal dasar harus:
1. Telah ditempatkan;
2. Dan telah disetor penuh pada saat pendirian PT.
• Kekayaan
Kekayaan dalam Perseroan Terbatas (PT) merujuk pada seluruh aset dan sumber daya keuangan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Kekayaan ini meliputi aset tetap (seperti gedung, mesin, dan peralatan), aset lancar (seperti kas, piutang, dan persediaan), serta investasi dan kekayaan intelektual (seperti paten dan merek dagang).
Dalam UU PT, kekayaan identik dengan aset. UUPT mengatur bahwa PT harus memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan pribadi para pendirinya. Aset PT meliputi semua bentuk kekayaan yang dimiliki oleh PT, baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Dalam hal ini aset dapat berupa :
1. Aset Tetap: Barang atau properti yang memiliki nilai tinggi dan umur ekonomi panjang, seperti bangunan, tanah, dan mesin.
2. Aset Lancar: Aset yang mudah dicairkan atau diubah menjadi uang tunai dalam jangka pendek, seperti kas, piutang dagang, dan persediaan barang.
3. Investasi: Penanaman modal dalam bentuk saham, obligasi, atau bentuk investasi lainnya yang dimiliki oleh perusahaan.
4. Kekayaan Intelektual: Hak cipta, paten, merek dagang, dan aset tak berwujud lainnya yang memiliki nilai ekonomi bagi perusahaan.
5. Ekuitas Pemegang Saham: Bagian dari kekayaan perusahaan yang menjadi hak pemegang saham setelah dikurangi seluruh kewajiban atau utang perusahaan.